FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
1
PENDAHULUAN
2
TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)
Sebelum Pelatihan
Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatri
dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
Selama Pelatihan
1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang
telah ditentukan.
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap
kegiatan CSL.
4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan
6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut
seperti manusia atau bagian tubuh manusia.
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.
8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan.
9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % makawajib hadir
pada saat review CSL
3
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL
1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya <100% dari seluruh
jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian
CSL.
4
PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
I. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu melakukan:
1. Pemeriksaan derajat kesadaran
2. Pemeriksaan fungsi kortikal luhur
3. Pemeriksaan tanda rangsang menings
4. Pemeriksaan test koordinasi
5. Pemeriksaan fungsi motorik : bentuk otot, kekuatan otot, dan tonus otot
6. Pemeriksaan Sensorik : exteroceptif dan proprioceptif
7. Pemeriksaan saraf kranial :
8. Pemeriksaan refleks fisiologis: refleks bisep, trisep, brachioradialis, patella, dan
achilles.
9. Pemeriksaan refleks patologis : Babinski, Hoffmann – Tromner, Oppenheim
dan variasi lain
5
INDIKASI :
PERSIAPAN ALAT :
DESKRIPSI KEGIATAN
6
menit
PENUNTUN PEMBELAJARAN
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.
7
sebaliknya secara silih berganti.
15. Gosoklah kedua ibu jari dan area sekitarnya.
16. Bersihkanlah dan gosokkanlah ujung jari dan kuku jari kedua
tangan dengan menggosokkan pada telapak tangan yang
sebelahnya. Lakukanlah pada tangan yang lain.
17. Gosoklah kedua pergelangan tangan silih ber-ganti.
18. Bilaslah kedua tangan dengan air mengalir.
19. Tutuplah keran tanpa menyentuh dengan tangan yang sudah
dicuci, yaitu dengan menggunakan siku, kertas tissue atau lap
bersih.
20. Keringkanlah tangan dengan lap bersih atau tissue
8
CSL 1
PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN
PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGS
9
DERAJAT KESADARAN
PENGERTIAN
Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan
pengintegrasian impuls eferen dan aferen, keseluruhan dari impuls aferen disebut
input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat disebut output
susunan saraf pusat. Pemeriksaan tingkat kesadaran yang sekarang dipakai adalah
skala dari GLASGOW (Glasgow Coma Scale) yang lebih praktis untuk dokter umum
maupun para medis karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematis. Skala dari
Glasgow ini disamping menentukan tingkat kesadaran, juga berguna untuk
menentukan prognosis perawatan suatu penyakit
TUJUAN PEMBELAJARAN
Penuntun Belajar.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
10
1 Berorientasi baik 5
Menanyakan diamana ia berada, tahu waktu, hari, bulan
2. Bingung (confused). Menanyakan dimana ia berada, 4
kapan opname di Rumah sakit (dapat mengucapkan
kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat )
3. Tidak tepat 3
Dapat mengucapkan kata-kata, namun
Tidak berupa kalimat dan tidak tepat
4 Mengerang (mengeluarkan suara yang tidak punya arti) 2
tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang
5. Tidak ada jawaban (suara tidak ada) 1
C. MOTORIK RESPONSE
1. Menurut perintah . 6
Menyuruh klien mengangkat tangan misalnya
2. Mengetahui lokasi nyeri. 5
Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari pada supra
Orbita. Bila klien mengangkat tangan sampai melewati dagu untuk
menepis rangsang nyeri tersebut berarti dapat
mengetahui lokasi nyeri
3. Reaksi menghindar .Menolak rangsangan nyeri pada 4
anggota gerak
4. Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
Berikan rangsang nyeri misalnya dengan menekan ujung
kuku pasien dengan jari tangan Anda, maka timbul reaksi
fleksi abnormal (fleksi lengan pada sendi siku).
5 Extensi spontan (deserebrasi) 2
Memberikan rangsang nyeri yang cukup adekuat
Terjadi ekstensi dan eksorotasi lengan.
6 Tidak ada gerakan/reaksi 1
Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat
11
FUNGSI KORTIKAL LUHUR
PENGERTIAN
Pemeriksaan status mental merupakan evaluasi fungsi kognitif dan emosi yang
harus dilakukan secara runtut dan sitematis. Mulai dengan fungsi dasar tingkat
kesadaran, kemudian fungsi kognitif dasar seperti berbahasa dan pemeriksaan yang
lebih kompleks seperti berhitung, pertimbangan dsb.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Penuntun Belajar.
Manikin organ otak
MMSE
Pensil/pulpen, kertas
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
I. ORIENTASI 1 2 3
Klien dipersilakan duduk
1. Klien diminta menjawab 10 pertanyaan berikut:
Tanggal, hari, bulan, tahun, musim, ruangan/lantai
berapa ?
2. Rumah sakit/kampus, kota, propinsi, negara ?
Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien.
Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1.
II. REGISTRASI
3. Meminta klien mengingat 3 kata berikut: bola,
melati, kursi.
(diberi nilai masing-masing 1 untuk setiap kata yang
disebut dengan benar)
12
III. ATENSI/KALKULASI
4. Meminta klien mengurangi angka sebanyak lima seri :
100-7 ;
Atau menyebutkan urutan huruf dari belakang kata:
WAHYU
Diberi nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
IV. REKOL (MEMORI)
5 Meminta klien mengingat kembali ketiga kata tadi.
Masing-masing kata yang diingat dengan benar,
diberi nilai 1.
V. BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama 2 benda yang
ditunjuk pemeriksa, misalnya: jam tangan (arloji),
pensil.
(nilai 1 untuk masing-masing benda yang benar)
7 Kemudian meminta mengulang kata: namun, tanpa
dan bila. (Beri nilai 1 untuk item ini jika pasien
mengulang dengan benar)
8 Menilai pengertian verbal. Meminta klien
melaksanakan 3 perintah berurutan: Mengambil
kertas ini dengan tangan kanan. Lipatlah menjadi dua,
dan letakkan kertas tsb di lantai. (angka 3 jika benar
semua)
9 Klien diminta membaca dan melaksanakan tulisan:
TUTUPLAH MATA ANDA. Beri nilai 1 jika benar.
10 Bila berhasil dilanjutkan dengan menulis 1 kalimat
lengkap. Beri angka 1 jika benar.
Gangguan menulis disebut agrafia
VI. KONSTRUKSI
11 Klien dminta meniru gambar ini
13
TANDA RANGSANG MENINGS
PENGERTIAN
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada
selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah),
zat kimi (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasi
subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll.
Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus,
yaitu pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses
patologis di daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnya
mastoiditis)
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
TANDA RANGSANG SELAPUT OTAK
14
memastikan klien sedang dalam keadaan rileks .
4. Kemudian tekukkan (fleksikan) kepala secara pasif
dan usahakan agar dagu mencapai dada.
5 Interpretasi: normal bila kaku kuduk negatif.
Abnormal bila terdapat tahanan atau dagu tidak
mencapai dada (kaku kuduk positif).
KERNIG’S SIGN
1. Klien berbaring telentang
2. Fleksikan paha klien pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat
3. Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
sampai membuat sudut 135 derajat atau lebih.
4. Interpretasi: normal bila ektensi lutut mencapai
minimal 135 derajat (kernig’s sign negatif) , abnormal
bila tidak dapat mencapai 135 derajat atau terdapat
rasa nyeri (kernig’s sign positif)
BRUDZINSKI I
1. Klien berbaring telentang
2. Tangan kiri diletakkan di bawah kepala, tangan kanan
di atas dada kemudian dilakukan fleksi kepala dengan
cepat kearah dada klien sejauh mungkin.
3. Tangan yang satunya lagi ditempatkan di dada klien
untuk mencegah di angkatnya badan
4. Interpretasi : Tanda ini positif bila kedua tungkai
mengalami fleksi involunter
BRUDZINSKI II
1. Klien berbaring telentang
2. Satu tungkai difleksikan secara pasif pada persendian
panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam
kedaan ekstensi (lurus).
3 Interpretasi : tanda ini positif bila tungkai yang satu
terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontraleteral.
BRUDZINSKI III
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os zygomatikus
3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas
superior
( Brudzinski III positif )
BRUDZINSKI IV
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os sympisis os pubis
3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas
inferior (Brudzinski IV positif)
15
CSL 2
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIS
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
16
NERVUS KRANIALIS
Saraf otak atau saraf kranialis adalah saraf perifer yang berpngkal pada otak
dan batang otak. Fungsinya motorik, sensorik dan khusus. Kita mempunyai 12 pasang
saraf otak.
1.
LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS
NERVUS OFTALMICUS (Nn.Cranialis I)
b. Lapangan penglihatan
17
1. Tes konfrontasi
2. Mata penderita yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa, biasanya
mata yang berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata kanan pada garis dan
ketinggian yang sama. Mata yang lain ditutup obyek (jari, benda)
3. Menggerakkan jari/polpen dari kuadran perifer menuju ke arah sentral sampai
penderita melihat obyek. Obyek digerakkan dari segala jurusan.
4. Meminta penderita memberi respon jika mulai melihat gerakan jari dan hal ini
dibandingkan dengan pemeriksa apakah ia juga sudah melihatnya.
Bila ada gangguan lapangan penglihatan maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat
gerakan obyek tersebut.
18
vertikal sejauh 50 cm dari mata penderita dalam arah penglihatan
sentral. Tangan yang lain memegang kelopak mata atau dagu
penderita untuk fiksasi kepala.
Pemeriksa menggerakkan pen secara perlahan ke arah lateral, medial,
atas, bawah, dan ke arah yang miring yaitu atas-lateral, bawah-
medial, atas-medial dan bawah-lateral. Perhatikan apakah mata
penderita dapat mengikuti gerakan itu dan tanyakan apakah penderita
melihat ganda (diplopia). Bila penderita tidak dapat menggerakkan
mata ke arah lateral, parese m rectus lateralis yang dipersarafi N
cranialis VI. Bila penderita tidak dapat menggerakkan mata ke arah
medial bawah, parese m obliqus superior yang dipersarafi N cranialis
IV. Bila penderita tidak dapat menggerakkan mata ke arah selain
lateral dan medial-bawah, parese N cranialis III.
19
berkerut, dan fasikulasi.
2. Penderita disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa adanya parese
- Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi
- Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi. Sebagai
patokan dapat dipakai garis diantara kedua seri (incisivus).
Bila ada parese satu sisi, lidah berdeviasi ke sisi parese.
- Meminta penderita menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan kanan.
Saat bersamaan, tangan pemeriksa ditempatkan di pipi sisi luar
untuk merasakan kekuatan sentuhan lidah penderita.
3. Meminta penderita mengucapkan huruf R atau kata-kata yang
mengandung huruf R, misalnya: ular lari lurus. Pemeriksaan ini
untuk menilai apakah ada disartria (bicara cadel atau pelo).
20
SISTEM SENSORIK
Sistem sensorik adalah sistem yang mengubungan manusia dengan dunia luar.
Informasi yang diterima oleh reseptor menjadi petanda bagi tubuh untuk memberikan
respon. Sistem sensorik dibagi menjadi 2 yaitu exteroceptif dan proprioceptif.
21
menyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya.
6. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan
intensitas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan.
7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka
rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang normal.
22
F. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN
1. Penderita dalam posisi terbaring dan mata tertutup.
2. Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuat
terhadap kulit.
3 Di samping itu, dapat diperiksa dengan menekankan struktur
subkutan, misalnya massa otot, tendo, dan saraf itu sendiri, baik
dengan benda tumpul atau dengan ’’cubitan’’ dengan skala yang lebih
besar.
4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada tekanan dan
sekaligus diminta untuk mengatakan daerah mana yang ditekan tadi.
23
TEST KOORDINASI
PENGERTIAN
Kemampuan mensinergiskan secara normal faktor motorik, sensorik dalam
melakukan gerakan normal. Serebelum digunakan untuk gerakan sinergistik tersebut,
oleh sebab itu serebelum adalah pusat koordinasi. Gangguan koordinasi dapat
disebabkan oleh disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem ekstrapiramidal,
gangguan psikomotor, gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi proprioseptik),
sistem vestibular, dll. Gangguan koordinasi dibagi menjadi gangguan equilibratory
dan non equilibratory.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan
fungsi koordinasi.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat mempersiapkan klien dengan baik
2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang
akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya,
serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.
3. Dapat melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi dengan benar dan tepat
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
24
membuka dan menutup mata klien kesulitan berdiri tegak dan
cenderung berdiri dengan kedua kaki yang lebar (wide base)
2. TANDEM WALKING (Tandem Gait)
1 Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,
2 Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki
berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata tertutup
25
CSL 3
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
PEMERIKSAAN FUNGSI PATOLOGIS
26
SISTEM MOTORIK
PENGERTIAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
27
7. Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan
meluruskan tangan
8. Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggota
gerak kanan dan kiri,
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan
tangan dan kaki.
1 2 3
C. KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping
kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua
lengan ke atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengan
dengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat
bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerak
dibandingkan lengan yang lainnya.
28
SISTEM REFLEKS
PENGERTIAN
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul
namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang
bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter,
maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya
suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak
secara reflektorik terdapat suatu hubungan.. Lintasan yang menghubungkan reseptor
dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi dalam dua kelompok
yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis. Pemeriksaan refleks yang akan dilakukan
adalah : refleks bisep, refleks trisep, refleks patella dan refleks achilles. Untuk refleks
patologis adalah refleks babinski, hoffman-tromner dan refleks openheim.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan
refleks baik refleks fisiologis maupun refleks patologis..
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta
jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.
3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dengan benar dan tepat
4. Dapat melakukan pemeriksaan refleks patologis dengan benar dan tepat
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
29
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
30
20. Lakukan cuci tangan rutin
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
31
NAMA :
NIM :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
B. TONUS OTOT
1. Baringkan klien dengan rileks (perhatian dialihkan dengan
mengajak berbicara)
2. Mengangkat lengan klien dalam posisi fleksi pada siku dan
tangan secara pasif, kemudian menjatuhkan lengan tersebut
3. Memfleksikan tungkai bawah dalam posisi 90 derajat pada
sendi panggul secara pasif dan menjatuhkannya
4. Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak kanan dan kiri,
cara jatuh anggota gerak dinilai (keadaan hipotoni
menyebabkan anggota gerak jatuh berat)
C. KEKUATAN OTOT
Cara 1 :
1. Menyuruh klien memfleksikan lengan bawahnya dan kita
menghalangi (menahan usaha ini). Dengan demikian, dapat
dinilai kekuatan otot biseps
Cara 2
2. Pemeriksa mengekstensikan lengan bawah klien dan ia disuruh
menahan usaha ini. Dengan demikian, dapat dinilai kekuatan
otot biseps
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
32
Tanggal …………………… … . ..2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
9
NAMA :
= ………………………. ……………………….
NIM :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
33
Tanggal …………………… ..2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
24 NAMA :
NIM :
= ………………………. ……………………….
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
Tanggal………………2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
34
36
= ………………………. ……………………….
NAMA :
NIM :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
35
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
44
= ………………………. ……………………….
NAMA :
NIM :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
Tanggal………………2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
18
= ………………………. ……………………….
36
NAMA :
NIM :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
1.TES ROMBERG
1. Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat,
2. pertama kali dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
2. TANDEM WALKING
1. Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,
Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki berlawanan,
2. baik dengan mata terbuka maupun mata tertutup
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
Skor :
37
Jumlah Benar X 100 Penilai
16 NAMA :
NIM :
= ………………………. ……………………….
CHECT LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI KESADARAN
No. Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2
EYE RESPONSE
1. Spontan 4
2. Terhadap suara : Meminta klien membuka mata 3
3. Terhadap rangsang nyeri : tekan pada saraf supraorbital 2
atau kuku jari
4. Tidak ada reaksi : dengan rangsang nyeri klien 1
tidak membuka mata
VERBAL RESPONSE
1. Berorientasi baik 5
Menanyakan diamana ia berada, tahu waktu, hari, bulan 4
2. Bingung (confused). Menanyakan dimana ia berada, kapan name
di Rumah sakit (dapat mengucapkan kalimat, namun ada
disorientasi waktu dan tempat )
3. Tidak tepat 3
Dapat mengucapkan katak-kata, namun tidak berupa kalimat
dan tidak tepat
4. Mengerang (mengeluarkan suara yang tidak punya arti) 2
Tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang
5. Tidak ada jawaban (suara tidak ada) 1
MOTORIK RESPONSE
Menurut perintah . 6
1. Menyuruh klien angkat tangan
Mengetahui lokasi nyeri. 5
2. Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari pada supraorbita
atau menekan ujung jari kuku pasien. Pasien menepiskan arah
rangsangan.
Reaksi menghindar .Menolak rangsangan nyeri pada anggota
3. gerak 4
Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
4. Berikan rangsang nyeri misal menekan dengan objek seperti
ballpoint pada jari kuku . Bila terdapat reaksi fleksi berarti ingin
menjauhi rangsang nyeri
Extensi spontan 2
5. Memberikan rangsang nyeri yang cukup adekuat
Terjadi ekstensi pada siku
6. Tidak ada gerakan/reaksi 1
Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
38
2 = Dilakukan dengan benar
Tanggal …………………… … . ..2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 NAMA
Penilai :
NIM :
30
= ………………………. ……………………….
CHECK LIST PEMERIKSAAN TANDA PERANGSANGAN MENINGS
No ASPEK YANG DINILAI Nilai
. 0 1 2
1. Klien berbaring telentang
2. Tempatkan tangan di bawah kepala klien yang sedang berbaring.
3. Rotasikan kepala ke kiri dan ke kanan untuk menilai adanya tahanan.
4. Kemudian tekukkan (fleksikan) kepala dan usahakan agar dagu mencapai dada.
5. Kaku kuduk positif bila terdapat tahanan dan dagu tidak mencapai dada
KERNIG’S SIGN
1. Klien berbaring telentang
2. Fleksikan paha klien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat
Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai sudut 135 derajat
3. Bila nyeri dan terdapat tahanan di bawah sudut 135 derajata dikatakan tanda
4. kernig positif
BRUDZINSKI I
1. Klien berbaring telentang
2. Tangan diletakkan di bawah kepala klien sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
3. Tangan yang satunya lagi ditempatkan di dada klien untuk mencegah di
angkatnya badan
4. Tanda ini positif bila kedua tungkai mengalami fleksi involunter
BRUDZINSKI II
1. Klien berbaring telentang
2. Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang
3. satu berada dalam kedaan ekstensi (lurus).
4. Bila tungkai yang satu ikut pula fleksi, maka dikatakan tanda Brudzinski II
positif
BRUDZINSKI III
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os zygomatikus
3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas superior
( Brudzinski III positif )
BRUDZINSKI IV
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os sympisis os pubis
3 Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas inferior (Brudzinski IV positif)
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
39
Tanggal………………2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
46 NAMA :
= ………………………. NIM
………………………. :
CHECK LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
No. Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2
I. ORIENTASI
1. Klien diminta menyebutkan/menjawab 10 pertanyaan: tanggal, hari, bulan,
tahun, musim, ruangan, rumah sakit/kampus, kota, propinsi, negara.
2. Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien. Tiap jawaban benar
bernilai 1 poin. Adanya kesalahan-kesalahan menunjukkan gangguan orientasi.
II. REGISTRASI
3. Meminta klien mengingat 3 kata: bola, melati, kursi.
III. ATENSI/KALKULASI
4. Meminta klien mengurangi angka sebanyak lima seri : 100-7 ;
Atau menyebutkan urutan huruf dari belakang kata WAHYU.
IV. REKOL (MEMORI)
5 Meminta klien mengingat kembali ketiga kata tadi.
V. BAHASA
6. Klien diminta menyebutkan nama benda yg ditunjuk oleh pemeriksa: jam
tangan (arloji), pensil.
7. Kemudian meminta mengulang kata: namun, tanpa dan bila.
8. Menilai pengertian verbal, melaksanakan 3 perintah berurutan: Meminta klien
mengambil sebuah kertas dengan tangan kanan. Melipat kertas tsb menjadi dua.
Meletakkan kertas tsb di lantai.
9. Klien diminta membaca dan melaksanakan: TUTUP MATA ANDA.
10. Bila berhasil dilanjutkan dengan menulis 1 kalimat lengkap.
Gangguan menulis disebut agrafia
VI. KONSTRUKSI
11. Klien dminta meniru gambar ini
40
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar
Tanggal………………2021
Skor :
Jumlah Benar X 100 Penilai
24
= ………………………. ……………………….
41