2)
PENGERTIAN :
Serumen yang tidak berhasil dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada
kanalis austikus eksternus
ANAMNESIS :
Gejala klinis serumen prop adalah :
1.telinga terasa penuh
2.pendengaran berkurang
3.nyeri pada liang telinga karena serumen yg keras dan menekan dinding telinga
PEMERIKSAAN FISIK :
Tampak sumbatan pada liang telinga berwarna putih sampai hitam kecoklatan
menutupi saluran liang telinga
KRITERIA DISGNOSIS :
1.inspeksi
2.otoskopi
DIAGNOSIS BANDING :
1.benda asing di liang teling
2.keratosis obturans
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan
TERAPI :
Ekstraksi serumen
Cara cara ekstraksi serumen yang menumpuk di liang telinga antara lain:
1. Serumen yg lembek dibersihkan dengan kapas yg di Lilitkan pada aplikator
(pelilit)
2. Serumen yg keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret
3. Serumen yg sangat keras( membatu) di lembekan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10% atau H2O2 3% 3-5 tetes 3 kali sehari selam 3-5 hari, setelah
itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret
PROGNOSIS :
Prognosis pada serumen prop baik
KEPUSTAKAAN :
1. Wright D,disease of THR external ear, in: scott brown's otolaryngology, 7th
edition,Oxford boston Johannesburg, elsivier,2008
KEPUSTAKAAN :
1. MD schwaber, Mitchell K(2001). Trauma to middle ear inner ear and temporal
bone in balanger's : manual of otorhinolaryngology head and neck surgery,
London : BC decker.p.98-9
3. Toner JG, ker AG. Ear trauma.in: booth JB, editor. Otology, scott-brownss
otolarngology, 6th ed. Butterworth heinemann; 1997.p.3/7/1/13
PROGNOSIS
Oleh akibat jenis ketulian akibat terpapar bisisng adalah tuli koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya
ketulian
KEPUSTAKAAN:
1. Doble RA. Noise induced hearing loss, dalam: bailey BJ, Ed head and neck
surgery_otolaryngology, 2014
PENGERTIAN:
Rinitis alergi adalah suatu peradangan pada mukosa hidung setelah terpapar
alergen yg diperantarai oleh igE, ditandai dengan gejala gejala pada hidung yaitu
bersin bersin,hidung tersumbat dan hidung gatal .gejala ini paling tidak terjadi
selama dua hari berturut turut atau lebih selama >1 jam sehari 2
Anamnesis:
Gejala gejala yg sering timbul pada rinitis alergi yaitu rinore, hidung tersumbat
,hidung gatal. Gejala ini paling paling tidak terjadi selama dua hari berturut turut
atau lebih selama >1 jam sehari , gejala tersebut bersifat menahun dan hilang
timbul terkait dengan paparan alergen, gejala lain adalah penciuman
berkurang,lendir di belakang hidung, batuk batuk . Frekuensi serangan
berat/ringan nya penyakit,lama sakit dan pengaruh terhadap kualitas hidup ,
seperti adalah gangguan terhadap sekolah, tidur dan aktivitas sehari2 .gejala
kemungkinan penyakit penyerta seperti sakit kepala,nyeri dahi,sesak nafas,
gatal2 pada kulit . Gejala memberat bila terpapar iritan non spesifik seperti asap
rokok ,udara dingin ,lembab,bau merangsang dan polutan
PEMERIKSAAN FISIK
1.rinoskopi anterior
Mukosa edema basah,berwarna pucat disertai adanya sekret encer yg
banyak,bila gejala persisten mukosa inferior tampak hipertrofi
2. Nasoendoskopi
Mukosa edema basah,berwarna pucat disertai adanya sekret encer yg
banyak ,bila gejala persisten mukosa inferior tampak hipertrofi
3. Pada anak dapat dijumpai tanda alergi seperti allergic shiner,allergic salute,
allergic crease
KRITERIA DIAGNOSIS :
Klasifikasi rinitis alergi menurut ARIA-WHO
1.berdasarkan lama penyakit :
-intermiten yaitu jika penderita mempunyai gejala selama kurang dari 4 hari
dalam 1 minggu
-persisten lebih yaitu jika penderita mempunyai gejala selama dari 4 hari dalam
1 minggu dan penyakit nya sudah berlangsung selama lebih dari 4 minggu
2. Berdasarkan berat nya penyakit:
-ringan jika terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut :
-gangguan tidur, gangguan aktivitas harian dan gangguan pekerjaan atau
sekolah
-sedang -berat jika gejala hidung nya mengakibatkan gangguan pada satu atau
lebih aktifitas sebagai berikut:gangguan tidur ,gangguan aktivitas harian dan
gangguan pekerjaan atau sekolah
DIAGNOSIS BANDING :
1. rinitis infeksi
2. rinitis akibat kerja
3. rinitis medikamentosa
4. Renitis vasomotor
5. Renitis hormonal
6. Non-alergic rhinitis eosinophilic syndrom (NARES)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah laboratorium : hitung jenis, eosinofil meningkat igE serum
total dan igE serum spesifik meningkat
2. Kerokan mukosa hidung : eosinofil dominan
3. Uji tusuk kulit/prick test dengan jarum tunggal atau multiple prick test. Dapat
dilanjutkan dengan uji kulit intra dermal pengenceran berganda
4. Foto polos sinus paranasal (bila dicurigai ada komplikas sinusitis, bila tidak ada
respon terhadap terapi atau di rencanakan untuk tindakan operasi
5. Pemeriksaan sitologis atau histologis, bila diperlukan untuk menindaklanjuti
terhadap terpi atau melihat morfologi dari mukosa hidung
6. Tes provokasi hidung (nasal nchallenge test)
TERAPI
Guideline ARIA: penatalaksanaan rinitis alergi
Moderate
Severe
intermiten
Mild
persistent
Moderate
Severe
persistent
Intranasal steroid
Local cromine
Leokotrine receptor antagonist
EDUKASI
KEPUSTAKAAN :
1. ARIA (allergic rinitis and its impact on asthma). Report 2010.canada :
Hidung tersumbat
Secret dalam hidung
Rasa sakit atau tidak
Makin lama dirasa semakin tersumbat/tidak
Waktu (sudah berapan lama) / kapan mulai dirasakan
PEMERIKSAAN FISIK
1.
2.
3.
4.
KRITERIA DIAGNOSIS
1.
2.
3.
4.
Anamnesis
Inspeksi
Rhinoskopi anterior dan posterior
Nasoendoskopi
DIAGNOSIS BANDING
1. Sinusitis akut
2. Polip hidung
3. Atresia koana
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rotgen paranasal
2. CT SCAN sinus paranasal
TERAPI
Prinsip-prinsip penetalaksanaan yang dapat diterapkan antara lain :
7. Mengeluarkan benda asing dari dalam hidung
8. Penilain terhadap mukosa hidung dan bagian dalam rongga hidung yang lain
apakah tampak adanya destruksi atau ulserasi yang terjadi akibat benda asing
(terutama yang bersifat korosif dan lintah)
9. Evaluasi perdarahan yang terjadi akibat benda asing maupun proses
pengembaliannya
10. Pemilihan pengobatan antibiotic, analgetik, anti hearmoharrgik, dan anti inflamasi
baik local maupun sistemik untukm pasien apabila dinperlukan
EDUKASI
1. Menganjurkan pasien untuk tidak memasukan benda asing kedalam rongga
hidung
2. Menganjurkan kepada orang tua untuk memperhatikan anaknya saat bermain
atau beraktivitas
PENGERTIAN :
Dislokasi dan fraktur septum adalah gangguan pertumbuhan yg tidak seimbang
antara kartilago dan tulang septum, traumatik akibat fraktur fasial, fraktur nasal,
fraktur septum
Anamnesis:
Gejala klinis penderita dislokasi dan fraktur septum adalah:
1.hidung tersumbat biasanya unilateral dan dapat intermiten
2. Hiposmia atau anosmia
3. Sakit kepala dengan derajat yg bervariasi
Pemeriksaan fisik:
1. Obstruksi hidung
Selalu terjadi pada sisi yg deviasi, tetapi sisi sebelah nya juga sering terjadi
obstruksi disebabkan oleh hipertrofi konka
2.perubahan mukosa
Udara inspirasi menjadi terkonsentrasi pada daerah yg sempit menyebabkan
efek kering sehingga terjadi pembentukan krusta, pengangkatan krusta dapat
menyebabkan ulserasi dan perdarahan
3.hiposmia/ anosmia yg disebabkan oleh obstruksi
4. Nyeri
Tekanan yg disebabkan oleh septum yg deviasi terhadap syaraf sensoris
sekitarnya dapat menyebabkan nyeri
KRITERIA DIAGNOSIS :
1. Rinoskopi Anterior
2. Pemeriksaan nasoendoskopi
DIAGNOSIS BANDING :
1. Fraktur os nasal
2. Fraktur maksilia
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Pemeriksaan X-ray paranasal
TERAPI :
Pada septum deviasi ringan yang tidak menyebabkan gejala, dilakukan observasi
pada septum deviasi yang memberikan gejala obstruksi dilakukan pembedahan
septoplasi
EDUKASI :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini jika tidak dijumpai gejala klinis
tidak perlu di reposisi
PROGNOSIS :
Baik
KEPUSTAKAAN :
1.Balley B.J, johnson J.T, head and neck surgery otolaryngology, fourth
editions,volume one, lipincot williams and willkins, 2006,p: 307-334
2. Maran A.G, lund V.J, clinical rhinology, thiema medical publishers, inc,
newyork,1990,p: 5-15, 82
3. Lee K.j, esential otolaryngology head and neck surgery, international edition,
MC, graw-hill, 2003
4. Behrbohm H, tardy M.E Jr, essentials of septorhinoplasty, philosophyapproaches-techniques, thiema medical publishers, inc, newyork, 2004