ANEMIA
Disusun Oleh:
Rafa” Assidiq
110.2014.218
Pembimbing:
RSUD CILEGON
Assalamu’alaikum.
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman. Karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini
dengan judul “ANEMIA” sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cilegon.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga referat ini selesai
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang
telah diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada dr.
Didiet Pratignyo, Sp.PD-Finasim selaku konsulen SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Cilegon yang telah memberikan bimbingan, ilmu, saran dan kritik kepada
penulis dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Definisi
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara labolatorik dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal
kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematocrit (packed red cell).
Untuk keperluan klinik (rumah sakit atau praktek dokter) di Indonesia dan
negara berkembang lainnya, kriteria WHO sulit dilaksanakan karena tidak praktis.
Apabila kriteria WHO dipergunakan secara ketat maka sebagian besar pasien
yang mengunjungi poliklinik atau dirawat di rurnah sakit akan memerlukan
pemeriksaan work up anemia lebih lanjut. Oleh karena itu beberapa peneliti di
Indonesia mengambil jalan tengah dengan memakai kriteria hemoglobin kurang
dari 10 g/dl sebagai awal dari work up anemia, atau di India dipakai angka 10- 1 1
g/dl.
2.1.2 Epidemiologi
Anemia mempakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta
orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. De
Maeyer memberikan gambaran prevalensi anemia di dunia untuk tahun 1985
seperti terlihat pada Tabel 2.
2.1.3 Etiologi
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam
penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
• Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme yang berperan dalam turunnya Hb.
• Pendekatan morfologi
Pendekatan kinetik
• Kehilangan darah.
Pendekatan morfologi
Anemia makrositik
Peningkatan retikulosit
Anemia mikrositik
Anemia normositik
a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg;
b. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-
34 pg;
c. Anemia makrositer, bila MCV 95 fl.
2.1.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada
tiga kelompok:
Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Anemia akibat kehilangan darah
Anemia Akibat Produksi Yang Berkurang Atau Gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau
sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin
yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal.
Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell
anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi,
vitamin B12,dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan
penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui antara lain:
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.
Gejala mum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah
penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb < 7 g/dl). Sindrom anemia
terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada
pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa
mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak
spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif
karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb < 7 g/dl).
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sinrom anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis anemia pada kadar haemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan haemoglobin.
Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah
sebagai berikut:
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis anemia dapat sederhana, tetapi sering juga bersifat sangat
kompleks, oleh karena itu langkang-langkah diagnosis harus dilakukan secara
sistematik dan efisien. Untuk menegakkan diagnosis anemia perlu dikerjakan:
1. Anamnesis
Seperti anamnesis pada umumnya, anamnesis pada kasus anemia harus ditujukan
untuk mengeksplorasi
• Riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia (misalnya, melena pada
penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal).
• Waktu terjadinya anemia: baru, subakut, atau lifelong. Anemia yang baru terjadi
pada umumnya disebabkan penyakit yang didapat, sedangkan anemia yang
berlangsung lifelong, terutama dengan adanya riwayat keluarga, pada umumnya
merupakan kelainan herediter (hemoglobinopati, sferositosis herediter).
• Riwayat transfusi.
• Penyakit hati.
a. Warna kulit : pucat, plethora, sianosis, icterus, kulit telapak tangan kuning
seperti jerami
b. Purpura : petechie dan ecchymosis
c. Kuku : koilonychias (kuku sendok)
d. Mata : icterus, konjungtiva pucat, perubahan fundus
e. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi, atropi papil lidah,
glossitis dan stomatitis angularis
f. Limfadenopati
g. Hepatomegaly
h. Splenomegali
i. Nyeri tulang atau nyeri sternum
j. Hemarthrosis atau ankalosis sendi
k. Pembengkakan testis
l. Pembengkakan parotis
m. Kelainan system saraf
• pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah
atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70% dan 70-
100%.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Penyaring
_ Rouleaux (gambar 6)
Gambar 6 Rouleaux
Pemeriksaan Khusus
Apusan darah tepi harus dievaluasi de-ngan baik. Beberapa kelainan darah
tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter.
• Hipersegmentasi neutrofi
• Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa
persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit
absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah merah
efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan dengan
jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retikulosit
terkoreksi adalah:
• Jumlah trombosit
• Pansitopenia
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi dari anemia adalah sbb:
a. Gagal jantung
b. Gagal ginjal
Seorang wanita hamil yang menderita anemia gizi besi kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang mempunyai persediaan zat besi sedikit atau tidak
mempunyai persediaan zat besi sama sekali di dalam tubuhnya. Jika setelah lahir
bayi tersebut tidak mendapatkan asupan zat besi yang mencukupi, bayi akan
berisiko menderita anemia.Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan
muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan
partus lama, perdarahan postpartum.Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat
mengakibatkan daya tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi.Anemia gizi besi
pada wanita hamil mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu,
peningkatan angka kesakitan dan kematian janin dan peningkatan risiko bayi
dengan berat badan lahir rendah
2.1.10 Pencegahan
Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia,
antara lain sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging,
ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami
haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke
dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA