Obat memiliki kemampuan untuk memodifikasi proses biologis yang fundamental, dan
fungsi dari obat tersebut berhubungan dengan reaksi efek samping (‘adverse drug reactions’/
ADR). Kebanyakan obat tidak bersifat toksik (non-toksik), akan tetapi obat juga dapat
menimbulkan reaksi yang serius dan mengancam hidup. Setiap obat dapat menimbulkan reaksi
yang berat atau kadang-kadang fatal, bahkan dengan cara pemberian yang benar dan indikasi
yang tepat. Reaksi tersebut tidak dapat diperkirakan atau dicegah. Saat reaksi itu terjadi maka
menimbulkan efek samping atau respon yang berbahaya dan tidak diinginkan terhadap suatu
jenis obat. Contoh efek samping yang tidak diinginkan ini adalah Eksantema Fikstum. 3
II.1 Definisi
Eksantema fikstum atau yang dikenal juga sebagai Fixed exanthema atau Fixed drug
eruption adalah kelainan berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong yang
besarnya numuler. Eksantema fikstum adalah kelainan yang akan timbul berkali – kali pada
tempat yang sama jika mengalami keadaan alergi obat / adverse drug reactions. 1
II.2 Etiologi
Eksantema fikstum merupakan bagian dari ‘Adverse drug reaction’. Lebih dari 90%
kasus ADR yang ditemukan berbentuk eksantema fikstum. Erupsi eksantematosa dapat
disebabkan oleh banyak obat termasuk penisilin, sulfonamid, dan obat antiepiletikum.
Berdasarkan hasil data laboratorium diketahui bahwa sel T juga ikut terlibat dalam reaksi ini
karena sel T dapat menangkap berbagai jenis obat tanpa perlu memodifikasi protein dari
hapten. 2
oral. 4
II.4 Patogenesis
II.5 Simtomatologi
Eksantema fikstum berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dengan
ukuran lentikular atau nummular seperti plakat. Dapat pula berupa bercak hiperpigmentasi
yang lama, dan akan menghilang kemudian, atau meninggalkan bekas yang menetap. Kelainan
ini selalu timbul berkali – kali pada tempat yang sama jika mengalami alergi obat di waktu
mendatang. 1
Tempat predileksi disekitar mulut, terutama daerah bibir dan daerah penis pada laki –
laki, namun dapat terjadi pada seluruh tubuh. 1,4
Pada mulanya akan terjadi perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa
didahului blister ataupun pustulasi. Erupsi bermula pada daerah leher dan menyebar ke bagian
perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu disertai pruritus. Erupsi baru muncul sekitar
satu minggu setelah pemakaian obat dan dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 7 sampai
14 hari. 2
II.6 Diagnosis
diantaranya harus ditanyakan tentang pemakaian obat akhir – akhir ini, dan riwayat klinis.
Berdasarkan anamnesis yang teliti, didapat adanya residif di tempat yang sama ( berulang ). 1,2
1. Mastositosis
Merupakan urtikaria yang disertai tanda Darrier. Hal ini terjadi bila terdapat
lesi yang digores dengan benda tumpul, yang akhirnya menimbulkan urtikaria.
3. Sindrom Stevens-Johnson 4
II.8 Pengobatan
Pengobatan untuk eksantema fikstum yang paling penting adalah menghentikan obat
pencetus kelainan ini. Adapun langkah lain yang dapat dilakukan dokter untuk menanaganinya
adalah:
Digunakan pada lesi erosi, eksudatif dengan melakukan kompres terbuka dengan
antiseptik ringan, contohnya adalah asam salisilat 1 : 1.000
Kelainan ini bersifat rekuren, artinya dapat terjadi kembali bila mengalami alergi
obat di waktu mendatang, maka dari itu untuk mencegah rekurensi diharapakan penderita
hindari obat terduga. 4
II.9 Prognosis
Prognosis penyakit ini baik, bila dilakukan perawatan dengan tepat, sedangkan untuk
BAB III
PENUTUP
A. Ringkasan
Eksantema fikstum merupakan kelainan berupa eritema dan veiskel yang berbentuk
bulat atau lonjong dengan ukuran numural atau lentikular. Disebut eksantema fikstum karena
kelainan ini akan timbul berkali – kali pada tempat yang sama jika mengalami alergi obat.
Prognosis penyakit ini baik, karena dapat sembuh sendiri bila kita menghentikan obat
pemicu penyakit ini. Hiperpigmentasi yang terjadi juga dapat hilang, walaupun memakan
medis atau penggunaan obat penderita, serta gambaran klinis yang nampak pada tubuh
penderita. Eksantema fikstum adalah penyakit sebagai respon alergi yang paling sering
muncul di sekitar mulut, maka kita sebagai dokter gigi harus mengatahui lebih dalam