IMPETIGO KRUSTOSA
Disusun Oleh :
Rukmana Devi Lestari, S.Ked
NIM : 71 2018 002
Pembimbing :
dr. Lucille Anisa Suardin, Sp. KK
1
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Impetigo Krustosa
Disajikan Oleh :
Rukmana Devi Lestari, S.Ked
NIM : 71 2018 002
Pembimbing :
dr. Lucille Annisa Suardin, Sp. KK
Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis memanjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Dermatitis Venenata dan Neurodermatitis sirkumsskrip”, untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Lucille Annisa Suardin, Sp.
KK yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini menguraikan tentang Pemfigoid Bulosa. Dengan laporan
kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan orang banyak
yang membacanya terutama mengenai penyakit ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dimasa mendatang.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB IV KESIMPULAN............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda dapat memahami kasus mengenai
impetigo krustosa.
2. Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu mengenali dan
memberikan tatalaksana secara benar tentang penyakit impetigo
krustosa.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi diharapkan laporan kasus ini dapat menambah sumber
ilmu pengetahuan dan bahan referensi dalam bidang ilmu kesehatan
kulit dan kelamin tentang impetigo krustosa.
2
Nama : An. A
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TK
Alamat : Jl. Panca
Tanggal Periksa : 22 Juni 2020
2.2. Anamnesis
Aloanamnesis dilakukan tanggal 22 Juni 2020, Pukul 11.30 WIB
BB : 25 kg
Kepala : Normocephali
3.7 Tatalaksana
A. Nonfarmakologi
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
2. Menjaga higienis tubuh seperti mandi teratur dengan sabum, rajin
mencuci tangan.
3. Hindari menggaruk-garuk luka.
B. Farmakologi
- Sebelum mengoleskan salep dan krusta banyak, krusta dapat dilepas
dengan mencuci menggunakan H2O2 dalam air.
- Salep mupirocin 2% 10 gram, 3 kali sehari selama 5 hari
3.8 Prognosis
infeksi kulit bakteri utama dan penyakit kulit peringkat tiga terbesar pada
anak. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak
2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. 1,3,4
Diagnosis banding impetigo krustosa adalah ektima dan varisela.
Ektima merupakan ulkus superfisial dengan krusta diatasnya yang
disebabkan karena infeksi oleh Streptococcus. Ektima tampak sebagai
krusta tebal berwarna kuning dan biasanya berlokasi di tungkai bawah,
yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Semua kalangan umur,
jenis kelamin, dan ras bisa terkena, terutama anak-anak, manula, dan
pasien dengan immunokompromise (misal, diabetes, neutropenia,
pengobatan immunosupressive, keganasan, HIV). Kasus ektima terjadi
diseluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis. Ektima
disebabkan oleh Streptococcus group A beta haemoliticus,
Staphylococcus aureus dan atau kedua-duanya dapat terisolasi pada
kultur. Infeksi Bakteri dikulit terutama disebabkan oleh kedua bakteri
tersebut. Pada ektima, tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning,
biasanya berlokasi ditungkai bawah, yaitu tempat yang relatif
mendapat banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan dampak
ulkus yang dangkal. Lesi ektima dapat berkembang dari pioderma
primer, penyakit kulit, atau trauma yang sudah ada sebelumnya
Sedangkan ektima gangrenosum merupakan luka kutaneus yang
disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan mirip dengan ektima
Staphylococcus atau Streptococcus.5,6
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Pada orang yang
belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10
tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara
pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella secara
nyata menurun. Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan,
dengan kisaran 10 sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada
pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah menerima
10
Diagnosis Banding
Kasus Impetigo Ektima Varisella
Krustosa
Epidemiologi Anak usia Penyakit ini Semua kalangan Pada orang
6 tahun banyak terjadi umur, jenis yang belum
berjenis pada anak - kelamin, dan ras mendapat
kelamin anak kisaran bisa terkena, vaksinasi, 90%
laki-laki usia 2-5 tahun terutama anak-anak, kasus terjadi
dengan rasio manula, dan pasien pada anak-anak
yang sama dengan dibawah 10
antara laki- immunokompromise tahun, 5%
laki dan (misal, diabetes, terjadi pada
perempuan. Di neutropenia, orang yang
Amerika, pengobatan berusia lebih
impetigo immunosupressive, dari 15 tahun.
merupakan keganasan, HIV).
10% dari Kasus ektima
penyakit kulit terjadi diseluruh
anak yang dunia, terutama di
menjadi daerah tropis dan
11
penyakit subtropis.
infeksi kulit
bakteri utama
dan penyakit
kulit peringkat
tiga terbesar
pada anak. Di
Inggris
kejadian
impetigo pada
anak sampai
usia 4 tahun
sebanyak
2,8% pertahun
dan 1,6% pada
anak usia 5-15
tahun.
Etiologi Staphylococcu Ektima disebabkan infeksi akut
s aureus, oleh Streptococcus primer oleh
group A beta virus varicella
Streptococcus
haemoliticus, zoster
group A beta- Staphylococcus
hemolitikus aureus dan atau
kedua-duanya
(GABHS) atau
kedua-duanya.
Predileksi Diatas Daerah yang Ekstremitas bawah, Pada pasien
bibir dan terpajan, wajah, dan ketiak yang belum
pipi terutama mendapat
wajah di vaksinasi,
sekitar hidung ruam dimulai
dan mulut, dari muka dan
tangan, leher, skalp, dan
dan kemudian
ekstremitas. menyebar
secara cepat ke
badan dan
sedikit ke
ekstremitas.
Lesi baru
muncul
berturut-turut,
dengan
distribusi
terutama di
bagian sentral.
12
Ruam
cenderung
padat kecil-
kecil di
punggung dan
antara tulang
belikat
daripada
skapula dan
bokong dan
lebih banyak
terdapat pada
medial
daripada
tungkai sebelah
lateral.
Bila ditinjau dari gejala klinis, pada kasus ini adanya lesi pada Pada
regio oralis, dan zygomatikum, terdapat makula eritematosa, multiple,
ireguler, berukuran 0,3-0,5cm x 0,4-1 cm, penyebaran diskret dan terdapat
krusta berwana kuning seperti madu diatasnya. Pada regio oralis, nasalis,
dan zygomatikum, terdapat makula eritematosa, multipel, ireguler,
berukuran 1,5-2,5cm x 0,7-3,5 cm, penyebaran diskret dan terdapat krusta
berwana kuning seperti madu diatasnya.
Sesuai dengan teori yaitu Impetigo krustosa dapat terjadi di mana
saja pada tubuh, tetapi biasanya pada bagian tubuh yang sering terpapar
dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas. Impetigo Krustosa
diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2 mm yang
dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis.
Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian
eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna kuning
keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya
berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit
dengan banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar
yang eritema tanpa pembentukan jaringan scar.
13
Diagnosis Banding
Kasus Impetigo Krustosa Ektima Varisella
lesi pada regio Impetigo Krustosa Macula eritematosa Gambaran dari
oralis, nasalis, diawali dengan lentikuler hingga lesi varicella
Gejala dan munculnya eritema numuler, vesikel berkembang
Klinis zygomatikum, berukuran kurang dan pustula miliar secara cepat,
terdapat patch lebih 2 mm yang hingga nummular, yaitu lebih
eritematosa, dengan cepat difus, simetris, kurang 12 jam,
multiple, membentuk vesikel, serta krusta dimana mula-
ireguler, bula atau pustul kehijauan yang mula berupa
berukuran 0,3- berdinding tipis. sukar dilepas. makula
2,5cm x 0,4-3,5 Kemudian vesikel, eritematosa yang
cm, penyebaran bula atau pustul berkembang
diskret dan tersebut ruptur menjadi papul,
terdapat krusta menjadi erosi vesikel, pustul,
berwana kuning kemudian eksudat dan krusta.
seperti madu seropurulen Vesikel dari
diatasnya. mengering dan varicella
menjadi krusta yang berdiameter 2-3
berwarna kuning mm, dan
keemasan (honey- berbentuk elips,
colored) dan dapat dengan aksis
meluas lebih dari 2 panjangnya
cm. Lesi biasanya sejajar dengan
berkelompok dan lipatan kulit.
sering konfluen Vesikel biasanya
meluas secara superfisial dan
irreguler. Pada kulit berdinding tipis,
dengan banyak dan dikelilingi
pigmen, lesi dapat daerah
disertai eritematosa
hipopigmentasi atau sehingga tampak
hiperpigmentasi. terlihat seperti “
Krusta pada embun di atas
akhirnya mengering daun mawar”.
dan lepas dari dasar
yang eritema tanpa
pembentukan
jaringan scar.
14
durasi aksi yang lebih pendek dan dosis yang sedikit akan membantu
memastikan kepatuhan dan juga mencegah perkembangan resistensi
terhadap agen antibakteri. Obat ini aman dan memiliki penyerapan
sistemik yang buruk sehingga efek sistemiknya sedikit. Retapamulin
adalah pilihan terapi yang nyaman dan aman untuk pengobatan impetigo
dan SITL untuk semua kelompok umur termasuk anak-anak. 9
Pada pasien ini diberikan obat mupirosin topical daripada
memberikan asam fusidat dan juga retapamulin. Alasannya menurut teori-
teori di atas adalah karena mupirosin tingkat efektivitasnya dan
penyembuhannya 94-98% setelah pemberian 5 hari. Selain itu, efek
samping yang jarang dan minimal. Untuk penggunaan asam fusidat dapat
menimbulkan resistensi dan tidak dapat diberikan tanpa kombinasi obat
lain. Selain itu juga, efek samping dari asam fusidat dapat menyebabkan
gangguan liver. Lalu untuk retapamulin, menurut teori diatas, efektivitas
terhadap penyembuhan impetigo baik serta efek samping minimal, namun
obat retapamulin lebih mahal harganya dan sulit didapatkan daripada obat
mupirosin.
Untuk menghitung jumlah salep yang diresepkan, sebaiknya
menggunakan ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long dan Finley.
Satu “fingertip unit” setara dengan 0,5 gram krim atau salep.
kira 1/4 atau 1/3 nya. Jumlah krim atau salep yang dibutuhkan per hari
dapat dikalkulasi mendekati jumlah yang seharusnya diresepkan.
Pada kasus ini diperlukan 2 FTU untuk wajah. Perkiraan jumlah
yang dibutuhkan adalah 1 gram perhari untuk satu kali pengolesan
4.1. Kesimpulan
Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab,
seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan,
dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah
paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan.
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo
krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati
impetigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta
menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis,
atau bakteriemi. Dapat pula terjadi Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(SSSS) pada bayi dan dewasa yang mengalami immunocompromised atau
gangguan fungsi ginjal. Bila terjadi komplikasi glomerulonefritis akut, prognosis
anak- anak lebih baik daripada dewasa
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Hay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox
N, Griffiths C (eds). Rook’s Text Book of Dermatology. 7th ed. Turin:
Blackwell. 2004. p.27.13-15.
2. Heyman W.R, Halpern V. Bacterial Infection. Bolognia JL, Jorizzo JL,
Rapini RP (eds). Dermatology. 2nd ed. Spain: Mosby Elsevier. 2017.
p.1075-77.
3. Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American
Academy of Family Physician. Vol.75. No.6. 2017. p.859-864.
4. Craft N, Peter K.L, Matthew Z.W, Morton N.S, Richard S.J. Superficial
Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K et all (eds). Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Vol 2. 7 th Ed. New York: McGraw
Hill. 2008. p.1695-1705.
5. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E.
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2,
2008, page 1885-1895
6. Anonim, Varicella ( chickenpox ), 2009.
(http://www.ncirs.edu.au/immunisation/fact- sheets/varicella-fact-sheet.pdf )
7. Arnold, Odom, James. Bacterial Infection. In: James W.D, Berger T.G,
Elston D.M (eds). Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10
th Ed. Canada: Saunders Elsevier. 2016. p.255-6.
8. Charles Cole and John. Diagnosis and Treatment of Impetigo. 2017
9. Dhingra, Parakh, dan Ramachandran. Retapamulin : A Newer Topical
Antibiotic. Drug Rivew. 2016.
10. Arnold, Odom, James. Bacterial Infection. In: James W.D, Berger T.G,
Elston D.M (eds). Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10
th Ed. Canada: Saunders Elsevier. 2016. p.255-6.