Anda di halaman 1dari 25

EPISTAKSIS POSTERIOR

Pembimbing :
dr. Sophian Sujana, Sp.THT-KL Oleh :

Shendyca Zilma Nurzafani


Ida Irmayanti
Identifikasi Kasus

IDENTITAS

Nama : Tn. A

Umur : 55 tahun

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kelurahan Arombu

Suku : Tolaki

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Tanggal Berobat : 13 September 2019


Anamnesis
Keluahan Utama:
Mimisan dari hidung kanan (epistaksis)

Anamnesis Terpimpin:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan mimisan dari
hidung kanan sejak 1 hari yang lalu SMRS. Darah keluar
terus menerus walaupun hidungnya telah ditekan. Riwayat
hipertensi (+). Pasien merupakan perokok aktif.
Pemeriksaan Fisik
1. Status present

• Kesadaran kompos mentis, sakit sedang, status gizi kesan baik

• TD : 160/100 mmHg, Nadi: 60 kali/menit, Pernapasan: 20 kali/menit, Suhu: 36,5

2. Status THT
Pemeriksaan Laboratorium

WBC : 10,13x103/uL
HB : 13,2x103/uL
PLT : 259x103/uL
RBC : 4,87x106/uL
Resume

Pasien Tn. A, 55 tahun, datang ke IGD RS Kab.


Konawe dengan keluhan epistaksis dextra sejak 1
hari yang lalu SMRS. Riwayat hipertensi (+),
riwayat merokok (+).
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
160/100 mmHg. Pemeriksaan fisik didapatkan
epistaksis dextra.
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Diagnosis :
Epistaksis Posterior

Terapi :
Pasang tampon Boorzalf
IVFD RL + vit. K 10mg + Asam tranexamat 250mg + Adona 1 amp/tiap ganti
cairan
Amlodipine 10mg, 1-0-1

Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungtional : Dubia at Bonam
Ad Sanationam : Dubia at bonam
TINJAUAN PUSTAKA
• Anatomi
Definisi

Epistaksis merupakan perdarahan spontan yang


berasal dari dalam hidung, dapat terjadi pada segala
umur.
Epidemiologi :Epiktasis diperkirakan terjadi pada 60%
warga dunia selama hidupnya dan 6% dari mereka
mencari penanganan medis. Prevalensi epistaksis
meningkat pada anak-anak usia dibawah 10 tahun
dan meningkat kembali di usia 35 tahun keatas.
Etiologi

 Trauma : Mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek


hidung, terpukul, terjatuh
 Infeksi : Rinitis, Sinusitis, Granuloma Spesifik (Lupus, Sifilis, Lepra)
 Neoplasma : Karsinoma, Hemangioma, Angiofibroma => Epistaksis
Berat
 Kelainan Konginental : Teleangiektasis Hemoragik Herediter
 Kelainan Sistemik : Penyakit Kardiovaskuler, Kelainan Darah
(Trombositopenia, Hemofilia, Dan Leukimia), Infeksi ( DBD, Tifoid,
Influenza, Morbili)
 Perubahan Tekanan Atmosfer (Caisson Dissease: Sering pada
penyelam) dan gangguan endokrin
Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri
ethmoid posterior. Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang
berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia, hipovolemi
dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular
Pemeriksaan

• Riwayat penyakit sekarang, riwayat


Anamnesis obat-obatan, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan • Rhinoskopi anterior, Rhinoskopi


Posterior, Pengukuran tekanan
Fisik Darah

Pemeriksaan • Hematologi darah, Rontgen sinus


dan CT-Scan atau MRI, Endoskopi
penunjang hidung
Penatalaksanaan

Prinsip utama

menghentikan perdarahan

mencegah komplikasi

mencegah berulangnya epistaksis


Tampon posterior

Tampon Balon

Ligasi
• Tampon Posterior (Tampon Bellocq)
Komplikasi

Iskemia
Syok Anemia otak

Insufisiensi Infark
koroner Sinusitis
miokard

Otitis Laserasi
media palatum mole
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai