Pembimbing :
dr. Emmy Noor Rahma
Oleh :
dr. Winda Dwi Putri
Tujuan:
Untuk mempelajari diagnosis, patofisiologis, dan tatalaksana kejang demam
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
diskusi
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita keluhan serupa.
Riwayat epilepsi dan riwayat penyakit lain pada keluarga disangkal.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : KU Lemah, GCS 3-3-2
Suhu badan : 37,OC
Pernapasan : 24 x per menit
Nadi : 90 x per menit
SpO2 : 99 % dengan O2 nasal 2 lpm
Tekanan darah : 120/90
Kepala & leher : Tidak ditemukan Anemia, Icterus, Cyanosis, dan Dyspneu
Thorax :
- Inspeksi: gerak nafas simetris +, retraksi -/-, ictus cordis tidak tampak, spider
naevi (-), ginekomasti (-), hiperpigmentasi kulit (-)
- Palpasi: fremitus normal, gerak nafas simetris +, ictus cordis tidak bergeser
- Perkusi: sonor (+) pada seluruh lapang paru, kesan batas jantung tidak melebar
- Auskultasi:
Cor : S1 S2 tunggal, m-, g-
Pulmo: ves/ves, rh +/+, wh -/-
+/+ -/-
Abdomen :
- Inspeksi: Abdomen flat, kontur abdomen normal, umbilikus masuk merata,
distensi (-), striae (-), caput medusae (-), scar (-), massa (-)
- Auskultasi: Bising usus (+) normal
- Palpasi: Soepel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, massa (-)
- Perkusi: timpani (+) pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
Extremitas : akral Dingin, Kering, Pucat, eritema palmaris (-), clubbing
finger (-), edema (-)
3. Pemeriksaan
Penunjang
Darah Lengkap
Hemoglobin : 10,8 g/dL (N: 13.0-18.0)
Hematokrit : 33 % (N: 40-50)
Trombosit : 272 ribu/mm3 (N: 150-450)
Leukosit : 11 ribu/mm3 (N : 4-10)
Eritrosit : 4,81 juta/uL (N : 3,5-5,5)
Index Eritrosit
MCV : 90,3 fl (N : 79-99)
MCH : 30,5 pg (N : 27-31)
MCHC : 33,8 g/dL (N : 33-37)
RDW : 13,5 % (N : 11-16)
MPV : 9,5 fL (N : 7.9-11.1)
PDW: 15,6 fL (N : 9.0-11.0)
Gula darah
Gula darah sewaktu: 123 mg/dL
(N : 70-140)
Planning Edukasi: Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Pustaka:
1. Guidelines for seizure Management. 2010
2. Goldenberg, M.M. Overview of Drugs Used for epilepsy and Seizures. P & T.
2010, 36:7.
3. French, J.a. Pedley, T. A. Initial Management of Epilepsy. The new England
Journal of Medicine. 2008.
4. Pudjiadi, Antonius H et al.2013. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Indonesia:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kejang
Kejang merupakan gejala yang timbul dari efek langsung atau tidak langsung dari penyakit sistem
saraf pusat ( SSP ). Obat – obat yang digunakan untuk terapi berbagai penyakit vaskuler yang
dapat mempengaruhi ambang kejang dan memyebabkan kejang , selain itu penyakit dapat pula
mendasari angka kejadian kejang pada pasien stress. Kejang didefiniskan sebagai perubahan
sementara dalam keadaan atau tanda – tanda lain atau gejala yang dapat disebabkan oleh disfungsi
otak. disfungsi otak tersebut dapat disertai dengan motorik, sensorik dan gangguan otonom
tergantung paad daerah otak yang terlibat baik organ itu sendiri atau pun penyebaran ke organ
yang lain.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu, epilepsi, kejang demam, hipoglikemia,
hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis, ketidakseimbangan elektrolit, dan overdosis obat.
Meskipun penyebab dari kejang beragam namun pada fase awal tidak perlu untuk melabelnya
masuk pada kelompok mana, karena manajemen jalan nafas dan penghentian kejang adalah
prioritas awal pada pasien dengan kejang aktif.
Salah satu bentuk kejang yang sering dijumpai pada anak adalah kejang demam. Kejang demam
adalah kejang disertai demam ( suhu ≥ 100.4 ° F atau 38°C), tanpa infeksi sistem saraf, yang
terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60 bulan. Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5%
dari semua anak-anak, dengan demikian menjadi bentuk yang paling umum terjadi. Pada tahun
1976, Nelson dan Ellenberg, menggunakan data dari National Collaborative Perinatal Project dan
ditetapkan bahwa kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks. Kejang demam
simpleks didefinisikan sebagai kejang yang terjadi setelah demam, yang berlangsung selama
kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks
didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung lebih dari 15 menit, dan atau berulang dalam
waktu 24 jam.
Patofisiologi
Kriteria Kejang
Diagnosis kejang dapat ditegakkan dengan diagnosis. Dan akan lebih mempermudah menegakan
diagnosis apabila kita melihat langsung bentuk kejang. Dalam penanganan awalnya, sangatlah
penting dalam membedakan apakah yang diutarakan oleh keluarga pasien tersebut adalah benar
kejang atau serangan serupa dengan kejang. Dalam membedakan kejang ataupun tmenyerupai
kejang hendaknya melihat dari sifat sifat kejang yang disampaikan. Perbedaan antara keduanya
dapat dilhat pada table dibawah ini:
Klasifikasi Kejang
TIDAK TERKLASIFIKASI
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik diperlukan untuk memilih pemeriksaan penunajang
yang terarah dan tata laksana selanjutnya. Aloanamnesis yang baik dimulai dari riwayat perjalanan
penyakit sampai timbulnya kejang. Dilanjutkan dengan pertanyaan terarah untuk mencari
kemungkinan faktor penyebab kejang. Anamnesis diarahkan kepada riwayat kejang sebelumnya,
kondisi medis yang berhubungan,obat obatan, trauma, infeksi, gangguan deficit neurologs fokal
maupun umum, serta nyeri dan cedera yang ditimbulkan akibat kejang
Penentuan etiologi berperan penting dalam tata laksana selanjutnya. Keadaan ini sangat penting
terutama pada kejang yang sulit diatasi atau kejang berulang. Etiologi kejang mungkin dapat lebih
dari satu, etologi yang tersering yaitu kejang karena demam, infeksi intracranial, shigelosis,
keracunan, dan gangguan metabolic seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, dehidrasi
dan lain sebagainya.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai tada vital, mencari tanda trauma akut kepala, dan ada
tidaknya kelainan sistemik. Pemeriksaan terutama mencari cidera kepala yang mendahului atau
selama kejang, ada tidaknya penyakit sistemik,demam, paparan zat toksik, atau lesi intracranial.
Pemeriksaan Penunjang
Pungsi lumbal
EEG
CT Scan
Tatalaksana
Peserta Pendamping