Oleh :
dr. Zulfa Nur Azizah
Pendamping :
dr. Triyono
dr. Ismy Dianty, MMR
1
No. ID dan Nama Peserta : dr. Zulfa Nur Azizah Presenter : dr. Zulfa Nur Azizah
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Muntilan Pendamping : 1. dr. Triyono
2. dr. Ismy Dianty, MMR
TOPIK : Suspek SH
Tanggal (kasus) : 31/08/2018
Nama Pasien : Ny. S/65 tahun No. RM : 133925
Tanggal Presentasi : 10 September 2018 Pendamping :1. dr. Triyono
2. dr. Ismy Dianty, MMR
Tempat Presentasi : Komite Medik RSUD Muntilan
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi ο Anak o Remaja √ Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Wanita , 65 tahun, penurunan kesadaran dengan kelemahan anggota gerak kiri
oTujuan:
Mengobati penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut
Bahan Bahasan √ Tinjauan Pustaka o Riset √ Kasus o Audit
Cara Membahas o Diskusi √ Presentasi o E-mail o Pos
dan Diskusi
DATA PASIEN Nama : Ny.S No Registrasi : 133925
Nama klinik : IGD Telp : - Terdaftar sejak : 01/06/2017
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : Suspek SH
2. Gambaran Klinis : Pasien datang dibawa keluarga, dengan penurunan kesadaran dan
mengalami kelemahan anggota gerak kiri sejak 1jam SMRS. Dalam perjalanan ke IGD
pasien muntah sebanyak 2x, pasien juga mengeluh nyeri kepala hebat. Keluarga
mengatakan keluhan diawali setelah pasien ditemukan terjatuh di rumah dengan posisi
telungkup. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol obat.
3. Riwayat Pengobatan : -
4. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : hipertensi tidak terkontrol.
5. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Lain-lain : -
DAFTAR PUSTAKA:
1. Buku Ajar Neurologi FKUI
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Mengetahui patofisiologi Stroke Hemoragik.
2. Mengetahui diagnosis Stroke Hemoragik.
3. Mengetahui terapi Stroke Hemoragik.
4. Mengetahui pencegahan komplikasi Stroke Hemoragik.
2
1. SUBJEKTIF
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
RPS
Pasien datang dibawa keluarga, dengan penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan
anggota gerak kiri sejak 1jam SMRS. Dalam perjalanan ke IGD pasien muntah sebanyak 2x,
pasien juga mengeluh nyeri kepala hebat. Keluarga mengatakan keluhan diawali setelah
pasien ditemukan terjatuh di rumah dengan posisi telungkup. Pasien memiliki riwayat
hipertensi tidak terkontrol obat.
RPD:
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : (+) tidak rutin kontrol maupun minum obat
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
RPK:
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
3
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : GCS E4V3M5
Vital sign
o TD : 232/145 mmHg
o Nafas : 35 x/menit
o Suhu : 36,8°C (per axiler)
o Nadi : 93 x/menit, reguler
Kepala
Bentuk mesocephal
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), isokor (3 mm / 3 mm)
Hidung
Simetris, napas cuping hidung (-/-), secret (-/-), darah (-/-)
Mulut
Sianosis (-), bibir mencong ke kanan (parese N.VII sinistra), lidah deviasi ke kanan
(parese N.XII sinistra)
Tenggorok
Uvula di tengah, T1-T1
Leher
Trakea di tengah, limfonodi tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : simetris, fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)
Cor:
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
4
Auskultasi : BJ I II intensitas normal, reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Bising Usus (+) N
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior
Akral dingin (-/-)
Oedem (-/-)
Inferior
Akral dingin (-/-)
Oedem (-/-)
Status Neurologis
Kekuatan :
Superior : 5-5-5/2-2-2
Inferior: 5-5-5/2-2-2
Tonus
Superior : N/↓
Inferior : N/↓
Refleks Fisiologis
Superior : N/N
Inferior : N/N
Refleks Patologis
Superior : refleks Hoffman - / -
Refleks Tromner - / -
Inferior : refleks babinski - / -
Refleks Chaddock - / -
Nervus Cranialis
N. III : refleks pupil (+/+), isokor ( 3mm / 3 mm)
N. VII : bibir mencong ke kanan parese N.VII sinistra
N. XII : lidah deviasi ke kanan parese N.XII sinistra
5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : NSR
SpO2 99% dengan 02 NK 3 lpm
Pemeriksaan hasil laboratorium 31/08/2018
Hb : 13.7 g/dl
AL : 18.5.103/uL
AT : 415.103 / mm3
AE : 4,91. 106/uL
Hct :41,6%
GDS : 149 mg/dl
Ureum : 35 mg/dl
Creatinin : 1.01 mg/dL
Natrium : 142.9 mmol/L
Kalium : 3,6 mmol/L
Chlorida : 105 mmol/L
3. ASSESSMENT
Stroke Hemoragik
4. PLAN
Penatalaksanaan di IGD
1. Oksigen NK 3 lpm
2. Inf. Asering 20 tpm + drip Neurosanbe 1 Ampul
3. Inf. Manitol 125ml /6 jam
4. Inj. Citicoline 1 Ampul/6 jam
5. Inj. Ranitidine 1A/12 jam
6. Inj. Ketorolac 1A/12 jam
7. Pasang DC
8. Pasang NGT
9. Konsul bagian Neurologi : dr. Supriyatno, Sp.S, advice :
- Terapi IGD lanjutkan
- Inj. Kalnex 500mg / 6 jam
- Inj. Ondansetron 1A / 8 jam bila muntah
- Inj. Ranitidine Stop --> ganti dengan Inj.Omeprazole 1A / 12 jam
6
- Inj. Ceftriaxone 1gr / 12 jam
- Acyclovir tablet 800 mg / 12 jam
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE HEMORAGIK
A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non
traumatik.
Stroke adalah penurunan fungsi otak yang terjadi dengan cepat akibat gangguan
peredaran darah otak (GPDO) yang dapat berupa penyumbatan atau kebocoran pembuluh
darah. GPDO dapat terjadi akibat iskemia oleh trombosis atau emboli atau akibat pendarahan.
B. Epidemiologi
Insidensi stroke cenderung meningkat ketika melewati umur 30 tahun. 95% penderita
stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke berumur di atas 65 tahun.
Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita, namun 60% kematian terjadi pada
7
wanita. Hal ini terjadi karena wanita hidup lebih lama daripada pria, sehingga kejadian stroke
terjadi pada usia yang sudah tua dan banyak menyebabkan kematian pada wanita.
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan sistem vertebral.
1. Sistem karotis
Arteri karotis interna merupakan hasil percabangan dari a. Karotis komunis dextra dan
A. Karotis komunis sinistra. A. Karotis komunis dextra berasal dari percabangan A.
Subklavia dextra, sedangkan A. Karotis komunis sinistra berasal dari arkus aorta.
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari a.carotis komunis, naik dan
masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus,
mempercabangkan A. opthalmika untuk nervus opticus dan retina, akhirnya
bercabang dua : A. serebri anterior dan A. serebri media. Untuk otak sistem ini memberi
aliran darah ke lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus temporalis.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di A.
Subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna vertebralis
servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan
masing-masing sepasang A. serebelli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons,
keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, A. basilaris berakhir sebagai sepasang cabang A. serebri
posterior, yang melayani daerah lobus oksipital dan bagian medial lobus temporalis. Ketiga
pasang arteri cerebri ini (A. serebri anterior, A. serebri media, dan A. serebri posterior)
bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu dengan yang
lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga
saling berhubungan dengan cabang-cabang a.serebri lainnya.
1. Sirkulus Willlisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a.serebri media
kanan dan kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a. serebri anterior),
8
sepasang a. serebri posterior, dan a. komunikans posterior (yang menghubungkan a. serebri
media dan posterior) kanan dan kiri.
2. Anastomosis antara a. serebri interna dan a. karotis eksterna di daerah orbita, masing-
masing melaui a.optalmika dan a. fasialis ke a. maksilaris eksterna.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis, dicurahkan
menuju jantung.
D. Klasifikasi
1. Stroke Hemoragik
9
sel otak di sekitar genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor meningkat dengan cepat,
maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan
dapat menyebabkan kematian. Penyebab perdarahan intraserebral yang paling sering adalah
hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif yang disebabkan
oleh penyakit ini biasanya dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah.
a. Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses aterosklerosis
ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan dan tempat yang melengkung. Pembuluh darah yang
mempunyai resiko adalah arteri karotis interna dan arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya
tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel pada permukaan
yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim
adenosin difosfat yang mengawali proses koagulasi.
10
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan makrofag dan
kerusakan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga melepaskan growth factors yang
menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot polos dan juga berperan pada pembentukan lesi
fibrointimal pada subendotelial.
b. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda, kebanyakan emboli
serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya
adalah perwujudan penyakit jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal dari plak ateroma
karotikus atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami emboli, tempat yang
paling sering adalah arteri serebri media bagian atas.
E. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau dewasa muda.
b. Diabetes Mellitus
Orang yang diobati dengan insulin mempunyai resiko mengidap stroke.
c. Penyakit Jantung.
2. Faktor resiko minor
11
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Peningkatan hematokrit
e. Hiperlipidemia
f. Hiperuricemia
g. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitas
i. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stress
l. Faktor genetik
F. Gambaran Klinis
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada :
1. Sistem karotis
G. Diagnosis
1) Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
2) Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3) Skoring untuk membedakan jenis stroke :
12
- Skor Siriraj :
Hasil :
13
Diagnosis banding PIS, PSA, dan SNH
SH
Gejala Klinis SNH
PIS PSA
7. Hemiparesis Sering sejak awal Permulaan tidak ada Sering sejak awal
Pemeriksaan Penunjang
14
L. Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat ketidakmampuan
tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi post-stroke yang ditandai oleh letargi,
sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari masyarakat. Emosi yang labil dapat terjadi
sebanyak 20% pada penderita stroke.
J. Penatalaksanaan
a) Terapi Umum
Dengan 5B :
- Stroke Hemoragik :
15
S>200 atau MAP >150 mmHg
S>180 dg gejala TIK meningkat
S>180 atau MAP>130 dengan target 160/90 atau MAP 110 mmHg
Maksimal 25% MAP
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Stroke. Dalam: eds. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. h.17-
26.
2. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press; 2005. h.81-82.
3. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds. Mardjono M,
Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2004. h. 274-8.
4. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.761-2
5. Hartwig M. Penyakit serebrovaskular. Dalam: Price SA,eds. Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2005.h.1105-30.
6. Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2002. h.474-510.
17