Oleh :
Al Avief Nur Achdiat M, S.Ked
K1B1 21 027
Pembimbing :
dr. Waode Sitti Asfiah Udu, M.Sc., Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Umur : 7 Tahun
Agama : Islam
No RM : 08 19 XX
Suku : Muna
B. Anamnesis (Alloanamnesis)
1. Keluhan Utama
Muntah-muntah
2. Anamnesis terpimpin
muntah sebanyak 2 kali sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk RS. Muntah
didahului oleh rasa mual. Muntah berisi makanan, tidak terdapat darah
ataupun lendir. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu
mengatakan bahwa pasien juga demam sejak 1 hari yang lalu. Demamnya
hilang timbul. Tidak terdapat menggigil, kejang ataupun penurunan
kesadaran. Pasien juga mengeluh sakit kepala seperti tertekan dan dirasakan
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak sesak. BAB dan BAK
dalam batas normal. Pasien pernah dirawat dengan keluhan muntah disertai
darah 2 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Pasien
kehamilan, berat bayi lahir 3430 gram langsung menangis kuat dan tidak
biru.
Riwayat Nutrisi pasien megonsumsi ASI sampai usia 1,5 tahun, setelah usia
makanan biasa (Nasi, Sayur dan telur), riwayat konsumsi es krim sebelum
munculnya gejala (+). Riwayat minum air mineral isi ulang (+).
C. PemeriksaanFisik
Antropometri : BB : 17 kg │ TB : 106 cm
Tanda Vital :
TD : - mmHg P : 24 x/menit
N : 110x/menit S : 37,8 oC
SpO2 : 97 %
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-), Edema palpebra (-/-),
Mulut : Bibir Kering (-), sianosis (-), kering (-), Lidah Kotor (-)
Paru :
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), Krepitasi (-), pelebaran sela iga (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Jantung :
Perkusi : Pekak
Abdomen
mc burney (-)
KPR : (+)
APR : (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium
E. Resume
sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk RS. Muntah didahului oleh rasa mual dan
muntah berisi makanan. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati sejak 1 hari yang
didahului oleh demam sejak 1 hari yang lalu. Yang bersifat hilang timbul.
mengeluh sakit kepala seperti tertekan dan dirasakan makin memberat. Tidak
terdapat batuk. Terdapat riwayat pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien tidak sesak. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat alergi (-).
Tidak ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Pasien pernah dirawat
dengan keluhan muntah disertai darah 2 tahun yang lalu. Pasien memiliki
disangkal.
Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal, cukup bulan sesuai masa kehamilan,
berat bayi lahir 3430 gram langsung menangis kuat dan tidak biru.
6 bulan.
biasa (Nasi, Sayur dan telur), riwayat konsumsi es krim (+). Riwayat minum
S:37,8oC dan SpO2 : 98%. Nyeri Tekan Epigastrium (+), nyeri tekan
suprapubik (+), Nyeri tekan McBurney (-). Alat kelamin tampak hiperemis,
F. DIAGNOSA
Gastroenteritis Akut
G. PERENCANAAN
1. Rencana Diagnostik
2. Rencana Terapi
a. Non Medikamentosa
Monitoring tanda-tanda vital, keadaan umum, muntah dan tirah baring.
b. Medikamentosa
1) IVFD RL 18 tpm
2) Inj. Ranitidin ½ amp/iv/8 jam
3) Inj. Ondansentron ½ amp/iv/ 8 jam
4) Paracetamol inf 170 mg (17cc)
5) KAEN 3B 16 tpm
6) Amoxicilin 3 x ½ tab
H. PERKEMBANGAN PASIEN
O: amp/iv/8 jam
• TD : - mmHg
• Nadi: 120x/menit
• Pernapasan: 24 x/menit
• Suhu: 38,2 oC
• Spo2: 98 %
• Respirasi: Vesikuler,
Murni
• Abdomen : Peristaltik
Pucat (-)
O: • Amoxicilin 3 x ½
Compos Mentis
• TD : - mmHg
• Nadi: 110x/menit
• Pernapasan: 30 x/menit
• Suhu: 38.0 oC
• Spo2: 96 %
• Abdomen : peristaltik
A : GEA + ISK
14/10/2021 S: Demam (-), Sakit kepala dan P:
O:
• KU: Baik, Compos Mentis
• TD : - mmHg
• Nadi: 105x/menit
• Pernapasan: 24 x/menit
• Suhu: 36,5 oC
• Spo2: 99 %
ikterik (-)
mcburney (-)
(-)
A : GEA + ISK
Tabel 3. Perkembangan pasien saat perawatan di RS Santa Anna
I. PROGNOSIS
biaknya bakteri atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.
Pada anak, gejala klinis ISK sangat bervariasi, dapat berupa ISK asimtomatik
hingga gejala yang berat yang dapat menimbulkan infeksi sistemik. (1)
saluran kemih itu sendiri, yang dalam keadaan normal tidak mengandung
Infeksi saluran kemih pada anak disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi
bakteri, virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri
ISK pada neonatus sekitar 1% dan pada bayi prematur sekitar 3%, dan
sering adalah bakteri Gram negatif Escerichia coli dan infeksi Candida
albicans.(1)
Pada wanita faktor risiko terjadinya sistitis berbeda pada usia muda dan
usia tua. Pada wanita usia muda dan premenopause faktor risikonya berupa
riwayat ISK, riwayat ISK pada masa kanak-kanak. Penyebab tersering sistitis
Sedangkan pada wanita tua dan post menopause faktor risiko terjadinya sistitis
lebih luas dibandingkan dengan ISK non komplikata dan cenderung untuk
membentuk resistensi terhadap antimicrobial. Mikrooranisme E. coli, Proteus
spp., Klebsiella spp., Pseudomonas spp., Serratia spp., dan Enterococcus spp.
coli sebagai jenis yang paling sering ditemukan terutama pada infeksi pertama
kali. Jenis mikroorganisme dapat bervariasi, berbeda antara satu rumah sakit
B. Epidemiologi
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information
saluran nafas atas (ISPA) dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.
ISK dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga
orang tua.(4)
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang sering ditemui pada anak-
anak dan ditandai dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin. Insidensi
bergantung pada usia dan jenis kelamin. Berkisar 3-10% pada anak perempuan
dengan ISK. Lebih dari satu juta kunjungan klinik rawat jalan, lebih dari
jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan untuk manajemen ISK terus-menerus
meningkat. Pada tahun 2013, agregat biaya rumah sakit untuk manajemen ISK
Tingkat kejadian ISK di Indonesia masih cukup tinggi, hal ini disebabkan
karena tingkat dan taraf kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari
dari 200 anak yang dievaluasi sebesar 35% pada anak 1 sampai 5 tahun dan
22% anak usia 6 sampai 10 tahun menderita infeksi saluran kemih atau sekitar
33% pada laki-laki dan 67% pada perempuan. Data ini menunjukan infeksi
kelamin, ras, dan status sirkumsisi. Bayi laki-laki usia kurang dari 3 bulan
mulai dengan asimtomatik hingga gejala yang berat, sehingga ISK sering tidak
C. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya ISK sangat terkait dengan beberapa macam faktor,
misalnya jenis kelamin, perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri, dan juga
kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh banyak penelitian kejadian ISK yang
pada wanita dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita lebih
kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal dan vagina.(7)
Pria yang belum di sunat merupakan salah satu faktor risiko dari kejadian
Infeksi saluran kemih. Pada kulit atau preputium pria yang belum disunat atau
flora normal prepusium, permukaan glandular dan distal uretra. E. coli dapat
merupakan faktor risiko penting lainnya untuk ISK tetapi sering diabaikan.
Obstruksi adalah salah satu penyebab paling umum dari infeksi saluran
ISK akibat obstruksi, seperti katup uretra posterior dan ureteropelvic junction
belly dan VUR juga dapat menyebabkan ISK. Penyebab ISK lain yang cukup
sering dan signifikan adalah adhesi labia dan konstipasi kronis. (3)
Adhesi labial (LA) didefinisikan sebagai fusi sebagian ataupun lengkap
dari labia minora dan merupakan penyebab urethrovaginal refluks dan stasis
Terdapat beberapa faktor diet lain yang sering dihubungkan dengan ISK.
Kolostrum manusia dan ASI adalah yang penting sumber alami lactobacilli.
ISK terkait kateter (CA-UTI) mengacu pada ISK yang terjadi pada orang
yang baru dipasang kateter atau telah memakai kateter dalam 48 jam terakhir.
permukaan untuk perlekatan reseptor pengikat sel host oleh adhesin bakteri,
dengan adanya mukosa sel uroepitel yang rusak sehingga menjadi tempat
pengikatan baru untuk adhesin bakteri dan adanya sisa urin dalam kandung
kemih yang mengumpul pada bagian bawah dari balon kateter. (3)
D. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi dimulai ketika uropatogen
uretra. Migrasi selanjutnya ke kandung kemih dan ekspresi pili dan adhesin
menghindari sistem kekebalan, baik melalui invasi sel inang atau melalui
ISK(9)
Kolonisasi
pada ginjal
akhirnya dapat
berkembang menjadi bakteremia jika patogen melintasi penghalang epitel
langkah awal yang sama seperti yang dijelaskan untuk infeksi tanpa
kandung kemih yang terganggu adalah kateterisas. Karena respon imun yang
epitel dan dapat menyebabkan infeksi pada ginjal di mana produksi toksin
seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme. Bakteri dalam urin dapat
berasal dari ginjal, ureter, kandung kemih dan dari uretra. Mukosa kandung
kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti
dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), bakteri akan
lebih mudah masuk terlebih lagi dengan adanya kegagalan refluks
uropatogen yang berada di usus, diikuti oleh kolonisasi uretra dan selanjutnya
kolonisasi.(10)
Bakteri dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui 3 jalur yaitu melalui
jalur yang paling sering menyebabkan ISK. Jalur asenden adalah masuknya
bakteri feses ke dalam kandung kemih melalui uretra atau ke dalam ginjal
melalui ureter. Wanita lebih sering terkena ISK melalui jalur ini karena wanita
memiliki ukuran uretra yang pendek. Jalur hematogen merupakan jalur yang
merupakan bakteri yang sering menyerang dari jalur ini.. Perluasan langsung
Infeksi saluran kemih pada jalur ini disebabkan karena pembentukan abses
E. Klasifikasi
Terdapat lima klasifikasi ISK pada anak yaitu berdasarkan lokasi, episode,
urinarius atas dan bawah. ISK yang mengenai traktus urinarius atas
dan pielum ginjal. Gejala dan tanda klinis seperti demam (>38⁰),
menggigil, nyeri pinggang, dan nyeri tekan. ISK pada traktus urinarius
kemih dengan gejala dan tanda disuria, frekuensi, urgensi, urine yang
ISK pertama, ISK rekuren, dan reinfeksi. ISK pertama dapat menjadi
infeksi persisten dalam saluran kemih yang tidak bisa dieradikasi (seperti
hanya mengalami demam ringan, masih dapat minum air dan obat oral,
baik. Bila pasien sudah mempunyai komplians yang rendah, anak harus
dikategorikan ISK berat. Pada ISK berat, infeksi disertai demam > 39⁰ C,
rasa tidak sehat, muntah terus-menerus, dan dehidrasi sedang sampai berat.
(3)
kemih oleh bakteri non virulen yang tidak memberikan dampak gejala
leukosituria tanpa ada gejala. ISK simptomatik adalah ISK yang disertai
pielonefritis.(3)
faktor penyebab, ISK pada anak dibagi menjadi ISK non komplikata dan
ISK komplikata. Infeksi saluran kemih non komplikata terjadi pada pasien
dengan morfologi dan fungsional yang normal, fungsi ginjal normal, dan
besar sistitis bakteri yang terisolasi atau berulang dan biasanya dikaitkan
dengan patogen yang mudah diberantas oleh antimikroba oral jangka
pendek. Pasien dapat ditangani secara rawat jalan, dengan fokus pada
yang terinfeksi.(3)
F. Diagnosis
Gejala ISK sangat bervariasi dengan usia, lokasi, dan beratnya infeksi.
Pada bayi, gejala klinis ISK tidak spesifik dan hanya berupa demam, diare,
badan, cengeng dan gagal tumbuh. Pada anak yang sudah besar biasanya
gejala klinis lebih ringan, dapat berupa gejala lokal saluran kemih
lain yaitu piuria. Piuria yang berarti keadaan dimana ditemukan leukosit pada
urin. Leukosit dalam urin merupakan tanda bahwa adanya respon inflamasi
keluarga, dan ada tidaknya keluhan konstipasi atau lower urinary tract
dengan gejala yang non spesifik seperti gagal tumbuh, ikterik, mual/ muntah,
jarang terjadi, bahkan pada demam tinggi. Setelah usia 2 tahun, keluhan ISK
dijumpai.(3)
seperti THT, kelenjar getah bening, abdomen, dan flank. Pemeriksaan bagian
belakang tubuh untuk melihat tanda khas dari spina bifida, seperti anal
dimple, benjolan lunak, dan hairy patch di kulit sakrum. Pemeriksaan genitalia
memeriksa ada atau tidaknya fimosis, sinekia/ adhesi labia, vulvitis, dan
epididimo-orkitis. (3)
1. Urinalisis
• Kateterisasi
adanya piuria dan nitrit menandakan adanya bakteri gram negatif patogen
Sebaliknya, pemeriksaan nitrit bukan penanda yang sensitif pada bayi dan
tidak semua patogen urin mereduksi nitrat menjadi nitrit. Namun, bila
pemeriksaan nitrat positif, hal ini menjadi penting karena sangat spesifik
urin disentrifugasi. Adanya piuria ditandai dengan temuan leukosit > 5/ lapang
pandang besar (25 WBC / μL). Bakteriuria dalam sampel urin memperkuat
leukosit, sel epitel dan eritrosit dengan menggunakan teknik ini berkorelasi
urinalisis. Secara klasik, ISK dianggap bermakna jika pada urin pancar tengah
dijumpai hitung kuman > 105/ mL. Meski demikian, pada pasien dengan
gejala, hitung kuman > 104/mL dianggap bermakna. Jika pengambilan urin
trachomatis. (3)
Pencitraan yang ideal adalah pemeriksaan yang relatif tidak mahal, tanpa
rasa sakit, aman dan memiliki radiasi minimal atau tanpa radiasi, serta
memiliki akurasi tinggi dalam identifikasi anatomi dan ukuran parenkim ginjal
dan collecting system. Teknik ini subjektif dan tergantung pada operator serta
tidak memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. USG ginjal dan kandung
kemih dianjurkan pada bayi dengan ISK yang disertai demam untuk
cepat. Pemeriksaan urine residu pada USG perlu diukur pada anak yang sudah
85% anak menunjukkan hasil positif dalam minggu pertama. Defek fokal
jaringan parut ginjal sejak 3-6 bulan pasca ISK. Sidik Tc-99m DMSA lebih
sensitif daripada pemeriksaan pielografi intravena/ intravenous pyelography
pada anak usia kurang dari 1 tahun. Kekurangan utamanya adalah risiko
kemih dengan kontras dan pengaruh buruk yang disebabkan oleh radiasi
dysfunction (BBD) merupakan faktor risiko yang perlu dievaluasi pada anak
dengan ISK. Perbaikan fungsi berkemih atau terapi overactive bladder penting
untuk mengurangi rekurensi ISK. Jika dijumpai adanya gejala dan tanda BBD,
G. Tata Laksana
Pilihan terapi oral dan parenteral didasarkan pada usia, kondisi klinis ke
pielonefritis yang lebih tinggi pada neonates dan bayi kurang dari 2 bulan,
ginjal. (3)
obstruktif. (3)
pola resistensi kuman. Durasi perawatan dalam ISK tanpa komplikasi dirawat
secara oral harus mencapai 5-7 hari. Dosis parenteral tunggal dapat digunakan
bila tingkat kepatuhan minum obat yang rendah dan saluran kemih tidak
ditemukan kelainan. Jika responnya buruk atau timbul komplikasi, anak harus
yang tepat, biasanya dengan cefalosporin (generasi ketiga). Pada ISK gram
dimulai dari antibiotik lini yang lebih rendah, namun harus disesuaikan
dengan hasil kultur sesegera mungkin. Pada pasien yang alergi terhadap
dosis. (3)
spektrum luas dapat digunakan pada anak yang lebih tua, kecuali tetrasiklin
sebagai terapi lini kedua dalam penanganan infeksi berat. Ketika anak menjadi
afebris dan bisa minum, terapi dapat diberikan secara oral untuk melengkapi
10-14 hari perawatan, yang bisa dilanjutkan dalam rawat jalan. Cara ini
mempunyai dampak yang positif, seperti efek psikologis yang lebih kecil dan
oportunistik. (3)
Pada anak usia kurang dari 3 tahun dan yang memiliki kesulitan dalam
jaringan parut ginjal, pasien akan membutuhkan follow-up yang seksama oleh
direkomendasikan. Daftar obat dan dosisnya dapat dilihat pada tabel 3. Hal ini
juga dapat digunakan setelah ISK akut. Studi-studi acak prospektif terakhir
banyak yang tidak mendukung efekasi antibiotik profilaksis ini. Namun ada
terjadinya reinfeksi ISK . Jus cranberry dan probiotik juga disebut mencegah
ISK rekurens pada beberapa RCT, meski hal ini belum terkonfirmasi oleh
dengan riwayat ISKrekurens dan VUR dengan dilatasi ureter, sebesar 10 kali.
yang berkurang dengan bertambahnya usia. Pada anak yang lebih besar,
sirkumsisi juga mencegah ISK namun dengan angka yang lebih rendah. Dari
sisi biaya, terapi ISK pada anak laki-laki yang disirkumsisi lebih rendah 90%
Terapi antibiotik yang berhasil akan membuat urin menjadi steril setelah
24 jam dan leukosituria akan menjadi normal setelah 3-4 hari. Suhu tubuh
akan kembali normal setelah 24-48 jam sejak pemberian terapi antibiotik pada
parenkim ginjal dengan ISK yang disertai demam pertama. Selain itu,
pemeriksaan elektrosit serum dan hitung jenis juga perlu diperiksa. (3)
Golongan Sefalosporin
generasi 1
Cefacior oral 50-100 2-3x
kg/kgbb
profilaks 10 1x
is oral mg/kgbb
Cefaleksin oral 50-100 3x
mg/kgBB
Profilaks 10 1-2x
is Oral mg/KgBB
Cefiksim oral 8-12 1-2x
mg/KgBB
Pofilaksi 2 1x Terbatas pada
s oral mg/KgBB preterm dan
neonates
Cefotaksim I.V 100-200 2-3x
mg/KgBB
Remaja 3- 2-3x
6g
Ceftriakson I.V 50-100 1x
mg/KgBB
Aminoglikosida Perlu monitor
fungsi ginjal
Gentamisin i.v 5 1x
mg/kgBB
i.v Remaja 3- 1x
5
mg/kgBB
maks 400
mg
Golongan Sulfa
Trimetropim/Kotrimo Oral 5-6 2x
ksasol mg/kgBB
(kompone
n Tmp)
Remaja 2x
320 mg
Profilaks 1-2 1x Kontraindikasi
is mg/KgBB pada bayi < 6
minggu karena
risiko
hiperbilirubinn
emia.
Golongan Kuinolon Lini kedua
atau ketiga
ISK
Komplikata
Ciprofloksasin Oral 20-40 2x
mg/kgBB
i.v 20-30
mg/KgBB
Tabel 4. Dosis antimikroba pada anak usia 3-12 tahun
I. Prognosis
Anak-anak dengan kelainan fungsional atau anatomi saluran kemih atau
vesikoureter dan jaringan parut ginjal biasanya baik dan tidak berhubungan
dengan gejala sisa ataupun jangka panjang. Studi terbaru menunjukkan bahwa
akut terkait dengan displasia ginjal bawaan, refluks vesikoureter derajat tinggi,
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain gagal ginjal, sepsis,
sekolah dan pekerjaan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup anak
atau orang tua, terutama jika ISK yang berulang atau menyebabkan kerusakan
ginjal permanen. ISK pada masa bayi merupakan faktor risiko nyeri perut
Insufisiensi ginjal adalah komplikasi yang cukup sering terjadi, baik dari
pielonefritis sendiri, anomali ginjal bawaan yang sudah ada sebelumnya yang
nefrotoksik . Gangguan elektrolit dan asam basa dapat terjadi. Dalam satu
pada 59 (74%) dari 80 anak dengan pielonefritis akut . Lima puluh anak-anak
ginjal yang seringkali bersifat kongenital. Jaringan parut ginjal juga dapat
tinggi atau obstruksi saluran kemih. Namun demikian, jaringan parut ginjal
berkembang pada 5% anak perempuan dan 13% anak laki-laki setelah episode
sebagai waktu yang sangat rentan untuk jaringan parut, dengan risiko yang
semakin berkurang hingga sekitar usia delapan tahun, di luar itu risikonya jauh
berkurang. (12)
Prediktor jaringan parut ginjal setelah URI pertama termasuk suhu 39°C,
prokalsitonin serum, protein C-reaktif > 40mg/l, dan VEGF , ACE I / D dan
hipertensi pada masa remaja atau dewasa awal. Wanita dengan pembentukan
jaringan parut pada ginjal berada pada peningkatan risiko toksemia dalam
saluran cerna dan ditandai dengan diare atau muntah. Gastroenteritis akut
setiap tahun, danmenyumbang 1,5 hingga 2,5 juta kematian per tahun atau
12% dari semua kematian di antara anak-anak kurang dari 5 tahun. Di negara
kematian, namun masih menyumbang 300 kematian per tahun Selain itu, ini
Virus adalah etiologi yang paling penting dan bertanggung jawab untuk
sekitar 70% dari episode gastroenteritis akut pada anak-anak. Infeksi bakteri
spesies Shigella dan spesies Yersina. Giardia lamblia adalah infeksi protozoa
yang kurang berkembang memiliki tingkat parasit yang lebih tinggi dan
Saat ini, Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab
kematian pada kasus GEA, yaitu : 1. Cairan rehidrasi oral (CRO), dengan
formula baru dimana konsentrasi glukosa dan garam yang lebih rendah
mendatang. Selain 2 (dua) terapi tersebut, terdapat 2 (dua) hal lain yang sangat
bersamaan dengan cairan tinja. Apabila kehilangan ini tidak diganti secara
adekuat dapat terjadi defisit cairan dan elektrolit yang disebut sebagai
1. Pardede SO. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi
Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatr. 2018;19(6):364.
2. Arivo Debi WDA. Uji sensitivitas antibiotik terhadap. Ilmu Kedokt Dan
Kesehat. 2017;4:216–26.
3. Seputra, KP. Tarmono. Noegroho, SB. Wahyudi, Irfan. renaldo, Johan.
Hamid, AR.Yudiana, IW. Ghinorawa, Tanaya. Warli S. Panduan
Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih dan genitalia pria 2021. 3rd ed. Ikatan
Ahli Urologi Indonesia; 2020.
4. Maknunah, Luailiyatul, Wahyudi P, Ramani A. Faktor Risiko Kejadian
Infeksi Saluran Kemih pada Anak di Poli Anak RSUD Blambangan
Kabupaten Banyuwangi. Bagian Epidemiol dan Biostat Kependud Fak
Kesehat Masyarakat, Univ Jember. 2016;
5. Tusino A, Widyaningsih N. Karakteristik Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak Usia 0- 12 Tahun Di Rs X Kebumen Jawa Tengah. Biomedika.
2018;9(2):39–46.
6. Korbel L, Howell M, Spencer JD. The clinical diagnosis and management
of urinary tract infections in children and adolescents. Paediatr Int Child
Health [Internet]. 2017;37(4):273–9. Available from:
http://doi.org/10.1080/20469047.2017.1382046
7. Hermiyanty. Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap
RSU Mokopido Tolitoli tahun 2012. J Kesehat Tadulako. 2016;2(9):1–72.
8. Lee SJ. Clinical Guideline for Childhood Urinary Tract Infection (Second
Revision). Child Kidney Dis. 2015;19(2):56–64.
9. Flores-Mireles AL, Walker JN, Caparon M, Hultgren SJ. Urinary tract
infections: Epidemiology, mechanisms of infection and treatment options.
Nat Rev Microbiol. 2015;13(5):269–84.
10. Sinaga HP. Rasio Neutrofil-Limfosit Sebagai Penanda Infeksi Saluran
Kemih pada anak yang disebabkan oleh bakteri. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 2018;
11. Dewi et al. Profil Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Anak di Puskesmas
Surabaya Periode Januari-Desember 2018. J Ilmu Kesehat. 2021;9(1):187–
96.
12. Hodson EM, Craig JC. Urinary tract infections in children. Pediatr Nephrol
Seventh Ed. 2015;1695–714.
13. Indonesia ID. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Menteri Kesehat Republik Indones. 2017;162, 364.
14. Chow CM, Leung AKC, Hon KL. Acute gastroenteritis: From guidelines to
real life. Clin Exp Gastroenterol. 2010;3(1):97–112.
15. Pujiarto, P.S. Gastroenteritis Akut pada Anak. In Health:Gazette.2015.