REGITA MONALISA MISIRE SNR22226025 WIDIA LEN SNR22226053 MIKA ANDIKA KRISTIANI SNR22226101 STEPANUS EFENDI SNR22226003 VICTORIUS SUWONO YOGA SNR22226107 KONSEP DASAR TRAUMA KAPITIS Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis (Suddarth, 2014). Trauma kepala (Trauma Capitis) adalah cedera daerah kepala yang terjadi akibat dipukul atau terbentur benda tumpul.Untuk mengatasi trauma kepala, maka tengkorak kepala sangat berperan penting sebagai pelindung jaringan otak. Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada kepala. ANATOMI KLASIFIKASI Cedera kepala terbuka Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan, cedera kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki abses langsung ke otak. Cedera kepala tertutup Benturan kranial pada jaringan otak di dalam tengkorak ialah goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan tumpah. 1. Berdasarkan keparahan cedera : - Cedera kepala ringan (CKR) - Cedera Kepala Sedang (CKS) - Cedera kepala berat (CKB)
2. Menurut Jenis Cedera
- Cedera Kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan jaringan otak. - Cedera Kepala tertutup dapat disamakan dengan Keluhan geger otak ringan dan odema serebral yang luas. ETIOLOGI 1. Trauma tajam Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat&menimbulkan cedera lokal. Kerusakan local meliputi Contusio serebral, hematoma serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia. 2. Trauma tumpul Trauma oleh benda tumpul & menyebabkan cedera menyeluruh (difusi): Kerusakannya menyebar secara luas & terjadi dalam 4 bentuk: cedera akson, keruskan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera kepala menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau keduaduanya. PATOFISIOLOGI Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bias kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bias mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bias mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh system dalam tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstrakranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasidilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi. MANIFESTASI KLINIS 1. Cedera kepala ringan - Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera. - Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas. - Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan. 2. Cedera kepala sedang - Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan Kebinggungan atau bahkan koma. - Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba Defisit neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan. 3. Cedera kepala berat - Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesehatan. - Pupil tidak aktual, pemeriksaan motoric tidak aktual, adanya Cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik. - Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur. - Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut. PEMERIKSAAN PENUNJANG - CT scan - Foto tengkorak atau cranium - MRI - Laboratorium - Serebral angiographi - Serial EEG - X-ray - BAER - PET - CSF & lumbal fungsi - ABGs KOMPLIKASI Epilepsi Pasca Trauma Afasia Apraksia Amnesia Fistel Karotis-kavernosus Diabetes Insipidus Kejang pasca trauma Kebocoran cairan serebrospinal Edema serebral & herniasi Defisit Neurologis & Psikologis PENATALAKSANAAN - Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. - Therapihiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi. - Pemberian analgetik. - Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol. - Antibiotik yang mengandung barrier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerobdi berikan metronidazole. - Makanan atau cairan infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak. - Tidur tanpa bandal atau diganjal dengan bantal (kurang lebih 30˚) - Pembedahan. KONSEP DASAR SPINAL CORD INJURY Cedera medula spinalis merupakan keadaan patologi akut pada medula spinalis yang diakibatkan terputusnya komunikasi sensori dan motorik dengan susunan saraf pusat dan saraf perifer, Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari keadaan komplit atau inkomplit (Tarwoto, 2013). Spinal cord injury (SCI) di definisikan sebagai lesi traumatik akut elemen saraf dari kanal tulang belakang, termasuk sum-sum tulang belakang dan Cauda equina, yang menghasilkan defisit sensorik, motorik, atau disfungsi kandung kemih sementara atau permanen (Oteir et al, 2014). ETIOLOGI Cedera Spinal Cord Injury disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang belakang dimana tulang tersebut melampaui kemampuan tulang belakang dalam melindungi saraf-saraf belakangnya. trauma langsung tersebut dapat berupa: kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon/bangunan, luka tusuk, luka tembak, dan kejatuhan benda keras. (Anggraini. dkk. 2018). MANIFESTASI KLINIS Perubahan refleks Spasme otot Spinal shock Autonomic dysreflexia Gangguan fungsi seksual Kelumpuhan ringan PATOFISIOLOGI Terdapat dua patofisiologi terjadinya cedera tulang belakang, mekanisme primer dan mekanisme sekunder. Pada mekanisme primer terjadinya cedera tulang belakang akibat dari proses hiperekstensi, yaitu adanya akselerasi yang tiba-tiba sehingga menimbulkan daya yang sangat besar yang diserap oleh tulang belakang sehingga menyebabkan bentuk dari tulang belakang terlalu menekuk ke depan. Kedua yaitu kompresi yaitu saat posisi terduduk atau berdiri maka akan ada tekanan atau kompresi yang sangat besar pada kolum vertebrae tertentu karena menahan berat. Ketiga rotasi yaitu saat sendi berputar dengan derajat putaran melebihi kemampuannya. Yang terakhir adalah injury penetrasi yaitu jika ada benda tajam yang menusuk area tulang belakang dan merusak struktur yang ada di dalam tulang belakang.
Mekanisme sekunder terjadinya cedera tulang belakang adalah perdarahan atau
masalah vaskularisasi, tingginya oksigen pada sel-sel jaringan yang membentuk struktur tulang belakang, pengeluaran neurotransmitter yang berlebihan menyebabkan jaringan nervus yang berlebihan menghantarkan impuls, syok neurologic akibat iskemia dan hipoksia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, rusaknya akson yang menghambat penghantaran impuls sensori. Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang. PEMERIKSAAN PENUNJANG X-Ray Kepala : X-Ray spinal : Computed Tomografi (CT) Magnetik Resonance Imaging (MRI) Angiografi Cerebral Elektroencephalography (EEG) Elektromyografi (EMG) Lumbal Pungsi (LP) KOMPLIKASI Syok neurogenik Syok spinal Hipoventilasi Hiperfleksia autonomic PENATALAKSANAAN Menurut Bahrudin (2017) terapi farmakologi yang dapat diberikan yaitu: - Berikan metilprenidsolon 30 mg/KgBB, IV perlahan-lahan sampai 15 menit, 45 menit kemudian per infuse 5 mg/Kg BB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatan sekunder asam arakidonat. - Bila terjadi spastisitas otot, berikan: Diazepam 3 x 5-10 mg/ hari Bakloven 3 x 5 mg atau 3 x 20 mg per hari - Bila ada rasa nyeri dapat diberikan: Analgetika Antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg/hari Antikonvulsan : gabapentin 3 x 300 mg/hari - Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100 mmHg) pertimbangkan pemberian obat anti hipertensi).