Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PORTOFOLIO

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

Tuberculosis paru

DISUSUN OLEH:
dr. Rachmanita

PENDAMPING:
dr. M. Nur Zulkarnaen

DOKTER INTERNSIP WAHANA RS SITI KHODIJAH PEKALONGAN


PERIODE 11 SEPTEMBER 2021 - 10 NOVEMBER 2021
KOTA PEKALONGAN
PROVINSI JAWA TENGAH
BAB I

LAPORAN KASUS

No. ID dan Nama Peserta : dr. Rachmanita


Presenter : dr. Rachmanita
No. ID dan Nama Wahana : RS Siti Khodijah, Kota
Pekalongan Pendamping Wahana : dr. M. Nur Zulkarnaen
Topik : Tuberculosis paru
Tanggal (Kasus) : Jumat , 1 APRIL 2022
Nama Pasien : Sdr SK
No. RM : 164xxx
Pendamping Presentasi : dr. Sumarwanto, SpPD
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RS Siti Khodijah

OBJEKTIF PRESENTASI
Deskripsi:
Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan demam sejak 1bulan SMRS, pasien
juga mengeluhkan batuk berdahak selama 1bulan, dahak berwarna putih terkadanng
berwarna kecoklatan, berkeringat malam, turun berat badan sebanyak 5kg, mual , dan
muntah 3kali

Tujuan:
Mengetahui segala aspek mengenai penyakit pasien dan penanganannya.

Bahan bahasan:
Kasus, Tinjauan pustaka.

Cara Membahas:
Presentasi dan diskusi
Data Pasien:

Nama : Sdr. Sk

Tanggal lahir : 22/11/1999

Usia : 22 tahun

No. RM : 164.xxx

Alamat : Kauman, Pekalongan

Agama : Islam

HASIL PEMBELAJARAN:

1. Mengetahui segala aspek mengenai penyakit pasien.

2. Mengetahui tatalaksana pasien.

SUBJEKTIF/ANAMNESIS:

A. Keluhan Utama : Demam

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan demam. Demam dirasakan sudah
sejak bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu ini. Demam lebih dirasakan pada
malam hari hingga menjelang subuh dan demam akan hilang saat pasien minum obat

Keluhan lain juga dirasakan pasien adanya batuk berdahak selama 1bulan, dahak
berwarna putih terkadanng berwarna kecoklatan, berkeringat malam, turun berat badan
sebanyak 5kg, mual , dan muntah 3kali

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat darah tinggi : (-) disangkal

- Riwayat kencing manis : (-) disangkal


- Riwayat penyakit jantung : (-) disangkal

- Riwayat alergi obat/makanan : (-) disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat darah tinggi : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat penyakit jantung dan ginjal : disangkal

- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

E. Riwayat sosial ekonomi

Pasien adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas di semarang dan sekarang


sedang melakukan kuliah secara online. Pasien menjadi jarang melakukan aktivitas
dan lebih sering bersitirahat di kasur semenjak sakit.
OBJEKTIF/PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Januari 2022 pukul 00.15 WIB.
Status Generalisata
Kesan Umum Tampak lemas
Kesadaran Compos Mentis (GCS : E4V5M6)
IGD
Tekanan Darah : 110/60 mmhg
Vital Signs /
Nadi : 136x/menit
Tanda-Tanda
Respirasi : 22x/menit
Vital
Suhu :37.40C
SpO2: 96% on Room Air
Kepala dan Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), deviasi
trakea (-), JVP
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-)

Thorax

Pulmo
Inspeksi Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis.
Palpasi Stem fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-/-),
masa (-/-) jejas (-/-).
Perkusi Redup pada paru kiri
Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : +/+ redup
Suara ronkhi -/- ; Wheezing -/-
Cor
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak.
Iktus kordis teraba di sela iga ke V, linea
Palpasi midclavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar.
Perkusi Redup, tidak ada pelebaran batas jantung.
Suara S1 dan S2 terdengar regular, gallop (-),
Auskultasi
murmur (-)
Abdomen
Inspeksi
Perut mendatar , Simetris

Auskultasi Bising usus (+) normal


Palpasi Supel, nyeri tekan (-),

Perkusi Timpani
Ekstremitas
Inspeksi Ekstremitas atas (+/+)
Ekstremitas bawah (+/+)
Palpasi akral hangat, CRT <2 detik
Genitalia
VU tenang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (11 JANUARI 2022)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 7.31 4.8 – 10.3 ribu/ul
Eritrosit 4.10 4.20 – 5.40 juta/ul
Hemoglobin 11.5 12 – 16 gr/dL
Hematokrit 34 37 – 47 vol%
MCV 82.7 79 – 99 Fl
MCH 28 27 – 31 Pg
MCHC 33.9 33 – 37 gr/dL
Trombosit 445 150 – 450 ribu/ul
Hitung Jenis
Eosinophil 0.1 2–4 %
Basophil 0.5 0–1 %
Limfosit 18.7 25 – 40 %
Monosit 11 2–8 %
Neutrofil 69.2 50 – 70 %
Segmen
NLR 3.70 < 3.13
Monoserologi
Typoid

Tubex 4 negatif
Serologi
Sars COV-2
Non reaktif Non Reaktif
Rapid Antigen
RESUME
Pasien Sdr. SK usia 22 tahun datang ke IGD RS Siti Khodijah diantar
keluarganya dengan keluhan Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan
demam sejak 1bulan SMRS, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak selama
1bulan, dahak berwarna putih terkadanng berwarna kecoklatan, berkeringat malam,
turun berat badan sebanyak 5kg, mual , dan muntah 3kali.Pasien tidak memiliki
Riwayat sebelumnya. Riwayat social ekonomi baik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya kondisi umum tampak lemas dengan kesadaran compos mentis.
Suhu tubuh meningkat dan ditemui suara paru yang meredup pada paru sebelah
kiri. Hasil laboratorium menunjukkan dalam peningkat pada pemeriksaan
monoserologi yaitu tubex tf meningkat.. Dari pemeriksaan Rotgen didapatkan
hasil bacaan berupa pneumonia kiri dan efusi pleura kiri.

DIAGNOSIS
- Tuberculosis paru
- Efusi pleura sinistra
- Pneumonia sinistra
- Deman Typoid

TATALAKSANA
IGD
Tatalaksana 11-1-2022
- Loading RL 20tpm
- IV Omeprazole 1amp
- IV Metamizole 1amp
- Iv Ondancentron 4mg
Konsul Spesialis Penyakit Dalam, advice dr.Sumarwanto, Sp.PD :
 Infus RL 20 tpm
 Inj ceftriaxone 2 g tiap hari drip NaCL 100
 Clindamicin 3x300
 Pamol3x1 k.p
 Inj omeprazole 1 amp tiap hari
 Domperidone 3x1
 NAC 3x200
 Plan : BTA TCM
 Raber ts SpB pro WSD
PROGNOSIS

1. Quo Ad Vitam : dubia ad bonam


2. Quo Ad Fungsionam : dubia ad bonam
3. Quo Ad Sanam : dubia ad bonam
PROGRESS NOTE

Hari/Tanggal Minggu, 19 Desember 2021 (20.00)


S Lemas

O KU : tampak sakit sedang


Kesadaran CM, GCS : E4V5M6
TD : 160/80mmHg
HR : 98x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37.1oC
SpO2 : 99% on NC 4 lpm

Kepala/ Leher : normocephal


Mata : conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : Cor S1S2 regular, murmur (-). Pulmo SDV (V/V),
RH -/-, Wh -/-
Abdomen : soefl, BU (+) dbn, nyeri tekan (+) regio flank
dextra, tampak hiperemi melebar hingga ke inguinal
Ext : akral hangat, CRT <2s, pitting oedema (-/-)

GDS : 322
A Ketoasidosis Diabetik
Cellulitis regio Flank Dextra
Acute Kidney Injury
P IVFD NaCL 2500cc/ hari
O2 NC 4 lpm
IV Ondansentron 4 mg/12 jam
IV Omeprazole 1 am/24 jam
IV Meropenem 1 gr/12 jam
IV Metronidazole 500 mg/ 8 jam
IV Syringe Pump Novorapid jalan 4 cc/
jam Cek GDS/ 3 jam
Kompres Rivanol untuk luka
Hari/Tanggal Senin, 20 Desember 2021 ( 04.00 )
S Lemas

O KU : tampak sakit sedang


Kesadaran CM, GCS : E4V5M6
TD : 160/80mmHg
HR : 98x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37.0oC
SpO2 : 99% on NC 4 lpm

Kepala/ Leher : normocephal


Mata : conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : Cor S1S2 regular, murmur (-). Pulmo SDV (V/V),
RH -/-, Wh -/-
Abdomen : soefl, BU (+) dbn, nyeri tekan (+) regio flank
dextra, tampak hiperemi melebar hingga ke inguinal
Ext : akral hangat, CRT <2s, pitting oedema (-/-)

GDS : 200
A Ketoasidosis Diabetik
Cellulitis regio Flank Dextra
Acute Kidney Injury
P IVFD NaCl 2500cc/ hari
O2 NC 4 lpm
IV Ondansentron 4 mg/12 jam
IV Omeprazole 1 am/24 jam
IV Meropenem 1 gr/12 jam
IV Metronidazole 500 mg/ 8 jam
SC Novorapid 3 x 10 UI
Cek GDS/ 6 jam
Kompres Rivanol untuk luka
Hari/Tanggal Selasa, 21 Desember 2021 (06.00)
S Lemas

O KU : tampak sakit sedang


Kesadaran CM, GCS : E4V5M6
TD : 152/62mmHg
HR : 98x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37.0oC
SpO2 : 98% on NC 4 lpm

Kepala/ Leher : normocephal


Mata : conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : Cor S1S2 regular, murmur (-). Pulmo SDV (V/V),
RH -/-, Wh -/-
Abdomen : soefl, BU (+) dbn, nyeri tekan (+) regio flank
dextra, tampak hiperemi melebar hingga ke inguinal
Ext : akral hangat, CRT <2s, pitting oedema (-/-)

GDS : 336

A Ketoasidosis Diabetik
Cellulitis regio Flank Dextra
Acute Kidney Injury
P IVFD NaCl 2500cc/ hari
O2 NC 4 lpm
IV Ondansentron 4 mg/12 jam
IV Omeprazole 1 am/24 jam
IV Meropenem 1 gr/12 jam
IV Metronidazole 500 mg/ 8 jam
SC Novorapid 3 x 10 UI
SC Lantus 0-0-10 UI
Cek GDS/ 6 jam
Kompres Rivanol untuk luka
Pindah ruangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis pari

1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) (Infodatin
Kemenkes RI, 2018). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru (TB paru), namun
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (TB ekstra paru). Penularan TB terutama
terjadi secara aerogen atau lewat udara dalam bentuk droplet (percikan dahak/sputum).
Sumber penularan TB yaitu penderita TB paru BTA positif yang ketika batuk, bersin
atau berbicara mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri M. tuberculosis
(Kemenkes RI, 2017).

2. Epidemiologi
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri tahan asam, berbentuk batang lurus
atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran 0,3
– 0,6 μm dengan dinding yang kompleks, terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi
(60%). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular dengan penyebaran melalui udara
(airborne) melalui partikel percikan dahak atau droplet saat seseorang yang dengan
penyakit TB paru batuk, bersin, berbicara,berteriak atau bernyanyi.
3. Patogenesis Tuberkulosis Paru Orang Dewasa
Patogenesis Tuberkulosis Paru pada Anak
4. Diagnosis
A. Penegakan Diagnosis Tuberkulosis Paru
Diagnosis TB
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (sputum
untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak). Kriteria diagnosis Berdasarkan International Standards for
Tuberkulosis Care (ISTC 2014).
Standar Diagnosis
1. Untuk memastikan diagnosis lebih awal, petugas kesehatan harus waspada terhadap individu dan
grup dengan faktor risiko TB dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat
pada mereka dengan gejala TB.
2. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
3. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak, harus diperiksa
mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum untuk pemeriksaan
Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin, salah satu diantaranya
adalah spesimen pagi. Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau sakit parah sebaiknya
melakukan pemeriksan Xpert MTB/RIF* sebagai uji diagnostik awal. Uji serologi darah dan interferon-
gamma release assay sebaiknya tidak digunakan untuk mendiagnosis TB aktif.
4. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa
secara mikrobiologis dan histologis. Uji Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji
mikrobiologis untuk pasien terduga meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.
5. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF
dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien dengan gejala klinis
yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan antituberkulosis setelah pemeriksaan
kultur.
Diagnosis Banding

1. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) : biasanya diderita usia >50 tahun, perokok berat, barrel
chest, mengi, hasil spirometri menunjukkan adanya perlambatan aliran udara atau obstruksi.
2. Pneumonia komunitas : peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
ditandai dengan demam >400C, batuk dengan dahak purulen disertai dengan sesak napas atau nyeri
dada.
3. Bronkiektasis : penyakit saluran napas kronik yang ditandai dengan dilatasi abnormal permanen
akibat rusaknya dinding bronkus. Gejala klinisnya batuk disertai dahak banyak yang purulen, dapat
dijumpai sputum 3 lapis (lapisan busa, lapisan purulen dan mukoid).
4. Kanker paru : didapatkan massa pada paru, biasanya pada pasien dengan risiko tinggi seperti
perokok. Gejala klinis batuk dapat disertai darah, penurunan berat badan dan nyeri dada.
5. Abses paru : pengumpulan cairan terinfeksi dalam suatu rongga. Gejala batuk berdahak biasanya
berbau busuk
5. Tatalaksana

Tabel 2. Dosis obat antituberkulosis KDT/FDC


Fase Intensif Fase Lanjutan
Berat Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
Badan
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5

Tabel 3. Dosis obat TB berdasarkan berat badan (BB) Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
Obat Harian 3x/minggu
INH 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900 mg/dosis
Rifampicin 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600 mg/dosis
Pirzinamid 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400 mg/dosis
Etambutol 15 (15-20) max 1600 mg/hr 30 (25-35) max 2400 mg/dosis

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan:


1. Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol.
a. Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis obat (rifampisin, isoniazid,
pirazinamid dan etambutol), diminum setiap hari dan diawasi secara langsung untuk menjamin
kepatuhan minum obat dan mencegah terjadinya kekebalan obat.
b. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan menurun dalam kurun waktu
2 minggu.
c. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif (konversi) setelah menyelesaikan
pengobatan tahap awal. Setelah terjadi konversi pengobatan dilanujtkan dengan tahap lanjut.

2.Tahap lanjutan menggunakan panduan obatrifampisin dan isoniazid


a.Pada tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat (rifampisin dan isoniazid), namun dalam jangka
waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan).
b.Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program) atau tiap hari (obat non
program).
c.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.

Panduan OAT lini pertama yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kategori 1 : 2RHZE/4R3H3
Selama 2 bulan minum obat rifampisin, INH, pirazinamid dan etambutol setiap hari (tahap intensif) dan
4 bulan selanjutnya minum obat rifampisin dan INH tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Untuk
pasien dengan HIV sebaiknya menggunakan dosis harian untuk fase lanjutan.
2. Kategori 2 : 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
Selama 2 bulan minum obat rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol dan suntikan streptomisin setiap
hari, selama 1 bulan minum obat rifampisin, INH, pirazinamid,
Selain itu perlu dilakukan tindakan pada efusi pleuranya yaitu dengan dilakukan WSD (water
seal drainage). Dan kemudian cairan pleura tersebut di kultur kemudian kita akan menemukan
penyebab dari efusi tersebut misalnya keganasan atau penyakit-penyakit kronis lainnya.
Kemudian untuk peningkatan monoserologinya akan di berikan antibiotik .
Komplikasi
1. Atelektasis : Atelektasis adalah penyakit paru-paru di mana alveolus tidak terisi oleh udara.
Atelektasis merupakan salah satu penyebab paru-paru kolaps atau kempis dan tidak bisa
mengembang.
2. Bronkiektasis : Bronkiektasis adalah kerusakan dan pelebaran permanen pada bronkus dan saluran
pernapasan. Kondisi ini menyebabkan penumpukan lendir di dalam paru-paru. Gejala yang paling
sering muncul adalah batuk berdahak terus-menerus dan sesak napas.
3. Cor pulmonal : Cor pulmonale mengacu pada gagal jantung bagian kanan. Hal ini biasa terjadi pada
orang dengan penyakit paru-paru kronis. Penyakit semacam itu bisa meningkatkan tekanan darah di
pembuluh darah paru-paru. Akibatnya, ventrikel kanan dipaksa bekerja lebih keras agar bisa
memompa darah. Jika tidak diobati, ventrikel kanan akan membesar dan lama kelamaan tidak bisa
memompa darah ke paru-paru secara normal.
4. Pneumotoraks : Pneumotoraks (PTX) merupakan istilah medis yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi paru-paru yang kolaps (mengempis). PTX terjadi saat udara memasuki
ruangan antara paru-paru dan lapisan pleura yang menyelimuti organ tersebut. Hal ini bisa terjadi
karena adanya cedera pada dinding dada atau ruptur pada jaringan paru, sehingga mengakibatkan
paru-paru kolaps karena perubahan tekanan udara pada paru-paru (menekan paru-paru).
5. Empyema TB : Empiema adalah penumpukan nanah di rongga pleura, yaitu area di antara lapisan
luar paru-paru dengan lapisan dinding dada bagian dalam. Empiema sering kali terjadi akibat
komplikasi infeksi pada paru-paru atau pneumonia.
BAB III
KESIMPULAN

Diagnosa

Anmanesa

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
1.Rontgen Thorax
2. sputum BTA

Tatalaksana

Terapi OAT
Dilakukan WSD
Dan pemberian antibiotk sesuai kultur
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007
2. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Kelompok Kerja TB Anak
Depkes – IDAI. 2008
3. International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public Health.
Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA). 2006

Anda mungkin juga menyukai