Anda di halaman 1dari 12

Referat

Agustus 2019

SINDROM
METABOLIK

Pembimbing:
dr. Adry Leonardy Tendean, Sp.PD

Ida Irmayanti
K1A1 14 137
PENDAHULUAN
Sindroma metabolik yang juga disebut
sindrom resitensi isulin atau sindrom X
merupakan suatu kumpulan faktor risiko
metabolik yang berkaitan langsung Konsep dari sindroma
terhadap terjadinya penyakit metabolik telah ada sejak ± 80
kardiovaskuler artherosklerotik pada tahun yang lalu, pada tahun
obesitas dan DM tipe 2. 1920, Kylin, seorang dokter
Swedia, merupakan orang
pertama yang menggambarkan
Kriteria diagnosis sindroma sekumpulan dari gangguan
metabolik saat ini mengacu metabolik, yang dapat
pada kriteria diagnosis WHO, menyebabkan resiko penyakit
NCEP ATP III, dan IDF yang kardiovaskuler aterosklerosis
meliputi obesitas sentral,
hipertrigliseridemia, HDL
cholesterol, hipertensi,
hiperglikemia dan
mikroalbuminuria. 2
3
EPIDEMIOLOGI
Penelitian yang dilakukan oleh Cameron
et al. menunjukkan bahwa prevalensi
sindroma metabolik di seluruh dunia
sebesar 15-30% dimana sebagian
prevalensi lebih banyak terdapat pada
negara berkembang.

Data epidemiologis di Indonesia masih sangat


jarang, dan masih belum ada data yang jelas
mengenai prevalensi sindroma metabolik di
Indonesia. survey Departemen Kesehatan RI
tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
terkait dengan kriteria sindroma metabolik
seperti obesitas abdominal sebesar 18,8%,
hipertensi 29,8%, dan penderita diabetes
melitus pada penduduk perkotaan sebesar
5,7%. 4
Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut pendapat Tenebaum penyebab sindrom metabolik adalah:
○ Gangguan fungsi sel ß dan hipersekresi insulin untuk mengkompensasi
resistensi insulin. Hal ini memicu terjadinya komplikasi makrovaskuler
(komplikasi jantung).
○ Kerusakan berat sel ß menyebabkan penurunan progresif sekresi insulin,
sehingga menimbulkan hiperglikemia. Hal ini menimbulkan komplikasi
mikrovaskuler (nephropathy diabetica).

Faktor risiko sindrom metabolik, antara lain adalah gaya hidup


(pola makan, konsumsi alkohol, rokok, dan aktivitas fisik), sosial
ekonomi dan genetik serta stres.
5
Patofisiologi Sindrom Metabolik

6
7
Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Kriteria diagnosis WHO: Criteria diagnosis ATP III : 3
Komponen IDF
Resistensi insulin plus : komponen di bawah ini
Obesitas abdominal/ Lingkar perut : Lingkar perut : Lingkar perut :
sentral Laki-laki : > 0,9 Laki-laki: > 102 cm Laki-laki: ≥ 90 cm
Wanita : > 0,85 atau Wanita : > 88 cm Wanita : ≥ 80 cm
IMT > 30 Kg/m
Hipertrigliseridemia ≥ 150 mg/dl (≥ 1,7 mmol/L) ≥ 150 mg/dl (≥ 1,7 mmol/L) ≥ 150 mg/dl

HDL Cholesterol Laki-laki : < 35 mg/dl (< 0,9 mmol/L) Laki-laki : < 40 mg/dl (< 1,036 Laki-laki : < 40 mg/dl (< 1,036
Wanita : < 39 mg/dl (1,0 mm0l/L) mmol/L) mmol/L)
Wanita : < 50 mg/dl (1,295 Wanita : < 50 mg/dl (1,295 mm0l/L)
mm0l/L)
Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg atau riwayat terapi TD ≥ 130/85 mmHg atau TD sistolik ≥ 130 mmHg
anti hipertensif riwayat terapi anti hipertensif TD diastolik ≥ 85 mmHg

Kadar glukosa darah tinggi Toleransi glukosa terganggu, glukosa ≥ 110 mg/dl atau ≥ 6,1 mmol/L GDP ≥ 100mg/dl
puasa terganggu,resistensi insulin
atau DM

Mikroalbuminuri Rasio albumin urin dan kreatinin 30


mg/g atau laju eksresi albumin 20 8
mcg/menit
PENATALAKSANAAN
• Target penurunan berat badan 5-10% dalam tempo 6-12 bulan,
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori sebesar 500-
Obesitas dan Obesitas 1000 kalori per hari ditunjang dengan aktivitas fisik yang sesuai
Sentral • Sibutramin dan orlistat
• Bedah laparoskopik mengikat lambung

• Subyek dengan DM dan penyakit ginjal, target tekanan darah adalah


< 130/80 mmHg, sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90 mmHg
Hipertensi • ACE inhibitor ; kaptopril, ARB
• Subyek dengan DM dan penyakit ginjal, target tekanan darah adalah
< 130/80 mmHg, sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90 mmHg

• Tiazodindion
Gangguan Toleransi
Glukosa • Metformin

• Perubahan gaya hidup yang diikuti dengan medikamentosa


Dislipidemia • Gemfibrozil , Fenofibrat
9
10
PROGNOSIS


Komponen sindrom metabolik dapat mengalami perbaikan
dengan tatalaksana yang memprioritaskan program
tatalaksana berat badan yang intensif, disamping
modifikasi gaya hidup dan tatalaksana faktor risiko klinis
lain terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Prognosis ; Bonam apabila ditangani dari awal dan tidak
terjadi komplikasi spt PJK dan Stroke.

11
TERIMAKASIH
12

Anda mungkin juga menyukai