Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

AS DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI RUANG BENGAWAN
SOLO RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :
KELOMPOK ATRIUM
1. YULIS PRASETYA
2. ABD RAHMAN ROMLY
3. DHIAH SAFITRI
4. ATIK PURWANDARI
5. SETTAVIANTI JIHAD WARDHANI

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN


KARDIOVASKULAR TINGKAT DASAR BAGI PERAWAT
TERAKREDITASI ANGKATAN 1
MALANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Program : Pelatihan PKKvTD 2022


Judul studi kasus : Asuhan Keperawatan Pada Tn.AS dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di ruang Bengawan Solo RSUD dr.Saiful Anwar
Malang
Nama : Kelompok Atrium

TIM PEMBIMBING

Pembimbing : Ns. H. Moh. Irfan, SST ( Tanda Tangan )


Penguji : ( Tanda Tangan )
Ditetapkan di : .......................................................
Tanggal : ................................................................

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas akhir Studi Kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. AS dengan Diagnosa Medis Hipertensi” di
Ruang Bengawan Solo ini berjalan dengan baik.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan
Keperawatan pada Pasien Dengan Hipertensi dengan benar. Ucapan terima kasih
kepada Pembimbing yang membantu kami untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepda semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga Alloh SWT. Senantiasa memudahkan langkah-langkah kita menuju kebaikan
. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik kami harapkan bagi pembaca guna
meningkatkan pembuatan Tugas Akhir yang akan mendatang.

20 Oktober 2022,

Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 5
1.3 Manfaat……………...................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Konsep Hipertensi.................................................................................................6
2.2 AsuhanKeperawatan.............................................................................................17
BAB 3. TINJAUAN KASUS.....................................................................................58
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................................70
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................98
DAFTAR REFERENSI ..........................................................................................100
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum
dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi sekarang jadi masalah utama
kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi merupakan
salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal,
diabetes dan stroke (Kemenkes RI, 2019).
Hipertensi disebut sebagai “the silent killer” karena sering tanpa keluhan,
sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru
diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi
hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya
kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat serta kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen nutrisi tubuh. Jika dibiarkan,
penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital,
serta jantung dan ginjal.
Menurut data WHO tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar
8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Riskesdas, 2018).

5
Sehubungan dengan prevalensi kejadian hipertensi masih tinggi serta masih
adanya resiko seperti dampak kematian yang ditimbulkan akibat hipertensi maka
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mencegah dan
meningkatkan kesehatan pasien sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap
kematian pasien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan kerangka berpikir ilmiah dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ny. D.A dengan hipertensi di Ruang Bengawan Solo RS dr.
Saiful Anwar Malang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Peserta pelatihan mampu :
1.2.2.1 Melakukan pengkajian pada Tn.AM dengan hipertensi di Ruang
Bengawan Solo RS dr. Saiful Anwar Malang.
1.2.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.AM dengan hipertensi di
Ruang Bengawan Solo RS dr. Saiful Anwar Malang.
1.2.2.3 Menetapkan intervensi keperawatan pada Tn.AM dengan hipertensi di
Ruang Bengawan Solo RS dr. Saiful Anwar Malang.
1.2.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. AM dengan hipertensi
di Ruang Bengawan Solo RS dr. Saiful Anwar Malang.
1.2.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.AM dengan hipertensi di
Ruang Bengawan Solo RS dr. Saiful Anwar Malang.

1.3 Manfaat
Diharapkan agar dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan serta sebagai bahan pemikiran dalam memberikan
Asuhan Keperawatan tentang hipertensi dimasa yang akan datang.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–
menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–
arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban
kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg
(Muttaqin, 2009).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah
seseorang berada diatas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Maksudnya, bila
tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan
tekanan darah diastoliknya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi. Secara
umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas
batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg (Susilo, 2011 dalam
Nurhidayat, 2015).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Ardian, dalam Saifur, 2018).

2.1.2 Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring
dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung.
Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada
pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah

7
yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output) akan berkurang.
(Ardian, 2018 dalam Saifur, 2018). Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:
2.1.2.1 Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “menetap“ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau
esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
2.1.2.2 Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim
ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-
obatan seperti kontrasepsi oral dan kartikosteroid.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi


Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A
Statement by the American Society of Hypertension and the International
Society of Hypertension 2013) dalam pedoman tatalaksana hipertensi pada
penyakit kardiovaskuler, 2015.

8
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/ atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan / atau 84-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/ atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/ atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥180 dan/ atau ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 Dan < 90

2.1.4 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
2.1.4.1 Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
b. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.

9
c. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
d. Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
2.1.4.2 Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
a. Diabetes Mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
b. Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
c. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi
obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
d. Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bisa menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.

10
e. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta
obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.

2.1.5 Manifestasi Klinik


Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner &
Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun – tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat. Apabila jantung
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Menurut Elizabeth J. Corwin (2001) dalam Nurhidayat 2015, sebagian
besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah
mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler

11
2.1.6 Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang
cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat
merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan
perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai
dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis
(pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke
jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,
maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga
tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi.
Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri
(HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
(Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan
darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak
dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan
diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

12
2.1.7 Pathway

2.1.8 Komplikasi
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2001) dalam Nurhidayat 2015.
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika
tekanan diastolik ≥ 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi
secara mendadak dan tinggi. Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi
yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung, dan otak. Gagal jantung

13
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat di samping
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan
serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal
sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut
seperti pada hipertensi maligna (Suyono, 2001) dalam Nurhidayat 2015.

2.1.9 Penatalaksanaan hipertensi


2.1.9.1 Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka
sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
a. Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam.
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
c. Olah raga.

14
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alcohol.
Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum
di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya
hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas
per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau
menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok.
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung
dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien
sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
2.1.9.2 Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi
yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi
efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

15
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai
guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme
tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement by the
American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension 2013 (dalam pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit
kardiovaskuler, 2015)

Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa


tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau
tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari
Canadian Hypertension Education Program. The Canadian
Recommendation for The Management of Hypertension 2014 (dalam
pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskuler, 2015)

16
HBPM : Home Blood Pressure Monitoring
ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang


1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.

17
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Jenis kelamin, usia : hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki
dan usia. Namun pada usia tua, resiko hipertensi meningkat tajam pada
perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Keluhan utama
Fatigue, lemah. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut
jantung, disritmia dan takipnea (Ujianti, 2013)

18
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya beberapa hal yang harus diungkapkan pada gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan, susah bernafas, mual, gelisah, kesadaran
menurun, penglihatan menjadi kabur, palpitasi (berdebar-debar), tekanan
darah diatas normal (Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Riwayat kesehatan sebelumnya
Perawat menanyakan apakah ada penyakit gagal ginjal atau mengalami
penyakit yang berat lainnya.
5. Riwayat Keluarga
Hipertensi pada orang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar
15-35%.
6. Riwayat pengobatan
Rutin atau tidaknya dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: sadar, mungkin terjadi penurunan kesadaran
b. Tekanan darah : sistole diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90
mmHg.
c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis.
d. Sistem pernafasan : mengeluh sesak nafas saat aktifitas, takipnea,
orthopnea (gangguan pernafasan saat berbaring)batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis,
penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara nafas tambahan
(ronki, whesing) (Udjianti, 2013).
e. Sistem Kardiovaskular:
Inspeksi: gerakan dinding dada abnormal
Palpasi: denyut apikal kuat
Perkusi : denyut apikal bergeser
Auskultasi: denyut jantung takikardia, dan disritmia, bunyi jantung
S2 mengeras S3 (Gejala CHF dini), murmur dapat terdengar jika
stenosis atau insufisiensi katup (Udjianti, 2013).
f. Sistem persyarafan: melaporkan serangan pusing/pening, sakit
kepala berdenyut di suboksipital, episode mati rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan visual (pandangan

19
ganda atau pandangan kabur) dan episode epistaksis (Udjianti,
2013).
g. Sistem perkemihan
Temuan fisik urine <50 ml/jam atau oliguri
h. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, riwayat
pemakaian diuretik. Temuan fisik meliputi berat badan
normal/obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, dan
glikosiria (Udjianti, 2013).
i. Sistem integumen
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2
detik), sianosis, diahporesis (Udjianti, 2013).
j. Sistem muskuloskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher
k. Sistem endokrin
Biasanya tidak ditemukan kelainan pada sistem endokrin (Udjianti,
2013).
l. Sistem reproduksi
Terjadi peningkatan tekanan TIK (Tekanan Intra Cranial) pada saat
melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada
ibu hamil yang memiliki hipertensi.
m. Sistem pengindraan
Pemeriksaan retina ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri
edema (papilodema) (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat
lamanya hipertensi (Udjianti, 2013).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).

20
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi:
1. Nyeri akut ( D.0077 )
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).
Batasan Karakteristik:
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : mengeluh nyeri.
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis :
waspada, posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
Kriteria Minor :
a) Subjektif : tidak ada.
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafus makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait :
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh
Penyebab : peningkatan tekanan darah Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit

21
menurun.
Kriteria Minor :

1) Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)


2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-
brachial <0,90 , bruit femoralis
Kondisi klinis terkait :
1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung congenital
6) Thrombosis arteri
7) Varises
8) Thrombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen
3. Hipervolemia (D.0022)
Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau
intraseluler.
Penyebab: gangguan mekanisme regulasi Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND)
2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, jugular venous pressure (JVP)
dan/atau Central Venous pressure (CVP) meningkat , refleks
hepatojugular positif.
Kriteria Minor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih
banyak dari output, kongesti paru.
Batasan karakteristik :
Kondisi klinis terkait :

22
1) Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormone
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis
7) Imobilitas
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari- hari
Penyebab : kelemahan.
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor:
1) Subyektif : mengeluh lelah
2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi
istirahat
Kriteria Minor :
1) Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas , merasa lelah.
2) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukan aritmia.
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
5. Defisit Pengetahuan ( D.0111)
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topic tertentu.

23
Penyebab : kurang minat dalam belajar
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran , menunjukan
persepsi yang keliru terhadap masalah.
Kriteria Minor :
1) Subjektif : ( tidak tersedia )
2) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat , menunjukan
perilaku berlebihan ( mis . apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria )
Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
6. Ansietas ( D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi.
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi , sulit berkonsentrasi.
2) Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur .
Kriteria Minor :
1) Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa tidak
berdaya.
2) Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat , diaphoresis , tremor , muka tampak
pucat, suara bergetar , kontak mata buruk, sering berkemih ,
berorrientasi pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait :
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)

24
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
7. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)
Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Factor Risiko : Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait :
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Ganggun katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis,
trikupidalis, atau mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
8. Resiko Jatuh ( D.0143)
Definisi : Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh.
Faktor Risiko :
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran

25
14) Gangguan kesimbangan
15) Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma
katarak,ablasio, retina, neuritis optikus)
16) Neuropati
17) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)
Kondisi klinis terkait :
1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit sebrovaskuler
4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi

2.2.3 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018). Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan
Tim pokja SDKI PPNI (2017):
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
b. Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
c. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)

26
1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
a. Nadi perifer teraba kuat
b. Akral teraba hangat
c. Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
3. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat
Kriteria hasil : keseimbangan cairan (L. 03020)
a. Terbebas dari edema
b. Haluaran urin meningkat

27
c. Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4) Batasi asupan cairan dan garam
5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
6) Ajarkan cara membatasi cairan
7) Kolaborasi pemberian diuretic
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
a. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
b. Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
c. pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan
5. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
a. Pasien melakukan sesuai anjuran
b. Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang

28
disampaikan
c. Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3) sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) berikan kesempatan untuk bertanya
6) jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
6. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
a. Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
b. Pasien tampak tenang
c. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan
prognosis
7. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah
jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
a. Tanda vital dalam rentang normal
b. Nadi teraba kuat
c. Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

29
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:
dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
( mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor keluhan nyeri dada
6) Berikan diet jantung yang sesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika
perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
8. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
jatuh menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
a. Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
b. Risiko jatuh saat berjalan menurun
c. Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
1) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
3) Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis.
Morse scale, humpty dumpty)
4) Pasang handrail tempat tidur
5) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpidah.
2.2.4 Evaluasi Keperawatan

30
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil
dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
2.2.4.1 Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
dengan teori) dan perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:
Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
1. S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2. O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu
(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing

31
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan
diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.
2.2.4.2 Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien
dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.

32
BAB 3
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. AS
Usia : 58 th
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Malang
Tanggal Masuk RS : 23 September 2022
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2022
Agama : Islam
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
No Reg : 10925xxx
Dx Medis : Asimptomatik Bradikardi dt SND, HT
on Treatment, Dyspepsia Syndrome

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama :
Badan terasa lemas dan mual.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan mudah lelah saat beraktivitas ringan, mulai dirasakan
dalam 1 bulan ini. Klien mengeluh mual, tidak napsu makan dan lidah
terasa pahit 2 hari SMRS. Tanggal 23 Oktober 2022, 6 jam SMRS klien
mengeluh lemas (+), sesak (+), mual (+) dan keringat dingin (+) dan di
bawa ke RS Wava Husada. Kemudian klien dirujuk dari RS Wava Husada
dengan diagnose bradiakrdia asymptomatic + HF + dyspepsia syndrome.
Saat tiba di RSSA, klien mengeluh badan terasa lemah, kadang kadang
pusing, disertai mual tidak napsu makan dan juga mengatakan mulut terasa
pahit. Klien sempat pingsan 3x selama dirawat di RSSA setelah jalan ke
KM. Klien mulai bisa makan sedikit-sedikit (2-3 sdm) setelah 6 hari MRS.

33
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki penyakit Hipertensi selama +- 5 tahun, klien tidak rutin
kontrol dan tidak rutin konsumsi obat amlodipine 10 mg.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua dan anak klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi
C. Pengkajian Saat Ini
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum MRS : Klien tidak mengetahui penyakit yang diderita saat ini.
Klien hanya tau tentang penyakit HT yang diderita sejak 5 th yang lalu.
Tetapi klien tidak rutin control dan tidak rutin minum obat amlodipine
10mg.
Saat MRS : Klien mengatakan sudah memahami penyakit yang di derita
sekarang.
2. Pola nutrisi/metabolic
Sebelum MRS : Klien mengatkan biasa makan 3 kali sehari dengan porsi
satu piring. Klien mengatakan makan semua makanan tanpa ada
pantangan. Minum sekitar 1 liter dalam sehari, jaramg minum minuman
yang berasa.
Saat MRS : Klien mendapat Diit jantung rendah garam 1800kkal/hr
bentuk nasi lunak. Klien mengatakan makanan yang disediakan rumah
sakit tidak dihabiskan, klien menghabiskan 2-3 sendok diit dari RS karena
mual. Program intake cairan pasien selama di RS 2000cc/ 24 jam, pasien
terpasang IV Line Ns 0,9% 1500 cc/ 24 jam dan intake oral 500 cc/ 24
jam. TB/BB klien saat ini adalah 160cm/61kg.
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum MRS : Klien biasa BAB 1-2 kali sehari. Konsistensi lembek,
tidak ada keluhan terkait pola BAB.
Saat MRS : Klien mengatakan selama dirawat BAB 4x. Saat
Pengkajian Klien belum BAB. Konsistensi lembek, tidak diare.
b. Buang air kecil
Sebelum MRS : Kliem mengatakan tidak ada masalah pada pola
BAKnya, klien BAK 4-5x/hari, tidak ada keluhan nyeri saat BAK.

34
Saat MRS : Klien menggunakan DC no 16, Produksi urine klien
2000cc/hr.
c. Pola aktifitas dan latihan:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 2
Mandi 2
Toileting 1
Berpakaian 2
Mobilitas di tempat tidur 2
Berpindah 2
Ambulasi/ROM 2
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
d. Oksigenasi
Sebelum MRS : Klien mengatakan sesak dan dada berdebar debar saat
melakukan aktifitas berat, keluhan sesak akan berkurang saat dipkai
istirahat.Nafas spontan dengan room air 21%.
Saat MRS : Klien mengatakan sesak saat bangun dari tempat tidur. Klien
menggunakan oksigen NC 3 LPM dengan SPO2: 98% RR: 20x/m.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan bisa istirahat dengan baik.
f. Pola persepsual
Klien mengatakan tidak ada gangguan yang berarti pada alat inderanya. Ia
masih dapat mendengar dan melihat dengan baik, masih dapat mencium
dan merasakan rasa makanan dan masih merasakan sakit saat di beri
rangsangan nyeri.
g. Pola persepsi diri
Klien mengatakan khawatir terhadap penyakit yang di deritanya.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien sudah menikah dan mempunyai 2 anak.
i. Pola peran hubungan
Klien merupakan pensiunan PNS, klien dapat berinteraksi dengan baik
dengan keluarga dan perawat.

35
j. Pola managemen koping-stess
Klien mengatakan ia kawatir dengan penyakitnya.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Klien menganut agama Islam, dan beribadah sesuai ajarannya.

2. PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD: 145/92 mmHg ( MAP= 109 mmHg)
HR: 53x/mnt
RR : 20x/mnt
SPO2 : 98%
TB/BB : 160cm/ 61Kg
A. Pernafasan ( B1 /Breathing )
a. Inspeksi :
1). Bentuk Dada : Simetris
2). Pola Nafas : Frekwensi Nafas : 20 x/menit Reguler
3). Gerakan Pernafasan : Reguler, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung
b. Palpasi :
1). Tractil Fremitis / Fremitus Vokal
Teraba sama pada lapang paru dextra dan sinistra
c. Perkusi :
1). Batas Kanan : Sonor Pada semua lapang paru Kanan
2). Batas Kiri : Sonor Pada semua lapang paru kiri
d. Auskultasi :
1). Bunyi Nafas
Bronchial di atas manubrium sternii
2). Rh -/-, wh -/-
B. Cardiovascular ( B2 )
a. Inspeksi :
1). Iktus :
Tampak, letak : ICS 5 midklavikula sinistra (Apeks)
2). Pulsasi Jantung :
Tampak, letak : ICS 5 midklavikula sinistra (Apeks)
b. Palpasi :

36
1). Iktus :
Teraba, letak : ICS 5 midklavikula S sinistra (Apeks)
2). Pulsasi Jantung :
Teraba, letak : Apeks
3). Getaran / Thrill :
Tidak ada.
c. Perkusi :
1). Batas Jantung Kanan : ICS 2- 4 Parasternal kanan
2). Batas Jantung Kiri : ICS 5, area midklavikula sinistra
d. Auskultasi :
1). Bunyi Jantung I : tunggal reguler dan lebih keras di area apeks (ICS 4,5
mid clavikula)
2). Bunyi Jantung II : tunggal, reguler dan lebih keras di area aorta (ICS 2
parasternal dex)
3). Bunyi Jantung III : tidak terdengar
4). Bunyi Jantung IV : tidak terdengar
e. Nadi
Frekuensi: 51 x/menit, Reguler, Kuat
f. Irama : Reguler
HR : 51x/mnt
g. Letak Jantung
Ictus cordis teraba pada ICS 5, area midklavikula sinistra
h. Pembesaran Jantung : ya
i. Nyeri Dada : tidak

C. Persarafan ( B3 )
a. Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
b. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
c. Refleks : Normal
d. Koordinasi Gerak : ya
e. Kejang : tidak

37
f. Lain-lain (Tidak ada)

4. Penginderaan
a. Mata (Penglihatan)
1). Bentuk : Normal Visus : Tidak terkaji
2). Pupil : Isokor
3). Reflek Cahaya :Positif
4). Gerak Bola Mata : Normal
5). Medan Penglihatan : Normal
6). Buta Warna : tidak
7). Tekanan Intra Okuler : Tidak
8). Konjungtiva : Normal
b. Hidung (Penciuman)
1).Bentuk : Normal, terpasang oksigen NC 3 LPM
2).Gangguan Penciuman : Tidak
c. Telinga (Pendengaran)
1). Aurikel : normal
2). Membran tympani: Normal
3). Otorrhoea : Tidak
4). Gangguan pendengaran : tidak
5). Tinitus : Tidak
d. Perasa : merasa pahit saat makan
e. Peraba : Normal
D. Perkemihan ( B5 )
BAK : Klian menggunakan DC
Produksi urine: 2000 ml/24 jam
Warna: kuning, jernih
E. Pencernaan ( B5 )
a. Mulut dan Tenggorokan
1). Selaput Lendir Mulut : Kering
2). Lidah : Bersih
3). Rongga Mulut : Berbau
4). Gigi : Gigi bersih
5). Tenggorokan :

38
Sakit menelan / nyeri telan
b. Abdomen : Supel, tidak ada benjolan atau nyeri tekan
1). Pembesaran Hepar : tidak
2). Pembesaran Lien : tidak
3). Asites : tidak
A. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus
BAB +- 3 hr sekali
F. Otot, Tulang Dan Integument ( B6 )
a. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) bebas
Kemampuan kekuatan otot baik.
b. Integumen
Warna kulit : Sawo matang Akral : Hangat
Turgor : Elastik
CRT : <3 detik
c. Tulang Belakang : Normal
d. Edema :
+ -
+ -

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 23 September 2022
1. Hematologi
 Hemoglobin : 11,40 gr/dl
 Eritrosit : 4,16 juta
 Leukosit : 7530/mm3
 Trombosit : 188000/ mm3
 Hematocrit : 33,80%
2. Faal hemostasis
 PPT : 10,30 detik
 INR : 0,09
 APTT : 25,70 detik

39
3. Faal Hati
 SGOT : 26 U/L
 SGPT : 20 U/L
 Albumin : 4,09 gr/dl
4. Faal Ginjal
 Ureum : 22,9 mg/dl
 Creatinine : 0,66 mg/dl
5. Imunoresologi
 HbsAg : non reaktif
 Anti HCV : non reaktif
6. Elektrolit ( tgl 03/10/2022 )
 Natrium : 120 mmol/L
 Kalium : 3,9 mmol/L
 Clorida : 108 mmol/L

B. EKG :

Irama : Regular
HR : 53x/mnt ( 1500/28 kk )
Gel P : ada , Gel P selalu diikuti QRS complex1:1, L:
0,08mm/sec,T: 0,1mv
Gel QRS: sempit, 0,08 mm/sec
PR interval: 0,16 mm/sec,konstan di semua lead
Q aptologis: tidak ditemukan di semua lead
STsegmen: Tidak ada ST elevasi maupun ST depresi
Axis: lead 1 (+9), Lead AVf ( -1) ; Normo axis 30 derajat

40
Kes: Sinus bradikardia dengan HR 53x/mnt dg Normo Axis

C. Rontegn Thorax (23 September 2022):

Cor : LVH, CTR 56%


Pulmo : dalam batas normal
D. Holter ( 29/09/2022jam 14.18 s/d 30/09/2022 jam 13.51)

Basic Rhythm: SinusRythm


AV Conduction: Good
Conclusion : Infrequent PAC (<1%) and infrequent PVC’s LV inferior
origin (<1%) endocardial origin (MDI <0.05) with 1st degree AV block
episode.
Suggestion: Permanent Pace Maker

41
E. Echocardiografi ( 23 September 2022 )

1. Fungsi Sistolik LV normal


2. Disfungsi diastolic LV
3. Fungsi sistolik RV normal
4. Global normokinetik
5. SV : 57ml, CO : 3,6 L/m
6. MR mild, PR mild
4. TERAPI
Oral :
a. Inj. Metoclopramide 3 x 1 amp
b. CPG 75mg-0-0
c. Atorvastatin 0-0-20mg
d. Candesartan 0-0-16mg
e. Lansoprazole 30mg-0-0
f. Sucralfat 4x2cth
g. Mecobalamin 2x1
h. Laxadine 0-0-1cth
i. Paracetamol 3x500mg k/p
j. Amlodipine 5mg-0-0

42
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
A. Analisa Data

No Data (sign/symtomp) Etiologi Masalah


1 Gejala Mayor Hipertensi Penurunan Curah
Subyektif : Klien mengatakan ↓ Jantung (D.0011)
mudah lelah dan sesak saat Volume sekuncup
beraktifitas menurun
Objektif : ↓
- EKG : Sinus bradikardi Dg Perubahan afterload
HR 53x/mnt dg Normo Axis ↓
30 derajat Penurunan curah jantung
- Edema :
+ -
+ -
- Hasil echo: Disfungsi
diastolic LV, PR mild, MR
mild.
- Ro thorax: CTR 56%
Gejala Minor
Subyektif :-
Obyektif :
CO 3,6 L/m
SV 57 ml

2. Gejala Mayor Hipertensi Nausea


Subjektif : Klien mengatakan ↓ ( D.0076)
mual, kadang kadang pusing Peningkatan tekanan
darah

43
Objektif : ↓
- Natrium/ kalium 120/3,78 Peningkatan tekanan
mmol/L intracranial
- TD : 145/92 ↓
Gejala Minor Nyeri kepala oksipital
Subjektif : Klien mengatakan ↓
tidak napsu makan dan mulut Nausea
terasa pahit.
Objektif :
- Porsi makan klien hanya 2-3
sdm
- Mulut terlihat kering

3 Gejala Mayor Hipertensi Intoleransi


Subyektif : Klien mengatakan ↓ Aktifitas ( D.0056 )
mudah lelah jika beraktifitas Volume sekuncup
Gejala Minor menurun
Subyektif : ↓
- Klien merasa lemah. Penurunan aliran darah
- Klien mengeluhkan mudah ↓
Lelah dan sesak setelah Suplai O2 dan nutrisi
beraktifitas. otot rangka menurun
Obyektif : ↓
- Gambaran Ekg Sinus Metabolisme anaerob
bradikardi dengan HR ↓
53x/mnt dg Normo Axis 30 Peningkatan timbunan
derajat asam laktat
- Klien memiliki riwayat ↓
pingsan 3x setelah Fatique
beraktifitas ↓
Intoleransi aktifitas

44
B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosis Tanggal Tanda
Muncul Teratasi Tangan
1 04/10/2022 Penurunan curah jantung ditandai
dengan perubahan irama jantung,
perubahan preload, perubahan afterload.

2. 04/10/2022 Nausea berhubungan dengan


peningkatan intracranial ditandai dengan
klien mengeluh mual dan tidak napsu
makan.
3 04/10/2022 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
klien mengeluh mudah Lelah, merasa
lemah, memiliki riwayat pingsan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung (I.02075)


jantung ditandai tindakan keperawatan Observasi
dengan perubahan selama 2x24 jam • Monitor tekanan darah
irama jantung, diharapkan penurunan • Monitor intake dan
perubahan preload, curah jantung tidak output cairan
perubahan afterload. terjadi, dengan kriteria • Monitor saturasi oksigen
hasil : • Monitor EKG 12
Luaran utama : Curah sadapan
jantung membaik • Monitor aritmia
• Keluhan lelah menurun • Monitor fungsi alat pacu
• Bradikardia membaik jantung

45
(HR 60-100x/m) Teraupetik
• Edema menurun • Posisikan semifowler
kedalam kurang dari • Berikan diet jantung
3cm yang sesuai
• Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
Edukasi
• Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

Manajemen Alat Pacu


Jantung Permanen (I.02032)
Observasi
• Identifikasi indikasi
pemasangan alat pacu
jantung permanen
• Monitor tanda-tanda alat
pacu jantung bekerja
dengan baik
• Monitor respon
hemodinamik
Terapeutik
• Tentukan jenis dan
modus alat jantung
• Libatkan keluarga dalam
perawatan alat pacu
jantung
Edukasi
• Jelaskan indikasi, fungsi

46
dan komplikasi
implantasi alat pacu
jantung
• Anjurkan menghindari
atau menggunakan alat
yang menyebabkan
gangguan
elektromagnetik
• Anjurkan melakukan
pemeriksaan rutin alat
pacu jantung permanen
• Anjurkan tidak
mengoperasikan
kendaraan bermotor
sampai diijinkan oleh
kardiolog
• Anjurkan memantau alat
pacu jantung secara
teratur
• Anjurkan mengulang
rontgen thorax
• Ajarkan cara menegenali
tanda dan gejala
disfungsi alat pacu
jantung

2 Nausea berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Mual (I.03117)


dengan peningkatan tindakan keperawatan Observasi
intracranial ditandai selama 2x24 jam, • Identifikasi pengalaman
dengan klien diharapkan: mual
mengeluh mual dan a. Tingkat nausea pasien • Identifikasi dampak
tidak napsu makan. menurun, dengan mual terhadap nafsu
kriteria hasil: makan
• Nafsu makan pasien • Identifikasi factor

47
meningkat dari 2- penyebab mual
3sdm menjadi 2/3 • Monitor asupan nutrisi
porsi dan kalori
• Keluhan mual Terapeutik
menurun dari • Kendalikan factor
3x/shift menjadi lingkungan penyebab
1x/shift mual
• Perasaan pahit di • Berikan makanan dalam
mulut menurun jumlah kecil dan menarik
b. Keseimbangan Edukasi
elektrolit dalam batas • Anjurkan istirahat dan
normal, dengan tidur yang cukup
kriteria hasil: • Anjurkan makanan
• Serum natrium tinggi karbohidrat dan
membaik dari 120 rendah lemak
mmol/L menjadi Kolaborasi
135mmol/L • Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu

Manajemen elektrolit:
hyponatremia (I.03110)
Observasi
• Identifikasi tanda dan
gejala penurunan kadar
natrium
• Identifikasi penyebab
hyponatremia
• Periksa tanda-tanda
kelebihan cairan untuk
retriksi cairan
• Monitor intake dan
output cairan
• Monitor kadar natrium

48
serum
Terapeutik
• Lakukan restriksi cairan
• Berikan cairan NaCl
hipertonis 3-5%
Edukasi
• Anjurkan asupan
makanan mengandung
natrium
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
diet tinggi natrium
• Kolaborasi koreksi
natrium, jika perlu

3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.05178)
ketidakseimbangan selama 2x24 jam, Observasi
antara suplai oksigen diharapkan toleransi • Identifikasi gangguan
dan kebutuhan aktivitas pasien fungsi tubuh yang
oksigen ditandai meningkat, dengan mengakibatkan kelelahan
dengan klien kriteria hasil: • Monitor kelelahan fisik
mengeluh mudah • Kemudahan melakukan dan emosional
Lelah, merasa lemah, aktivitas sehari-hari • Monitor pola dan jam
memiliki riwayat meningkat dari duduk tidur
pingsan. di bed menjadi jalan • Monitor lokasi dan
disekitar bed ketidaknyamanan selama
• Keluhan lelah menurun melakukan aktifitas
• Perasaan lemah Terapeutik
menurun • Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
• Lakukan latihan rentang

49
gerak aktif dan atau pasif
• Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
• Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
• Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

50
51
52

Anda mungkin juga menyukai