Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HIPERTENSI”

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN HOME CARE


SEMESTER V T.A. 2023/2024

OLEH:
NAMA : ELSA NOVIA ZULIANA
NIM:P032114401098

CLINICAL TEACHER CLINICAL INSTRUCTUR

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES RIAU
T. A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga “Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi” ini bisa selesai dengan baik dan tepat
waktu.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga asuhan keperawatan ini bisa disusun dengan baik dan
rapi. Kami berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya asuhan keperawatan selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru,21November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................................4

B. Tujuan..................................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS..................................................................................................6

A. Konsep Penyakit................................................................................................................6

1. Defenisi....................................................................................................................6

2. Etiologi.....................................................................................................................7

3. Manifestasi klinis.....................................................................................................7

4. Patofisologi..............................................................................................................8

5. Woc........................................................................................................................10

6. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................11

7. Penatalaksanaan Medik..........................................................................................12

B. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................................12

1. Pengkajian Keperawatan.............................................................................................12

2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................14

3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah


kesehatan utama. Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan oleh para tenaga kesehatan yang
bekerja di pelayanan kesehatan primer karena angka pravelensinya
yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi di bagi menjadi 2 golongan yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan
hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Secara epidemologis 30% penduduk di dunia peka terhadap
keracunan garam dapur yang dapat menyebabkan hipertensi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhiprevensi hipertensi seperti ras,
umur, obesitas, asupan garam yang berlebih, dan adanya riwayat
hipertensi pada keluarganya. Untuk gejala dari hipertensi itu sendiri
biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala, mata berkunang-kunang,
mual, Hipertensi memang bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi ia
digolongkan sebagai The Sillent Killer ( pembunuh diam – diam ).
Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu
diobati sedini mungkin karena hipertensi yang kronis jika diabaikan,
secara tiba – tiba akan membawa malapetaka, seperti serangan jantung
dan stroke. ( Aziza, Lucky, 2019 )
Di Amerika Serikat 15 % golongan kulit putih dewasa dan 25
% - 30 % golongan kulit hitam dewasa adalah pasien hipertensi.
Menurut laporan National Health and Nutrition Examinition Survey
dalam dua dekade terakhir ini terjadi terjadi kenaikan prosentase
kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi dari 50
% menjadi 84 %, prosentasi pasien hipertensi yang mendapatkan
pengobatan yaitu dari 36 % menjadi 73 % dan prosentase pasien
hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16 % menjadi 55 %. (
Suyono, Slamet, 2003 )
B. TUJUAN

a. Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Stroke hipertensi

b. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan

c. Untuk Mengetahui Pengkajian hipertensi

d. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan hipertensi

e. Untuk Mengetahui Perencanaan hipertensi


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten


dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal
jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“ karena
orang dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala (Brunner &
Suddart, 2019).
Sedangkan menurut Sheps dalam Masriadi hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik
maupun diastolik yang naik diatas tekana darah normal.Tekanan darah
sistolik adalahtekana puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi
dan memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah diastolik
diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi
darah kembali (Yolanda,2020).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic
(bagian atas) dan angka diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan
tensi darahmenggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (Sphygomanometer) ataupun alat digital lainnya (
Irwan,2019)
2. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui


penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian
dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer
disebabkan oleh faktor berikut ini.
1. Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah


umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn
(pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi


adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan
ataumakan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu


contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi
natrium.Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang
menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan
volumesekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan
volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2016)

3. MANIFESTASI KLINIS

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:


1. Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter

yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa.

2. Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri
kepala, kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni
(2001), manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis,
kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.
3. Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri
kepala, kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni
(2001), manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis,
kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.
4. PATOFISIOLOGI DAN WOC

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi


pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor, seperti kecemasan dan ketakutandapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratrium

- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap


volumecairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

- Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)


dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas,


peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
prnyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :
batu ginjal, perbaikan ginjal
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.

6. PENATALAKSANAAN MEDIK

Terapi pada penyakit hipertensi menurut Marya (2013) dibagi menjadi


dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis

a. Diuretic

Peranan sentral retensi garam dan air dalam proses


terjadinya hipertensi essensial, penggunaan diuretic dalam
pengobatan hipertensi dapat masuk akal. Akan tetapi,
akhir-akhir ini rasio manfaat terhadap resikonya masih
belum jelas. Efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan diuretic seperti hypokalemia, hipereurisemia,
dan intoleransi karbohidrat dapat meniadakan efek manfaat
obat tersebut dalam menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Vasodilator

Peningkatan resistensi perifer merupakan kelainan


utama hipertensi essensial, maka pemberian obat
vasodilator dapat menjawab kelainan ini. Obat-obat
vasodilator akan menyebabkan vasodilatasiatau pelebaran
pembuluh darah yang akan menurunkan tekanan darah.
1. Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi, yaitu :

a. Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor seperti


stress, merokok dan obesitas
b. Melakukan aktivitas olahraga aerobic secara teratur

c. Membatasi asupan jumlah kalori, garam, kolesterol,


lemak dan lemak jenuh dari makanan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.

2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.

4. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengkajian Fokus:
a) Aktivitas/istirahat: Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b) Sirkulasi

Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
c) Integritas Ego

Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e) Makanan/caitan :Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi,
tenggorokan, dysfagia
f) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
g) Nyaman/nyeri

Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka

h) Respirasi

Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,


ronchi.
i) Keamanan

Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
j) Interaksi social

Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Perfusi perifer tidak efektif b.d. peningkatan tekanan darah d.d. akral
teraba dingin.
b) Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. mengeluh nyeri, frekuensi nadi
meningkat
c) Defisit kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan sirkulasi
b.d. peningkatan tekanan darah selama ...x24 jam diharapkan perfusi perifer
Observasi
d.d. akral teraba dingin. meningkat dengan kriteria hasil :
1. Periksa sirkulasi perifer.
- Denyut nadi perifer ↑
2. Identifikasi faktor risiko gangguan
- Warna kulit pucat ↓
sirkulasi.
- Pengisian kapiler membaik
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
Akral membaik
bengkak pada ektremitas.
Teraupetik

1. Hindari pengukuran ekanan dara pada


ektremitas dengan keterbatasan
perfusi.
2. Lakukan perawatan kaki dan kuku.
Edukasi

1. Anjurkan berolahraga rutin.


2. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanandarah, antikoagulan dan penurun
kolesterol, jika perlu.
3. Anjurkan berhenti merokok.
Anjurkan program diet
2 Nyeri akut b.d. agen pencedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri Observasi
fisiologis d.d. mengeluh nyeri selama ...x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.

3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Meringis ↓
Teraupetik
- Kesulitan tidur
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
↓ mengurangi rasa nyeri.
- Frekuensi nadi 2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
↑ 3. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri.
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Defisit kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan
b.d kurang tepapar informasi selama ...x24 jam diharapkan pengetahuan OBSERVASI
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Prilaku sesuai anjuran menerima informasi
meningkat TERAPEUTIK
2. Verbalisasi minat 1. Sediakan materi penkes
dalam belajar 2. Jadwalkan penkes
meningkat 3. Berikan kesempatan bertanya
3.
EDUKASI
1. Jelaskan faktor resiko yg mempengaruhi
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2019). Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Jogjakarta :
MediAction.
BANO, G. P. (2020). STUDI KASUS “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D.A DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NAPAN


KECAMATAN BIKOMI UTARA”. Kupang.
Ibrahim. (2011). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

HIPERTENSI. Idea Nursing Journal, 63.

MediaPerawat. (2020, Oktober 20). Apa Itu Diagnosis


Keperawatan ? Retrieved September 13, 2022, from
MediaPerawat.id: https://mediaperawat.id/apa- itu-
diagnosis-keperawatan/
SARI, N. P. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN HIPERTENSI YANG DI RAWAT
DI RUMAH SAKIT. Samarinda.
SITORUS, A. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANGKINANG KOTA KABUPATEN
KAMPAR. Riau.
Sumaryati, M. (2018). STUDI KASUS ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELUARGA
NY”M” DENGAN HIPERTENSI DIKELURAHAN
BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE KOTA
MAKASSAR. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 1380.

Anda mungkin juga menyukai