LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Banua Padang
No. Rekam Medik : 10.37.57
Tgl. MRS : 01/09/2016
Tgl. KRS : 06/09/2016
Status generalis:
Kulit :
Ptekie (-) Purpura (-)
Kepala:
Mata : CA -/- IK -/-
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Dalam batas normal. Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba normal di ICS V MCL Sinistra
P: batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal, extrasistol (-), gallop (-), murmur (-)
Pulmo:
I: Simetris, sela iga tidak melebar, pembesaran KGB tidak ditemukan
P: Stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi basah +/+ Wheezing +/+
Abdomen:
I : flat, DC (-), DS (-)
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, nyeri (-)
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
C. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 12,2 gr/dl (13,0-17,0 gr/dL)
Lekosit : 10.100 ribu/mm³ (4 - 11,0 ribu/mm³)
Eritrosit : 4,73 juta/mm³ (4,5 – 6,2 juta/mm³)
Hematokrit : 36 % (40-54 %)
Trombosit : 232.000 /mm³ (150-400 ribu/mm³)
Kimia Klinik
GDS : 105 mg/dl
Problem Pasif
-
Pasien perempuan umur 55 tahun datang dengan keluhan batuk dan sesak nafas
yang dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu, batuk dahak (+) kental (+) warna
hijau (+) terkadang kuning, darah (-) . Pasien pernah berobat TB 6 bulan dan
dinyatakan sembuh oleh puskesmas 20 tahun yang lalu. kemudian 10 tahun
berjarak dari 20 tahun tersebut os kembali kambuh dan berobat TB 3 bulan,
kemudian dinyatakan sembuh kembali oleh puskesmas. Saat ini os tidak dalam
pengobatan TB. pada pemeriksaan fisik didapatkan wheezing dan ronkhi basah
di paru kanan dan kiri. sudah di lakukan pemeriksaan foto thoraks dan
hematologi, hasil diagnose menyimpulkan pasien menderita Syndrom
Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT)
PERMASALAHANNYA
CATATAN KEMAJUAN
Tanggal 02/09/2016
S : sesak nafas (<), batuk dahak (+) hijau (+) lendir campur kental (+)
O : TD 110/70 mmHg, HR 80x/i, RR 28x/I, suhu 36,6ºC
thoraks : terdapat ronkhi basah (+) dan wheezing dikanan dan kiri paru (+)
A : SOPT dd Susp Tb Paru
P : RL 20 tpm
inj Ranitidine 50mg/12jam
PO : ambroxol 2x30mg
salbutamol 3x2mg
#dilakukan pemeriksaan sputum BTA SPS
Tanggal 03/09/2016
S : sesak nafas (<), batuk dahak (+) hijau (+) lendir campur kental (+)
O : TD : 100/70 mmHg HR 84x/i, RR 24x/I, suhu 36,2ºC
thoraks : terdapat ronkhi basah (<) dan wheezing dikanan dan kiri paru (<)
A : SOPT dd Susp Tb Paru
P : RL 20 tpm
inj Ranitidine 50mg/12jam
PO : ambroxol 2x30mg
salbutamol 3x2mg
Tanggal 04/09/2016
S : sesak nafas (<), batuk dahak (<) kuning (+) lendir (+) campur kental (<)
O : TD : 100/70 mmHg HR 80x/i, RR 24x/I, suhu 36,5ºC
thoraks : terdapat ronkhi basah (<) dan wheezing dikanan dan kiri paru (<)
A : SOPT dd susp Tb Paru
P : RL 20 tpm
inj Ranitidine 50mg/12jam
PO : ambroxol 2x30mg
salbutamol 3x2mg
Tanggal 05/09/2016
S : sesak nafas (<), batuk lendir putih (+) campur kental (<)
O : TD : 110/80 mmHg HR 88x/i, RR 22x/I, suhu 36,0ºC
thoraks : terdapat ronkhi basah (<) dan wheezing dikanan dan kiri paru (<)
A : SOPT
P : RL 15 tpm
inj Ranitidine 50mg/12jam
inj Futaxon 1gr/12jam
PO : salbutamol 3x2mg
erdomex 3x1
#hasil sputum BTA SPS -/-/-
#dilakukan foto thorax
Tanggal 06/09/2016 (pasien pulang)
S : sesak nafas (<), batuk (+) dahak (-)
O : TD : 100/80 mmHg HR 80x/i, RR 22x/I, suhu 36,6ºC
thoraks : terdapat ronkhi basah (-) dan wheezing dikanan dan kiri paru (<)
A : SOPT
P : PO : cimfix 2x1
salbutamol 3x2mg
erdomex 3x1
tracetat syr 1x1cth
ranitidine tab 2x1
B. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis adalah (SOPT) adalah obstruksi jalan nafas yang
muncul setelah tuberculosis (TB) akibat mekanisme imunologi selama proses TB (Verma, et al,
2009). Pada sebagian penderita TB, secara klinik timbul gejala sesak terutama pada aktivitas,
gambaran radiologi menunjukan gambaran bekas TB (fibrotic, klasifikasi) yang minimal, dan uji
faal paru menunjukan gambaran obstruksi jalan nafas yang tidak reversible. Kelompok penderita
tersebut dimasukan kedalam ketegori penyakit Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT)
(PDPI, 2011)
B. Patogenesis
C. Diagnosis
Gejala :
- sesak nafas
- batuk berdahak
- demam
- penurunan berat badan
# riwayat sudah selesai pengobatan TB beberapa bulan atau beberapa tahun yang lalu
Radiologi
- Lesi minimal (lokal) : fibrosis, kalsifikasi.
- Lesi berat (destroyed lung) : fibrosis luas, multiple cavernae, defiasi trachea, penebalan
pleura.
Diagnosis Banding
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia dan sering salah mendiagnosa dengan SOPT.
Asma PPOK SOPT
Timbul pada usia ++ - +
muda
Sakit mendadak ++ - -
Riwayat merokok +/- +++ -
Riwayat atopi ++ + -
Sesak dan mengi +++ + +
berulang
Batuk kronik + ++ +
berdahak
Hiperaktivitas +++ + +/-
bronkus
Reversibility ++ - -
obstruksi
Variability harian ++ + -
Eosinofil sputum + - ?
Neutrofil sputum - + ?
Makrofag sputum + - ?
D. Terapi
SOPT termasuk dalam penyakit obstruksi paru yang gejalanya mirip PPOK, maka
pemberian terapinya mirip dengan PPOK. Terapi SOPT diberikan sesuai kausa. Pilihan terapi
untuk SOPT adalah:
1. Bronkodilator
a. golongan antikolinergik : iprotropium bromide (0,5 mg)
b. golongan agonis β-2 : salbutamol (2,5 mg)
c. kombinasi : a + b -> nebulasi
d. golongan xantin : aminofilin (200 mh)
2. Antiinflamasi : prednisone / metilprednisolon
3. Anti oksidan : N-acetyl cystein
4. Antibiotika (hanya diberikan jika terdapat infeksi) : golongan β-lactam dan makrolid
5. Terapi oksigen
6. Rehabilitasi medic
(PDPI,2011)
DAFTAR PUSTAKA
Inam, Muhammad B, Waseem, Saced, Kanwal, Fatima K (2010). Post Tuberculous Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakostan.
Vol 20(8): 542.
Irawati A (2013) Naskah Publikasi kejadian Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis di RSU Dr.
Soedarso Pontianak (Thesis). Pontianak. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung Pura.