Penyusun:
Pembimbing:
dr. Nurfatimah Itoni Ritonga, MKED.PD, SpPD
MEDAN
2019
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “DIABETES
MELLITUS”.
Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU di RS Universitas
Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempuraan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu dampak psikologis yang dialami pada klien dengan DM adalah stres.
Stres merupakan perasaan yang diciptakan ketika seseorang bereaksi terhadap
peristiwa tertentu. Reaksi tersebut merupakan cara tubuh meningkatnya untuk
suatu tantangan dan bersiap-siap untuk memenuhi situasi yang sulit dengan
berfokus, kekuatannya, stamina, dan kewaspadaan yang meningkat. Peristiwa
yang memicu stres disebut stresor, dan mereka mencakup berbagai macam situasi
fisik, seperti cedera atau sakit. Tubuh bersiap untuk mengambil tindakan dalam
menanggapi stres. Persiapan ini disebut respon fight or flight. Diabetes itu sendiri
juga merupakan penyebab stres (Eom et al, 2011).
Stres pada klien DM dibandingkan dengan populasi umum, memiliki
tingkat stres yang lebih tinggi, dan sebagaimana tingkat stres meningkat, kontrol
glikemik semakin memburuk dapat berakibat gangguan pada pengontrolan kadar
gula darah (Eom et al, 2011). Pada keadaan stres akan terjadi peningkatan
hormon-hormon stres epinefrin dan kortisol. Hormon epinefrin dan kortisol
keduanya meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah sehingga
meningkatkan kadar gula darah (Sherwood, 2001).
Data jumlah klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Jayengan
Surakarta pada tahun 2015 sebanyak 2394 klien. Klien DM tipe 2 pada umumnya
mengalami stres karena takut terhadap komplikasinya, perubahan gaya hidup yang
akan dialami oleh klien dan pengobatan jangka panjang membuat klien DM
mengalami stres.
7
1.2.TUJUAN LAPORAN
1. Dapat mengerti dan memahami tentang Diabetes Mellitus.
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan Diabetes Mellitus.
3. Sebagai persyaratan memenuhi Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan wawasan
kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang Diabetes
Mellitus.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa
dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko
mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa
tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan
prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5%
dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1
2.3. Patogenesis
2.4. Patofisologi
1. Resistensi insulin
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel
sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini
lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.1,8 Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2
dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin
pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada
sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan
sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali
akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan
beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-
laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.11
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat
penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD),
konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan
kafein.2,4,5
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat
kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 200mg%.
1,2
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah perifer.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35
mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
11
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah
lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal
terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau
saudara kandung mengalami penyakitini.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang
pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik,
pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh. 2,5
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut diabetes
melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan turun
12
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan
mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.7. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi
tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut,
seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia
> 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.11
2.8. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM.
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi,
dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
14
BeratBadan (Kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
3. Pendidikan Kesehatan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil
mengendalikan
a. Antidiabetik oral
15
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan dengan
jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien
yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin
dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian
insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara
lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan,
menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam
hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan
lemak dari glukosa.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
16
kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :5,11
a. Komplikasi akut
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-
tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
2.10. Pencegahan
I. Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial
pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa
bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola
17
hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
18
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Hj. Sidarmini
Umur : Tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
ANAMNESIS PENYAKIT
Telaah : Hal ini dialami os sejak 3 bulan SMRS. Awalnya kebas hanya terasa pada ujung jari
kaki kiri, lalu menyebar hingga ke telapak kaki kiri. Rasa kebas juga disertai dengan
rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk. Kebas dirasakan os saat sedang beristirahat dan
lebih sering pada malam hari. Luka ditemukan pada kaki kiri pasien. Hal ini dialami
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Luka awalnya kecil lalu semakin
membesar dan susah kering. Luka disertai rasa nyeri, bengkak dan bernanah, pasien
juga megeluhkan rasa panas dan nyeri disekitar luka. Riwayat demam dijumpai naik
turun 2 minggu ini sejak muncul luka. Pasien sudah menderita penyakit gula sejak 3
tahun lalu.
Badan lemas dikeluhkan pasien sejak 1 minggu terakhir dan menggangu
aktivitas sehari – hari pasien. Pasien mengalami penurunan nafsu makan tetapi tidak
disertai penurunan berat badan. Mual dialami tanpa disertai muntah. BAK normal
tidak disertai nyeri, berpasir ataupun berdarah dengan volume 1000cc. BAB dalam
batas normal tanpa disertai darah ataupun BAB hitam. Riwayat hipertensi tidak
ditemukan.
RPT :-
RPO :-
ANAMNESIS ORGAN
Jantung Sesak napas : Tidak Dijumpai Edema : (-)
Lain-lain : (-)
Kuning keruh
Lain-lain : (-)
Lain-lain : (-)
Lain-lain : (-)
Sirkulasiperifer
: (-)
Claudicatio intermitten
ANAMNESIS FAMILI : -
STATUS PRESENS
Temperatur 37,20C
Berat badan : 58 kg
IMT :
Mata
: Konjungtiva palpebra pucat (+/+), ikterus (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya direk (+/+) indirek (+/+), kesan: Anemis
LEHER
Palpasi
Nyeri tekan : (-)
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A : ICS V (Relatif), ICS VI (Absolut)
: 1 cm
Peranjakan
Jantung
Auskultasi
Paru
Suara pernapasan : Vesikuler
Jantung
M1> M2, P2> P1, T1> T2, A2> A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-), lain-lain (-), HR: 98x/menit, reguler,
intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
ABDOMEN Inspeksi
Bentuk : Simetris
Palpasi
: soepel
Dinding abdomen
HATI
Pembesaran : (-)
Permukaan : (-)
Pinggir : (-)
: (-)
Nyeri tekan
LIMPA
: tidak ada
Pembesaran
GINJAL
Ballotement : Tidak ada
TUMOR : Tidak ada
Perkusi
Auskultasi
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Lokasi : (-)
Sianosis : (-)
RESUME
ANAMESIS Perempuan 64 tahun datang dengan keluhan kaki kebas dan ulkus
diabetikum o/t pedis sinistra. Nausea (+). Riwayat penyakit DM
didiagnosa sejak 3 tahun lalu.
STATUS PRESENS Keadaan umum : Sedang
Keadaan penyakit : Sedang
Keadaan gizi : Normal
PEMERIKSAAN Sensorium : Composmentis
FISIK Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Temperatur : 36,70C
Konjungtiva palpebra Inferior +/+
Ekstremitas Bawah : Gangren digiti (+/-)
FOLLOW UP
21 JULI 2019
P: Tirah baring
IVFD NaCl 0,9% 10gtt/I
FUNGSI GINJAL:
BUN 52 7 - 19
Urinalisa
Protein +3 -
Blood + -
Bakteri + -
Hb : 10.3 g% (12-16)
Eritrosit : 3,43x106/mm3 (3,8-5.2)
Leukosit : 15,62x103/mm3 (3.6-11.0)
Trombosit : 424 x103/mm3 (150-440)
Ht : 29% (38-44)
LED :-
22 JULI 2019
S: Lemas
P: - Tirah baring
- IVFD NaCl 0.9% 10gtt/i
- IVFD NaCl 3% 10gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12jam
- Inj. Metoclopramide 10 mg/12jam
- Asam folat 3x1
R: USG ginjal
R: Cek KGD2jam PP
23 JULI 2019
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi Diabetes mellitus adalalah Hal ini dialami os sejak 3
gangguan metabolisme yang bulan SMRS. Awalnya kebas
secara genetik dan klinis termasuk hanya terasa Hal pada ujung jari
heterogen dengan manifestasi kaki kiri, lalu menyebar hingga ke
berupa hilangnya toleransi telapak kaki kiri. Rasa kebas juga
karbohidrat, jika telah berkembang disertai dengan rasa nyeri seperti
penuh secara klinis maka diabetes tertusuk-tusuk. Kebas dirasakan
mellitus ditandai dengan os saat sedang beristirahat dan
hiperglikemia puasa dan lebih sering pada malam hari.
postprandial, aterosklerosis dan Luka ditemukan pada kaki kiri
penyakit vaskular mikroangiopati. pasien. Hal ini dialami sejak 2
minggu sebelum masuk rumah
sakit. Luka awalnya kecil lalu
semakin membesar dan susah
kering. Luka disertai rasa nyeri,
bengkak dan bernanah, pasien
juga megeluhkan rasa panas dan
nyeri disekitar luka. Riwayat
demam dijumpai naik turun 2
minggu ini sejak muncul luka.
Pasien sudah menderita penyakit
gula sejak 3 tahun lalu.
Badan lemas dikeluhkan
pasien sejak 1 minggu terakhir
dan menggangu aktivitas sehari –
hari pasien. Pasien mengalami
penurunan nafsu makan tetapi
tidak disertai penurunan berat
badan. Mual dialami tanpa
disertai muntah. BAK normal
tidak disertai nyeri, berpasir
ataupun berdarah dengan volume
1000cc. BAB dalam batas normal
tanpa disertai darah ataupun BAB
hitam. Riwayat hipertensi tidak
ditemukan.
KESIMPULAN
Seorang pasien , ibu Hj.S, berusia 64 tahun didiagnosa dengan DM tipe 2, CKD G5 ec
Diabetik Nefropatik, Gastroparesis, Anemia ec penyakit kronis, Ulkus diabetikum o/t pedis
sinistra, Sindroma Geriatri dan Hipokalemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Dirawat inap di RSUSU dan telah ditatalaksana dengan tirah
baring serta diberikan tatalaksana berupa IVFD NaCl 0.9% 10gtt/i, Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
, Inj. Ranitidine 50 mg/12jam , Inj. Metoclopramide 10 mg/12jam, Inj. Novorapid 14-14-14,
Asam folat 3x1, Inj. Gentamicin 240 mg/24jam, drips Metronidazole 500mg/8jam, ganti
verban setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC,
eds. Schiff’s Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-
Raven; 2003:409-28
7. Anonim. 2012. Gambar Hati. Di unduh pada tanggal 9 Juli 2019 dari
www.google.com
41
11. Arguedes MR, Fallon MB. Cirrhosis of the liver and its complications. In:
Carpenter CCJ, Griggs RC, Loscalzo J, editors. Cecil essentials of medicine. Edisi
XI. Pennsylvania: Saunders, 2004: 411-7.
12. Tarigan, P. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 1 Ed. 3 Sirosis Hati.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI
42