ATRESIA PYLORI
Disusun Oleh :
Jundi Abyan/201810401011139
Alifah Hasna/201810401011151
PEMBIMBING :
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp B, FINACS, K Trauma
SMF BEDAH
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
PERITONITIS
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
besarnya kepada Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp B, FINACS, K Trauma selaku
Tujuan dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran selalu kami harapkan. Semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-
ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka
tembus abdomen.
mendapatkan angka ini mencapai 60% bahkan lebih dari 60%. Keputusan untuk
melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan
pemeriksaan penunjang. Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian peritonitis
di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia,
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kompleks. Abdomen di bagi menjadi Sembilan regio yang dibentuk oleh 2 garis
1) Kutis
2) Subkutis
5
4) Fascia profunda (fascia scarpa)
5) Musculus
6) Fascia tranversalis
7) Peritonium
Cranial : Diafragma
Caudal : Diafragma
6
Posterior : corpus dan discus intervertebralis Vertebrae Lumbal I-V,
2.2 Peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh.
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
peritoneum visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalm rongga
nyeri lepas. Ruang yang bisa terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang
Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter2, sama dengan luas permukaan kulit
basal semipermiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum
mikro sel. Oleh karena itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan
sebagai media cuci darah yaitu peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada
7
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:
serosa).
8
Peritoneum viscerale berhubungan dengan parietale pada dinding abdomen
dunia luar melalui tuba uterina, uterus dan vagina. Spatium Extraperitoneale dapat
adalah dua lapisan peritoneum yang menghubungkan lambung dengan alat viscera
dari usus kecil disebut mesenterium, dari appendik disebut mesoappendix dari
sigmoideum. Mesenterium dan omentum berisi pembuluh darah dan limfe serta
9
Peritoneum parietale sensitif terhadap nyeri, temperatur, perabaan dan
mempersarafi kulit dan otot yang ada si sebelah luarnya. Iritasi pada peritoneum
dan sobekan tapi tidak sensitif untuk perabaan, tekanan maupun temperature.
Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kraniodorsal diperoleh
perdarahan dari cabang aa. Intercostalis VI – XII dan a. epigastrika superior. Dari
lumbalis I.
Sangat penting untuk memahami posisi dari alat-alat viscera abdomen agar
dapat segera mengetahui atau memperkirakan alat apa yang terkena tusukan pada
perut:
Hepar merupakan suatu organ yang besar yang mengisi bagian atas rongga
abdomen.
hepar.
10
Gaster (ventriculus) terletak pada regio hypochondriaca kiri, epigastrica dan
umbilicalis
Lien terletak pada bagian atas kiri dari rongga abdomen antara lambung dan
Jejunum mengisi bagian atas kiri rongga abdomen dan ileum mengisi bagian
mengelilingi jejunum dan ileum, terbagi atas caecum, colon ascendens, colon
2.3 Peritonitis
2.3.1 Definisi
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen). Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
yang hidup dalam kolon (pada kasus ruptura appendik) yang mencakup
11
2.3.2 Etiologi
a) Peritonitis primer
penderita :
- nefrosis
- SLE
- pyelonephritis
b) Peritonitis sekunder
12
Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke
c) Peritonitis tersier
2.3.3 Patofisiologi
tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus.
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hypovolemia.
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
13
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih
menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis. Tifus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman S. Typhi yang
masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan
14
hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam
selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang
disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang
merosot karena toksemia. Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan
kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama
lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perut
menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria,
kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan
rangsangan peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks
15
sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya mengakibatkan peritonitis baik
lokal maupun general. Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan
bila mengenai organ yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang
timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang
bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya
paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya
didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan
akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon,
berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena
perangsangan peritonium.
Peritonitis Aseptik.
Peritonitis bilier
b) kolesistitis akut
c) trauma
d) idiopatik
16
peritonitis steril
Ada 4 penyebab :
a) Cairan pankreas
b) Darah.
c) Urine
d) Meconium
Adalah campuran steril dari sel epitel, mucin, garam,, lemak, dan bilier
inestinal.
Peritonitis TB
pyosalping TB.
17
berat badan, keringat malam, massa abdomen). Makroskopik, ada 4 bentuk
Peritonitis Klamidia
2.3.5 Diagnosis
A. Gambaran Klinis
dengan angka insidensi kurang dari 1 % terhadap seluruh kasus atresia traktus
gastrointestinal atas. Atresia pylori dapat terjadi murni ataupun bersamaan dengan
atresia traktus lainnya. Bayi dengan atresia pylori biasanya didapatkan adanya
muntah non-bilier sesaat setelah lahir, kesulitan menyusui dan dapat disertai
dengan distensi abdomen bagian atas. Sebagian besar kasus atresia pylori juga
18
Gambar …. Distensi abdomen bagian atas
Pada beberapa kasus atresia pylori juga didapatkan penyakit penyerta seperti
kongenital
19
Keterlambatan diagnosis pada atresia pylori dapat mengakibatkan aspirasi
paru, gangguan metabolik, dan perforasi lambung sehingga perlu perhatian khusus
B. Diagnosis
20
(gambar …single air bubble pada gaster, disertai gambaran non
distended abdomen distal
Tatalaksana
Pada pre-operasi dilakukan persiapan berupa koreksi elektrolit dan cairan. Hal
ini diperlukan karena fungsi digestif pada bayi dengan atresia pylori tidak
berjalan. Setelah cairan dan elektrolit dikoreksi dilanjutkan dengan tindakan
operatif untuk mengembalikan fungsi digestif pasien.
Penanganan utama atresia pylori adalah hanya dengan tindakan operatif.
Teknik operasi yang dilakukan tergantung pada tipe atresia pylori. Untuk atresia
pylori tipe 1 dan 2 merupakan atresia pylori dengan pyloric diafragma dan tanpa
gap, teknik operasi yang dilakukan adalah eksisi membran dan pyloroplasty.
Sedangkan untuk atresia pylori tipe 3 / dengan gap, tindakan operatif yang
dilakukan adalah pyloroduodenoplasty
Pyloroplasty yang disarankan untuk atresia pylori tipe 1 dan 2 adalah teknik
Heineke-Mikulicz atau Finney.
- Heineke-Mikulicz
Teknik ini dilakukan dengan insisi longitudinal pada daerah pylori,
kemudian dilakukan hecting secara transversal dengan tujuan agar
memperlebar lumen. Pada tipe atresia pylori tipe 1 dan 2 terdapat membran
yang menutup lumen dari pylori ke duodenum sehingga sebelum hecting
transversal dilakukan insisi pada membran tersebut agar lumen terhubung.
21
Gambar … Heineke-mikulicz pyloroplasty
-Finney pyloroplasty
Teknik ini dilakukan dengan Inverted incision sepanjang pylori hingga
duodenum kemudian posterior throught & throught suture pada insisi bagian
dalam, kemudian Connel throught & throught suture pada insisi luar. Pada
prosedur selanjutnya dilakukan Cushing seromuscular suture .
22
- gastroduodenostomy
Tindakan ini dilakukan pada atresia Pylori tipe 3 dengan gap, yaitu dengan
reseksi distal gaster kemudian di sambung dengan duodenum (billroth I)
23
24
BAB 3
KESIMPULAN
insidensi hanya 1% dari seluruh kasus kongenital atresia. Deteksi dini diagnosis
sangat penting karena dapat mempengaruhi prognosis pasien. Tipe Atresia pylori
dibagi menjadi 3 berdasarkan adanya membran/web dan juga gap antara pylori
membran dan pelebaran lumen pada atresia pylori tipe 1 dan 2 serta dilakukan
Komplikasi yang dapat terjadi pada Atresia pylori adalah aspirasi paru,
perforasi gaster, dan gangguan berat metabolik akibat imbalans cairan dan
elektrolit. Deteksi dini diagnosis melalui USG saat kehamilan trimester 2 dan
25
DAFTAR PUSTAKA
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita
Jakarta.
Jakarta : EGC.
dalam Terapi Bedah Mutakhir, Jilid 2, Ed.4, alih bahasa dr. Widjaja
http://www.css/healthlinestyles.v1.01.css
Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 489 –
493
Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7,
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2017 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
26