PENDAHULUAN
Gerakan involunter (GI) ialah suatu gerakan spontan yang tidak disadari, tidak
bertujuan, tidak dapat diramalkan dan dikendalikan oleh kemauan, bertambah jelas
waktu melakukan gerakan volunter atau dalam keadaan emosi dan menghilang waktu
tidur.
GI yang sering dijumpai pada anak akibat gangguan ganglia basalis dan/atau
timbul bukan karena gangguan pada inti-inti organ tersebut, misalnya tic, spasmus
tonus otot dan sikap tubuh. Sementara itu gangguan pada serebelum menyebabkan
kelainan dalam rentang gerakan. Kecepatan dan gaya gerakan (sedangkan kekuatan
tidak terganggu).
PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempurna pada otot rangka memerlukan kerjasama
yang terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP). Sistem P terutama
terlaksananya suatu gerakan volunter yang-trampii dan mahir. Dengan kata lain,
pengaturan dan pengendalian impuls motorik yang menyangkut tonus otot dan sikap
Sistem EP terdiri atas: 1). Inti-inti korteks serebri area 4S, 6 & 8; 2). Inti-inti
subkortikal ganglia- basalis yang meliputi inti kaudatus, putamen, globus palidus,
substansi nigra, korpus subtalamikum dan inti talamus ventrolateralis; 3). Inti ruber
dan formasio retikularis batang otak dan 4). Serebelum. Inti-inti tersebut saling
berhubungan melalui jalur jalur khusus yang membentuk tiga lintasan lingkaran
kortikobulbar dan kortikospinal (lintasan piramidal) menuju Ice "lower motor neuron
(LMN).
LMN akan mengalami pengolahan di berbagai inti ganglia basalis dan korteks
serebelum sehingga telah siap sebagai impuls motorik/pengendali bagi setiap gerakan
yang akin diwujudkan impuls motoric P. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang
1) Sirkuit pertama
Lintasan sirkuit pertama akan dilalui oleh impuls motorik yang dicetuskan di
area 4 dan 6, lalu dihantarkan ke inti basal pons, korteks serebelum, inti dentatus, inti
ruber dan inti ventro-lateralis dan akhimya kembali ke korteks motorik P dan EP area
tersebut.
Merupakan lintasan yang akan dilalui oleh impuls motorik dari korteks
serebri area 4, 4S dan 6, menuju ke substansi nigra, putamen, globus palidus, inti
3) Sirkuit ketiga
Impuls motorik dan area 4S dan 8 akan melalui sirkuit ini menuju ke inti
kaudatus, globus palidus dan inti ventrolateralis talami dan selanjutnya kembali ke
korteks motorik area P dan EP area 6. Sebagian impuls tersebut akan diteruskan ke
Bila ada gangguan pada salah satu jalur sirkuit atau inti ganglia basalis atau
serebelum, maka gangguan umpan balik ke korteks motorik P dan EP akan timbul.
Hal ini disebabkan karena impuls motorik yang semula dicetuskan di korteks motorik
area bersangkutan tidak dapat diteruskan melalui jalur sirkuit atau tidak dapat
dikelola oleh inti-inti ganglia basalis dan serebelum yang terganggu. Dengan
demikian akan bangkit gerakan yang tidak terkendali sistem EP berupa gerakan
involunter. Bergantung pada lokalisasi lesi maka GI thpat berbentuk tremor bila lesi
pada serebelum atau substansi nigra, korea pada inti kauthtus dan globus palidus,
atetosis path bagian luar putamen dan globus palidus, distonia path bagian dalam
Pada suatu penyakit tertentu dapat dijumpai satu atau beberapa jenis GI.
Seperti pada kelumpuhan otak tipe subkortikal, dapat ditemukan semua jenis GI
tersebut di atas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
B. PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempuma pada otot rangka memerlukan kerjasama
yang terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP). Sistem piramidal
untuk dapat terlaksananya suatu gerakan volunter yang terampil dan mahir.
yang menyangkut tonus otot dan sikap tubuh yang sesuai dengan gerakan yang akan
diwujudkan.
kortikobulbar dan kortikospinal (lintasan piramidal) menuju Ice "lower motor neuron
(LMN). Untuk mengetahui mekanisme terjadinya gerakan involunter, terlebih dahulu
berbagai inti ganglia basalis dan korteks serebelum sehingga telah siap sebagai
impuls motorik/pengendali bagi setiap gerakan yang akin diwujudkan impuls motoric
1) Sirkuit pertama
Lingkaran yang disusun oleh jaras jaras penghubung berbagai inti melewati
korteks piramidalis (area 4 ) , area 6, oliva inferior, inti inti pontis, korteks serebelli,
– Ataksia
– Dismetria
– Tremor sewaktu gerakan volunteer berlangsung.
gerakan volunteer yang bangkit memiliki ketangkasan yang sesuai. Gangguan pada
3)Sirkuit ketiga
Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk
diolah secara berturut-turut oleh nucleus kaudatus, globus palidus & nucleus
ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh nucleus
ekstrapiramidalis (area 6). Impuls terakhir ini melakukan tugas INHIBISI. sebagian
involunter (gerakan spontan yang tidak dapat dikendalikan) seperti Khorea dan
Atetosis .Keduanya akibat lesi di nucleus kaudatus & globus pallidus. Balismus
1. TICS 1
Tic adalah istilah Prancis yang sesuai dengan standar internasional. Tic
merupakan suatu gerakan otot involunter yang berupa kontraksi otot setempat,
sejenak namun berkal-kali dan kadang kala selalu serupa atau berbentuk majemuk.
Menurut gerakan otot involunter yang timbul, penggolongan ‘tic diberi tambahan
sesuai dengan lokasi kontraksi otot stempat. Dengan demikian dikenal istilah tic
facals, yang mengenai otot-otot wajah, otot orbikularis oris, dan tic orbikularis okuli.
Dalam hal ini, otot yang berkontarksi secara involunter adalah otot orbikularis oris,
sinergistik.
stereotipik, kompulsif dan tak berirama, dapat merupakan baian dari kepribadian
normal.
a. Tik Fonik
Gerakan otot penggerak pita suara yang mana suara yang diproduksi berubah-
ubah karena pasien berusaha memindahkan udara nafasnya melalui mulut, kadang
sengau karena melewati hidung sehingga gerakan tik ini disebut juga tik verbal.
Tik ini biasanya terjadi tiba-tiba, singkat, gerakan berarti yang biasanya hanya
melibatkan satu kelompok otot, seperti mata berkedip, kepala menyentak, atau
mengangkat bahu. Selain itu, dapat beragam tak bertujuan dan mungkin termasuk
Tik motor komplek biasanya lebih terarah-muncul dan yang bersifat lebih
Tik fonik yang bersifat komplek dapat jatuh ke dalam gerakan tik motor
coprolalia (ucapan spontan sosial pantas atau tabu kata atau frase).
Tik motor komplek jarang terlihat berdiri sendiri kadang dicetuskan denagn
a. Tics sederhana misalnya kedipan mata dan tics fasialis. Biasanya dijumpai pada
anak yang cemas atau pada umur yang lebih tua dan dapat hilang secara spontan.
b. Tics konvolsif atau tics hereditar multipleks (sindrom gilles de la Tourette).
2. TREMOR
Tremor adalah sesuatu gerakan osilasi ritmik, agak teratur, berpangkal pada
pusat gerakan tetap dan biasanya dalam suatu bidang tertentu. Tremor meliputi tremor
yang involunter, dihasilkan oleh otot-otot yang kerjanya berlawanan satu sama lain
(resiprokal). Keterlibatan otot agonis dan antagonis membedakan tremor dari klonus
(klonik). Secara umum tremor dibagi menjadi tremor normal (fisiologis) dan tremor
abnormal (patologis).
Tremor fisiologik
Tremor pada jari-jari, tangan dan kaki yang timbul pada waktu seseorang yang
mengalami stres.
keadaan terjaga atau selama fase tertentu selama tidur. Frekuensinya berkisar 8-13 Hz
(10 Hz), dan lebih rendah pada orang tua dan anak-anak. Tremor ini dihasilkan oleh
sangat halus dan tidak dapat dilihat secara kasat mata. Tremor fisiologis dapat
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat patologis, paling sering melibatkan otot-otot
distal ekstremitas (khususnya jari dan telapak tangan), lalu otot-otot proksimal,
kepala, lidah, rahang dan korda vokalis. Frekuensiya 4-7 Hz. Dengan bantuan EMG,
postur dan gerakan volunter, pola bacaan EMG pada otot yang bekerja berlawanan,
Resting/static tremor
Ditemukan pada sindrom parkinson, dengan frekuensi 6-10 kali per detik,
mengenal sendi pergerakan tangan dan sendi metakarpofalangeal. Tremor ini timbul
pada waktu anggota gerak dalam keadaan istirahat. Dilengkapi dengan gerakan
oposisi telunjuk dan ibujari secara ritmik, gerakan ini disebut pill rolling.
Merupakan tremor kasar dengan frekuensi 3-5 Hz, pada EMG terlihat ledakan
akinesia, rigiditas, dan mask-like facies), walaupun tremor dapat juga muncul
belakangan setelah gejala lainnya. Ciri khas tremor terjadi pada salah satu/kedua
lengan bawah dan sangat jarang pada kaki, rahang, bibir dan lidah, terjadi jika lengan
dalam sikap istirahat (resting tremors) dan menghilang sejenak pada saat pindah sikap
lutut, pada rahang berupa gerakan membuka-menutup, pada kelopak terjadi gerakan
Ataxic/intention tremor
Tremor ini timbul saat melakukan gerakan, dan tremor akan terjadi secara
maksimal pada saat gerakan tangan mendekati sasarn. Tremor jenis ini akibat
gangguan serebelum.
gerakan aktif, tertuju, dan presisi/fine (misalnya, menyentuh ujung hidung dengan jari
telunjuk). Ciri khas tremor intention adalah tremor semakin jelas pada saat mendekati
target yang dituju. Disebut “ataxic” karena disertai oleh ataxia cerebellar. Tremor
menghilang pada saat tungkai tidak bekerja atau pada saat fase inisiasi memulai
gerakan. Frekuensi 2-4 Hz. Penyebab tremor ini adalah kelainan pada cerebelum (lesi
cerebelar superior.
Postural/acion tremor
Tremor jenis ini timbul pada waktu anggota gerak melakukan gerakan dan
Tremor Postural dan Aksi (kedua istilah ini sering dipertukarkan) terjadi
terutama untuk menjaga postural dan melawan gravitasi (misal: merentangkan kedua
kerja sejumlah otot ekstensor. Tremor ini dapat muncul pada gerakan aktif dan
Karakteristik tremor postural/aksi yakni adanya ledakan ritmis pada neuron motorik
yang terjadi tidak secara sinkron dan simultan pada otot yang berlawanan, tidak
sama dengan tremor fisiologis (10 Hz) dengan amplitudo lebih besar. Timbul
transien dan dapat dipicul oleh injeksi epinefrin atau obat β-adrenergik
Tremor pada alkoholik. Tremor ini terjadi pada penarikan alkohol dan obat
Tremor terjadi pada lengan secara simetris, kepala, dan (jarang) rahang, bibir,
lidah dan laring. Seperti yang lainnya, tremor ini dipengaruhi oleh emosi,
esensial kasar dan memburuk jika pasien diminta memegang dengan jarinya.
Namun tidak seperti tremor organik lainnya, tremor ini berkurang jika
daripada palatum mole. Ada dua jenis tremor palatal: tremor palatal essensial
dan tremor palatal simtomatis. Pada tremor palatal essensial terjadi aktivasi
bunyi klik dan berkurang pada saat tidur. Sedangkan tremor palatal
simtomatis melibatkan m. Levator veli palatini dan terdapat lesi batang otak
gejala lainnya: rasa berat di tungkai, kram, sulit bernapas, palpitasi, rasa
adalah stress.
3. MIOKLONUS
kita mulai tertidur. Mioklonus juga bisa terbatas pada satu tangan, sekumpulan otot di
lengan bagian atas atau tungkai atau bahkan pada sekelompok otot wajah.
Mioklonus adalah kontraksi suatu otot atau sekelompok otot yang tidak
disadari dan bersifat mendadak, mengakibatkan gerakan yang dapat dilihat pada
Gerakan otot ini biasanya tak berirama, tidak sinkron, multipleks, spontan
Gerakan abnormal yang timbul pada mioklonus adalah akibat lesi atau
Mioklonus bisa timbul akibat kelainan pada SSP oleh karena gangguan
Jenis-jenis mioklonus
1. Berdasarkan penyebab
a. Mioklonus idiopatik (kausa tidak diketahui)
Mioklonus esesnsial herediter
Mioklonus nokturnal
b. Mioklonus simptomatik
Kelainan difus pada serebrum dan serebelum
Kelainan fokal terutama di batang otak.
2. Berdasarkan gambaran klinik
a. Mioklonus epileptik
b. Ramsay hut
c. Mioklonus palatal
d. Mioklonus pascahipoksia (sindrom lance-adam)
yang timbul dalam satu keluarga dan diwariskan secara autosomal dominan. Biasanya
tidak progresif bila tidak ada kelainan neurologik lainnya. Sementara itu mioklonus
nokturnal timbul pada malam hari, tidak progresif, benigna, tidak dijumpai kelainan
serebelum yang bersifat difus (ensefalopati metabolik, hipoksia, toksik, infeksi virus)
disertai bangkitan epilepsi. Sementara itu, mioklonus ramsay hunt yang disebut pula
Mioklonus ini bersifat progresif, lambat dan akhirnya disertai dengan mioklonus yang
bersifat intensional. Mikolonus ramsay hunt terjadi secara sporadik, familiar, dan
diwariskan secara autosomal baik dominan maupun resesif. Sindrom ini termasuk
ensefalopati.
Mioklonus palatal merupakan contontoh klasik mioklonus fokal, terbatas pada
otot-otot spesifik dan disebabkan oleh lesi di batang otak yang bersifat fokal dan
berbatas tegas. Pada mioklonus ini terjadi kontraksi palatum berkecepatan tinggi dan
ritmik, unilateral atau bilateral, menetap, muncul pada waktu tidur, disertai dengan
antara lain gangguan vaskuler/infark, tumor, atau dimielinisasi pada segitiga yang
dibentuk oleh nukleus ruber, oliva inferior dan nukleus dentatus. Segitiga tersebut
ekstremitas yang terkena dalam posisi tertentu, atau dengan meminta penderita
Disamping itu juga ditemukan ataksia serebelar dan disartri; jarang ditemukan adanya
kejang umum. Sindrom ini biasanya ditemukan pada hipoksi umum yang berat dan
berlangsung lama misalnya pada obstruksi jalan napas bagian atas, hipotensi berat,
serotonin sentral.
4. Khorea
Kata khorea berasal dari Yunani yang berarti menari Chorea adalah gerakan di
luar kesadaran yang cepat, menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu
bagian tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara terus-
kelihatannya mengalir dari satu otot ke otot berikutnya dan mungkin kelihatannya
untuk dikenali.
antifosfolipid. Korea kadang terjadi pada usia lanjut tanpa alasan yang jelas dan
terutama mengenai otot di dalam dan di sekitar mulut. Khorea ini juga bisa
menyerang wanita hamil pada 3 bulan pertama kehamilannya, tetapi akan menghilang
Khorea Sydenham
Sering disebut korea Sydenham, St Vitus dance atau korea akuisita.
Patogenesisnya masih belum jelas, diduga berhubungan dengan infeksi reuma sebab
75% kasus menunjukkan riwayat demam rematik. Sangat mungkin reaksi antigen-
antibodi pasca infeksi streptokok betahemolitikus grup A yang berperan. Selain pada
demam rematik, korea ini dapat juga bermanifestasi pada ensefalitis/ensefalopati dan
intoksikasi obat. Kira-kira 80% kasus terdapat pada usia 5—15 tahun, perempuan:
kaki/tungkai dan muka. Perjalanan penyakit bervariasi, dapat sembuh spontan dalam
2—3 bulan tetapi dapat pula sampai setahun. Tidak ada pengobatan khusus selain
sedativa.
dengan infeksi streptokokus atau demam reumatik. Pada infeksi ini ditemukan
vaskulitis di seluruh jaringan otak. Umur penderita berkisar antara 5-15 tahun; wanita
Gejal-gejal berupa gerakan involunter yang cepat dan tidak teratur arahnya,
pada lengan dan tangan; sementara itu tonus otot menurun (hipotoni) dan refleks
darah (laju endap darah meninggi dan kadar anti streptolisin O meninggi) dan EKG
Khorea Huntington
bersifat herediter yang diturunkan secara autosom dominan, akibat degenerasi ganglia
basalis terutama pada inti kaudatus yang bersifat menahun progresif. Lebih sering
pada orang dewasa di atas umur 30 tahun, sangat jarang pada anak. Sekitar 1—5%
terdapat pada anak di atas umur 3 tahun (juvenile type). Pada tipe juvenilis, 75%
dengan riwayat keluarga positif yakni ayahnya. Manisfestasi klinik lain berupa
kekakuan, bradikinesi, kejang dan retardasi intelektual. Tidak ada pengobatan khusus.
Prognosis jelek. kematian biasanya terjadi 3—10 tahun sesudah timbul gejala klinik.
menghilang dan terjadi gliosis di globus palidus dan talamus; sementara itu serebelum
pada kedua sisi ekstremitas. Keadaan seperti ini perlu dibedakan dengan kercunan
reseptornya. Obat-obat yang sering dipakai ialah haloperidol dengan dosis 4 x (1-4)
mg, klorpromazina dengan dosis 3 x 50 mg. dapat pula diberikan propanolol maupun
dantrolen.
5. Atetosis
Atetosis berasal dari Yunani yang berarti berubah. Pada atetose gerakan lebih
lambat dan melibatkan otot bagian distal, namun cenderung menyebar ke proksimal.
Atetosis banyak dijumpai pada penyakit yang melibatkan ganglia basal. Athetosis
adalah aliran gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat di luar kesadaran. Biasanya
Khorea dan atetosis bisa terjadi secara bersamaan, dan disebut koreoatetosis.
Korea dan atetosis bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa
Seseorang yang mengalami korea dan atetosis memiliki kelainan pada ganglia
basalisnya di otak. Penyakit yang seringkali menyebabkan korea dan atetosis adalah
penyakit Huntington.
otak tipe subkortikal, akibat lesi pada komponen ganglia basalis. Tipe ini meliputi 5
Terdapat 2 faktor perinatal sebagai penyebab utama kelumpuhan otak tipe subkortikal
Gejala klinik biasanya baru tampak sesudah umur 18 bulan. Dapat ditemukan
2) Sindrom Lesch-Nyhan
bilateral, retardasi mental, mutilasi diri dan hiperurikemia. Etiologi belum diketahui;
pada eritrosit, fibroblast dan ganglia basalis. Merupakan penyakit herediter yang
anak lelaki.
Gerakan atetotik mulai timbul pada umur 6—8 bulan, kemudian diikuti
gerakan koreo-atetotik dan pada usia di atas 2 tahun sudah dapat ditemukan sindrom
yang lengkap. Pengobatan dengan alopurinol 8 mg/kgBB sehari dalam tiga kali
3) Penyakit Hallervorden-Spatz
Kelainan degeneratif pada substansi nigra dan globus palidus yang herediter
dan diturunkan secara autosom resesif. Etiologi tidak diketahui, diduga ada hubungan
dengan deposisi pigmen yang mengandung zat besi pada kedua daerah tersebut.
Namun tidak jelas adanya gangguan metabolisme zat besi yang menyertainya.
Gejala klinik biasanya manifes pada umur 8-10 tahun berupa gerakan atetotik,
timbul kejang. Perjalanan penyakit lambat progresif. Tidak ada pengobatan, prognosis
Atetosis ini disebabkan oleh anoksi pada waktu lahir. Terjadi dimielinisasi
terutama pada lengan bagian distal. Kelainan ini dapat diatasi dengan pemberian
6. DISKINESIA TARDIF
Diskinesia sendiri ialah pergerakan yang tidak disadari. Tardif ialah efek dari
pemakaian obat. Sehingga diskinesia tardif adalah gerakan berulang- ulang dan tidak
disadari yang merupakan efek samping jangka panjang dari obat antipsikotik
bergetar, melipat dan mengerutkan bibir serta mengedipkan mata secara cepat.
Pergerakan cepat dari ekstremitras dan jari-jari juga muncul pada beberapa penderita.
ekstremitasnya. Pada parkinson disease, pasien kesulitan untuk bergerak tetapi pada
antara lokasi substansia nigra dan korpus striatum. Terutama kalau yang terkena
lisan spontan
7. Hemibalismus
satu sisi badan. Lengan terkena lebih sering daripada kaki. Biasanya disebabkan oleh
stroke yang mempengaruhi bidang kecil tepat di bawah basal ganglia yang disebut
tak terkendali.
gangguan vaskuler, infeksi, trauma, dan tumor. Kelainan di otak berupa destruksi
nukleus subtalamik.
melempar bola. Gerakan ini melibatkan otot-otot proksimal dan dapat menguras
tenaga penderita.
8. Distonia
Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus
menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang
abnormal. Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa
mengenai satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher) atau
seluruh tubuh. Pada beberapa penderita, gejala distonia muncul pada masa kanak-
Beberapa penderita lainnya baru menunjukkan gejala pada akhir masa remaja atau
baris kalima), kram kaki dan kecenderunagn tertariknya satu kaki keatas atau
kecenderungan menyeret kaki setelah berjalan atau berlari pada jarak tertentu.
penderita merasa lelah. Gejala lainnya adalah tremor dan kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara. Gejala awalnya bisa sangat ringan dan baru dirasakan hanya
setelah olah raga berat, stres atau karena lelah. Lama-lama gejalanya menjadi
DMD. Merupakan distonia generalisata yang jarang terjadi dan bisa diturunkan,
biasanya berawal pada masa kanak-kanak dan bertambah buruk secara progresif.
Penderita bisa mengalami cacat yang serius dan harus duduk dalam kursi roda.
Tortikolis spasmodik atau tortikolis merupakan distonia fokal yang paling sering
sehingga kepala berputar dan berpaling ke satu sisi. Selain itu, kepala bisa
Tortikolis bisa terjadi pada usia berapapun, meskipun sebagian besar penderita
Pada awalnya hanya menyerang satu mata, tetapi akhirnya kedua mata biasanya
leher.
Distonia oromandibuler menyerang otot-otot rahang, bibir dan lidah.
Rahang bisa terbuka atau tertutup dan penderita mengalami kesulitan berbicara
dan menelan.
Disfonia spasmodik melibatkanotot tenggorokan yang mengendalikan proses
distonia yang menyerang otot tangan dan kadang lengan bawah bagian depan, hanya
terjadi selama tangan digunakan untuk menulis. Distonia yang sama juga disebut
kram pemain piano dan kram musisi. Distonia dopa-responsif merupakan distonia
yang berhasil diatasi dengan obat-obatan. Salah satu variannya yang penting adalah
distonia Segawa. Mulai timbul pada masa kanak-kanak atau remaja, berupa kesulitan
dalam berjalan. Pada distonia Segawa, gejalanya turun-naik sepanjang hari, mulai
dari kemampuan gerak di pagi hari menjadi ketidakmampuan di sore dan malam hari,
berbagai penyakit, baik yang umum dan sistemik maupun yang terbatas pada sistem
oleh karena kontraksi tonik satu atau sekelompok otot yang bersifat involunter, yang
disebabkan oleh lesi diberbagai tingkat di dalam sistem ekstrapiramidalis dan
Biasanya yang terkena adalah otot-otot aksial dan pergelangan bahu. Bila
maka sikap distonik dipertahankan. Distonia tipe umum (lebih sering dijumpai:
neurologik, sebagai akibat dari kerusakan otak atau pengaruh obat-obatan. Distonia
blefarospasmus, distonia fasial (Meige’s dystonial), dan kejang pada penulis (writer’s
cramp). Distonia yang nampak secara khas adalah distonia muskulorum deformans
otot-otot somatik memutar dengan kuat. Gerakan involunter ini dapat melibatkan
nukleus dentatus, substansia nigra dan talamus. Diduga ada kelainan biokimia yang
gejala pertama timbul antara umur 5-15 tahun, jarang pada dekade ketiga dan
keempat. Ada variasi gambaran klinik, dalam bentuk distonia progresif familial dan
ekstensi meliuk dan hiperpronasi lengan dan fleksi pergelangan tangan dan
deformans. Levodopa ternyata efektif pada stadium awal. Obat-obat yang dapat
involunter dan intermitten, yang menyebabkan deviasi depala ke satu sisi secara
episodik dan tonik yang disebut laterokolis. Apabila terjadi gangguan bilateral maka
akan timbul retrokolis atau anterokolis. Tortikolis merupakan sindrom dari suatu
diagnosis etiologik.
Tortikolis spasmodik dapat dijumpai pada semua umur, awitan biasanya pada
dekade ketiga sampai keenam dan lebih sering pada pria, awitan biasanya berangsur-
Kontraksi intermitten otot kuduk menyebabkan rotasi kepala ke satu sisi dan
lokal, limfadenitis servikal, kelainan tulang belakang servikal, dan tortikolis histerik.
Pada kasus refrakter yang berat dapat dianjurkan dengan operasi stereotaksis.
Obata-obat yang dapat diberikan, dengan hasil yang belum pasti, adalah sebagai
berikut:
junctions
Diazepam 10-40 mg/hari, pada kasus ringan
Amantadin 300 mg sehari, haloperidol, bromokriptin, pada kasus lebih berat.
berkhasiat sebagai dopamin receptor blockers dan hal ini dapat menimbulkan
ekstrapiramidal.
d. Pengobatan lama dengan L-DOPA, pada beberapa kasus/kelompok penderita
parkinsonisme, akatisia, atau diskinesia tardif. Gejala timbul pada hari pertama
Diskinesia dan distonia akut dapat diatasi dengan menghentikan pengobatan dan
jam berikutnya.
reaksi distonia.
Parkinsonisme dicirikan oleh adanya akinesia, rigiditas, dan tremor (3-5 siklus
pengobatan dimulai. Keadaan ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan walaupun
mg), biperin (akineton) 3 x (1,0-2,0 mg), dan triheksifenidil (artane) 3 x (1,0-5,0) mg.
obat antipsikosis. Obat ini tidak perlu diberikan pada semua penderita dan jarang
diperlukan lebih dari tiga bulan. Tidak ada indikasi untuk profilaksis dengan obat
Akatisia memberi gambaran sebagai berikut; penderita tidak dapat duduk tenang,
biasanya terjadi pada 20% penderita yang mendapat pengobatan antipsikosis, timbul
beberapa hari pertama setelah pengobatan dimulai, dan kausa belum diketahui.
Antikolinergik hanya efektif sebagian. Pengobatan lain yang bisa meringankan gejala
berlangsung lebih dari satu tahun. Prevalensi lebih dari 20% dari penderita yang
mendapat pengobatan, biasa pada umur tua dan terutama pada wanita, timbul lebih
sering pada penderita yang meberi reaksi manifestasi akut terhadap neuroleptik dan
pada daerah kepala dan leher, dapat berupa gerakan-gerakan mengecap (chewing),
berupa khorea wajah dan anggota gerak, atetosis, distonia dan akatisia, dan jarang
kolinergik, menghambat aktivitas dopaminergik, dan obat yang aktif dalam sistem
ditingkatkan, gerakan involunter pada diskinesia tardif bisa diatasi dengan namun
selama berbulan-bulan/tahunan, dan 50% reversibel dalam 5 tahun, dan bisa pula
Pengobatan diskinesia ternyata sulit dan banyak obat yang telah dicoba namun
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Anjuran dengan drug holiday dalam
pengobatan neuroleptik tak banyak gunanya dalam mencegah diskinesia bahkan dapat
beresiko tinggi.
Obat-obat yang dapat diberikan pada diskinesia tardif antara lain :
1 tab/hari (1 tab = 25 mg) dan dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg/hari. Efek
karbidopa/L.Dopa.
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.um.ac.id/index.php?topic=6054.0
3. Grace et Borley. Surgery at Glance Third Edition. Erlangga. 2006
4. Houston H, Rowland L, Rowland R. Merrit’s Neurology. 10th ed. US: LWW;
2000.
5. Isselbacher dkk. Harison Prinsip-prinsip umum Ilmu penyakit dalam.Volume 1.
Mental.Jakarta : FKUI
8. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. US: Thieme; 2004. p.62-3.
9. Ropper A, Brown R. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8th ed. US: