Anda di halaman 1dari 33

RAFA” ASSIDIQ

1102014218

Pembimbing :
Dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RSUD CILEGON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 2 JULI – 20 JULI 2018
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal refluks
disease / GERD ) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat
refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai
gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring
dan saluran nafas.
Insidensi terjadinya GERD tinggi pada negara-negara barat.
Sementara di Indonesia belum ada data epidemiologinya
mengenai penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak
22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi
atas indikasi dyspepsia.
GERD dapat diderita oleh laki-laki dan perempuan. Rasio
laki-laki dan wanita untuk terjadinya GERD adalah 2:1 sampai
3:1. GERD pada negara berkembang sangat dipengaruhi oleh
usia, usia dewasa antara 60-70 tahun merupakan usia yang
seringkali mengalami GERD.
• Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
• Menurunnya tonus LES (lower esophageal
spinchter)
• Bersihan asam dari lumen esophagus menurun
• Ketahanan epitel esophagus menurun
• Bahan refluksat mengenai dinding esophagus
yaitu: pH<2, adanya pepsin, garam empedu, HCL.
• Kelainan pada lambung
• Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis
• Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral
• Alergi makanan atau tidak bias menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
• Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein
dan berkarbonat,alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan
yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian
bawah termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti
berbagai antihistamin) penghambat saluran kalsium, progesteron,
dan nitrat.
• Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
Refluks yang terjadi pada pasien penderita
GERD melalui 3 mekanisme.
1. Refluks spontan pada saat relaksasi SEB
yang tidak adekuat,
2. Aliran retrogard yang mendahului
kembalinya tonus SEB setelah menelan,
3. Meningkatnya tekanan intraabdomen.
Sebagian besar pasien GERD ternyata memiliki tonus
SEB yang normal. Yang dapat menurunkan tonus SEB
antara lain:
1. Adanya hiatus hernia
2. Panjang SEB. Semakin pendek semakin rendah
tonusnya.
3. Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik,
theofilin, opiat dan lain-lain.
4. Kehamilan. Karena terjadi peningkatan progesteron
yang dapat menurunkan tonus SEB
5. Makanan berlemak dan alkohol.
Mekanisme ketahanan epitelial esofagus terdiri dari:
1. Membran sel
2. Intraseluler junction yang membatasi difusi H+ ke
jaringan esofagus.
3. Aliran darah esofagus yang menyuplai nutrisi,
oksigen dan bikarbonat, serta mengeluarkan ion H+
dan CO2
4. Sel-sel esofagus mempunyai kemampuan untuk
mentransport ion H+ dan Cl- intrasel dengan Na+ dan
bikarbonat ekstrasel.
Dua mekanisme dianggap sebagai penyebab Refluks
ekstraesofagus. Mekanisme tersebut antara lain.
1. Kontak langsung refluksat (asam lambung dan
pepsin) ke esofagus proximal dan SEA yang
berlanjut dengan kerusakan mukosa faring, laring
dan paru.
2. Pajanan esofagus distal akan merangsang vagal
refleks yang menyebabakan spasme bonkus, batuk,
sering meludah dan menyebabkan inflamasi pada
faring dan laring.
Gejala GERD meliputi :
• Heartburn (Panas di dada )
• Post prandial heart burn
• Setelah makan
• Lebih berat saat membungkuk
• Setelah minum alcohol / sari buah / kopi / minum panas atau dingin
• Berkurang bila minum antasida
• Regurgitasi
• Rasa asam di mulut
• Nyeri dada substernal
• Nyeri epigastrium
• Sendawa ( belching )
• Cegukan ( biccup )
• Cepat merasa kenyang
• Mual – Muntah
• Disfagi
• Odinofagi
• Serangan sesak napas tengah malam ( nocturnal choking )
• Suara yang parau
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
seksama, beberapa pemeriksaan penunjang lainnya dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu :
• Endoskopi saluran cerna bagian atas
• Esofagografi dengan Barium
• Pemantauan pH 24 jam
• Tes Bernstein
• Pemeriksaan manometri
• Scintigrafi Gastroesofageal
• Tes supresi asam
Klasifikasi Los Angeles
Derajat kerusakan Endoskopi

A Erosi kecil pada mukosa esofagus dengan diameter <5 mm

B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter >5mm


tanpa saling berhubungan

C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai atau mengelilingi


seuruh lumen

D Lesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial/


mengelilingi seluruh lumen esofagus.
Klasifikasi Savary-Miller
GRADE Deskripsi endoskopi
I Erosi sebagian dari satu lipatan mukosa esofagus
II Erosi sebagian dari beberapa lipatan mukosa
esofagus. Erosi dapat bergabung
III Erosi meluas pada sirkumferesnsia esofageal
IV Ulkus, striktura dan pemendekan esofagus
V Barrett’s ephitelium
• Achalasia
• Gastritis (radang lapisan lambung)
• Kanker esophagus
• Ulkus Peptikum
• Esophagitis
Modifikasi gaya hidup
Hal yang perlu dilakukann dalam modifikasi gaya hidup antara lain:
1. Meninggikan posisi kepala pada saat tidur dan menghindari makan sebelum tidur,
dengan tujuan meningkatkan bersihan asam lambung selama tidur serta mencegah
refluks asam lambung ke esofagus.
2. Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol karena berpengaruh pada tonus SEB.
3. Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi jumlah makanan yang di makan
karena dapat menimbulkan distensi lambung.
4. Menurunkan berat badan dan menghindari memakai pakaian ketat untuk
mengurangi tekanan intrabdomen.
5. Menghindari makanan dan minuman seperti coklat, tehm kopi dan minuman soda
karena dapat merangsang aam lambung.
6. Jika memugkinkan, hindari pemakaian obat yang dapat meningkatkan menurunkan
tonus SEB, antara lain antikolinergik, tefilin, diazepam, antagonis kalsium,
progesteron.
Modifikasi gaya hidup merupakan penatalaksanaan lini pertama bagi wanita
hamil dengan GERD.
ANTASIDA
Antasida sebelum makan atau setelah gejala gejalanya
mulai dapat mengurangi keasaman lambung (kenaikan pH ).
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam
tersebut, selain itu antasida juga bekerja dengan cara
menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada
kondisi asam, enzim ini diketahui juga berperan dalam
menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia.
Inhibitor pompa proton (seperti omeprazole ,
esomeprazole , pantoprazole , lansoprazole , dan rabeprazole )
adalah yang paling efektif dalam mengurangi sekresi asam
lambung. Obat ini menghentikan sekresi asam pada sumber
produksi asam, yaitu pompa proton.
Agonis reseptor GABA . Selain sifat tulang yang relaksan
otot, juga telah terbukti menurunkan transien rendah relaksasi
sfingter esofagus dengan dosis 10 mg diberikan 4(empat)kali
sehari. Penurunan relaksasi esofagus secara klinis mengurangi
episode refluks.
Berguna sebagai tambahan dalam membantu
menyembuhkan dan mencegah kerusakan esofagus disebabkan
oleh GERD, namun harus diambil beberapa kali setiap hari dan
setidaknya dua (2) jam terpisah dari makanan dan obat.
Prokinetics memperkuat sfingter esofagus bawah (LES) dan
mempercepat pengosongan lambung.
Skema 1. Algoritma tatalaksana GERD pada pelayanan kesehatan lini pertama.

Gejala khas GERD

Umur <40 tahun


Umur >40 tahun

PPI tes/ terapi empiris

Gejala Respon baik


menetap/berulang

Endoskopi Terapi minimal 4minggu

kekambuhan Terapi on demand


Skema 2. Algoritma tatalaksana GERD pada pusat pelayanan yang memiliki fasilitas
diagnostik memadai.

Terduga kasus
GERD

Tidak Diselidik
diselidiki
Keluhan menetap

Terapi empiris/Tes Terapi awal


PPI

PPI test 1-2 minggu Esofagitis sedang dan


dosis ganda (sensitivitas berat Gejala berulang
60-80%) Esofagitis ringan

NERD

On demand Terapi
therapy Maintenance
Perlakuan bedah standar adalah fundoplication Nissen .
Dalam prosedur ini bagian atas perut melilit lower esophageal
sphincter (LES) untuk memperkuat sfingter dan mencegah refluks
asam dan untuk memperbaiki hernia hiatus.
• Esofagitis
• Striktura Esofagus
• Barrett’s Esophagus
Beberapa peralatan kemungkinan digunakan untuk
meringankan gastroesophageal reflux. Mengangkat kepala pada
tempat tidur kira-kira 6 inci mencegah asam mengalir dari
kerongkongan sebagaimana seseorang tidur. Makanan dan obat-
obatan yang menjadi penyebab harus dihindari, sama seperti
merokok. Pemberian obat bethanechol atau metoclopramide juga
biasa digunakan untuk membuat sphincter bagian bawah lebih
ketat. Makanan dan minuman yang secara kuat merangsang
perut untuk menghasilkan asam atau yang menghambat
pengosongan perut harus dihindari sebaiknya.
• Bagi orang-orang dengan ringan sampai sedang penyakit
(kelas 1-2), perawatan di rumah dan H2-blocker umumnya
efektif.
• Esofagitis berat (kelas 3-4) biasanya membutuhkan terapi PPI.
Jika kambuh terjadi, terapi jangka panjang atau operasi akan
diperlukan untuk menghindari komplikasi.
• Komplikasi refluks asam dapat mencakup hal-hal berikut.
Sebagian besar ini jarang terjadi, tetapi GERD dapat menjadi
langkah pertama menuju salah satu dari mereka. Pengobatan
terbaik untuk semua ini adalah pencegahan.
• Prognosis GERD sangat baik dengan 80-90% dari individu
yang terkena pulih dengan bantuan antasida. Beberapa
mungkin perlu obat lain, tetapi tidak sangat jelas berapa lama
waktu yang dibutuhkan bagi mereka untuk pulih. Dalam
beberapa, pemulihan bisa sementara atau parsial.
GERD adalah penyakit yang umum. Gejala GERD kronis dan secara
signifikan dapat mengganggu kualitas hidup. Pengobatan dengan inhibitor
pompa proton adalah pengobatan yang efektif, tetapi kebutuhan untuk terapi
seumur hidup mahal biasanya diperlukan. Operasi adalah alternatif yang baik
untuk terapi medis yang berkepanjangan. Pasien dengan GERD parah dan
rumit harus disarankan untuk menjalani operasi, yang tampaknya memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan terapi medis. Operasi mengoreksi
penyebab GERD; itu perbaikan hernia hiatus, menambah esophageal sphincter
rendah dan meningkatkan pengosongan lambung dan esofagus motilitas tubuh.
Ini menciptakan penghalang yang mencegah tidak hanya dari refluks asam,
tetapi juga dari refluks isi empedu dan regurgitasi makanan. Oleh karena itu,
operasi tampaknya lebih efektif dalam mengontrol kedua gejala dan
perkembangan penyakit ke bentuk yang lebih serius dari metaplasia Barrett
dan mungkin adenokarsinoma. Fundoplication Laparoskopi adalah standar
emas untuk pengobatan bedah GERD

Anda mungkin juga menyukai