Anda di halaman 1dari 226

Pembahasan Soal

Neurologi
Oleh Faisal Bayu,MD dan Salsa Maulida,MD
Neurologi
Bimbingan UKMPPD Internal FK ULM
No. 1
Seorang pria berumur 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 jam
SMRS, menurut pengakuan istri pasien keluhan muncul tiba-tiba saat pasien sedang ingin menyuap nasi
dan langsung terjatuh, pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan GCS E3-V3-M5, Tekanan darah
210/110, pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, pada pemeeriksaan
didapatkan lateralisasi sinistra, lesi pada Nervus VII tipe central pada motorik lebih lemah pada
ekstremitas atas kiri, menurut kasus diatas, apa diagnosis dan struktur pembuluh darah yang
kemungkinan terdapat lesi?
A. Stroke Hemoragik, ACA
B. Stroke Hemoragik, MCA
C. Stroke Penyumbatan tipe Trombotik, PCA
D. Stroke Penyumbatan tipe Emboli, Vertebrobasiler Arteri

E. Stroke Penyumbatan tipe Emboli, ACA


No. 1
Seorang pria berumur 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 jam
SMRS, menurut pengakuan istri pasien keluhan muncul tiba-tiba saat pasien sedang ingin menyuap nasi
dan langsung terjatuh, pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan GCS E3-V3-M5, Tekanan darah
210/110, pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, pada pemeeriksaan
didapatkan lateralisasi sinistra, lesi pada Nervus VII tipe central pada motorik lebih lemah pada
ekstremitas atas kiri, menurut kasus diatas, apa diagnosis dan struktur pembuluh darah yang
kemungkinan terdapat lesi?
A. Stroke Hemoragik, ACA
B. Stroke Hemoragik, MCA
C. Stroke Penyumbatan tipe Trombotik, PCA
D. Stroke Penyumbatan tipe Emboli, Vertebrobasiler Arteri

E. Stroke Penyumbatan tipe Emboli, ACA


Cerebrovascular Accident (CVA)
Suatu kejadian deficit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba/mendadak, yang hanya
disebabkan oleh gangguan vascular yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih
Untuk mendiagnosis stroke, kita wajib tahu tanda dan gejala stroke
Hal itu sudah ada pada definisi stroke itu sendiri
1. Adanya Defisinit Neurologis
2. Terjadi Mendadak
3. Didasari hanya karena kejadian vascular

Kejadian stroke sendiri mempunyai ciri khas masing masing yaitu :

Jenis Stroke Penyebab Ciri Khas


Trombosis Usia tua, DM, Kolesterol dan Biasa terjadi saat pasien baru
Atheroscelerosis bangun tidur
Emboli Terjadi karena ada penyakit Disertai EKG yang abnormal,
pada katup jantung, AF, dan pada CT Scan Infark Luas
pasien IHD
ICH Hipertensi maligna Terjadi saat melakukan
kegiatan, gejala lebih parah
dari pada thrombosis
SAH Ruptur Aneurisma Nyeri kepala sangat berat,
terjadi saat melakukan
kegiatan berat
Vaskularisasi dan Manifestasi Klinis
Yang perlu kita ingat dalam mengingat vaskularisasi pada otak ada homunculus cerebri (Ingat aja seperti
orang lagi kayang)

Arteri Manifestasi klinis


Anterio Cerebral Arteri Monoplegi/Paresis Kontralateral,
Perubahan perilaku
Medial Cerebral Arteri Hemiparesis Kontralateral,
Ekstremitas atas lebih lemah dari
pada Ekstremitas bawah, Afasia,
Diastria
Posterior Cerebral Arteri Hemianopsia
Verterbrobasiler Buta kontrikal, Diplopia, Vertigo,
Nystagmus
No. 2
Seorang wanita umur 40 tahun dengan keluhan kelemahan pada esktremitas atas dan bawah sebelah
kanan, keluhan muncul saat bangun dari tidur 6 jam SMRS, keluhan tersebut di sertai dengan pasien
tidak dapat berbicara tetapi mengerti apa yang di katakan oleh orang lain, pasien memiliki riwayat
kolesterol dan PJK, pada GCS didapatkan E4-VX-M6, tekanan darah 190/100 mmhg, pada pemeriksaan
neurologi didapatkan hemiparase dextra dengan Lesi pada nervus VII dan XII, pasien di minta untuk CT
Scan dan didapatkan Gacs Sign (+) dengan lesi luas pada pemeriksaan EKG gambaran seperti dibawah,
apakah diagnosis yang tepat?

A. Stroke Non Hemoragik tipe Emboli


B. Stroke Non Hemoragik tipe Trombotik
C. Stroke Hemoragik
D. Subdural Hemorage
E. Epidural Hemorage
No. 2
Seorang wanita umur 40 tahun dengan keluhan kelemahan pada esktremitas atas dan bawah sebelah
kanan, keluhan muncul saat bangun dari tidur 6 jam SMRS, keluhan tersebut di sertai dengan pasien
tidak dapat berbicara tetapi mengerti apa yang di katakan oleh orang lain, pasien memiliki riwayat
kolesterol dan PJK, pada GCS didapatkan E4-VX-M6, tekanan darah 190/100 mmhg, pada pemeriksaan
neurologi didapatkan hemiparase dextra dengan Lesi pada nervus VII dan XII, pasien di minta untuk CT
Scan dan didapatkan Gacs Sign (+) dengan lesi luas pada pemeriksaan EKG gambaran seperti dibawah,
apakah diagnosis yang tepat?

A. Stroke Non Hemoragik tipe Emboli


B. Stroke Non Hemoragik tipe Trombotik
C. Stroke Hemoragik
D. Subdural Hemorage
E. Epidural Hemorage
Prinsip Penatalaksaan Stroke Ischemic
1. Anti thrombus
2. Perbaiki Perfusi
3. Neuroprotektor
4. Perbaiki Faktor Sistemik

RtPA Antikoagulan (SNH Embolic Anti platelet (mencegah


Fase Akut < 3jam type) agregasi platet)
IV RtPA : 0.9 mg/kgbb dalam Heparin -> risiko perdarahan Aspirin 160mg-320 mg
60 menit, hanya 10% dosis otak (loading dose 320 mg)
total yang diberikan LMWWH Clopidogrel 75 mg
Warfarin 10 mg/hari selama 2-
4 bulan

Perbaiki Perbaiki Faktor Sistemik


Perfusi+Neuroprotektor Diturunkan apabila tekanan darah tekanan
Citicolin 1 gram/24 jam darah
Untuk piracetam sekarang sistolik >220 dan diastole >120 dengan
diturunkan
sudah jarang digunakan.
15% dalam 24 jam pertama.
Nimodipine 60 mg/24 jam GDS : 100-200 gr%
Kontrol hiperlipidemia
No. 3
Pasien berumur 35 tahun datang dengan keluhan mulut mencong dan berbicara pelo saat
dirumah 8 jam SMRS, menurut keluarga pasien didapatkan keluhan muncul tiba-tiba saat
bangun tidur, tidak ada keluhan penurunan kesadaran pada pasien, pasien memiliki riwayat
kencing manis dikontrol dengan obat Metformin 3x500 mg, saat pada pemeriksaan di IGD
didapatkan GCS E4-V5-M6, tekanan darah saat di IGD 145/90 mmhg, tidakada kelemahan
dan lesi pada nervus cranialis, apakah kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut
A. Reversibel Iscemic Neurological Defisit
B. Transient Iscemic Attack
C. Stroke Non Hemoragic
D. Subarachnoid Hemorage
E. Intracerebral Hemoragic
No. 3
Pasien berumur 35 tahun datang dengan keluhan mulut mencong dan berbicara pelo saat
dirumah 8 jam SMRS, menurut keluarga pasien didapatkan keluhan muncul tiba-tiba saat
bangun tidur, tidak ada keluhan penurunan kesadaran pada pasien, pasien memiliki riwayat
kencing manis dikontrol dengan obat Metformin 3x500 mg, saat pada pemeriksaan di IGD
didapatkan GCS E4-V5-M6, tekanan darah saat di IGD 145/90 mmhg, tidakada kelemahan
dan lesi pada nervus cranialis, apakah kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut
A. Reversibel Iscemic Neurological Defisit
B. Transient Iscemic Attack
C. Stroke Non Hemoragic
D. Subarachnoid Hemorage
E. Intracerebral Hemoragic
Stroke dan perjalanan waktu
Tipe TIA RIND Prolonged Complete Stroke in
RIND Evolotion

Durasi <24 jam >24 jam- Complete Menetap, Menetap,


<72 Jam in 7 days Defisit Defisit
neurologis neurologis
tidak progresif
progresif

Terminologi pada PERDOSSI 2016 dan AHA 2018 adalah hanya TIA dan Stroke Ischemic
tetapi nice to know untuk tahu Terminologi Lama, karena terkadang keluar pada soal TO
Transient Ischemic Attack
Kejadian mendadak dengan gejala deficit neurologi yang reversible sempurna < 24 jam
No. 4
Pasien Perempuan berumur 65 tahun datang ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak 9 jam yang lalu,
penurunan kesadaran mendadak saat beraktivitas mencuci piring sebelumnya pasien ada mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah hebat, saat datang ke IGD pasien diperiksa oleh dokter dan didapatkan GCS
E1V1M3 dengan tekanan darah 200/100 mmhg nadi 49x/menit, pada pemeriksaan neurologis didapatkan
lateralisasi dextra, refleks patologis babinski (+) dextra, Sirriraj skore pasien adalah +3, apakah tatalaksana
yang tepat untuk pasien diatas
A. IV Mannitol 20% 0.25-0.5 gr/kgbb
B. IV Mannitol 5% 0.5 -1 gr/kgbb
C. IV Mannitol 10% 2-10 mcg/kgbb
D. IV Mannitol 25% 5-10 mcg/kgbb

E. IV Citicolin 1 gram/12 jam


No. 4
Pasien Perempuan berumur 65 tahun datang ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak 9 jam yang lalu,
penurunan kesadaran mendadak saat beraktivitas mencuci piring sebelumnya pasien ada mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah hebat, saat datang ke IGD pasien diperiksa oleh dokter dan didapatkan GCS
E1V1M3 dengan tekanan darah 200/100 mmhg nadi 49x/menit, pada pemeriksaan neurologis didapatkan
lateralisasi dextra, refleks patologis babinski (+) dextra, Sirriraj skore pasien adalah +3, apakah tatalaksana
yang tepat untuk pasien diatas
A. IV Mannitol 20% 0.25-0.5 gr/kgbb
B. IV Mannitol 5% 0.5 -1 gr/kgbb
C. IV Mannitol 10% 2-10 mcg/kgbb
D. IV Mannitol 25% 5-10 mcg/kgbb

E. IV Citicolin 1 gram/12 jam


Tekanan Intrakranial

“The Monro-Kellie doctrine or


hypothesis states that the sum of
volumes of brain, cerebrospinal
fluid (CSF) and intracerebral
blood is constant. An increase in
one should cause a reciprocal
decrease in either one or both of
the remaining two.”
Brain Herniation
Herniasi otak terjadi ketika sesuatu di dalam cranium menghasilkan tekanan yang menggerakkan jaringan
otak.
Terdapat 6 Jenis Herniasi otak yang dapat terjadi yaitu :
1. Herniasi Uncal : dilatasi pupil ipsilateral, Deviasi pada mata ke arah bawah, Kernohan Noch Phenomenon
2. Herniasi Subfalcine : Early unilateral motor deficit pada ekstremitas bawah
3. Herniasi Central : Dilatasi/unreactive pupil
4. Herniasi Tonsilar : Penurunan kesadaran secara akut
5. Herniasi Upward : Pupil tetap yang abnormal, nafas irregular
6. Transcalvaliar Herniasi: Penurunan kesadaran, post trauma
Gejala Umum Herniasi Cerebri
Penyebab terjadinya herniasi adalah Peningkatan Tekanan Intrakranial yang tidak bisa di
kompensasi sehingga menyebabkan pergeseran parenkim cerebri ke arah/bagian lain, gejala awal
untuk peningkatan ICP adalah Cushing reflex, Cushing reflex adalah efek fisiologis pada peningkatan
ICP akut, pada fase awal yang terjadi adalah Peningkatan tekanan darah dan nadi, dan pada fase
lanjut pasien tetap mengalami Peninkatan tekanan darah tetapi nadi akan cenderung
bradikardi. Hal ini akan masuk ke dalam gejala Cushing triad, yaitu Perbedaan yang jauh dari TD
(dengan hipertensi), Bradikardi dan Pernafasan Irreguler.

Cushing Reflex Cushing Triad


Pencegahan Herniasi Cerebri

Pencegahan terjadinya herniasi cerebri artinya mencegah atau memperbaiki tekanan intra cranial :
1. Elevasi 30o ->Untuk meningkatkan Venous Retrun, sehingga TIK menurun
2. Hiperventilasi ringan menyebabkan penurunan PCO2 -> Vasokontriksi-> TIK menurun
3. Penggunaan Osmterapi : Manitol 20% laoding dose 1 gr/kgbb dilanjutkan 0.25-0.5 gr/Kgbb
selama >20 menit diulangi 4-6 jam, jika perlu penggunaan Furosemide dosis inisial 1mg/kgbb
IV

Pertanyaanya, kenapa Stroke harus


diberikan mannitol atau diuretic? Kenapa
tidak dengan Streroid?
No. 5
Pasien laki-laki berusia 59 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada tubuh bagian kiri yang
didominasi kelemahan anggota gerak atas sejak 5 jam yang lalu, pasien juga dapat mengucapkan kata-
kata tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan serta dapat mengulang kata sesuai perintah, apakah jenis
afasia pada pasien diatas
A. Afasia Anomik
B. Afasia Broca
C. Afasia Wernicke
D. Afasia Trankortikal Motorik
E. Afasia Traskortikal Sensorik
No. 5
Pasien laki-laki berusia 59 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada tubuh bagian kiri yang
didominasi kelemahan anggota gerak atas sejak 5 jam yang lalu, pasien juga dapat mengucapkan kata-
kata tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan serta dapat mengulang kata sesuai perintah, apakah jenis
afasia pada pasien diatas
A. Afasia Anomik
B. Afasia Broca
C. Afasia Wernicke
D. Afasia Trankortikal Motorik
E. Afasia Traskortikal Sensorik
Afasia

TIPS
Aphasia transkortikal : Repetisi selalu baik, yang rusak sesuai dengan namanya, motor
(fluensi), sensoris (komprehensi) dan mixed (fluensi dan komprehensi)
No. 6
Pasien berusia 20 tahun datang ke Puskemas dengan keluhan nyeri kepala sejak kemarin, nyeri kepala
dirasa seperti berdenyut pada kepala sebelah kiri, setelah keluhan muncul didapatkan adanya hilang
penglihatan selama 1 menit dan lalu kembali normal, pasien baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini, pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tekanan darah 130/90 dengan Nadi 108x/menit,
tidak ada neurological defisit, apakah diagnosis pada pasien diatas
A. Common Migraine
B. Classic Migraine
C. Transient Iscemic Attack
D. Tension Type headache

E. Cluster type Headache


No. 6
Pasien berusia 20 tahun datang ke Puskemas dengan keluhan nyeri kepala sejak kemarin, nyeri kepala
dirasa seperti berdenyut pada kepala sebelah kiri, setelah keluhan muncul didapatkan adanya hilang
penglihatan selama 1 menit dan lalu kembali normal, pasien baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini, pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tekanan darah 130/90 dengan Nadi 108x/menit,
tidak ada neurological defisit, apakah diagnosis pada pasien diatas
A. Common Migraine
B. Classic Migraine
C. Transient Iscemic Attack
D. Tension Type headache

E. Cluster type Headache


Headache
Tipe TTH Migrain Clusters

Keywords Tertekan, tegang, Berdenyut, Unilateral Nyeri kepala berat,


Bilateral unilateral, terdapat
gejala otonom

Klasifikasi Episodic : <15 hari Common Migrain (-) -


Chronic : >15 hari aura
Classic Aura (+) aura

Tatalaksana Abortif : NSAID Abortif: Ergotamin 2 Akut : O2 7 lpm


(Ibuprofen 400 mg, mg Sumatriptan subkutan
PCt 1000 mg) Sumatriptan 25-100 6 mg
mg
Preventif (Amitriptliline Preventif Verapamil
10-200 mg) Preventif 120-140 mg
Propanolol 40 mg
Migrain
Nyeri kepala dengan kualitas vascular (berdenyut) yang unilateral,
diikuti dengan mual fotofobia, fonofobia dan gangguan tidur

Etiologi: Rule of 5-4-3-2-1 Close the DOOR


1. Menstruasi hari pertama 5- 5 x minimal serang seumur hidup
2. Puasa/terlambat makan 4-4 jam sampai dengan
3. Alkohol, coklat atau susu, MSG 3- 3 hari serangan dapat berlangsung
4. Cahaya flash 2- terdapat 2 dari gejala utama (Unilateral, Berdeyut, Diperparah
5. Banyak tidur/Kurang tidur aktivitas, VAS (4-5))
1- 1 dari gejala penyerta (mual muntah/fono,fotofobia)
6. Psikolgis
Classic Migraine vs Common Migraine
Common Migraine Classic Migraine

Unilateral Sama dengan common migrain


Berdenyut Timbul sesudah gejala aura (5-20 menit)
Intesitas sedang Aura berupa:
Bertambah berat dengan aktivitas Gangguan Visual, Sensorik dan bicara
Mual muntah
Foto/fonopobia

TIPS

AURA KASIH -> Aura bearti Classic Migrain


Tatalaksana
Abortif : Terapi Profilaksis (diberika jika
1. NSAID serangan 2-3x/bulan)
2. Triptan : Sumatriptan 2x50-100 1. BB : Propanol 2x40 mg
mg/hari 2. CCB : Verapamil, Flunarizine
3. Ergotamin 2 mg
3. SSRI : Fluoxetine
4. Antideprsan : Amitriptilin
No. 7
Pasien berusia 19 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 jam yang lalu, keluhan
nyeri dirasakan hilang timbul seperti mencengkram kepala bagian depan hingga ke belakang, tengkuk
dirasa tegang, pasien tidak ada keluhan mual muntah, nyeri kepala sebelumnya (+) dan dirasakan setiap
bulan kurang lebih 2x serangan selama 3 bulan terakhir, pada pemeriksan fisik dalam batas normal dan
pemeriksaan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan, apakah tatalaksana profilaksis yang dapat
diberikan pada pasien
A. Amitriptiline
B. Paracetamol
C. Dexamentason
D. Kafein
E. Propanolol
No. 7
Pasien berusia 19 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 jam yang lalu, keluhan
nyeri dirasakan hilang timbul seperti mencengkram kepala bagian depan hingga ke belakang, tengkuk
dirasa tegang, pasien tidak ada keluhan mual muntah, nyeri kepala sebelumnya (+) dan dirasakan setiap
bulan kurang lebih 2x serangan selama 3 bulan terakhir, pada pemeriksan fisik dalam batas normal dan
pemeriksaan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan, apakah tatalaksana profilaksis yang dapat
diberikan pada pasien
A. Amitriptiline
B. Paracetamol
C. Dexamentason
D. Kafein
E. Propanolol
Tension Type Headache
Nyeri kepala yang menyerang daerah kepala dari dahi hingga tengkuk, seperti diikat dan nditindih
beban berat, nyeri kepala akan bilateral.

Tatalaksana :
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:
Analgetik:
• Ibuprofen 800 mg/hari
• Asetaminofen 1000 mg/hari,
• NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat,
ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
• Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
• Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

Pencegahan :Antidepresan
Jenis trisiklik: amitriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
pencegahan tension-type headache.
• Antiansietas
Golongan benzodiazepin . Kekurangan obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol
sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya
No. 8
Pasien datang ke IGD RSUD dengan keluhan nyeri kepala berat sejak 3 jam yang lalu, nyeri kepala
dirasakan pada bagian atas mata kiri dan alis, keluhan disertai dengan keluar cairan dari hidung dan mata
kiri yang memerah, keringat juga keluar pada kepala bagian kiri saja tetapi bagian kanan tidak ada, pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya peningkatan denyut nadi 110x/menit dengan lakrimasi ipsilateral,
apakah terapi awal yang tepat yang dapat dilakukan pada pasien
A.Verapamil
B.Kortikoseroid
C.Oksigenasi 100% 7L/menit dalam 15 menit
D.Carbamazepine
E.Ibuprofen
No. 8
Pasien datang ke IGD RSUD dengan keluhan nyeri kepala berat sejak 3 jam yang lalu, nyeri kepala
dirasakan pada bagian atas mata kiri dan alis, keluhan disertai dengan keluar cairan dari hidung dan mata
kiri yang memerah, keringat juga keluar pada kepala bagian kiri saja tetapi bagian kanan tidak ada, pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya peningkatan denyut nadi 110x/menit dengan lakrimasi ipsilateral,
apakah terapi awal yang tepat yang dapat dilakukan pada pasien
A.Verapamil
B.Kortikoseroid
C.Oksigenasi 100% 7L/menit dalam 15 menit
D.Carbamazepine
E.Ibuprofen
Cluster Headache
Minimal memenuhi kriteria berikut :
A. Nyeri hebat unilateral yang melibatkan daerah supraorbital atau temporal yang bertahan 15-180 menit.
B. Nyeri kepala hebat disertai satu tanda berikut : 1. Injeksi konjungtiva/lakrimasi ipsilateral. 2. Kongesti nasal
ipsilateral dan rhinorrhea. 3. Edema orbita ipsilateral 4. Keringat pada daerah frontal dan ipsilateral 5. Miosis atau
ptosis pada ipsilateral.
C. Nyeri tidak disebabkan oleh hal yang lain
Tatalaksana
Pengobatan Akut: Oksigen 100% 7 L/menit gejala menghilang dalam waktu 15 menit.
1. Dyhidroergotamine
2. Triptan (Sumatriptan)
3. Ocreotide
4. Anestesi local

Obat Pencegahan

5. CCB : verapamil, diltiazem


6. Kortikosteroid
7. Lithium carbonat
8. Oxcarbazepin
9. Magnesium sulfat
No. 9
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut sejak 1 jam yang lalu, nyeri kepala didahului oleh
kilatan cahaya yang menyebabkan hilang penglihatan selama 10 menit, nyeri kepala pada bagian kiri,
pasien pernah seperti ini karena melihat cahaya flash pada mobil serangan tersebut terjadi 2-3x/bulan,
pada pemeriksaan TTV pada batas normal, apakah terapi profilaksis yang dapat dilakukan pada pasien
A. Sumatriptan 2x50 mg
B. Paracetamol 3x1000 mg
C. Ergotamin 3x2 mg
D. Propanolol 2x40 mg
E. Methylprednisolone 1x4 mg
No. 9
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut sejak 1 jam yang lalu, nyeri kepala didahului oleh
kilatan cahaya yang menyebabkan hilang penglihatan selama 10 menit, nyeri kepala pada bagian kiri,
pasien pernah seperti ini karena melihat cahaya flash pada mobil serangan tersebut terjadi 2-3x/bulan,
pada pemeriksaan TTV pada batas normal, apakah terapi profilaksis yang dapat dilakukan pada pasien
A. Sumatriptan 2x50 mg
B. Paracetamol 3x1000 mg
C. Ergotamin 3x2 mg
D. Propanolol 2x40 mg
E. Methylprednisolone 1x4 mg
No. 10
Pasien datang ke Poliklinik umum dengan keluhan nyeri pada pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu, nyeri
dirasakan sangat tajam, ketika serangan dapat bertahan 30 detik, ketika serangan pasien mengaku sangat
nyeri hingga tidak dapat berbicara dan menangis, nyeri diprovokasi dengan sentuhan pada pipi dan
terjadi pagi hari saat menggosok gigi, pada serangan selalu sama seperti itu selama 2 minggu, pada
pemeriksaan fisik TTV, nadi meningkat 115x/menit dan tidak ada defisit neurologis, apakah terapi yang
tepat pada pasien
A. Carbamazepine 200 mg/hari
B. Methylprednisolone 1x4 mg
C. Propanolol 1x10 mg
D. Aspilet 1x80 mg
E. Ibuprofen 2x400 mg
No. 10
Pasien datang ke Poliklinik umum dengan keluhan nyeri pada pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu, nyeri
dirasakan sangat tajam, ketika serangan dapat bertahan 30 detik, ketika serangan pasien mengaku sangat
nyeri hingga tidak dapat berbicara dan menangis, nyeri diprovokasi dengan sentuhan pada pipi dan
terjadi pagi hari saat menggosok gigi, pada serangan selalu sama seperti itu selama 2 minggu, pada
pemeriksaan fisik TTV, nadi meningkat 115x/menit dan tidak ada defisit neurologis, apakah terapi yang
tepat pada pasien
A. Carbamazepine 200 mg/hari
B. Methylprednisolone 1x4 mg
C. Propanolol 1x10 mg
D. Aspilet 1x80 mg
E. Ibuprofen 2x400 mg
Trigeminal Neurologia (Tic Doureloux)
Nyeri hebat paroksisimal seperti terbakar, tertusuk, tajam pada salah satu cabang dari n. trigeminus. Diperparah dengan
mengunyah, berbicara, dingin, angin, atau tersentuh (allodynia!)
Etiologi :
• Akibat kimpresi dari nervus trigeminus.
• Demielinisasi pada n. trigeminus.
Untuk menegakkan diagnosis neuralgia trigeminal, IHS (International Headache Society) tahun 2005
menetapkan kriteria diagnostik untuk neuralgia trigeminal sebagai berikut:
1. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama beberapa detik sampai 2 menit, mengenai
satu atau lebih daerah persarafan cabang saraf trigeminal.
2. Nyeri harus memenuhi satu dari dua kriteria berikut: a. Intensitas tinggi, tajam, terasa di
permukaan, atau seperti ditusuktusuk. b. Berawal dari trigger zone atau karena sentuhan
pemicu.
3. Pola serangan sama terus.
4. Tidak ada defisit neurologis.
5. Tidak ada penyakit terkait lain yang dapat ditemukan.
Neuralgia trigeminal hendaknya memenuhi seluruh tersebut; minimal kriteria 1, 2, dan 3
Tatalaksana
Pemeriksaan lanjutan berupa CT-scan dan MRI untuk eksklusi cerebello-pontine angle.
Carbamazepine : 200-1200 mg/hari yang secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit
hilang atau mulai timbul efek samping,selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara
bertahap.
Anti kejang lainya seperti phenytoin, oxcarbazepine, lamotigrine.
Block saraf
Trigeminal ganglion block
Decompresi microvascular
Radiofrekuensi thermocoagulation
No. 11
Pasien datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu, penurunan kesadaran
dirasa tiba-tiba, keluhan muntah dan nyeri kepala berat (+) pasien merasakan nyeri kepala hebat bahkan
hingga tidak dapat bergerak sebelum pasien penurunan kesadarahan, saat diperiksa motorik pasien gerak
tangan menjauhi lokasi nyeri, suara terderngar mengerang dan mata hanya membuka saat ada
rangsangan nyeri, menurut penilaian GCS berapa kah GCS pasien tersebut
A. E4V5M3
B. E2V2M4
C. E2V2M5
D. E3V2M2
E. E2V1M4
No. 11
Pasien datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu, penurunan kesadaran
dirasa tiba-tiba, keluhan muntah dan nyeri kepala berat (+) pasien merasakan nyeri kepala hebat bahkan
hingga tidak dapat bergerak sebelum pasien penurunan kesadarahan, saat diperiksa motorik pasien gerak
tangan menjauhi lokasi nyeri, suara terderngar mengerang dan mata hanya membuka saat ada
rangsangan nyeri, menurut penilaian GCS berapa kah GCS pasien tersebut
A. E4V5M3
B. E2V2M4
C. E2V2M5
D. E3V2M2
E. E2V1M4
Glasglow Coma Scale
No. 12
Pasien ke poliknik dengan keluhan kejang, pasien kejang awalnya pada tangan kanan lalu menyebar
keseluruh tubuh, kejang tidak didahului oleh demam dan tidak ada provokasi yang lain, selama kejang
terjadi kurang lebih 5 menit dan keluarga mengaku kemarin pasien sempat kejang juga seperti ini tanpa
sebab yang jelas, oleh dokter, pasien disarankan melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan
diagnosis, apakah pemeriksaan penunjang definitive untuk pasien tersebut
A. CT Scan Kontras
B. Elektromyoneurography
C. MRI
D. CT Scan Non Kontras

E. Elektroenchepalongraphy
No. 12
Pasien ke poliknik dengan keluhan kejang, pasien kejang awalnya pada tangan kanan lalu menyebar
keseluruh tubuh, kejang tidak didahului oleh demam dan tidak ada provokasi yang lain, selama kejang
terjadi kurang lebih 5 menit dan keluarga mengaku kemarin pasien sempat kejang juga seperti ini tanpa
sebab yang jelas, oleh dokter, pasien disarankan melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan
diagnosis, apakah pemeriksaan penunjang definitive untuk pasien tersebut
A. CT Scan Kontras
B. Elektromyoneurography
C. MRI
D. CT Scan Non Kontras

E. Elektroenchepalongraphy
Epilepsi
Didefinisikan adanya kejang berulang tanpa provokasi dengan interval lebih dari 24 jam tanpa
penyebab yang jelas

Jenis kejang pada epilepsy dibagi menjadi 2 kategori besar yaitu :


1. Kejang umum (melibatkan 2 hemisfer)
2. Kejang Parsial (melibatkan 1 hemisfer)

Jenis Kejang Parsial Karakteristik

Kejang parsial sederhana Merupakan kejang fokal tanpa


disertai gangguan kesadaran.
Kejang parsial kompleks. Merupakan kejang fokal disertai
hilang atau perubahan kesadaran
Kejang
Kejang parsial menjadi umum Ditandai dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum.
Diagnosis
Untuk gold standart diagnosis, Epilepsi menggunakan EEG dimana didapatkan spike and wave
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pencitraan pilihan untuk mendeteksi kelainan yang
mendasari epilepsi.
Obat antiepilepsi
STOP OAE
• Setelah minimal 2 tahun
bebas bangkitan dan
gambaran EEG normal.
• Harus dilakukan bertahap :
25% dari dosis semula setiap
bulan dalam jangka waktu 3-6
bulan.
• Apabila >1 OAE dimulai dari 1
OAE yang bukan utama

Kejang Absans -> Exthoxusimide


Efek samping obat OAE
• Asam valproat Penambahan berat badan, kegagalan
hepar, teratogenik
• Fenitoin Hipertrofi gingiva, gangguan metabolism vit
B12
• Fenobarbital Gangguan Kognitif Karbamazepin
Leukopenia, agranulositosis, SSJ
No. 13
Pasien datang dengan keluhan kejang berulang selama >24 jam tanpa sebab, kejang nampak
hanya berdiam diri saat melakukan kegiatan secara tiba-tiba hingga air liur mentes tetapi
hanya dala beberapa detik saja lalu pasien tersadar, pasien sudah dilakukan pemeriksaan
penunjang dan di diagnosis sebagai epilepsi, pada pasien tersebut, apakah terapi yang tepat
untuk pasien
A. Asam Valproat
B. Fenobarbital
C. Fenitoin
D. Karbamazepine
E. Ethosuximide
No. 13
Pasien datang dengan keluhan kejang berulang selama >24 jam tanpa sebab, kejang nampak
hanya berdiam diri saat melakukan kegiatan secara tiba-tiba hingga air liur mentes tetapi
hanya dala beberapa detik saja lalu pasien tersadar, pasien sudah dilakukan pemeriksaan
penunjang dan di diagnosis sebagai epilepsi, pada pasien tersebut, apakah terapi yang tepat
untuk pasien
A. Asam Valproat
B. Fenobarbital
C. Fenitoin
D. Karbamazepine
E. Ethosuximide
No. 14
Pasien laki-laki berumur 35 tahun datang dengan keluhan mulut mencong ke arah kiri sejak 4 jam yang
lalu, pasien merasakan hal itu awalnya kebas dan lama-kelamaan mulut nampak mencong ke kiri, pasien
mengaku saat tidur sering menggunakan AC yang dingin dan menghadap ke tubuh pasien, pasien merasa
ada suara peluit pada telinga kiri juga dan air liur nampak tidak terkendali. pada pemeriksaan fisik
didpatkan TTV dalam batas normal, pada pemeriksaan neurologis didapatkan pasien tidak dapat
mengangkat alis sebelah kiri dan tersenyum, apakah terapi yang tepat pada pasien tersebut
A. Prednison 1 mg/kgbb
B. Gabapentin 1x300 mg
C. IVIG
D. Methylprednisolone 0.02mg/kgbb
E. Ceftiaxone 1 gram/12 jam
No. 14
Pasien laki-laki berumur 35 tahun datang dengan keluhan mulut mencong ke arah kiri sejak 4 jam yang
lalu, pasien merasakan hal itu awalnya kebas dan lama-kelamaan mulut nampak mencong ke kiri, pasien
mengaku saat tidur sering menggunakan AC yang dingin dan menghadap ke tubuh pasien, pasien merasa
ada suara peluit pada telinga kiri juga dan air liur nampak tidak terkendali. pada pemeriksaan fisik
didpatkan TTV dalam batas normal, pada pemeriksaan neurologis didapatkan pasien tidak dapat
mengangkat alis sebelah kiri dan tersenyum, apakah terapi yang tepat pada pasien tersebut
A. Prednison 1 mg/kgbb
B. Gabapentin 1x300 mg
C. IVIG
D. Methylprednisolone 0.02mg/kgbb
E. Ceftiaxone 1 gram/12 jam
Bell’s Palsy
Suatu kelainan neurologis pada nervus VII perifer yang Akut, unilateral, dengan onset <48 jam

Gejala dan Tanda Pemeriksaan Fisik


1. Merot atau kelumpuhan muskulus facialis. 1. Saat pemeriksaan terdapat distorsi pada wajah
2. Tidak mampu menutup mata berupa merot.
3. Nyeri tajam di telinga dan mastoid 2. Hilangnya lipatan/kerutan pada dahi.
4. Hiperakusis 3. Peningkatan salivasi
5. Gangguan pengecapan 4. Gangguan pengecapan
5. Lagoftalmus
Tatalaksana
● Steroid : Prednison 1mg/kgbb atau 60 mg/hari selama 6 hari dan turun bertahap dengan total
selama 10 hari
● Antivirus : Asiklovir dosis 400 mg 5x sehari selama 10 hari, jika kondisi di curigai adanya
varicella zoster dapat diberikan dosis 800 mg 5x / hari
● Lubrikasi topical pada mata (artifisial tears)
No. 15
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada punggung karena terjatuh dari motor sejak 10 jam yang
lalu, pasien terjatuh dengan posisi punggung terlebih dahulu, pasien merasa lemah pada kaki dan tangan,
serta merasa kebas di dua sisi ektremitas tersebut, pada pemeriksaan fisik didapatkan Tanda vital dalam
batas normal, A-B-C-D-E clear tetapi ditemukan jejas pada punggung, pada pemeriksaan neurologis
motorik 2/4/3/4 dan pada sensoris ditemukan ekstremitas atas lebih kebas dari pada bawah, apakah
diagnosis yang tepat pada pasien?
A. Posterior Cord Syndrome
B. Anterior cord syndrome
C. Central cord syndrome
D. Brown sequard syndrome
E. Tranversal lesion of MS
No. 15
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada punggung karena terjatuh dari motor sejak 10 jam yang
lalu, pasien terjatuh dengan posisi punggung terlebih dahulu, pasien merasa lemah pada kaki dan tangan,
serta merasa kebas di dua sisi ektremitas tersebut, pada pemeriksaan fisik didapatkan Tanda vital dalam
batas normal, A-B-C-D-E clear tetapi ditemukan jejas pada punggung, pada pemeriksaan neurologis
motorik 2/4/3/4 dan pada sensoris ditemukan ekstremitas atas lebih kebas dari pada bawah, apakah
diagnosis yang tepat pada pasien?
A. Posterior Cord Syndrome
B. Anterior cord syndrome
C. Central cord syndrome
D. Brown sequard syndrome
E. Tranversal lesion of MS
Trauma Medulla Spinalis
“Anter pacar pake Motor, di Sensor polisi dari
belakang (Posterior)”
Kornu ANTERior : MOTORik
Kornu POSTERIOR : SENSORi
Deskirpsi Lesi
Jenis Lesi Deskripsi Lesi Tips

Lesi transversal medulla Lesi motorik, sensorik, dan


spinalis propioseptif pada kanan dan
kiri.
Central Cord Lesion. Kelainan sensoris dan motorik ATAS lebih BURUK
extremitas atas lebih buruk dari
yang bawah
Brown-Sequard Syndrome Lesi motorik dan propioseptif Motorik+Propioseptif
IPSILATERAL, nyeri dan suhu BERLAWANAN Exteroseptif
KONTRALATERAL
Anterior Cord Syndrome Satu- Lesi ipsilateral dan SELAMAT adalah
satunya yang kontralateral pada motorik, PROPIOSEPTIF
sensorik dan suhu
Posterior Cord Syndrome Kerusakan pada propioseptif, Yang RUSAK adalah
vibrasi dan diskriminasi 2 titik PROPIOSEPTIF
ipsi dan kontralateral Satu-
satunya
Tatalaksana
Tatalaksana di IGD
● Stabilisasi ABCDE
● Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat)
● Pemberian kortikosteroid :
Diagnosis ditegakkan < 8 jam paska trauma -> metilprednisolon 30 mg/kgBB bolus IV selama 15
menit. Tunggu 45 menit. Dilanjutkan infus MP 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
No. 16
Pasien usia 15 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada punggung setelah kecelakaan motor 3 jam
yang lalu, pasien nampak merasakan kebas pada kaki dan tangan serta merasa lumpuh pada kedua
ekstremitas, pemeriksaan fisik didapatkan adanya jejas pada punggung, pada pemeriksaan TTV dalam
batas normal dan pada pemeriksan neurologis pada kaki dan tangan motorik 1/1/1/1 dan pada sensoris
masih baik pada seluruh ekstremitas, diagnosis menurut ASIA dan apakah tatalaksana yang tepat pada
pasien tersebut
A. ASIA C, Methylprednisolone
B. ASIA A, Tramadol
C. ASIA B, Gabapentin
D. ASIA C, Prednisone
E. ASIA E, Mecobalamin
No. 16
Pasien usia 15 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada punggung setelah kecelakaan motor 3 jam
yang lalu, pasien nampak merasakan kebas pada kaki dan tangan serta merasa lumpuh pada kedua
ekstremitas, pemeriksaan fisik didapatkan adanya jejas pada punggung, pada pemeriksaan TTV dalam
batas normal dan pada pemeriksan neurologis pada kaki dan tangan motorik 1/1/1/1 dan pada sensoris
masih baik pada seluruh ekstremitas, diagnosis menurut ASIA dan apakah tatalaksana yang tepat pada
pasien tersebut
A. ASIA C, Methylprednisolone
B. ASIA A, Tramadol
C. ASIA B, Gabapentin
D. ASIA C, Prednisone
E. ASIA E, Mecobalamin
ASIA SCORE
Grade Gangguan Medula Spinalis

A Motorik 0, sensorik terganggu


hingga S4-S5
B Motorik 0, fungsi sensoris baik

C Motorik 1-2, fungsi sensoris baik

D Motorik 3-4, fungsi sensoris baik

E Motorik 5, fungsi sensoris baik

A= Absent
E= Excellent
No. 17
Pasien berusia 70 tahun datang ke poliklinik, dengan keluhan tremor pada tangan saat istirhat, pasien
juga merasa siku kaku dan pergerakan melambat, pasien juga merasa tidak stabil saat berjalan atau
berdiri, pasien tidak pernah meminum obat-obatan, tetapi pasien juga pernah menderita stroke 30 tahun
yg lalu, pada pemeriksaan fisik didapatkan chogwell phenomenon, resting tremor dan retropulsion test
skoring 4, apakah diagnosis pada pasien tersebut
A. Parkisonism
B. Guillain barre Syndrome
C. Demensia Vaskular
D. Parkison disease
E. Friedreich Ataxia
No. 17
Pasien berusia 70 tahun datang ke poliklinik, dengan keluhan tremor pada tangan saat istirhat, pasien
juga merasa siku kaku dan pergerakan melambat, pasien juga merasa tidak stabil saat berjalan atau
berdiri, pasien tidak pernah meminum obat-obatan, tetapi pasien juga pernah menderita stroke 30 tahun
yg lalu, pada pemeriksaan fisik didapatkan chogwell phenomenon, resting tremor dan retropulsion test
skoring 4, apakah diagnosis pada pasien tersebut
A. Parkisonism
B. Guillain barre Syndrome
C. Demensia Vaskular
D. Parkison disease
E. Friedreich Ataxia
Parkison
Parkinsonism Parkinson disease
Gejala utama berupa TRAP Gejala parkinsonism (TRAP)
• Tremor (resting tremor) dibuktikan dengan
• Rigiditas (cogwheel degenerasi ganglia basalis
rigidity) dan hasil PA ditemukan Lewy
• Akinesia / bradikinesia Body
• Postural Instability
Disebabkan oleh penyebab
lain seperti obat antipsikotik,
anti muntah
(metoclorpramide), riwayat
stroke
Tatalaksana
No. 18
Pasien bersuia 98 tahun datang dengan keluhan tremor, tremor hanya muncul saat istirahat,
pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Rigidity, Bradikinesia, dan postural instability,
dokter mendiagnosis pasien tersebut dan memebrikan obat pada pasien, apakah obat yang
tepat untuk pasien
A. Carbidopa
B. Rivagtismine
C. Methylprednisolone
D. L-Dopa
E. Entacapone
No. 18
Pasien bersuia 98 tahun datang dengan keluhan tremor, tremor hanya muncul saat istirahat,
pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Rigidity, Bradikinesia, dan postural instability,
dokter mendiagnosis pasien tersebut dan memebrikan obat pada pasien, apakah obat yang
tepat untuk pasien
A. Carbidopa
B. Rivagtismine
C. Methylprednisolone
D. L-Dopa
E. Entacapone
No. 19
Pasien berusia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala, nyeri kepala dirasakan sejak 6 bulan yang lalu
dan terus menerus dan beberapa hari terakhir semakin nyeri, pasien juga mengeluhkan adanya pandangan
kabur dan ketidak seimbangan dalam berjalan, pasien juga mengeluhkan penurunan BB dan mual muntah,
pada pemeriksaan fisik ditemukan, GCS E4-V5-M6 Tekanan darah 150/80, N 120xmenit, RR 23x/menit. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan postural instability dan diplopia, Dokter menyarankan untuk
pemeriksaan CT Scan Kontras, didapatkan hasil adanya gambaran lesi irreguler, hipodense pada inti lesi dan
nampak kalsifikasi, nampak adanya edema cerebri. Untuk mengurangi tekanan intrakranial pasien, terapi
apakah yang tepat untuk pasien
A. Methylprednisolone
B. Mannitol
C. Furosemide
D. Spirnolactone
No. 19
Pasien berusia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala, nyeri kepala dirasakan sejak 6 bulan yang lalu
dan terus menerus dan beberapa hari terakhir semakin nyeri, pasien juga mengeluhkan adanya pandangan
kabur dan ketidak seimbangan dalam berjalan, pasien juga mengeluhkan penurunan BB dan mual muntah,
pada pemeriksaan fisik ditemukan, GCS E4-V5-M6 Tekanan darah 150/80, N 120xmenit, RR 23x/menit. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan postural instability dan diplopia, Dokter menyarankan untuk
pemeriksaan CT Scan Kontras, didapatkan hasil adanya gambaran lesi irreguler, hipodense pada inti lesi dan
nampak kalsifikasi, nampak adanya edema cerebri. Untuk mengurangi tekanan intrakranial pasien, terapi
apakah yang tepat untuk pasien
A. Methylprednisolone
B. Mannitol
C. Furosemide
D. Spirnolactone
Edema Cerebri
Edema vasogenic : terjadi celah BBB yang diakibatkan oleh infeksi atau keganasan (meningtis, tumor
otak) yang menyebabkan kerusakan sel neuron

Terapi : memperbaiki barier otak


Menggunakan Steroid
No. 20
Pasien berumur 35 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2 minggu yang lalu, demam terus menerus,
demam disertai nyeri kepala yang memberat dan muntah (+) tetapi tidak menyemprot, pasien merasakan
leher terasa kaku, pada peemriksaan fisik didapatkan tanda vital T: 38.9, N: 109x/menit, TD 130/80 mmhg,
pada pemeriksaan khusus, Kaku kuduk (+) Kernig sign (+) Brudzinski sign (+). Dokter menyarankan untuk
pungsi lumbal, dan didapatkan warna LCS Kuning keruh, Leukosit meningkat dominasi PMN dengan protein
meningkat. Apakah diagnosis yang paling mungjkin pada pasien diatas
A. Meningitis Tuberkulosis
B. Meningitis Viral
C. Meningitis Bacterial
D. Meningitis Kriptokokus
E. Abses Cerebri
No. 20
Pasien berumur 35 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2 minggu yang lalu, demam terus menerus,
demam disertai nyeri kepala yang memberat dan muntah (+) tetapi tidak menyemprot, pasien merasakan
leher terasa kaku, pada peemriksaan fisik didapatkan tanda vital T: 38.9, N: 109x/menit, TD 130/80 mmhg,
pada pemeriksaan khusus, Kaku kuduk (+) Kernig sign (+) Brudzinski sign (+). Dokter menyarankan untuk
pungsi lumbal, dan didapatkan warna LCS Kuning keruh, Leukosit meningkat dominasi PMN dengan protein
meningkat. Apakah diagnosis yang paling mungjkin pada pasien diatas
A. Meningitis Tuberkulosis
B. Meningitis Viral
C. Meningitis Bacterial
D. Meningitis Kriptokokus
E. Abses Cerebri
Meningitis
Inflamasi pada meninges yang disebabkan oleh infeksi bakter, jamur dan virus
• Tidak ada deficit neurologis
• TRIAS: demam, nyeri kepala, kaku kuduk (tanda rangsangmeningeal (+)), dapat terjadi kejang.

Pemeriksaan neurologi khusus :


1. Kaku kuduk
2. Burzdinzki sign 1-4
3. Kernig sign
Pemeriksaan Meningitis
● Gold standart untuk pemeriksaan meningitis adalah pemeriksaan LCS, interpretasi pemeriksaan
LCS antara lain :

PMN meningkat pada bakterial (neutrophil, basophil dan eosinophil) ,


xantochrome hanya pada TB)
Etiologi dan Terapi
No. 21
Pasien berusia 30 tahun datang dengan keluhan gelisah dan nyeri pada luka di tangan, keluarga pasien
mengaku telah digigit anjing liar 3 hari yang lalu, pasien tidak langsung dibawa ke IGD karena dirasa baik-baik
saja, gelisah dan nyeri disertai demam dan mual muntah, pada pemeriksaan fisik GCS E4V5M6, TD 140/90,
RR 24x/menit, T 39.0, SpO2 99%, pemeriksaan fisik yang didapatkan Vulnus morsum dengan jaringan dernis
di ekstremitas atas kiri, pemeriksaan neurologis didapatkan adanya Hiperlakrimasi, hipersalivasi, pupil
dilatasi dan pasien mengalami takut terhadap air. Pasien diatas sedang mengalami stadium
A. Prodormal
B. Sensorik
C. Paralisis
D. Konvalesen
E. Ekstitasi
No. 21
Pasien berusia 30 tahun datang dengan keluhan gelisah dan nyeri pada luka di tangan, keluarga pasien
mengaku telah digigit anjing liar 3 hari yang lalu, pasien tidak langsung dibawa ke IGD karena dirasa baik-baik
saja, gelisah dan nyeri disertai demam dan mual muntah, pada pemeriksaan fisik GCS E4V5M6, TD 140/90,
RR 24x/menit, T 39.0, SpO2 99%, pemeriksaan fisik yang didapatkan Vulnus morsum dengan jaringan dernis
di ekstremitas atas kiri, pemeriksaan neurologis didapatkan adanya Hiperlakrimasi, hipersalivasi, pupil
dilatasi dan pasien mengalami takut terhadap air. Pasien diatas sedang mengalami stadium
A. Prodormal
B. Sensorik
C. Paralisis
D. Konvalesen
E. Ekstitasi
RABIES
Ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kelelawar, kucing, serigala)
• Inkubasi virus : 2 minggu-2 tahun (umumnya 3-8 minggu)
• Mortalitas mencapai 100% apabila virus telah menginfeksi SSP -> Pencegahan penting dilakukan
Stadium
Stadium Prodormal
● Demam
● Malaise
● Mual
Stadium Sensoris
● Nyeri, merasa panas di bekas gigitan
● Gejala cemas
● Reaksi berlebihan thd rangsang sensoris
Stadium Eksitasi
● Tonus otot dan aktivitas simpatis meningkat
● Hiperhidrosis
● Hipersalivasi
● Hiperlakrimasi
● Pupil dilatasi
● Gangguan otot faring dan pernapasan
Stadium Paralisis
Algortima Rabies
Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa, leher, kepala), luka
pada jari tangan, kaki, genitalia, luka lebar/dalam dan luka yang banyak multiple wound)
Tatalaksana
● Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5- 10 menit kemudian
dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40-
70%.
● Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/
kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak-banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Bila
serum homolog (dari manusia) 20 IU/kgBB
● Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dikenal sebagai post-
exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan
dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau pemberian
VAR 0,5 ml pada hari 0 (2 dosis, 1 ml), 7, 21.
No. 22
Seorang wanita usia 21 tahun datang ke dokter karena kedua kelopak matanya sulit dibuka sejak 3 bulan
yang lalu. Mata tidak sembab atau kemerahan, keluhan bisa sembuh sendiri namun muncul kembali apabila
pasien kelelahan. Pasien sering merasakan lemas pada tungkai dan lengan saat sedang berolah raga atau
beraktifitas berat tetapi membaik bila ia beristirahat. Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak didapatkan
kelainan. Kemungkinan patogenesis terjadinya penyakit tersebut?
A. Ensefalitis virus
B. Antibodi terhadap reseptor nikotinik asetilkolin
C. Penurunan reseptor asetilkolin
D. Perubahan kalsium chanel pada celah presinaps
E. Blokade pada neuron motoric junction
No. 22
Seorang wanita usia 21 tahun datang ke dokter karena kedua kelopak matanya sulit dibuka sejak 3 bulan
yang lalu. Mata tidak sembab atau kemerahan, keluhan bisa sembuh sendiri namun muncul kembali apabila
pasien kelelahan. Pasien sering merasakan lemas pada tungkai dan lengan saat sedang berolah raga atau
beraktifitas berat tetapi membaik bila ia beristirahat. Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak didapatkan
kelainan. Kemungkinan patogenesis terjadinya penyakit tersebut?
A. Ensefalitis virus
B. Antibodi terhadap reseptor nikotinik asetilkolin
C. Penurunan reseptor asetilkolin
D. Perubahan kalsium chanel pada celah presinaps
E. Blokade pada neuron motoric junction
Mystenia Gravis
Kelemahan yang diakibatkan oleh gangguan transmisi sinyal pada neuromuscular junction ->
akibat autoantibodi IgG pada pada Ach Receptor
KHAS : Kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila
sedang beraktivitas
Tes Khusus Mystenia Gravis
Tes Wartenberg : Pasien memandang objek di atas bidang antara kedua bola mata selama > 30
detik. (+) : bila terjadi PTOSIS
Tes Tensilon : Pasien dengan MG akan mengalami perbaikan paska pemberian
edrophonium/tensilon IV.
Tes Neotigmin : Prostigmin 0,5-1,0 mg + 0,1 mg atropin sulfas IM/SC. Positif = gejala-gejala
menghilang dan tenaga membaik

Pemeriksaan penunjang
EMNG : RNS dan Singel fiber elektromyografi adalah alat diagnose paling sensitive
Tes Serologis : Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) -> paling spesifik, tapi tidak
100% sensitif
Untuk pasien MG Achr-Ab (-)/ seronegative Myasthenia Gravis (SNMG) -> tes antibodi AntiMuSK
(muscle specific tyrosine kinase) dapat (+)
Tatalaksana
Jenis tatalaksana Dekrispsi

Simptomatik Pyridostigmine : Dosis awal


pyiridostigmine pada orang dewasa berkisar
antara 30-60 mg tiap 4-8 jam.
Neostigmine : Jarang digunakan
IMUNOMODULATOR Kortikosteroid : kegagalan dengan
antikolinesterase inhibitor atau persiapan
timektomi. Dengan Prednison 1,5-2
mg/kgBB per hari.
• Azathioprine : bekerja dengan cara
menghambat ploriferasi sel T dimulai
dengan dosis 50 mg/ hari
Plasmapheresis dan IVIG

Thymektomi hindari dilakukan pada balit


No. 23
Pasien usia 34 tahun datang ke IGD dengan keluhan lumpuh pada kaki sejak 5 hari yang lalu,
kelumpuhan pada kaki awalnya hanya kebas dan tidak dapat merasa tetapi lama kelamaan
pasien tidak dapat menggerakan kaki, 2 minggu yang lalu pasien diare, pada pemeriksaan fisik
didapatkan TTV normal, refleks fisiologis (-) pada ekstremitas bawah, tonus otot (-), apakah
diagnosis pada pasien ini
A. GBS
B. Mystenia Gravis
C. Poliomyelitis
D. Tranverse myelitis

E. Traumatic neuritis
No. 23
Pasien usia 34 tahun datang ke IGD dengan keluhan lumpuh pada kaki sejak 5 hari yang lalu,
kelumpuhan pada kaki awalnya hanya kebas dan tidak dapat merasa tetapi lama kelamaan
pasien tidak dapat menggerakan kaki, 2 minggu yang lalu pasien diare, pada pemeriksaan fisik
didapatkan TTV normal, refleks fisiologis (-) pada ekstremitas bawah, tonus otot (-), apakah
diagnosis pada pasien ini
A. GBS
B. Mystenia Gravis
C. Poliomyelitis
D. Tranverse myelitis

E. Traumatic neuritis
Guilain Barre Syndrome
Klasifikasi/Tipe
Tatalaksana
No. 24
Seorang wanita usia 50 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan mata sukar membuka, terutama di sore hari.
Keluhan membaik di pagi hari setelah bangun tidur. Selain itu, pasien mengaku suara menjadi serak
terutama di sore hari. Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Pemeriksaan fisik kesadaran CM, TD
130/90 mmHg, HR 100x/m, RR 20x/m, dan suhu 370C. Pemeriksaan neurologis, ptosis (+) pada saat pasien
diminta melihat ke suatu titik selama 30 detik. Refleks patologis (-). Apa terapi yang tepat pada pasien?
A. Inj Dexamethasone 20 mg/KgBB
B. Citicolin 2x500 mg
C. Pregabalin 1x75 mg PO
D. Piridostigmine 4x60 mg PO
E. IVIG
No. 24
Seorang wanita usia 50 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan mata sukar membuka, terutama di sore hari.
Keluhan membaik di pagi hari setelah bangun tidur. Selain itu, pasien mengaku suara menjadi serak terutama
di sore hari. Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Pemeriksaan fisik kesadaran CM, TD 130/90
mmHg, HR 100x/m, RR 20x/m, dan suhu 370C. Pemeriksaan neurologis, ptosis (+) pada saat pasien diminta
melihat ke suatu titik selama 30 detik. Refleks patologis (-). Apa terapi yang tepat pada pasien?
A. Inj Dexamethasone 20 mg/KgBB
B. Citicolin 2x500 mg
C. Pregabalin 1x75 mg PO
D. Piridostigmine 4x60 mg PO
E. IVIG
No. 25
Pasien berusia 65 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 minggu yang lalu, nyeri terus
menerus dan dirasakan memberat saat membungkuk dan duduk terlalu lama, pasien juga 1 minggu yang lalu
terdapat riwayat trauma (+), pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD 160/90, N 101x/menit T 38.9, tes
lasegue (+) pada motorik didapatkan 4/5, apakah tanda redflag pada pasien, kecuali
A. Demam
B. Usia tua
C. Riwayat trauma
D. Hipertensi
E. Gangguan Neurologis
No. 25
Pasien berusia 65 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 minggu yang lalu, nyeri terus
menerus dan dirasakan memberat saat membungkuk dan duduk terlalu lama, pasien juga 1 minggu yang lalu
terdapat riwayat trauma (+), pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD 160/90, N 101x/menit T 38.9, tes
lasegue (+) pada motorik didapatkan 4/5, apakah tanda redflag pada pasien, kecuali
A. Demam
B. Usia tua
C. Riwayat trauma
D. Hipertensi
E. Gangguan Neurologis
Low Back Pain
Nyeri pada punggung bawah yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu kelainan pada tulang, sendi
tulang belakang, saraf hingga otot.
No. 26
Laki – laki 65 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan wajah mencong ke kanan setelah
bangun tidur 2 jam SMRS. Nyeri kepala dan muntah disangkal. Pasien sempat berbicara
pelo dan mengalami kelemahan tubuh sisi kiri disertai rasa kebas pada wajah dan badan
yang lemah. Riwayat trauma disangkal. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah
150/80 mmHg, denyut nadi 92x/m, laju napas 20x/m, suhu 37⁰C. GCS E4M5V6, tanda
rangsang meningeal (-). Motorik hemiparese sinistra, parese N. VII dan XII sinistra tipe
UMN. Visus dalam batas normal. Dimanakah letak lesi yang paling mungkin?
A. Arteri cerebellaris
B. Arteri cerebri media
C. Arteri cerebri anterior
D. Arteri vertebrobasilaris
E. Arteri cerebri posterior
B. Arteri Cerebri Media
Keyword:
- Laki – laki 65 tahun wajah mencong ke kanan, bicara pelo, kelemahan sisi kiri,
kebas, hipertensi
- Hemiparese sinistra, parese N. VII dan XII sinistra tipe UMN
- Tidak ada nyeri kepala dan muntah
- Visus normal

Diagnosis: Stroke akut


B. Arteri Cerebri Media SKDI 3B
Arteri Manifestasi Klinis
Arteri serebri anterior Defisit motorik kaki > tangan dan wajah, gangguan perilaku,
Defisit motorik wajah dan tangan > kaki, afasia, gangguan sensorik, hemineglect,
Arteri serebri media
hemianopsia
Arteri serebri posterior Hemianopia homonim
Arteri lentikukostriata Hemiparesis kaki = tangan = wajah murni, tidak ada gangguan afasia
Arteri vertebrobasilar Vertigo, disatria, diplopia, nistagmus, ataksia, dll

Referensi: Blumenfeld H. Neuroanatomy through Clinical Cases (2010)


B. Arteri Cerebri Media
Jawaban lain:
A. Arteri cerebellaris 🡪 gangguan keseimbangan

C. Arteri cerebri anterior 🡪 defisit motorik kaki harusnya lebih berat


D. Arteri vertebrobasilaris 🡪 pada pasien penglihatan tidak terganggu, tidak ada
keterangan terkait gangguan nervus kranialis yang luas
E. Arteri cerebri posterior 🡪 pada pasien penglihatan baik
No. 2
Seorang pasien pria 61 tahun dilarikan ke IGD karena kesadarannya terus menurun sejak 1
jam lalu. Keluarga yang mengantar mengatakan pasien sempat mual, muntah cukup
banyak, mengeluh sakit kepala, serta bicaranya pelo dan mulutnya mencong. Pasien
diketahui punya DM dan hipertensi yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan ditemukan
GCS E2V2M4, tekanan darah 190/130 mmHg, nafas 23x/menit, nadi 90x, suhu 37.
Ditemukan ada lateralisasi kanan pada pemeriksaan neurologis. Tatalaksana paling awal
yang diberikan adalah…
A. Infus cairan hiperosmoler
B. Infus cairan hipoosmoler
C. Elevasi kepala 30 derajat
D. Pemasangan O2
E. Infus manitol
D. Pemasangan O2
Keyword:
- Laki – laki 61 tahun, penurunan kesadaran dalam 1 jam 🡪 penurunan kesadaran
onset akut = pikirkan stroke until proven otherwise
- Mual, muntah, sakit kepala 🡪 peningkatan TIK
- Bicara pelo, mulut mencong 🡪 deficit neurologis fokal khas pada stroke
- Riwayat DM HT tidak terkontrol 🡪 faktor risiko stroke
- GCS E2V2M4 🡪 mengkonfirmasi penurunan kesadaran
- Hipertensi 🡪 dapat berakibat stroke hemoragik
- Lateralisasi kanan 🡪 deficit fokal

Diagnosis: peningkatan TIK e.c. stroke hemoragik


STROKE HEMORAGIK
● Etiologi: pecah pembuluh darah
● Patofisiologi: hipertensi → mikroaneurisma Charcot-
Bouchard → pecah pada TD tinggi mendadak
● Faktor risiko:
○ Modifiable: hipertensi, DM, merokok, obesitas, dislipidemia
○ Unmodifiable: usia, jenis kelamin, etnis
● Gejala:
○ Peningkatan TIK (muntah menyemprot, nyeri kepala,
papiledema)
○ Penurunan kesadaran
○ Defisit neurologis fokal

Stroke hemoragik: UMUMNYA disertai penurunan kesadaran


dan tanda peningkatan TIK (muntah, nyeri kepala)

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
PENATALAKSANAAN UMUM SKDI 3B

Stabilisasi Airway-Breathing • Pemberian oksigen, intubasi, bila diindikasikan

Stabilisasi Hemodinamik • Pemberian cairan kristaloid/koloid IV, apabila TD rendah, berikan vasopresor

• Kepala diposisikan lebih tinggi 20-30 derajat


Pengendalian TIK • Pemberian manitol 0,25-0,5 g/kgBB selama >20 menit

• Jika kejang, berikan diazepam IV bolus lambat 5-20 mg


Pengendalian Kejang • Diikuti fenitoin bolus 15-20 mg/kg, kecepatan maksimum 50 mg/menit

• Apabila febris, berikan antipiretik (asetaminofen)


Pengendalian Suhu Tubuh • Mengenali kemungkinan infeksi dan tata laksana sesuai panduan

• Berikan cairan isotonis (NaCL 0,9%, RL, RA)


Tatalaksana Cairan • Hindari cairan mengandung glukosa kecuali hipoglikemia

• Kebutuhan kalori fase akut 25-30 kkal/kgBB


Nutrisi • Utamakan pemberian nutrisi enteral; apabila tidak sadar, dapat diberikan melalui NGT

• Tangani sesuai panduan medis yang berlaku


Tatalaksana Umum Lain • Pencegahan komplikasi sedari awal (dekubitus, aspirasi, malnutrisi, infeksi, DVT)

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
PENATALAKSANAAN SPESIFIK SKDI 3B
Stroke iskemik Stroke hemoragik
● Trombolisis → rtPA (alteplase) 0,6-0,9 mg/kg ● Pengendalian tekanan darah
○ Pemberian <4,5 jam onset stroke ○ Target TD sistolik <140 mmHg
● Trombektomi mekanikal ○ Terapi: nikardipin, labetalol
○ Onset <6 jam serta memenuhi kriteria ● Koreksi koagulopati
● Antikoagulan → warfarin, NOAC ○ Koreksi dengan transfusi faktor/trombosit
○ Pada etiologi kardioemboli ● Tata laksana bedah
● Antiplatelet → aspirin 325 mg, klopidogrel 75 mg ○ Dekompresi/evakuasi hematom sesuai indikasi
○ Pada etiologi trombotik ○ Pemasangan VP shunt sesuai indikasi

Perdarahan subaraknoid
● Manajemen hipertensi
○ Target TD sistolik <160 mmHg
○ Terapi: labetalol, nikardipin, dll
● Pencegahan vasospasme
○ Nimodipin 6 x 60 mg
● Pencegahan rebleeding
○ Neurointervensi → coiling aneurisma
○ Pembedahan → clipping aneurisma

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
D. Pemasangan O2
Jawaban lain:
A. Infus cairan hiperosmoler 🡪 penurunan peningkatan TIK memang bisa
menggunakan ini, namun ini bukan tatalaksana paling awal. Pasien juga harus di
CT scan dulu
B. Infus cairan hipoosmoler 🡪 berbahaya!
C. Elevasi kepala 30 derajat 🡪 setelah stabilisasi ABC
D. Pemasangan O2
E. Infus mannitol 🡪 seperti penjelasan poin A
No. 3
Tn. A, 65 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kebas di tubuh kiri dan pelo sejak bangun
tidur 4 jam yang lalu. Kelemahan anggota gerak disangkal. Pasien memiliki riwayat
merokok dan minum alkohol. Pemeriksaan fisik menunjukkan GCS 456, TD 160/100 mmHg,
Nadi 92 x/m, RR 20x/m, Suhu 36⁰C, pemeriksaan neurologis menunjukkan gangguan
sensoris di tubuh bagian kiri. Setelah dirawat inap 6 hari, keluhan pasien menghilang.
Apakah diagnosis pasien?

A. RIND
B. Stroke iskemik
C. TIA
D. Prolonged RIND
E. Stroke in evolution
D. Prolonged RIND
Keyword:
- Laki – laki 65 tahun wajah mencong ke kanan, bicara pelo, kelemahan sisi kiri,
kebas, hipertensi
- Hemiparese sinistra, parese N. VII dan XII sinistra tipe UMN
- Tidak ada nyeri kepala dan muntah
- Visus normal

Diagnosis: Stroke akut


D. Prolonged RIND SKDI 3B

Stroke: kelainan neurologis fokal maupun


global selama >24 jam karena masalah
serebrovaskular

Transient Ischemic Attack (TIA): defisit


neurologis akut, reversibel dalam 24 jam
akibat iskemia fokal otak, medula
spinalis, atau retina tanpa adanya infark
akut

Reversible Ischemic Neurological Deficit


(RIND): defisit neurologis fokal, akut, dan
reversibel dalam jangka waktu 1 hari - 3
minggu

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016)


D. Prolonged RIND
Jawaban lain:
A. RIND 🡪 < 72 jam sembuh
B. Stroke iskemik 🡪 harusnya ada CT scan yang mengatakan ada lesi iskemik
C. TIA 🡪 sembuh < 24 jam namun seringkali lebih singkat dari ituProlonged RIND
E. Stroke in evolution 🡪 harusnya ada progresivitas gejala dan belum sembuh total
No. 4
Pasien laki-laki 65 tahun dilarikan ke IGD karena kesadarannya makin menurun dalam 2
jam. Pasien sempat mual muntah dan sakit kepala. GCS E3M4V5, tekanan darah 200/120
mmHg, nafas 20x, nadi 75x. Tatalaksana yang harus segera paling awal dikerjakan adalah…
A. Infus mannitol
B. Infus cairan hipoosmoler
C. Pemasangan nasal canule O2
D. Elevasi kepala 20-30 derajat
E. Resusitasi cairan
C. Pemasangan nasal canule O2
Keyword:
- Laki – laki 65 tahun, penurunan kesadaran sejak 2 jam 🡪 deficit neurologis onset
mendadak, pada usia tersebut selalu pikirkan stroke
- Mual muntah sakit kepala 🡪 peningkatan TIK, bisa karena perdarahan intracranial
- GCS E3M4V5 🡪 penurunan kesadaran
- Hipertensi 🡪 risiko stroke hemoragik

Diagnosis: peningkatan TIK e.c. stroke hemoragik


STROKE HEMORAGIK
● Etiologi: pecah pembuluh darah
● Patofisiologi: hipertensi → mikroaneurisma Charcot-
Bouchard → pecah pada TD tinggi mendadak
● Faktor risiko:
○ Modifiable: hipertensi, DM, merokok, obesitas, dislipidemia
○ Unmodifiable: usia, jenis kelamin, etnis
● Gejala:
○ Peningkatan TIK (muntah menyemprot, nyeri kepala,
papiledema)
○ Penurunan kesadaran
○ Defisit neurologis fokal

Stroke hemoragik: UMUMNYA disertai penurunan kesadaran


dan tanda peningkatan TIK (muntah, nyeri kepala)

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
PENATALAKSANAAN UMUM SKDI 3B

Stabilisasi Airway-Breathing • Pemberian oksigen, intubasi, bila diindikasikan

Stabilisasi Hemodinamik • Pemberian cairan kristaloid/koloid IV, apabila TD rendah, berikan vasopresor

• Kepala diposisikan lebih tinggi 20-30 derajat


Pengendalian TIK • Pemberian manitol 0,25-0,5 g/kgBB selama >20 menit

• Jika kejang, berikan diazepam IV bolus lambat 5-20 mg


Pengendalian Kejang • Diikuti fenitoin bolus 15-20 mg/kg, kecepatan maksimum 50 mg/menit

• Apabila febris, berikan antipiretik (asetaminofen)


Pengendalian Suhu Tubuh • Mengenali kemungkinan infeksi dan tata laksana sesuai panduan

• Berikan cairan isotonis (NaCL 0,9%, RL, RA)


Tatalaksana Cairan • Hindari cairan mengandung glukosa kecuali hipoglikemia

• Kebutuhan kalori fase akut 25-30 kkal/kgBB


Nutrisi • Utamakan pemberian nutrisi enteral; apabila tidak sadar, dapat diberikan melalui NGT

• Tangani sesuai panduan medis yang berlaku


Tatalaksana Umum Lain • Pencegahan komplikasi sedari awal (dekubitus, aspirasi, malnutrisi, infeksi, DVT)

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
PENINGKATAN TIK
Doktrin Monro-Kellie CPP = MAP - ICP

Herniasi Otak

Referensi: Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)


PENATALAKSANAAN SPESIFIK SKDI 3B
Stroke iskemik Stroke hemoragik
● Trombolisis → rtPA (alteplase) 0,6-0,9 mg/kg ● Pengendalian tekanan darah
○ Pemberian <4,5 jam onset stroke ○ Target TD sistolik <140 mmHg
● Trombektomi mekanikal ○ Terapi: nikardipin, labetalol
○ Onset <6 jam serta memenuhi kriteria ● Koreksi koagulopati
● Antikoagulan → warfarin, NOAC ○ Koreksi dengan transfusi faktor/trombosit
○ Pada etiologi kardioemboli ● Tata laksana bedah
● Antiplatelet → aspirin 325 mg, klopidogrel 75 mg ○ Dekompresi/evakuasi hematom sesuai indikasi
○ Pada etiologi trombotik ○ Pemasangan VP shunt sesuai indikasi

Perdarahan subaraknoid
● Manajemen hipertensi
○ Target TD sistolik <160 mmHg
○ Terapi: labetalol, nikardipin, dll
● Pencegahan vasospasme
○ Nimodipin 6 x 60 mg
● Pencegahan rebleeding
○ Neurointervensi → coiling aneurisma
○ Pembedahan → clipping aneurisma

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
C. Pemasangan nasal canule O2
Jawaban lain:
A. Infus mannitol 🡪 CT scan dulu untuk konfirmasi stroke hemoragik
B. Infus cairan hipoosmoler 🡪 bahaya
C. Pemasangan nasal canule O2
D. Elevasi kepala 20-30 derajat 🡪 setelah stabilisasi ABC
E. Resusitasi cairan 🡪 sepertinya tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan C dilakukan
setelah B
No. 5
Pasien perempuan 40 tahun dibawa ke IGD dalam keadaan tak sadar setelah mobilnya
mengalami tabrakan 1 jam lalu. Tekanan darah 90/75 mmHg, nadi 90x, napas 20x, suhu
36,7 derajat, dan pada pemeriksaan neurologis ditemukan pupil pinpoint. Temuan
tersebut diakibatkan lesi dengan ketinggian setinggi…
A. Mesencephalon
B. Midbrain
C. Medulla oblongata
D. Diensefalon
E. Pons
E. Pons
Keyword:
- Perempuan 40 tahun, penurunan kesadaran 1 jam lalu
- Mobilnya tabrakan 🡪 riwayat trauma
- Pupil pinpoint 🡪 lesi setinggi pons

Diagnosis: trauma otak


PENILAIAN KESADARAN
Glasgow Coma Scale
Komponen Respon Skor

Membuka mata spontan 4

Membuka mata terhadap suara 3


Respon buka mata
(Eye)
Membuka mata terhadap tekanan ibu jari 2

Tidak ada respons 1

Orientasi baik 5

Disorientasi 4
Respon verbal
Kata-kata inkoheren 3
(Verbal)
Suara yang tidak berbentuk kata-kata 2
Pola Pupil dan Pernapasan
Tidak ada respons 1

Mematuhi perintah 6

Melokalisasi nyeri 5

Respon motorik Fleksi normal 4


(Motor)
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3

Ekstensi (deserebrasi) 2

Tidak ada respons 1

Referensi: Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)


E. Pons
Jawaban lain:
A. Mesencephalon 🡪 pupil midposisi, fixed
B. Midbrain 🡪 midbrain = mesensefalon ☺
C. Medulla oblongata 🡪 TTV tidak akan sebaik ini bila lesi disini
D. Diensefalon 🡪 pupil kecil tapi masih reaktif
No. 6
Pasien laki - laki 55 tahun dibawa ke IGD karena badan sebelah kanannya mendadak
lumpuh sejak 2 jam lalu. GCS 15, tekanan darah 190/105 mmHg, nadi 90x/menit, napas
18x/menit, suhu 36,7 derajat. GDS pasien 400 mg/dL. Cairan infus yang tepat adalah…
A. Cairan hyperosmolar
B. Cairan koloid
C. Saline fisiologis
D. Cairan hipertonik
E. Transfusi darah
C. Saline fisiologis
Keyword:
- Laki – laki 55 tahun, tubuh kiri mendadak lumpuh 2 jam lalu 🡪 hemiparesis onset
mendadak
- TD hipertensi
- GDS tinggi

Diagnosis: stroke akut


PENATALAKSANAAN UMUM SKDI 3B

Stabilisasi Airway-Breathing • Pemberian oksigen, intubasi, bila diindikasikan

Stabilisasi Hemodinamik • Pemberian cairan kristaloid/koloid IV, apabila TD rendah, berikan vasopresor

• Kepala diposisikan lebih tinggi 20-30 derajat


Pengendalian TIK • Pemberian manitol 0,25-0,5 g/kgBB selama >20 menit

• Jika kejang, berikan diazepam IV bolus lambat 5-20 mg


Pengendalian Kejang • Diikuti fenitoin bolus 15-20 mg/kg, kecepatan maksimum 50 mg/menit

• Apabila febris, berikan antipiretik (asetaminofen)


Pengendalian Suhu Tubuh • Mengenali kemungkinan infeksi dan tata laksana sesuai panduan

• Berikan cairan isotonis (NaCL 0,9%, RL, RA)


Tatalaksana Cairan • Hindari cairan mengandung glukosa kecuali hipoglikemia

• Kebutuhan kalori fase akut 25-30 kkal/kgBB


Nutrisi • Utamakan pemberian nutrisi enteral; apabila tidak sadar, dapat diberikan melalui NGT

• Tangani sesuai panduan medis yang berlaku


Tatalaksana Umum Lain • Pencegahan komplikasi sedari awal (dekubitus, aspirasi, malnutrisi, infeksi, DVT)

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
C. Saline fisiologis
Jawaban lain:
A. Cairan hyperosmolar 🡪 untuk stabilisasi ABC yg diperlukan yang fisiologis
B. Cairan koloid 🡪 baru diberikan bila kristaloid tak efektif
C. Saline fisiologis
D. Cairan hipertonik 🡪 hyperosmolar = hipertonik
E. Transfusi darah 🡪 diberikan bila ada perdarahan masif
No. 7
Pasien perempuan 45 tahun dirawat di ICU dalam keadaan koma selama 1 bulan sejak
kepalanya cedera berat karena jatuh dari lantai 5. Pasien terpasang ventilator untuk
bernapas. Kondisi pasien terus memburuk dan laju napas pasien sudah dibawah laju
ventilator. Dokter ingin melakukan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi apakah telah
terjadi mati batang otak pada pasien. Diantara ini tidak termasuk pemeriksaan yang perlu
dilakukan oleh dokter tersebut adalah…
A. Refleks kornea
B. Tes kalori
C. Gag reflex
D. Refleks menelan
E. Refleks cahaya
D. Refleks menelan
Keyword:
- Perempuan 45 tahun, koma setelah jatuh dari lantai 5, dirawat di ICU
- Laju napas dibawah ventilator 🡪 skor terendah untuk napas dalam Four Score
- Kondisi terus memburuk

Diagnosis: suspek brain death


D. Refleks menelan Seluruh refleks ini harus tidak ada untuk
memastikan bahwa pasien benar – benar
MBO.
- Refleks menelan tidak diperiksa, karena
gerakannya cukup kompleks

Cowan R, Miles B. Brain stem death. Anaesth Intensive Care Med [Internet]. 2018
Oct 1 [cited 2021 Aug 22];19(10):523–6
Cameron EJ, Bellini A, Damian MS, Breen DP. Confirmation of brainstem death.
Pract Neurol [Internet]. 2016 Apr 1 [cited 2021 Aug 22];16(2):129–35.
D. Refleks menelan
Jawaban lain
A. Refleks kornea 🡪 masih diperiksa
B. Tes kalori 🡪 salah satu tes terpenting
C. Gag reflex 🡪 masih diperiksa
D. Refleks menelan
E. Refleks cahaya 🡪 masih diperiksa
No. 8
Pasien laki – laki 70 tahun dibawa ke IGD karena merasa sesak napas. Pada pemeriksaan
neurologis, ditemukan ptosis dan miosis unilateral di mata kanan, serta anhidrosis pada
wajah sebelah kanan. Dokter memesan pemeriksaan CT scan dan ditemukan pasien punya
tumor di apeks paru. Kumpulan gejala neurologis pada mata dan wajah pasien adalah…
A. Sindrom Pancoast
B. Sindrom vena kava superior
C. Sindrom Horner
D. Sindrom Weber
E. Sindrom Hemiparesis Alternans
C. Sindrom Horner
Keyword:
- Laki-laki 70 tahun, sesak 🡪 gangguan paru / jantung
- Ptosis, miosis, dan anhidrosis unilateral 🡪 sindrom Horner
- Tumor di apeks paru 🡪 Pancoast tumor

Diagnosis: sindrom Horner e.c. tumor Pancoast


SINDROM HORNER SKDI 2

Etiologi
First-order Second-order Third-order
CVA Pancoast tumor Diseksi arteri karotid

Migrain atau cluster


Sklerosis multipel Trauma pleksus brachialis
headache

Lateral medullary syndrome Aneurisma arteri subklavia Infeksi herpes zoster

Syringomyelia Iatrogenik Arteritis temporalis

Referensi: Horner Syndrome - StatPearls [Internet] (2021)


C. Sindrom Horner
Jaras saraf yang berperan dalam
sindrom Horner
- Tumor pada apeks paru dapat
mengganggu neuron orde II

Kanagalingam S, Miller NR. Horner syndrome: clinical perspectives. Eye Brain [Internet].
2015 Apr 10 [cited 2021 Aug 11];7:35. Available from: /pmc/articles/PMC5398733/
C. Sindrom Horner
Jawaban Lain:

A. Sindrom Pancoast 🡪 tidak hanya berisi sindrom Horner, tapi memang disebabkan oleh
tumor Pancoast juga
B. Sindrom vena kava superior 🡪 manifestasi sebagai kongesti vena pada wajah sehingga
wajah kemerahan. Disebabkan tumor paru juga
C.
D. Sindrom Weber 🡪 gangguan nervus okulomotor akibat stroke di midbrain
E. Sindrom Hemiparesis Alternans 🡪 gangguan nervus VII dan nervus spinalis akibat stroke
di pons
No. 9
Pasien laki – laki 25 tahun dibawa ke IGD setelah jatuh dari lantai 2 1 jam lalu dan kedua
kaki pasien menjadi lumpuh. GCS pasien E4M6V5. Kekuatan motorik pada kedua tungkai 0.
Sensasi raba halus, nyeri, raba kasar, dan propriosepsi kedua tungkai semuanya menurun.
Tatalaksana yang diberikan adalah…
A. Imobilisasi, metilprednisolon 300 mg tiap 8 jam
B. Imobilisasi, metilprednisolon 30 mg/kgBB loading dose selama 15 menit, dilanjutkan 5,4
mg/kgBB/jam untuk 23 jam kedepan
C. Metilprednisolon 30 mg/kgBB loading dose selama 15 menit, dilanjutkan 5,4
mg/kgBB/jam untuk 23 jam kedepan
D. Imobilisasi, metilprednisolon dosis tinggi IV selama 47 jam
E. Metilprednisolon dosis tinggi IV selama 47 jam
B. Imobilisasi, metilprednisolon 30 mg/kgBB loading dose

selama 15 menit, dilanjutkan 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23

jamKeyword:
-
kedepan
Laki-laki 25 tahun, jatuh sejak 1 jam 🡪 onset < 3 jam
- Kedua kaki lumpuh 🡪 paraparesis 🡪 trauma medulla spinalis, tractus motoric kedua
sisi terkena
- GCS E4M6V5 🡪 tidak ada penurunan kesadaran
- Kekuatan motoric 0 di kedua kaki 🡪 mengkonfirmasi paraplegia
- Gangguan sensasi raba, nyeri, dan propriosepsi 🡪 seluruh tractus sensorik terkena
Diagnosis: trauma medulla spinalis
TRAUMA MEDULA SPINALIS SKDI 2

Skor Derajat Keparahan ASIA/IMSOP


Derajat Tipe Keterangan

Tidak ada fungsi sensorik maupun


A Komplet
motorik sampai segmen S4-5
Inkomplet
B Sensorik baik, motorik terganggu (0/5)
sensorik

Inkomplet Sensorik baik, motorik masih ada, lebih


C dari setengah otot kekuatan <3 (1/5-
motorik
2/5)
Sensorik baik, motorik masih ada, lebih
Inkomplet
D dari setengah otot kekuatan ≥3 (3/5-
motorik
4/5)

E Normal Fungsi sensorik dan motorik normal

Referensi: Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)


TRAUMA MEDULA SPINALIS SKDI 2

Sindrom Penyebab utama Gejala dan tanda klinis

Cedera tembus, Paresis ipsilateral, gangguan proprioseptif ipsilateral, gangguan


Sindrom Brown-Séquard
kompresi nyeri suhu kontralateral

Gangguan motorik, sensorik nyeri suhu bilateral


Sindrom spinalis anterior Infark, HNP
Proprioseptif normal

Paresis ekstremitas atas > ekstremitas bawah


Sindrom spinalis sentral Siringomielia
Disfungsi mikturisi, defekasi, seksual

Paresis ringan dan gangguan proprioseptif bilateral


Sindrop spinalis posterior Trauma, infark
Sensorik suhu dan nyeri normal

Transeksi spinal komplit Trauma Fungsi sensorik dan motorik terganggu di bawah lesi

Referensi: Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)


TRAUMA MEDULA SPINALIS SKDI 2

Pemeriksaan Radiologis Tata Laksana


● Pilihan utama: CT scan ● Imobilisasi pasien
● Modalitas terbatas: X-ray ● Primary survey → ABCD
○ Servikal: posisi lateral, AP, open mouth odontoid ● Secondary survey
○ Torakolumbar: lateral, AP, oblik ○ Anamnesis AMPLE
○ Pemeriksaan neurologis lengkap
● Medikamentosa:
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
○ High dose metilprednisolon pada pasien
● Laboratorium: DPL, Ur/Cr, SGOT/SGPT, elektrolit,
onset <8 jam
PT/APTT, AGD, kultur darah, prokalsitonin,
■ Onset <3 jam: 30 mg/kgBB bolus 15 menit,
albumin, GDP/GD2PP/GDS
ditunggu 45 menit, lalu infus 23 jam 5,4
● Pungsi lumbal mg/kgBB/jam
● Somatosensory evoked potential (SSEP) ■ Onset 3-8 jam: dosis infus selama 47 jam

● Motor evoked potential (MEP) ● Pembedahan → laminektomi dekompresi

Referensi: PPK Neurologi PERDOSSI (2016), Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)
B. Imobilisasi, metilprednisolon 30 mg/kgBB loading dose

selama 15 menit, dilanjutkan 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23

jamPilihan
kedepanlain:
A. Imobilisasi, metilprednisolon 300 mg tiap 8 jam 🡪 tidak ada dosis ini untuk trauma
medulla spinalis
C. Metilprednisolon 30 mg/kgBB loading dose selama 15 menit, dilanjutkan 5,4
mg/kgBB/jam untuk 23 jam kedepan 🡪 tidak ada imobilisasi, trauma medspin harus
diimobilisasi
D. Imobilisasi, metilprednisolon dosis tinggi IV selama 47 jam 🡪 untuk onset 3-8 jam
E. Metilprednisolon dosis tinggi IV selama 47 jam 🡪 untuk onset 3-8 jam, tidak ada
imobilisasi
No. 10
Seorang pasien perempuan 20 tahun korban kecelakaan lalu lintas dibawa ke IGD 45 menit
setelah kejadian. Pasien merasa sesak, batuk – batuk, dan mengeluhkan rasa perih di
punggung yang ketika diperiksa terlihat ada lecet. Pada pemeriksaan fisis, ditemukan
gangguan sensoris dari regio epigastrium kebawah hingga telapak kaki. Ketinggian lesi
medulla spinalis berada pada sekitar…
A. L1-L2
B. T2-T4
C. T6-T8
D. C1-C3
E. C4-C7
C. T6-T8
Keyword:
- Perempuan 20 tahun 45 menit pasca KLL
- Sesak, batuk
- Lecet dan perih di punggung 🡪 trauma di punggung, dapat mengenai medulla
spinalis
- Gangguan sensori dari epigastrium kebawah 🡪 yang terkena adalah tractus
sensorik, bukan saraf perifer / radiks

Diagnosis: trauma medulla spinalis


TRAUMA MEDULA SPINALIS SKDI 2
Lihat dermatome tertinggi
yang terkena

Skor Derajat Keparahan ASIA/IMSOP


Derajat Tipe Keterangan

Tidak ada fungsi sensorik maupun


A Komplet
motorik sampai segmen S4-5
Inkomplet
B Sensorik baik, motorik terganggu (0/5)
sensorik

Inkomplet Sensorik baik, motorik masih ada, lebih


C dari setengah otot kekuatan <3 (1/5-
motorik
2/5)
Sensorik baik, motorik masih ada, lebih
Inkomplet
D dari setengah otot kekuatan ≥3 (3/5-
motorik
4/5)

E Normal Fungsi sensorik dan motorik normal

Referensi: Buku Ajar Neurologi FKUI (2017)


C. T6-T8
Pilihan lain:
A. L1-L2 🡪 kehilangan sensasi mulai dari bagian bawah lumbal
B. T2-T4 🡪 kehilangan sensasi mulai dari toraks
C. .
D. C1-C3 🡪 kehilangan sensasi sejak dari leher
E. C4-C7 🡪 kehilangan sensasi dari bahu
No. 11
Seorang laki – laki 40 tahun datang ke dokter karena merasa kakinya sedikit mati rasa dan
sulit berjalan karena kakinya lemah sejak 2 minggu. Sebelumnya, pasien merasakan nyeri
punggung sejak 3 bulan. Pasien juga mengeluh batuk dan demam pada malam hari sejak 4
bulan, disertai penurunan berat badan. Saat dilakukan pemeriksaan fisis, ditemukan
gibbus pada punggung. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan paraparesis, penurunan
kemampuan sensoris pada kaki, dan refleks patologis (+). Penyebab keluhan neurologis
pasien adalah…
A. Radikulopati
B. GBS
C. Spondilitis TB
D. Ankylosing spondylitis
E. Myelopati
C. Spondilitis TB
Keyword:
- Laki – laki 40 tahun, mati rasa di tungkai, sulit berjalan 🡪 tractus motoric dan
sensorik terpengaruh
- Nyeri punggung sejak 3 bulan 🡪 lesi di vertebra
- Batuk, demam malam hari, penurunan BB selama 3 bulan 🡪 gejala TB
- Gibbus 🡪 spondylitis TB
- Paraparesis dengan refleks patologis (+) 🡪 lesi UMN, konsisten dengan lesi medulla
spinalis akibat spondylitis TB

Diagnosis: spondylitis TB
JARAS SENSORIK & MOTORIK SKDI 4
Jaras Sensorik (Ascenden) Jaras Motorik (Descenden)
JARAS SENSORIK & MOTORIK SKDI 4

Gibbus dari spondylitis TB


dapat menekan jaras – jaras
ini di medulla spinalis
PEMERIKSAAN MOTORIK SKDI 4
Tanda Lesi UMN Lesi LMN Skala refleks Deskripsi

Lokasi Korteks - kornu anterior Kornu anterior - otot 0 Refleks tidak ada

Atrofi Disuse atrophy (+) 1+ Menurun

Fasikulasi (-) (+) 2+ Normal

Refleks
Meningkat, patologis
Menurun, patologis (-)
3+ Meningkat
(+)
4+ Hiperaktif
Tonus Meningkat Menurun

Nilai Deskripsi kekuatan motorik Level medula


Refleks Saraf perifer
spinalis Jaras Motorik
0/5 Tidak ada kontraksi
Bisep C5-C6 Muskulokutaneus
1/5 Dapat berkontrasi, tidak bisa bergerak

Bisa bergerak, tidak bisa melawan Trisep C7-C8 Radialis


2/5
gravitasi
Bisa melawan gravitasi, tidak bisa Brakioradialis C5-C6 Radialis
3/5
melawan tahanan
4/5 Bisa melawan tahanan ringan Patela L3-L4 Femoralis

5/5 Kekuatan normal Achilles S1 Skiatikus

Referensi: Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Umum PERDOSSI (2018)


C. Spondilitis TB
Pilihan lain
A. Radikulopati 🡪 keluhan berupa nyeri seperti tersetrum / terbakar. Seringnya
terjadi di lumbal karena HNP
B. GBS 🡪 keluhan berupa kelumpuhan yang progresif, asendens dari tungkai
C. Spondilitis TB
D. Ankylosing spondylitis 🡪 gangguan pergerakan vertebra lebih parah
E. Myelopati 🡪 keluhan lebih beragam tergantung saraf mana yang terkena, lebih
progresif
No. 12
Laki-laki 68 tahun dibawa anaknya ke klinik dokter karena sulit berkomunikasi dengan orang lain. Pasien lebih
sering termenung padahal dulu aktif dengan kegiatan social. Pasien bisa mengerjakan pekerjaan sehari-hari
tetapi menurut keluarga, pasien pernah mencuci piring dan meletakkan piring di lemari baju. Pemeriksaan fisik
TD 130/90 mmHg, nadi 78x/mnt, RR 18x/mnt, temp 36,8 C. Diagnosis pasien tersebut?

a. Gangguan mood
b. Transient ischemic attack
c. Delirium
d. Demensia Alzheimer
e. Demensia Vaskular
D. Demensia Alzheimer
Keywords:

- Laki-laki 68 tahun sulit berkomunikasi dengan orang lain


- Sering termenung padahal dulu aktif dengan kegiatan social
- Bisa mengerjakan pekerjaan sehari-hari tapi pernah mencuci piring dan meletakkan piring di lemari baju
- TTV dbn

Diagnosis: Demensia
D. Demensia Alzheimer
DEMENSIA
Sindrom penurunan fungsi intelektual berat, sehingga mengganggu aktivitas hidup keseharian
D. Demensia Alzheimer
D. Demensia Alzheimer
D. Demensia Alzheimer
Jawaban Lain:

a. Gangguan mood 🡪 mood manik, hipomanik, atau depresif; tidak ada gangguan kognitif
b. Transient ischemic attack 🡪 defisit neurologis akut reversible dalam 24 jam
c. Delirium 🡪 penurunan kesadaran akut terhadap lingkungan sekitar, terdapat kebingungan parah
e. Demensia Vaskular 🡪 umumnya pasca stroke, ada faktor risiko vascular (HT, DM, penyakit jantung)
No. 13
Pasien laki-laki usia 25 tahun ke IGD dengan kelemahan keempat anggota gerak. Sebelumnya pasien terjatuh 7
jam yang lalu dari ketinggian. Pasien juga mengeluhkan sesak dan gangguan BAK. Reflek patologis positif,
terdapat keluhan sensorik. Obat apa yang diberikan?

a. Metilprednisolon
b. Oksigen
c. Tramadol
d. Metotrexat
e. Parasetamol
A. Metilprednisolon
Keywords:

- Laki-laki, 25 tahun, kelemahan keempat anggota gerak


- Riwayat terjatuh dari ketinggian 7 jam yang lalu
- Sesak
- Gangguan BAK
- Reflek patologis (+)
- Keluhan sensorik

Diagnosis: Trauma medulla spinalis


A. Metilprednisolon
A. Metilprednisolon
A. Metilprednisolon
A. Metilprednisolon
Jawaban Lain:

b. Oksigen 🡪 salah
c. Tramadol 🡪 salah
d. Metotrexat 🡪 salah
e. Parasetamol 🡪 salah
No. 14
Seorang anak 5 tahun diantar ibunya selama 1 tahun terakhir sering mengedipkan matanya dengan cepat
beberapa kali. Mengedipkan mata sempat berhenti jika si ibu menyuruh berhenti, namun mata berkedip
kembali. Gangguan yang dialami oleh anak tersebut adalah?

a. ADHD
b. Myoclonic
c. Tourette syndrome
d. OCD
e. Retardasi mental
C. Tourette syndrome
Keywords:

- Anak 5 tahun sering mengedipkan matanya dengan cepat beberapa kal sejak 1 tahun
- Mengedipkan mata berhenti jika ibu menyuruh berhenti, namun berkedip kembali

Diagnosis: Tourette syndrome


C. Tourette
Definisi
syndrome
Gangguan neurologis yang membuat terjadinya
gerakan atau ucapan berulang yang involunter
(tics)
- Dimulai pada usia 2 – 15 tahun
- Laki-laki > perempuan
Faktor Riwayat keluarga dengan Tourette syndrome
Risiko
Klasifikasi Simple tics:
- Motor: mengedipkan mata, menganggukan
kepala
- Vocal: berdeham, humming
Complex tics:
• Motor: meniru gerakan, menekuk atau
memutar badan
• Vocal: mengulang perkataan sendiri,
mengulang perkataan orang lain,
mengucapkan kata-kata kasar dan vulgar

Terapi Behavioral therapy (psikoterapi)


C. Tourette syndrome
Jawaban Lain:

a. ADHD 🡪 gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas: tidak fokus mengerjakan sesuatu, perhatian
mudah teralihkan, ceroboh
b. Myoclonic 🡪 kedutan atau spasme otot yang tiba-tiba dan sementara: cegukan, hypnic jerks
d. OCD 🡪 adanya pikiran obsesif dan perilaku kompulsif untuk menghilangkan pikiran tersebut: takut kotor
sehingga harus mencuci tangan berkali-kali
e. Retardasi mental 🡪 gangguan kognitif, kesulitan berbicara, masalah belajar
No. 15
Tn. Ranap berusia 32 tahun datang ke dokter mengeluhkan nyeri kepala sejak 1 minggu. Keluhan dirasakan
seperti tertekan dan terikat terutama di daerah dahi dan kepala bagian belakang. Pemeriksaan fisik normal, TD
120/80, HR 75, RR 20. Pemeriksaan neurologis normal. Terapi awal yang tepat adalah?

a. Cetirizine
b. Sumatriptan
c. Acetaminophen
d. Ergotamin
e. Kortikosteroid
C. Acetaminophen
Keywords:

- Laki-laki 32 tahun, nyeri kepala sejak 1 minggu


- Seperti tertekan dan terikat terutama di dahi dan kepala bagian belakang

Diagnosis: Tension type headache


Tatalaksana: Paracetamol (Acetaminophen) 1000 mg
C. Acetaminophen
C. Acetaminophen
C. AcetaminophenKriteria Diagnosis
C. Acetaminophen
C. Acetaminophen
Jawaban Lain:

a. Cetirizine 🡪 salah
b. Sumatriptan 🡪 terapi abortif u/ migrain dengan aura & cluster headache
d. Ergotamin 🡪 terapi abortif u/ migrain tanpa aura & cluster headache
c. Kortikosteroid 🡪 salah
No. 16
Tn. Rajal dibawa keluarganya ke IGD karena penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu. Pasien diketahui
memiliki riwayat hipertensi namun jarang berobat. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kaku kuduk positif.
Apakah kemungkinan diagnosis yang tepat?

a. Perdarahan intracerebral
b. Perdarahan subarachnoid
c. Perdarahan subdural
d. Perdarahan epidural
e. Keganasan
B. Perdarahan subarachnoid
Keywords:

- Laki-laki, penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu


- Riwayat hipertensi, jarang berobat 🡪 faktor risiko
- Kaku kuduk (+)

Diagnosis: perdarahan subarachnoid


B. Perdarahan subarachnoid
B. Perdarahan subarachnoid
TATALAKSANA UMUM TATALAKSANA SPESIFIK
B. Perdarahan subarachnoid
Jawaban Lain:

a. Perdarahan intracerebral 🡪 defisit neurologis bergantung pada lokasi perdarahan


c. Perdarahan subdural 🡪 riwayat trauma, penurunan kesadaran lambat, tidak ada kaku kuduk
d. Perdarahan epidural 🡪 riwayat trauma, ada interval lusid, penurunan kesadaran cepat, tidak ada kaku kuduk
e. Keganasan 🡪 sakit kepala gradual progresif, kejang, gangguan kognitif, gangguan penglihatan, gangguan
keseimbangan
No. 17
Pasien wanita usia 70 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang. Miksi dan refleks fisiologis (+). Telah
dilakukan pemeriksaan Xray dan didapatkan gambaran trabecular (+) pada vertebra. Pemeriksaan penunjang
selanjutnya adalah?

a. MRI
b. CT Scan
c. EMG
d. EEG
e. BMD
E. BMD
Keywords:

- Wanita 70 tahun, nyeri pinggang


- Miksi dan refleks fisiologis (+)
- Xray: gambaran trabecular (+) pada vertebra

Diagnosis: osteoporosis
E. BMD
E. BMD
● Pemeriksaan Penunjang
○ X-ray → fraktur kompresi / fraktur patologis
○ Dual-energy X-ray absorptiometry (DXA) 🡪 u/ mengukur
BMD (Bone Mineral Density)
■ Osteoporosis→ T-score < -2.5
■ Osteopenia → -2.5 < T-score < -1.0
○ FRAX → probabilitas terjadi fraktur dalam 10 tahun

Indikasi DXA Scan:


E. BMD
Tata Laksana

• Aktivitas fisik → 150 menit / minggu


• Intake kalsium adekuat
• Intake vitamin D adekuat
• < 50 tahun → 200 IU/hari
• 50-70 tahun → 400 IU/hari
• > 70 tahun → 600 IU/hari
• Pasien dengan faktor risiko → 1000-2000 IU/hari
• Bifosfonat
• Alendronate → 5 mg/hari
• Risendronate → 5 mg/hari
E. BMD
Jawaban lain:

a. MRI 🡪 kurang tepat


b. CT Scan 🡪 kurang tepat
c. EMG 🡪 salah
d. EEG 🡪 salah
No. 18
Seorang pasien yang bekerja sebagai pencuci laundry datang dengan keluhan nyeri di tangan. Pada pemeriksaan
Tinnel sign (+). Diagnosis yang tepat adalah?

a. Carpal tunnel syndrome


b. Guyon tunnel syndrome
c. Tarsal tunnel syndrome
d. Tendinitis
e. Tendosinovitis
A. Carpal tunnel syndrome
Keywords:

- Pencuci laundry
- Nyeri di tangan
- Tinnel sign (+)

Diagnosis: Carpal tunnel syndrome


A. Carpal tunnel syndrome
● Neuropati akibat tekanan terhadap n. medianus dalam
terowongan karpal
● Faktor risiko:
○ Obesitas
○ Kehamilan
○ Gerakan repetitif pergelangan tangan
● Gejala:
○ Sensorik: parestesia nokturnal, numbness, tingling pada
jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
○ Motorik: kesulitan gerak abduksi ibu jari
○ Gejala berkurang jika pasien memijit, menggerakkan, atau
mengistirahatkan tangannya (Flick sign)
● Pemeriksaan penunjang:
○ EMG, KHS → lokalisasi dan penentuan derajat
○ USG, MRI → kecurigaan penyebab sekunder (SOL, fraktur,
artritis), serta persiapan operasi
A. Carpal tunnel syndrome
A. Carpal tunnel syndrome
Jawaban Lain:

b. Guyon tunnel syndrome – Kompresi n. ulnaris saat melewati kanal Guyon di pergelangan tangan: keluhan
sensorik sisi palmar jari 4-5, kelemahan/atrofi hipotenar dan interoseus
c. Tarsal tunnel syndrome – Kompresi n. tibialis posterior saat melewati terowongan tarsal: keluhan sensorik
ibu jari dan telapak kaki
d. Tendinitis 🡪 nyeri pada tendon, biasanya di bahu, siku, lutut
e. Tendosinovitis – inflamasi pada tendon dan selubung tendon: nyeri memberat ketika diigerakkan, tenderness
No. 19
Bayi perempuan berusia 3 hari dibawa ke IGD RS dengan keluhan tidak menyusu sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
disertai demam, tubuh kaku, kejang oto, dan mulut mencucu. Ibu melahirkan pasien dengan normal ditolong
dukun bayi. Ibu pasien tidak pernah kontrol ke fasilitas Kesehatan selama kehamilan. Terapi definitive yang
tepat?

a. Imunisasi DPT
b. Diazepam
c. Fenobarbital
d. Ampisilin
e. Serum anti Tetanus
E. Serum anti Tetanus
Keywords:

- Bayi perempuan usia 3 hari, tidak menyusu sejak 1 hari yang lalu
- Demam, tubuh kaku, kejang otot, mulut mencucu
- Persalinan normal ditolong dukun bayi
- Tidak pernah kontrol ke fasilitas kesehatan selama kehamilan

Diagnosis: Tetanus neonatorum


E. Serum anti Tetanus
E. Serum anti Tetanus
Tetanus Neonatorum
Definisi Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatus),
transmisi melalui tali pusat, biasanya periode
inkubasi sekitar 3 – 10 hari
Faktor - Ibu tidak divaksinasi tetanus
Risiko - Handling umbilical stump yang tidak steril
- Persalinan dengan alat tidak steril
- Riwayat anak dengan TN sebelumnya
Gejala Iritabilitas, poor feeding, rigiditas, facial grimacing
(risus sardonikus), spasme otot generalisata,
trismus (mulut kaku seperti mencucu), opistotonus,
demam, gangguan respirasi akibat spasme otot
pernapasan
Tatalaksan - Antitoksin: human tetanus immunoglobulin
a (serum antitetanus)
- Antibiotik: metronidazole oral/IV atau penisilin
G IV
- Pereda spasme: diazepam, lorazepam
E. Serum anti Tetanus
Jawaban Lain:

a. Imunisasi DPT 🡪 untuk pencegahan


b. Diazepam 🡪 hanya simptomatik untuk mengatasi spasme otot
c. Fenobarbital 🡪 salah
d. Ampisilin 🡪 salah, AB kurang tepat
No. 20
Anak laki-laki berusia 4 hari dibawa ke IGD RS dengan kejang. Kejang berlangsung selama 2 menit dan kemudian
pasien sadar. Saat di IGD, pasien kembali kejang dan telah diberi obat anti kejang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu febris, kaku kuduk (-). Diagnosis yang tepat adalah?

a. Kejang demam simpleks


b. Epilepsi
c. Kejang demam kompleks
d. Meningitis
e. Encephalitis
C. Kejang demam kompleks
Keywords:

- Anak usia 4 hari dengan kejang


- Kejang selama 2 menit, kemudian sadar
- Kejang berulang saat di IGD
- Suhu febris
- Kaku kuduk (-)

Diagnosis: kejang demam kompleks


C. Kejang demam kompleks
KEJANG AKUT
C. Kejang demam kompleks
KEJANG DEMAM

Suhu tubuh >39 C saat kejang


C. Kejang demam kompleks
Jawaban Lain:

a. Kejang demam simpleks 🡪 tidak berulang


b. Epilepsi 🡪 tidak ada demam, bangkitan tanpa provokasi, jarak antar bangkitan >24 jam
d. Meningitis 🡪 kaku kuduk (+)
e. Encephalitis 🡪 ada defisit neurilogis fokal
No. 21
Perempuan 21 tahun datang dengan keluhan kejang. Kejang tiba-tiba saat sedang duduk. Saat kejang pasien
Gerakan menggigit dan mengompol. Kejang berlangsung selama 20 detik, setelah itu pasien tertidur 15 menit,
kemudian sadar kembali seperti biasa. Kejang ini merupakan pertama kali. Pemeriksaan penunjangnya adalah?

a. Lumbal pungsi
b. PET
c. EMG
d. EEG
e. Single PET
D. EEG
Keywords:

- Perempuan 21 tahun kejang tiba-tiba saat sedang duduk


- Gerakan menggigit dan mengompol
- Kejang selama 20 detik, lalu tertidur 15 menit, kemudian sadar seperti biasa
- Kejang pertama kali

Diagnosis: epilepsi
D. EEG
Kejang
Tanda dan gejala yang timbul sepintas akibat aktivitas neuron
di otak yang berlebihan dan abnormal serta sinkron

Epilepsi
Gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
secara terus menerus untuk terjadinya suatu bangkitan
epileptik, dan ditandai adanya faktor neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan konsekuensi sosial akibat kondisi tersebut

Istilah
Grand mal: kejang umum tonik klonik
Petit mal: kejang absans
D. EEG
Klasifikasi Bangkitan Deskripsi

Atonik
  Kehilangan tonus otot → “Pasien jatuh”

Tonik Kontraksi otot → “Kaku”


Kriteria Diagnosis Epilepsi ILAE 2014 (salah satu)
Klonik Kontraksi-relaksasi otot yang ritmik →
“Kelojotan”
1. ≥ 2 bangkitan tanpa provokasi dengan jarak
Mioklonik Kontraksi-relaksasi singkat (< 100 ms), tidak
antar bangkitan > 24 jam ritmik (irregular)

2. 1 bangkitan tanpa provokasi dengan Absans (Petit Mal) Kehilangan kesadaran → “Bengong”

kemungkinan terjadinya bangkitan berikutnya ≥ Tonik-Klonik (Grand Mal) Kaku-kelojotan

60% dalam 10 tahun kedepan


Otonom Manifestasi simpatis/parasimpatis → Keluhan
GI, flushing, palpitasi, perubahan respirasi
a) Risiko meningkat pada → Riwayat kerusakan
otak, defisit neurologis, pencitraan abnomal, Kognitif Defisit kognitif → Bahasa, proses pikir, fungsi
luhur
aktivitas epileptiform pada EEG
Emosional Perubahan emosi → Takut, cemas, marah
3. Terdiagnosis sindrom epilepsi sebelumnya
Automatisasi Gerakan repetitif seolah-olah bertujuan →
Oral (Mengecap), manual, pedal
D. EEG Pemeriksaan Penunjang
● Elektroensefalografi (EEG)
○ Gambaran khas: spike-and-wave
● Skrining etiologi lain
○ Lab: gula darah, elektrolit, serologi, toksin
○ Infeksi SSP: pungsi lumbal
● CT/MRI
○ Indikasi: bangkitan fokal atau ditemukan defisit neurologis

Obat Dosis Efek samping


400-1600 mg/hari Anemia aplastik, SSJ, agranulositosis,
Karbamazepin
dalam 2-3 dosis peningkatan BB
200-400 mg/hari Hipertrofi gusi, anemia aplastik,
Fenitoin
dalam 1-2 dosis neuropati perifer
50-200 mg/hari Hepatotoksisitas, gangguan belajar
Fenobarbital
dalam 1-2 dosis (anak), mengantuk
500-2500 mg/hari Hirsutisme, amenorea, peningkatan BB,
Asam valproat
dalam 2-3 dosis PCOS, penipisan rambut, teratogenik
1000-3000 Gangguan perilaku, agitasi, ansietas,
Levetiracetam mg/hari dalam 2 kelemahan, dizziness
dosis
D. EEG
Jawaban Lain:

a. Lumbal pungsi 🡪 untuk meningitis


b. PET 🡪 pemeriksaan lanjutan untuk melihat bagian otak yang menyebabkan kejang
c. EMG 🡪 untuk melihat aktivitas elektrik otot sebagai respon dari stimulasi saraf
e. Single PET 🡪 salah
No. 22
Tn. Mahen berusia 25 tahun datang ke IGD mengeluhkan nyeri hebat pada kepala disertai nyeri pada mata dan
hidung yang berair. Pemeriksaan fisik normal, TD 120/80, HR 75, RR 20. Pemeriksaan neurologis normal. Terapi
awal yang tepat adalah?

a. Cetirizine
b. Sumatriptan
c. Acetaminophen
d. Betahistin Mesilat
e. Kortikosteroid
B. Sumatriptan
Keywords:

- Laki-laki 25 tahun
- Nyeri kepala hebat
- Mata dan hidung berair 🡪 gejala otonom
- PF umum dan neurologis normal

Diagnosis: Cluster Headache


B. Sumatriptan
B. Sumatriptan
B. Sumatriptan Kriteria Diagnosis
B. Sumatriptan CLUSTER HEADACHE
B. Sumatriptan
Jawaban Lain:

a. Cetirizine 🡪 salah
c. Acetaminophen 🡪 untuk TTH
d. Betahistin Mesilat 🡪 untuk vertigo akibat Meniere’s disease
e. Kortikosteroid 🡪 salah
No. 23
Seorang laki-laki 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran. Sejak dua minggu yang lalu
pasien mengalami demam tidak begitu tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk dan Brudzinski (+).
Pemeriksaan pungsi lumbal didapatkan warna xantochrome, morfonuclear 85%, polymorphonuclear (15%),
protein 152 gr/dL dan glukosa 40 gr/dL. Terapi yang tepat?

a. Asiklovir
b. Ampicilin
c. Kortikosteroid
d. Antituberkulosis
e. Acetaminophen
D. Antituberkulosis
Keywords:

- Laki-laki 25 tahun, penurunan kesadaran


- Demam tidak begitu tinggi sejak 2 minggu
- Kaku kuduk dan Brudzinski (+) 🡪 tanda rangsang meningeal (+)
- Pungsi lumbal
- Warna xantochrome
- morphonuclear 85%, polymorphonuclear (15%) 🡪 meningkat dominan MN
- protein 152 gr/dL 🡪 meningkat
- glukosa 40 gr/dL 🡪 menurun

Diagnosis: Meningitis TB
D. Antituberkulosis Karakteristik Analisis CSS
Rasio
Kondisi Hitung Sel Protein Glukosa Warna
Serum:CSS

Normal <10/µL <45 mg/dL >50% Bening/jernih

Keruh (yellowish
Infeksi bakteri ↑ (dominan PMN) ↑ ↓
turbid)

N/↑ (dominan
Infeksi virus N/↑ N/↓
MN)

Infeksi jamur ↑ (dominan MN) ↑ ↓

Infeksi TB ↑ (dominan MN) ↑ ↓ Kuning xantochrom

Perdarahan
↑ (dominan RBC) ↑ N
subaraknoid

Multipel
N N/↑ N/↓
sklerosis

Metastasis
leptomeninge N ↑ N/↓
al

Sindrom
N ↑ N
Guillain-Barré
D. Antituberkulosis
Tanda Rangsang Kaku kuduk
Meningeal (TRM)
Tanda Brudzinski
Tanda Kernig
Tanda Lasegue

Tes Lasegue
D. Antituberkulosis
MENINGITIS
Meningitis Bakterialis Meningitis TB Meningitis Kriptokokus
● Etiologi: N. meningitidis, S. ● Etiologi: M. tuberculosis ● Etiologi: Cryptococcus sp.
pneumonia, S. aureus ● Onset subakut ● Onset subakut
● Onset akut ● Gejala: nyeri kepala, kaku ● Gejala: nyeri kepala hebat,
● Gejala: demam, nyeri kepala, kuduk, penurunan kesadaran ● PP: encapsulated yeast pada
kaku kuduk ● PP: ditemukan MTB dari cairan pewarnaan tinta India atau
● Terapi: 3rd gen cephalosporin otak (BTA, GeneXpert, Kultur) antigen kriptokokus
(ceftriaxone) ● Terapi: OAT 9 bulan ● Terapi: Amfoterisin B +
Flukonazol
D. Antituberkulosis
Jawaban Lain:

a. Asiklovir 🡪 salah
b. Ampicilin 🡪 salah
c. Kortikosteroid 🡪 salah
e. Acetaminophen 🡪 salah
No. 24
Seorang pasien berusia 36 tahun datang dengan keluhan mata turun sebelah kanan dan tidak berkeringat. Pasien
sebelumnya memiliki penyakit tumor mediastinum. Diagnosis yang tepat adalah?

a. Sindrom Horner
b. Sindrom Miller Fischer
c. Sindrome Cushing
d. Miastenia Gravis
e. Bells Palsy
A. Sindrom Horner
Keywords:

- Pasien 36 tahun
- Mata turun sebelah kanan 🡪 ptosis
- Tidak berkeringat 🡪 anhidrosis
- Riwayat tumor mediastinum

Diagnosis: Sindrom Horner


A. Sindrom Horner
Kumpulan gejala akibat gangguan saraf simpatis
ke wajah Trias: miosis, partial ptosis, hemifacial anhidrosis
A. Sindrom Horner
Jawaban Lain:

b. Sindrom Miller Fischer 🡪 salah satu spektrum GBS: kelemahan otot, gerakan tidak terkontrol, hilangnya
refleks gerak, penglihatan ganda
c. Sindrome Cushing 🡪 akibat tingginya hormone cortisol: moon face, buffalo hump, striae abdomen
d. Miastenia Gravis 🡪 penyakit autoimun pada neuromuscular junction: kelemahan pada otot yang memberat
akibat aktivitas, dan membaik setelah istirahat
e. Bells Palsy 🡪 paralisis CN VII perifer unilateral akut idiopatik: kelemahan satu sisi wajah, penurunan lakrimasi,
hiperakusis, penurunan saliva
No. 25
Tn. Tulus berusia 35 tahun datang ke dokter mengeluhkan pusing berputar sejak 2 minggu. Pemeriksaan fisik
normal, TD 120/80, HR 75, RR 20. Pemeriksaan neurologis Romberg test (+). Terapi awal yang tepat adalah?

a. Cetirizine
b. Sumatriptan
c. Acetaminophen
d. Betahistin Mesilat
e. Kortikosteroid

Anda mungkin juga menyukai