Anda di halaman 1dari 19

Diabetes Melitus Tipe 1

dr. Teti Yuniarti Sudiro, Sp.PD, FINASIM


PENDAHULUAN

 Diabetes Melitus  Penyakit metabolik dengan penyebab yang


beragam, ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat dari defek
sekresi atau kerja insulin, atau keduanya.
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi
I. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
II. DM Tipe-2
III. DM Tipe lain
• Defek genetik fungsi pankreas sel β
• Defek genetic pada kerja insulin
• Kelainan eksokrin pancreas
• Pankratitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasma; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosus; Fibrokalkulus pankreatopati; dan lain-lain.
• Gangguan endokrin
• Akromegali; Sindrom Cushing; Glukanoma; Feokromositoma; Hipertiroidisme;
Somatostatinoma; Aldosteronoma; dan lain-lain..
IV. Diabetes Mellitus Kehamilan
DEFINISI DM Tipe 1

Diabetes Melitus tipe-1 (DMT1) adalah kelainan sistemik akibat


terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel
β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik
sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi
insulin yang rendah mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
EPIDEMIOLOGY
GLOBAL
BURDEN OF DM Insidens DMT1di beberapa negara barat kasus
TIPE I DMT1 mencakup 5-10% dari seluruh jumlah
penderita diabetes

90% penderita diabetes pada anak dan remaja


adalah DMT1.

Data registri nasional DMT1 pada anak dari


Ikatan Dokter Anak Indonesia hingga tahun 2014
tercatat 1021 kasus dengan 2 puncak insidens
yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun.
ETIOLOGI
Destruksi autoimun. Adanya tipe HLA tertentu dan koinsidensi
dengan penyakit autoimun mendukung mekanisme patofisiologik
DMT1.

Mediasi-virus. Diduga mekanismenya terjadi secara tidak langsung.


Antibodi yang ditujukan menyerang virus (biasanya paramyxovirus),
bereaksi dan menyebabkan kerusakan sel B-pankreas.

Pankreatitis berulang. Pankreatitis rekuren akan menyebabkan kerusakan pada


eksokrin dan endokrin pankreas.
Patogenesis alel HLA tertentu

mengikat dan menyajikan peptida khusus untuk


merangsang respon imun terhadap sel beta
pankreas

Kerusakan sel β Pankreas

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme Protein meningkat Lipolisis meningkat

Hiperglikemia berat
Gejala
Gejala DM terbagi atas dua: khas dan tidak khas

Gejala Khas DM

POLIURIA POLIDIPSI

POLIFAGI BERAT BADAN


MENURUN
Gejala
Gejala DM terbagi atas dua: khas dan tidak khas

Gejala Tidak Khas DM

Disfungsi ereksi (pria) Gatal-gatal


dan pruritus vulva

Luka yang Sulit Sembuh dan


Lemas Mata Kabur
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Apabila ada keluhan
khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan
sebagai patokan diagnosis
Diabetes Melitus Tipe 1= setidaknya 1 kriteria
1. Gejala klasik diabetes atau krisis hiperglikemi dengan kadar plasma glukosa ≥200 mg/dL(11.1 mmol/L)

2. Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L).

3. Kadar glukosa 2 jam postprandial ≥200 mg/dL 11.1 mmol/L)

4.HbA1c > 6.5%


Lima Pilar Pengobatan DMT1
Insulin

Edukasi Diet

Monitoring Aktivitis /
kontrol glikemik exercise
TATALAKASANA
1. INSULIN

*dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari (campuran insulin kerja cepat/
pendek dengan insulin basal
2. DIET

Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia
pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55%
karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya
umur), dan 30-35% lemak. Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3
kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil
3. AKTIVITAS / EXERCISE

Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta


didapatkan adanya ketonemia maka pasien DM dilarang
berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka
sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia
4. Edukasi

Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,


patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh
pada penderita DM, insulin (regimen, dosis, cara
menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), dan monitor gula darah
5. Monitoring Kontrol Glikemik

Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan


sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam
sehari. Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping
pemberian insulin, komplikasi yang terjadi, serta pertumbuhan dan
perkembangan perlu dipantau.
KOMPLIKASI
• Retinopati
mikrovaskular • Nefropati
• neuropati

• Stroke
Makrovaskular • Heart Disease
• Hipertensi
Prognosis
Prognosis baik akan didapatkan apabila pengelolaan status hiperglikemia
dan ketogenesis terlaksana dengan baik, kecepatan dan ketepatan deteksi
dini penyakit serta pendidikan tentang penyakit DMT1 serta pengelolaannya
yang jelas kepada orangtua pasien akan membantu mencegah komplikasi
yang mengancam jiwa.

Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus ke dalam ketoasidosis


diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik
bila tidak diterapi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai