Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Hipertensi
dengan Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)

Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas Program Internsip


Dokter Indonesia di UPTD Puskesmas Karang Baru

Disusun Oleh :
dr. Diah Indah Arizka

Dokter Pendamping :
dr. Cut Nazmiati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KARANG BARU
PERIODE NOVEMBER 2022 – MEI 2023

ACEH TAMIANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini guna memenuhi
tugas Program Internsip Dokter Indonesia di UPTD Puskesmas Karang Baru
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Cut Nazmiati sebagai
pendamping dokter internsip Puskesmas Karang Baru yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama pengerjaan laporan kasus ini sehingga laporan kasus berjudul
“Hipertensi dengan Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)” dapat selesai
dengan baik.
Penulis menyadari laporan kasus ini tidak luput dari kesalahan. Untuk itu
penulis meminta maaf atas kekurangan dan mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaikinya menjadi lebih baik.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di masyarakat. Atas
perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Karang Baru, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 6
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi ..................................................................................... 7
2.2 Epidemiologi ............................................................................................. 7
2.3 Etiologi ....................................................................................................... 8
2.4 Klasifikasi Hipertensi ................................................................................. 8
2.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 9
2.6 Diagnosis Hipertensi ................................................................................. 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 10
2.8 Komplikasi Hipertensi ............................................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan Hipertensi ........................................................................ 11
2.10 Pencegahan Hipertensi ............................................................................. 14
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15
3.2 Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
LAMPIRAN .................................................................................................... 17

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi JNC VII .................................................................8


Tabel 2.2 Penatalaksanaan Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi Resiko ..................12

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1

Sampai saat ini, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%,


sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar
14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.2 Pada Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, SpJP (K) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah
urban dan rural berkisar antara 17-21%.2

Sebanyak 85-90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut


sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil
hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data
akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder. Data yang tersedia pun sangat
tergantung pada lokasi di mana penelitian itu dilakukan. Diperkirakan terdapat sekitar
6% pasien yang menderita hipertensi sekunder, sedangkan di pusat rujukan dapat
mencapai sekitar 35%.3

Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja
keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Otot jantung akan
menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi
terganggu, selanjutnya jantung akan berdilatasi dan kemampuan kontraksinya
berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi gagal jantung. Gagal jantung adalah

5
keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara
adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.4

Gagal jantung yang disebabkan oleh hipertensi dikenal pula sebagai penyakit
jantung hipertensi (Hypertension Heart Disease). Penyakit jantung hipertensi ditandai
dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri jantung sebagai akibat langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan tekanan diastolik. Pengaruh faktor genetik pada proses ini lebih
jelas. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi juga berhubungan erat dengan
hipertrofi ventrikel kiri. 4

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini, yaitu untuk memahami ilmu teoritis dari
penyakit hipertensi beserta komplikasinya dan mampu meninjaunya dengan keadaan
klinis pasien.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini, yaitu sebagai wawasan bagi penulis untuk
mengetahui ilmu teoritis dari penyakit hipertensi dan mampu meninjaunya dengan
keadaan klinis pasien.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1

2. 2. Epidemiologi
Sampai saat ini, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%,
sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar
14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.2 Pada Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, SpJP (K) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah
urban dan rural berkisar antara 17-21%.2

Prevalensi hipertensi tergantung pada perbandingan komposisi ras dalam


populasi penelitian dan kriteria yang digunakan untuk menggambarkan kondisinya.
Dalam populasi suburban kulit putih seperti pada studi Framingham, hampir 1/5
populasi memiliki tekanan darah >160/95 mmHg, sedangkan hampir ½ populasi
memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Bahkan prevalensi yang lebih tinggi lagi
telah didokumentasikan dalam populasi bukan kulit putih. Pada wanita, prevalensi
hipertensi berkaitan erat dengan faktor usia, di mana terjadi peningkatan prevalensi
hipertensi pada wanita berusia >50 tahun. Peningkatan prevalensi ini diperkirakan
berhubungan dengan perubahan hormonal akibat menopause, meskipun
mekanismenya masih belum jelas. Adapun perbandingan frekuensi kejadian
hipertensi antara wanita dan pria adalah 0,6:0,7 pada usia 30 tahun dan 1,1:1,2 pada
usia 65 tahun.5

7
2. 3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.6

2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,


seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.6

2. 4. Klasifikasi
Berdasarkan Joint National Committee VII, hipertensi diklasifikasikan sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi JNC VII


Kategori TD Sistolik TD Diastolik

Normal <120 mmHg dan <80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg atau 80-89 mmHg

Hipertensi stage I 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg

Hipertensi stage II ≥160 mmHg atau ≥100 mmHg

Berdasarkan WHO-ISH, klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut:

Kategori TD Sistolik TD Diastolik

Optimal <120 mmHg <80 mmHg

Normal <130 mmHg <85 mmHg

8
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Derajat 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

-subgrup borderline 140-149 mmHg 90-94 mmHg

Derajat 2 (sedang) 160-179 mmHg 100109 mmHg

Derajat 3 (berat) ≥180 mmHg ≥110 mmHg

Hipertensi sistolik ≥140 mmHg <90 mmHg

-subgrup borderline 140-149 mmHg <90 mmHg

2. 5. Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah terkadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung. Selain peningkatan tekanan darah, gejala-gejala lain yang sering ditemukan
antara lain adalah6:

 Sakit kepala

 Epistaksis

 Telinga berdengung

 Rasa berat di tengkuk

 Susah tidur

 Mata berkunang-kunang

2. 6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,


hanya dapat ditetapkan setelah dilakukan tiga kali pengukuran tekanan darah dalam

9
interval 1-2 minggu atau 2 hari berturut-turut dengan pengukuran sebanyak dua kali
atau lebih dalam jarak waktu lebih dari 2 menit pada masing-masing pengukuran.7

2. 7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis hipertensi antara lain
adalah6,7:
 Pemeriksaan laboratorium
o Darah perifer lengkap
o Kimia darah (kalium, natrium, ureum, kreatinin, gula darah puasa/pp 2 jam,
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, asam urat)
o Urinalisis
o Rontgen thorax PA/BNO
o Elektrokardiografi
o Echocardiografi
o Funduskopi mata
o USG ginjal dan saluran kemih

2. 8. Komplikasi
Komplikasi atau kerusakan organ yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara
lain1,6:
 Hipertrofi ventrikel kiri
 Infark miokard
 Angina pektoris
 Gagal jantung
 Riwayat revaskularisasi koroner
 Aterosklerosis pembuluh darah
 Nefropati
 Retinopati

10
 Stroke
 TIA (transient ischemic attack)

2. 9. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi
adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik <140 mmHg dan tekanan
diastolik <90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.6

Kelompok risiko dikategorikan menjadi6:

A : pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2, atau 3, tanpa gejala
penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan
modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan
obat antihipertensi.

B : pasien tanpa penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ lainnya, tapi


memiliki satu atau lebih faktor risiko, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat
beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.

C : pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ


yang jelas.

Faktor risiko1,6:

 Usia (laki-laki >55 tahun, perempuan >65 tahun)

 Merokok

 Dislipidemia

 Obesitas (IMT>30)

11
 Inaktivitas fisik

 Diabetes melitus

 Jenis kelamin (pria dan wanita menopause)

 Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (laki-laki <55 tahun


atau perempuan <65 tahun)

 Mikroalbuminuria atau LFG <60 ml/menit

Penatalaksanaan hipertensi berdasarkan klasifikasi risiko6:


Tabel 2.2 Penatalaksanaan Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi Resiko

TD (mmHg) Kel. Risiko A Kel. Risiko B Kel. Risiko C

130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

≥160/≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup merupakan cara yang cukup efektif, dapat menurunkan risiko
kardiovaskular dengan biaya sedikit dan risiko minimal. Tatalaksana ini tetap
dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah
dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan adalah6:

 Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥27)

 Membatasi alkohol

 Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)

 Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na/2,4 gr Na/6 gr NaCl/hari)

 Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)

 Mempertahankan asupan kalium dan magnesium yang adekuat

12
 Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai


dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur,
kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih
disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat
mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar, melindungi pasien terhadap berbagai
risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan
tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi
kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti
memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. 6

Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi
untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika
respons tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretik
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika
tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1
tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara
perlahan dan progresif.6

Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara
langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg harus diberikan terapi
dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit. 6

Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003,
ESH/ESC 2003), yaitu3:

 Pengelolaaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat bermanfaat.

 Pasien hipertensi pascainfark jantung sangat mendapat manfaat pengobatan


dengan penyekat beta, penghambat ACE atau antialdosteron.

13
 Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan
pengobatan diuretik, penyekat beta, penghambat kalsium.

 Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi


dengan pengobatan diuretik, penghambat ACE/ARB, penyekat beta dan
antagonis aldosteron.

 Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya
sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik, penghambat
ACE/ARB, penghambat beta, dan penghambat aldosteron.

2.10 Pencegahan

Sebelum penyakit hipertensi menyerang kita akan lebih baik jika kita
mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah hipertensi yaitu :

1. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung


berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil yang menyebabkan
jntung terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi keperluan tubuh kita.

2. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat menyebabkan
lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi

3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh darah
dan menjadikannya tebal dan kaku

4. Pertahankan berat badan ideal

5. Olahraga secara teratur

6. Hindari konsumsi alkohol

7. Konsumsi makanan sehat,rendah lemak,kaya vitamin dan mineral alami

14
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik
≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Penyakit ini adalah penyakit
yang berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer
atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu,
misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin atau karena penyakit koartasio aorta.

3.2 SARAN

Setelah membaca tinjauan pustaka ini saya berpesan kepada para pembaca

 Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugerah yang tak ternilai


harganya. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
 Selalu memperhatikan asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita. Makanlah
makanan yang bergizi tinggi yang dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh kita
 Rajin berolahraga

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2006
2. Miftah, Suryadipraja. Prevalensi Congestive Hearth
Failure (CHF). Available from URL: library.usu.ac.id./download/fkm-
hiswani12.pdf. Diakses tanggal 11 Oktober 2008.
3. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2006
4. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2006.
5. Kasper, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. The
McGraw-Hill Company: 2005.
6. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius FK UI: 2001.
7. Salim, Edi Mart dkk. Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam, Palembang:
Lembaga Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNSRI;2002:42

16
LAMPIRAN
STATUS ORANG SAKIT

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Suriana
Tanggal Lahir : 10 Mei 1978
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Desa Pahlawan, Dusun Keluarga
Tanggal Masuk : 21 Februari 2023

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sakit kepala
Telaah : Pasien datang ke Puskesmas Karang Baru dengan keluhan
sakit kepala bagian belakang sejak 1 hari yang lalu dan berulang sejak 2 tahun
belakangan ini, nyeri dirasakan hilang timbul dan nyeri dirasakan memberat
setelah pasien mengonsumsi makanan yang asin dan juga setelah beraktivitas
berat dan nyeri dapat hilang kembali setelah pasien beristirahat dan minum obat.
Pasien juga mengeluh terkadang merasa pusing namun tidaka dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Keluhan demam tidak ada, pasien juga sering mengeluhkan
sering terbangun malam hari dikarenakan batuk dan terasa sulit bernapas setelah
berktivitas berat. Keluhan mual muntah tidak ada, BAB biasa dan BAK berwarna
kuning jernih dan lancar.Diketahui pasien sudah meminum obat amlodipin sejak
2 tahun yang lalu tetapi tidak rutin minum obat.Pasien juga memiliki kebiasaan
makan ikan asin, dan makanan berlemak dan jarang berolahraga.

17
RPK : Ibu Kandung pasien penderita Hipertensi
RPT : Hipertensi sejak 2 tahun lalu
RPO : Amlodipin 10 mg

18
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
KU/KP/KG : baik/sedang/kurang
Sensorium : Compos mentis
TD : 150/90 mmHg
HR : 94 x/i
RR : 23 x/i
Temperatur : 36,7 °C
BB : 79 kg
TB : 150 cm
LP : 102 cm

Status Lokalisata
a. Kepala : Normocephali, conj. anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
b. Leher : Pembesaran KBG (-), TVJ meningkat 5 + 2 cmH2O, PembesaraN
kelenjar tiroid (-)

c. Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, sela iga melebar (-), barrel chest
(-), sela iga melebar (-), retraksi dinding dada (-),
Dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor kedua lapangan paru

Auskultasi : SP: vesikuler (+/+)ST: ronkhi basah basal


halus(+/+), wheezing (-/-)
Jantung
: Ictus Cordis tidak terlihat

19
Inspeksi
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba

Perkusi : Batas Jantung atas ICS II, kanan 1 jari lateral linea
parasternalis dextra, kiri linea axillaris anterior
sinistra
: HR : 94 x/menit, BJ I dan II Normal, gallop (+)
Auskultasi

d. Abdomen : Inspeksi : Simetris , striae (-), venektasi (-), spider nevi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), Hepar teraba 2 jari
dibawah arcus costae, lien sulit dinilai, undulasi
(-)
Perkusi : Tymphani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
e. Ekstermitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Darah Lengkap
HB : 11,4%
Eritrosit : 4,01 juta/u
Leukosit : 7.000/ul
Trombosit : 148.000/ul
Hct : 34 %
 Renal Function Test
BUN : 11
Ureum : 24
Kreatinin : 0,7

20
 Electrolyte
Na : 137 mEq/L
K : 2,9 mEq/L
Cl : 106 mEq/L
KGDS : 127 mg/dL
Electrocardiography :
1. Irama : sinus
2. Rate : 115x/menit,regular
3. Pr interval 0,12 s
4. QRS complex 0,08 s QRS lebar
5. Axis : LAD
6. Hipertrofi LAE (p mitral lead II)
7. Kesan : Sinus takikardi + LAE

21
Rontgen Thorax :

Hasil : Tampak infiltrat diseluruh lapang Paru


Kesan : Pulmonary Edema

V. DIAGNOSIS: Hipertensi Stage 1 + Congestive Heart Failure NYHA Class 2

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Mitral Stenosis
2. Sindroma Nefrotik
3. Hipertensi + Emboli Pulmonal

22
VII. PENATALAKSANAAN
Farmakologi :

Bisoprolol 1 x 5 mg

Furosemid 1 x 40 mg

Candesartan 1 x 8 mg

Edukasi :

1. Minum obat secara teratur dan rutin


2. Mengurangi makanan asin, berpenyedap dan berlemak
3. Perbanyk konsumsi buah dan sayur
4. Melakukan aktivitas fisik ringan
5. Hindari merokok, alkohol, dan kopi
6. Istirahat yang cukup

23
LEMBAR FOLLOW UP

Jumat, 16 Desember 2022


S Sakit Kepala sejak 2 hari lalu dan ingin kontrol rutin
O BB: 76 Kg
TB : 151 cm
LP : 102 cm
TD : 140/90 mmHg
HR : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,3 celcius
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax :
Cor : S1 (+), S2 (+), regular, gallop(-), Ronkhi Basah Basal(+/+)
Pulmo : Vesikuler, ST (-)
Abdomen : Soepel
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial (-/-)
A CHF NYHA Class 2 ec Hypertention
P Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemide 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Jumat, 20 Januari 2023
S Mudah lelah saat beraktivitas, dan kontrol rutin
O BB: 79 Kg
TB : 151 cm

24
LP : 102 cm
TD : 120/80 mmHg
HR : 92 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,3 celcius
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax :
Cor : S1 (+), S2 (+), regular, gallop(-), Ronkhi Basah Basal(+/+)
Pulmo : Vesikuler, ST (-)
Abdomen : Soepel
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial (-/-)
A CHF NYHA Class 2 ec Hypertention
P Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemide 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Selasa, 21 Februari 2023
S Sakit Kepala sejak 1 hari yang lalu dan kontrol rutin
O BB: 79 Kg
TB : 151 cm
LP : 102 cm
TD : 140/80 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8 celcius

25
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax :
Cor : S1 (+), S2 (+), regular, gallop(-), Ronkhi Basah Basal(+/+)
Pulmo : Vesikuler, ST (-)
Abdomen : Soepel
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial (-/-)
A CHF NYHA Class 2 ec Hypertention
P Bisoprolol 1 x 5 mg
Furosemide 1 x 40 mg
Candesartan 1 x 8 mg

26

Anda mungkin juga menyukai