Penatalaksanaan
Cedera Kranioserebral
LATAR BELAKANG
cedera kranioserebral atau neurotrauma
merupakan masalah dalam bidang
neurologi yang jumlahnya dengan cepat
meningkat seiring dengan kemajuan di
bidang teknologi dan sarana transportasi.
Jumlah pasien yang bertambah setiap
tahun mengharuskan penanganan dengan
cepat dan tepat
LATAR BELAKANG
cedera akut pada susunan saraf pusat,
selaput otak, saraf kranial termasuk fraktur
tulang kepala dan tengkorak, kerusakan
jaringan lunak pada kepala dan wajah
disertai suatu keadaan perubahan fungsi
mental atau fisik akibat benturan pada
kepala
Adams RD, Victor M. Craniocerebral trauma. Principles of neurology 5th ed
LATAR BELAKANG
konsep sentral :
kerusakan neurologis tidak hanya terjadi pada saat
terjadinya trauma melainkan berkembang pada jam-jam
dan hari-hari berikutnya serta dipengaruhi juga oleh
kerentanan pasien terhadap trauma
Metode penanganan yang komprehensif, cepat, tepat,
monitoring yang benar serta penemuan obat-obat baru,
metode neurorestorasi dan rehabilitasi bertujuan
meningkatkan keluaran dari pasien neurotrauma
Joni Wahyuhadi J, Suryaningtyas W, Indarto Susilo RI. Pedoman tatalaksana cedera otak (Guideline for Management of Traumatic
Brain Injury). Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, 2007
Epidemiologi
penyebab kematian dan kecacatan pada anak dan
dewasa pada usia produktif
Amerika Serikat 1,6 juta orang pertahunnya
250.000 orang berobat ke rumah sakit
60.000 orang meninggal
70.000 sampai 90.000 orang mengalami cacat
neurologis permanen
Kerugian finansial karena kehilangan produktifitas dan
biaya perawatan medis sekitar 100 milyar dolar Amerika
Marik PE, Varon J, Trask T. Management of head trauma. Chest 2002.122; 2:699
Epidemiologi
Inggris, 1800 pasien per 100.000 penduduk
India tiap tahun rata-rata terdapat 3,2 juta kasus
kecelakaan dengan angka kematian 48.000 pertahunnya
Angka rerata 200 per 100.000 penduduk
Puncak dekade ke 2 dan ke 3
Pria dua kali lebih banyak dibanding wanita
Penyebab paling sering kecelakaan lalu lintas
Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79-104
Talwar S, Jain S, Porwal R, Laddha BL, Prasad P. Trauma Scoring in a Developing Country. Singapore Med J 1999; Vol 40(06)
Graham DI, Mac Intosh TK. Neuropathology of brain injury. Dalam: Evans RW. Neurology and trauma 2nd ed. Philadelphia. WB
Saunders.1996;4:53-90
Epidemiologi
ruang rawat neurologi kelas III (IRNA B) RSCM Jakarta,
1994
1002 orang
cedera kepala ringan (CKR) 532 orang
cedera kepala sedang (CKS) 240 orang dengan angka kematian
2 orang (0,9%)
cedera kepala berat (CKB) 230 orang dengan angka kematian
91 orang (39,6%)
Misbach J. Patofisiologi dan penatalaksanaan medik cedera kepala berat. Simposium cedera kepala ditinjau dari beberapa aspek.
Jakarta 1995
Epidemiologi
RSUD Dr. Sutomo 2002 - 2006
Tahun
Cedera
Kematian
Kematian COB
Kranioserebral
2002
2005
455
225
11.22
169
37.14
2003
1910
467
210
10.99
127
27.19
2004
1621
275
134
8.27
81
29.45
2005
1670
199
103
6.17
65
32.66
2006
1588
195
98
6.17
49
25.13
Joni Wahyuhadi J, Suryaningtyas W, Indarto Susilo RI. Pedoman tatalaksana cedera otak (Guideline for
Management of Traumatic Brain Injury). Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya, 2007
2. Kontusio serebri
kerusakan jaringan otak dengan defisit neurologik yang timbul setara dengan
kerusakan otak tersebut, minimal pingsan lebih dari 10 menit atau ada lesi
neurologik yang jelas.
3. Laserasi otak
kerusakan jaringan otak yang luas dan jaringan otak robek yang umumnya
disertai fraktur tengkorak terbuka.
Misbach J. Patofisiologi cedera kranioserebral. Neurona 1999;16:4-7
CEDERA PRIMER
kerusakan fokal dan difus dari struktur intra kranial langsung
saat terjadinya benturan, dapat menimbulkan perdarahan
intra kranial, meningkatkan tekanan karena efek massa
(perdarahan epidural, subdural, subarakhnoid dan kontusio
jaringan parenkim otak), kerusakan luas yang langsung
mencederai akson, kontusio massa putih dan laserasi otak
karena fraktur tulang tengkorak yang fragmen tulangnya
mengenai jaringan otak
Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79-104
CEDERA SEKUNDER
komplikasi cedera primer
terjadi pada sel neuron yang rusak akibat
cedera langsung dan juga pada sel neuron
yang yang relatif normal karena tidak
terkena dampak langsung cedera kepala
primer
Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79-104
CEDERA SEKUNDER
penyebab
kegagalan respirasi
hipoksia
hiperkapnia
penurunan perfusi serebral
hipotensi
iskemia
infeksi
peningkatan tekanan intra kranial
respon inflamasi
radikal bebas
neurotransmitter eksitasi
Dombovy ML. Traumatic Brain Injury. Dalam: Lazar RB. Principle of neurologic rehabilitation. New York. McGraw Hill.1998;79104
asidosis laktat
influk kalsium
asam amino eksitatorik
asam arakhidonat
oksida nitrit
radikal bebas
peroksidasi lipid
aktivasi jeram komplemen
sitokin
bradikinin
makrofag
pembentukan edema
Cedera
Kranioserebral
Cedera langsung
Coup
injury
Contrecoup
Injury
Diffuse Injury
Vascular injury
- epidural hemorrhage
- subdural hemorrhage
- subarachnoid hemorrhage
- intra-cerebral hemorrhage
- intra-ventricular hemorrhage
Axonal injury
Contusional injury
Laceration
SECONDARY BRAIN INJURY
-Diffuse and focal hypoxic-ischemic injury
-Diffuse and focal brain edema
-Intracranial hypertension
-Hydrocephalus
-Infection
Clinicals
Diagnostic
management
EDH
Evakuasi
emergen-si
(kraniotomi)
SDH
SAH
Klip anerisma
atau pasang
endovascu- lar
coiling
ICH
Hipertensi,
sekunder TBI
Tergantung luas
hematoma, jika di
evakuasi
IVH
Kesadaran sp koma
Pasang drainage
(shunting)
Subdural Hematoma
(SDH)
perdarahan antara
dura dan arachnoid,
akibat robek- nya
vena-vena jembatan
sinus venosus dura
atau
robeknya
arachnoidea.
Cedera - Primer
Diffus Axonal Injury
Cedera axon dapat total atau
parsial: sering pada hemisfer
serebri, corpus callosum,
batang otak & serebellum.
Gejala klinik bervariasi
Ringan; unresponsive,
Sering pada cedera akselerasi &
confuse & amnesia dengan
deselerasi, kadang terjadi pada
defisit neurologis ringan.
cedera langsung.
Berat; kesadaran sampai
CT scan biasa (n), jika ada
beberapa hari/minggu atau
edema cisterna (-) dan
vegetative state, disfungsi
terdapat midline shift
neurologis berat
Eyes
4 = Spontan
3 = Terhadap perintah
2 = Terhadap rangsang nyeri
1 = Tidak ada respon
Motor
6 = Sesuai perintah
5 = Dapat melokalisasi nyeri
4 = Fleksi terhadap nyeri (withdrawal)
3 = Fleksi abnormal (dekortikasi)
2 = Ekstensi abnormal (deserebrasi)
1 = Tidak ada respon
Verbal
5 = Orientasi baik
4 = Kalimat
3 = Kata
2 = Suara
1 = Tidak ada respon
T = intubasi
Tingkat Kesadaran
Dinilai dgn Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale)
Nilai
Eyes
Movement
Verbal
Sesuai perintah
Dapat melokalisasi
nyeri
Orientasi baik
Spontan
Kalimat
Terhadap perintah
Fleksi abnormal
(dekortikasi)
Kata
rangsang nyeri
Ekstensi abnormal
(deserebrasi)
Suara
Respon (-)
Respon (-)
Respon (-)
Sedang (CKS)
4.
5.
Berat (CKB)
Critical
Kriteria
GCS = 15, LOC (-), amnesia (-)
GCS = 14 atau 15, LOC < 5 menit,
ada ggn kesadaran atau memori.
GCS = 9 13 atau LOC 5 menit
atau defisit neurologis fokal
GCS = 5 8
GCS = 3 -4
Rhinorrhoe
Otorrhoe
Fraktur
Basis Kranii .. (3)
Battles sign
(Post auricular ecchymosis)
Raccoon eyes
(Periorbital ecchymosis)
Evaluasi
trauma
Endotracheal intubation
Fluid resuscitation
Ventilation (PaCO2 35 mmHg)
Oxygenation
Sedation
pharmacologic paralysis
(short acting)
Emergency D/ or Th/
Procedures as indicated
Herniation ?
Deterioration ?
CT Scan
Surgical
Lesion ?
yes
hyperventilation
mannitol (1 g/Kg)
yes
Resolution
no
yes
no
ICU
Monitor ICP
Operating
theater
Th/ TIK
NILAI
1
1
1
1
Cedera Medula
Spinalis (CMS)
Pendahuluan
Cedera Medula Spinalis (CMS) :
Kerusakan pada medula spinalis karena pergeseran atau
kompresi tulang yang mengakibatkan gangguan baik
secara komplit atau parsial, merupakan keadaan darurat
neurologi yg perlu tindakan cepat, tepat dan cermat untuk
mengurangi kecacatan
Prognosis tergantung dari 2 faktor :
- beratnya defisit neurologis yg timbul
- lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan
tindakan dekompresi.
Epidemiologi
Pria lebih sering terkena (80%)
Sering pada dewasa muda (15-30 tahun)
Pada orang tua sering karena kecelakaan
kendaraan bermotor
Penyebab tersering:
Olah raga Full Contact (Rugby, American
wrestling)
Olah raga High speed (Skii, Skate, surfing)
Olah raga melompat (trampoline, berkuda)
Menyelam
Epidemiologi
Penyebab utama CMS ialah trauma (55% cedera
cervicalis)
KLL :40-50%
Terjatuh : 20%
- berkelahi : 10-25%
- kecelakaan kerja : 10-25%
Penyebab lain :
Penyakit degeneratif tulang belakang
Iskemik, demyelinisasi, inflamasi
Tumor, perdarahan, abses yg tumbuh cepat
Patofisiologi
Anatomi
Potongan transversa : substansia grisea spt huruf
H, yg dikelilingi oleh substansia alba. Hanya ada
3 traktus yg dpt dinilai pd pem neurologi ialah
Traktus spinotalamik anterolateral : nyeri, suhu, rasa
raba halus dan rasa tekanan
Traktus kortikospinal posterolateral : gerakan motorik
Kolumna posterior : rasa raba, vibrasi dan posisi.
Patofisiologi .. (2)
Gambaran mikroskopik pasca CMS :
30 menit timbul petechiae masa abu-abu pd
kornu anterior dan sekitar canalis sentralis.
2 jam invasi sel-sel inflamasi microglia & PMN
4 jam hampir med spinalis mengalami nekrotik
6 jam terjadi edema primer vasogenik.
48 jam terjadi edema dan nekrotik kros seksional
2 jam MBF dari 40-50ml/100 gr turun 20 ml/100 gr
pd masa abu-abu kongesti vaskuler edema
tek perfusi tek O2 tek CO2 hipoksia,
iskemik dan infark
Vertebrae Lumbal 5
Vertebrae Sacral 5
Cedera Cervical
Curiga bila :
Ada cedera kepala / atas clavicula
Pernafasan paradoksal (diafragma)
Kelumpuhan tangan / kaki
Refleks lutut (-) periksa sphinkter ani
Hipotensi (+ bradikardia)
CMS NEURO-EMERGENSI ?
CMS emergensi karena komplikasi hiperakut yaitu,
a. Hipotensi/shock
- Effek simpatektomi.
- Blood loss.
b. Bradycardia
- dengan atau tanpa hipovolemia
c. Hipotermia
- dengan atau tanpa infeksi
d. Komplikasi Iatrogenik dislokasi CMS karena
cedera sekunder medula spinalis (tindakan)
Mekanisme
Spinal Injury
Hyperextension
Hyperflexion
Compression
Rotation
Lateral Stress
Distraction
Whiplash
Gerakan tiba-tiba hiperekstensi diikuti hiperfleksi
servikal, menyebabkan cedera jaringan lunak spinal
jarang menimbulkan kerusakan medula spinalis
Trauma Hiperfleksi-rotasi
menyebabkan fraktur dan dislokasi, sering di
daerah C5 - 6 dan T12 - L1 menimbulkan
kerusakan yg luas pada medula spinalis.
Trauma Hiperfleksi-rotasi .. 2
Trauma longitudinal
terjadi kompresi fraktur yg lebih stabil, misal fraktur
Jefferson (C1), kepala daerah vertex membentur
tanah waktu terjun/menyelam.
Pedicle C1
(atlas)
Pedicle C2
odontoid
Trauma Hiperekstensi
sering menyebabkan ligamentum spinalis anterior
robek, lokasi umumnya di C4-5.
Vertebrae Cervical
Lokasi terlemah dan tempat paling sering terjadi trauma (44%)
Komplit
Lesi setinggi Cervical
Tetraplegi
Inkontinensia
Paralisis otot pernafasan
Inkomplit
Anterior Cord Syndrome
Central Cord Syndrome
Posterior Cord Syndrome
Brown-Sequards Syndrome
Cauda equina
Brown-Sequards Syndrome
Penetrating injury yang mengenai
salah satu sisi medula spinalis
Kelemahan dan gangguan
sensorisensorik Ipsilateral
Gangguan sensorik pain dan
temperatur kontralateral
Cauda equina
Gangguan motorik atau sensori ringan
pada tungkai
Gangguan sensorik pada regio perineal
(saddle anesthesia)
Gangguan BAB & BAK
Disfungsi Ereksi pada pria & gangguan
respon seksual pada wanita
Tonus spinkter anal terganggu, reflek
bulbocavernosus dan anal terganggu
Description
Incidence
outcome
25%
15%
10%
30%
Ability
Problem
Management
Neurologic
Secondary injury
Cardiovascular
Neurogenic shock
Autonomic dysreflexia
Hemostasis
Respiratory
Ventilatory failure
pneumonia atelectasis
GIT
Urinary
Antimicrobials
Skin
Decubitus ulcers
Psychiatric
Penatalaksanaan CMS
Tujuan :
- Pemulihan maksimal defisit neurologi
- Medula spinalis stabil
- Mobilisasi dan rehabilitasi
Penatalaksanaan :
- Prehospital
- Hospital atau UGD
Penatalaksanaan Prehospital
Umum
10-25% defisit neurologis karena tindakan pre
hospital tidak adekuat.
jika ada fraktur / dislokasi vertebra servikalis
fiksasi leher pasang coller, kepala dan leher
jangan digerakkan.
cek ABC, jika ada ganguan kardiopulmonal
RJP, intubasi nasogastrik atau tracheostomi
jika ada fraktur vertebra torakalis, fiksasi torakal
dgn korset.
fraktur vertebra lumbalis fiksasi dgn korset.
C-1
C-7
Akibatnya: tetraplegia
Penatalaksanaan Prehospital .. 2
Medikamentosa
CMS dapat menyebabkan tonus pembuluh darah turun
karena paralisis fungsi sistem ortosimpatik sehingga
hipotensi
Beri infus bila mungkin dengan koloid atau kristaloid
Bila perlu berikan 0.2 mg adrenalin s.c. boleh di ulang 1
jam kemudian.
Bila denyut nadi < 44 kali/mnt beri SA 0,25 mg iv
Hipotensi : beri cairan NaCl 0.9% atau vasopressor
phenilephrine 10mg/500ml, or dopamine 400mg per
250ml
Penatalaksanaan Hospital
Penatalaksanaan umum
1. Tentukan apakah cedera tersebut akut
2. Terapi CMS akut dgn methylprednisolon
a. methylprednisolon 30mg/kgbb iv bolus 15
menit
b. 45 menit istirahat
c. methylprednisolon 5,4 mg/kgbb/hari iv selama
23 jam.
3. Foto vertebra sesuai algoritma.
Radiologi
A for alignment
B for bones
C for cartilages
S for soft tissues
Radiologi
1. Ligamentum Anterior Longitudinal
2. Ligamentum Posterior
Longitudinal
3. Ligamentum Flavum
4. Ujung Prosesus Spinosus
no
nyeri
spinal
no
punggung
kaku/abn
no
Med spin (-)
ya
ya
Evaluasi
spesialis
Med
Spin ?
Foto vertebra
* Cervical
AP/lat
Odontoid/obliq
* Torak &L/S
AP/lat
Immobilisasi
dilanjutkan
Langkah
lanjutnya
sesuai
indikasi
Penatalaksanaan
Cedera Med Spin
Cegah Trauma
Sekunder
Resusitasi cairan
monitoring
CVP
Kateter
Urine
Kateter
Lambung
Steroid
Desifit neuro
< 8 jam
30mg/Kgbb 10 15
5,4mg/Kgbb/jam 23jam
Survei sekunder
Nilai neurologis
Tentukan
level
Anamnesis
Motorik level
Ulang nilai
disabiliti
-Tetraparese
-Paraparese
Disabiliti
Nilai :
-kesadaran
& pupil
-kenali parese
Nilai vertebra
dgn palpasi :
nyeri, sensasi,
motorik, refleks
Nilai cedera
penyerta
Prinsip
terapi
C5
C6
C7
C8
T1
Sensorik
Landmark
anatomis
L2
L3
L4
S1