Hipertensi
dengan Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)
Disusun Oleh :
dr. Diah Indah Arizka
Dokter Pendamping :
dr. Cut Nazmiati
ACEH TAMIANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini guna memenuhi
tugas Program Internsip Dokter Indonesia di UPTD Puskesmas Karang Baru
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Cut Nazmiati sebagai
pendamping dokter internsip Puskesmas Karang Baru yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama pengerjaan laporan kasus ini sehingga laporan kasus berjudul
“Hipertensi dengan Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)” dapat selesai
dengan baik.
Penulis menyadari laporan kasus ini tidak luput dari kesalahan. Untuk itu
penulis meminta maaf atas kekurangan dan mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaikinya menjadi lebih baik.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di masyarakat. Atas
perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja
keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Otot jantung akan
menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi
terganggu, selanjutnya jantung akan berdilatasi dan kemampuan kontraksinya
berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi gagal jantung. Gagal jantung adalah
5
keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara
adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.4
Gagal jantung yang disebabkan oleh hipertensi dikenal pula sebagai penyakit
jantung hipertensi (Hypertension Heart Disease). Penyakit jantung hipertensi ditandai
dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri jantung sebagai akibat langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan tekanan diastolik. Pengaruh faktor genetik pada proses ini lebih
jelas. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi juga berhubungan erat dengan
hipertrofi ventrikel kiri. 4
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini, yaitu untuk memahami ilmu teoritis dari
penyakit hipertensi beserta komplikasinya dan mampu meninjaunya dengan keadaan
klinis pasien.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini, yaitu sebagai wawasan bagi penulis untuk
mengetahui ilmu teoritis dari penyakit hipertensi dan mampu meninjaunya dengan
keadaan klinis pasien.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
2. 2. Epidemiologi
Sampai saat ini, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%,
sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar
14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.2 Pada Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, SpJP (K) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah
urban dan rural berkisar antara 17-21%.2
7
2. 3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.6
2. 4. Klasifikasi
Berdasarkan Joint National Committee VII, hipertensi diklasifikasikan sebagai
berikut:
8
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
2. 5. Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah terkadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung. Selain peningkatan tekanan darah, gejala-gejala lain yang sering ditemukan
antara lain adalah6:
Sakit kepala
Epistaksis
Telinga berdengung
Susah tidur
Mata berkunang-kunang
2. 6. Diagnosis
9
interval 1-2 minggu atau 2 hari berturut-turut dengan pengukuran sebanyak dua kali
atau lebih dalam jarak waktu lebih dari 2 menit pada masing-masing pengukuran.7
2. 7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis hipertensi antara lain
adalah6,7:
Pemeriksaan laboratorium
o Darah perifer lengkap
o Kimia darah (kalium, natrium, ureum, kreatinin, gula darah puasa/pp 2 jam,
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, asam urat)
o Urinalisis
o Rontgen thorax PA/BNO
o Elektrokardiografi
o Echocardiografi
o Funduskopi mata
o USG ginjal dan saluran kemih
2. 8. Komplikasi
Komplikasi atau kerusakan organ yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara
lain1,6:
Hipertrofi ventrikel kiri
Infark miokard
Angina pektoris
Gagal jantung
Riwayat revaskularisasi koroner
Aterosklerosis pembuluh darah
Nefropati
Retinopati
10
Stroke
TIA (transient ischemic attack)
2. 9. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi
adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik <140 mmHg dan tekanan
diastolik <90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.6
A : pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2, atau 3, tanpa gejala
penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan
modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan
obat antihipertensi.
Faktor risiko1,6:
Merokok
Dislipidemia
Obesitas (IMT>30)
11
Inaktivitas fisik
Diabetes melitus
Modifikasi gaya hidup merupakan cara yang cukup efektif, dapat menurunkan risiko
kardiovaskular dengan biaya sedikit dan risiko minimal. Tatalaksana ini tetap
dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah
dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan adalah6:
Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥27)
Membatasi alkohol
12
Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi
untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika
respons tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretik
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika
tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1
tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara
perlahan dan progresif.6
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara
langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg harus diberikan terapi
dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit. 6
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003,
ESH/ESC 2003), yaitu3:
13
Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan
pengobatan diuretik, penyekat beta, penghambat kalsium.
Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya
sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik, penghambat
ACE/ARB, penghambat beta, dan penghambat aldosteron.
2.10 Pencegahan
Sebelum penyakit hipertensi menyerang kita akan lebih baik jika kita
mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah hipertensi yaitu :
2. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat menyebabkan
lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi
3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh darah
dan menjadikannya tebal dan kaku
14
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik
≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Penyakit ini adalah penyakit
yang berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer
atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu,
misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin atau karena penyakit koartasio aorta.
3.2 SARAN
Setelah membaca tinjauan pustaka ini saya berpesan kepada para pembaca
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2006
2. Miftah, Suryadipraja. Prevalensi Congestive Hearth
Failure (CHF). Available from URL: library.usu.ac.id./download/fkm-
hiswani12.pdf. Diakses tanggal 11 Oktober 2008.
3. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2006
4. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2006.
5. Kasper, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. The
McGraw-Hill Company: 2005.
6. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius FK UI: 2001.
7. Salim, Edi Mart dkk. Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam, Palembang:
Lembaga Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNSRI;2002:42
16
LAMPIRAN
STATUS ORANG SAKIT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Suriana
Tanggal Lahir : 10 Mei 1978
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Desa Pahlawan, Dusun Keluarga
Tanggal Masuk : 21 Februari 2023
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sakit kepala
Telaah : Pasien datang ke Puskesmas Karang Baru dengan keluhan
sakit kepala bagian belakang sejak 1 hari yang lalu dan berulang sejak 2 tahun
belakangan ini, nyeri dirasakan hilang timbul dan nyeri dirasakan memberat
setelah pasien mengonsumsi makanan yang asin dan juga setelah beraktivitas
berat dan nyeri dapat hilang kembali setelah pasien beristirahat dan minum obat.
Pasien juga mengeluh terkadang merasa pusing namun tidaka dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Keluhan demam tidak ada, pasien juga sering mengeluhkan
sering terbangun malam hari dikarenakan batuk dan terasa sulit bernapas setelah
berktivitas berat. Keluhan mual muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK berwarna
kuning jernih dan lancar.Diketahui pasien sudah meminum obat amlodipin sejak
2 tahun yang lalu tetapi tidak rutin minum obat.Pasien juga memiliki kebiasaan
makan ikan asin, dan makanan berlemak dan jarang berolahraga.
17
RPK : Ibu Kandung pasien penderita Hipertensi
RPT : Hipertensi sejak 2 tahun lalu
RPO : Amlodipin 10 mg
18
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
KU/KP/KG : baik/sedang/kurang
Sensorium : Compos mentis
TD : 150/90 mmHg
HR : 94 x/i
RR : 23 x/i
Temperatur : 36,7 °C
BB : 79 kg
TB : 150 cm
LP : 102 cm
Status Lokalisata
a. Kepala : Normocephali, conj. anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
b. Leher : Pembesaran KBG (-), TVJ meningkat 5 + 2 cmH2O, PembesaraN
kelenjar tiroid (-)
c. Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, sela iga melebar (-), barrel chest
(-), sela iga melebar (-), retraksi dinding dada (-),
Dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
19
Inspeksi
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Batas Jantung atas ICS II, kanan 1 jari lateral linea
parasternalis dextra, kiri linea axillaris anterior
sinistra
: HR : 94 x/menit, BJ I dan II Normal, gallop (+)
Auskultasi
d. Abdomen : Inspeksi : Simetris , striae (-), venektasi (-), spider nevi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), Hepar teraba 2 jari
dibawah arcus costae, lien sulit dinilai, undulasi
(-)
Perkusi : Tymphani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
e. Ekstermitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
20
Electrolyte
Na : 137 mEq/L
K : 2,9 mEq/L
Cl : 106 mEq/L
KGDS : 127 mg/dL
Electrocardiography :
1. Irama : sinus
2. Rate : 115x/menit,regular
3. Pr interval 0,12 s
4. QRS complex 0,08 s QRS lebar
5. Axis : LAD
6. Hipertrofi LAE (p mitral lead II)
7. Kesan : Sinus takikardi + LAE
21
Rontgen Thorax :
22
VII. PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemid 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Edukasi :
23
LEMBAR FOLLOW UP
24
LP : 102 cm
TD : 120/80 mmHg
HR : 92 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,3 celcius
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax :
Cor : S1 (+), S2 (+), regular, gallop(-), Ronkhi Basah Basal(+/+)
Pulmo : Vesikuler, ST (-)
Abdomen : Soepel
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial (-/-)
A CHF NYHA Class 2 ec Hypertention
P Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemide 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Selasa, 21 Februari 2023
S Sakit Kepala sejak 1 hari yang lalu dan kontrol rutin
O BB: 79 Kg
TB : 151 cm
LP : 102 cm
TD : 140/80 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8 celcius
25
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax :
Cor : S1 (+), S2 (+), regular, gallop(-), Ronkhi Basah Basal(+/+)
Pulmo : Vesikuler, ST (-)
Abdomen : Soepel
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial (-/-)
A CHF NYHA Class 2 ec Hypertention
P Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemide 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg
26