Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KPKK

MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM DAN DI LUAR GEDUNG

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Indah Dwi Rahayu, M. Kep

DISUSUN OLEH

Mika Andika Kristiani SNR22226101

Yoga Setiawan SNR22226039

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

S-1 KEPERAWATAN REG B

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kasih karunia dan rahmat-
Nya yang penulis rasakan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
Manajemen Risiko K3 di Dalam dan di Luar Gedung”
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun
berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep pengarahan masukan dan motivasi kepada kami untuk
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Anggota kelompok 12 yang selalu membantu dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sehingga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan, masukan dan
sarannya dalam penyelesaian makalah ini.

Pontianak, Maret 2023

ttd

Kelompok 12
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Manajemen Risiko K3...................................................................................
B. Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3....................................................
C. Perencanaan Respon Terhadap Risiko.....................................................................
D. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3............................................
E. Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja...........................................................
F. Pencegahan Kecelakaan Kerja...................................................................................
G. Identifikasi Risiko.......................................................................................................
H. Analisa Risiko..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2004 saja,
lebih dari seribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan Somavia,
Drijen ILO, industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan
anufaktur makanan dan minuman . tidak saja di negara-negara berkembang, dinegara
maju sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian
serius.penelitian yang dilakukan oleh Duff(1998)dan Alves Diaz(1995)menyatakan hasil
analisa statistik dari beberapa negara-negara menunjukkan peristiwa tingkat kecelakaan
fatal pada proyek konstruksi asalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua industri,
dalam Suraji(2000).
Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan
kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara
mempuinyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Dahulu , para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang
salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada
faktor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat
diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja
yang aman. Sejalan dengan teori=teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak
manajemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya.tulisan
ini akan membahas peranan manajemen risiko K3 didalam gedung dan diluar gedung.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Manajemen Risiko K3 di Dalam dan di Luar Gedung ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Manajemen Risiko K3 di Dalam Gedung
2. Mengetahui Manajemen Risiko K3 di Luar Gedung.
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen Risiko K3


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi, baik
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan
bagian dari biaya produksi. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan, dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang
kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang
kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan (Rumondang, 1995).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga
harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992). Dalam
mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu proses di dalam menangani risiko-risiko yang
ada, sehingga dalam penanganan risiko tidak akan terjadi kesalahan. Proses tersebut
antara lain adalah identifikasi, pengukuran risiko dan penanganan risiko.

B. Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3


Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak terduga, tidak
diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan (Hinze, 1977). Ada beberapa teori yang
menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang
bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah (misalnya pada The
Accident-Proneness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chain-of-Events Theory, The
Domino Theory, dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemen
yang dianggap berperan sebagai penyebab suatu kecelakaan. Anggapan tentang
kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan
pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada
factorfaktor organisasi dan manajemen (Andi, 2005). Pihak manajemen harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat
diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja
yang aman. Pada teori yang terbaru makin terlihat bahwa penyebab kecelakaan kerja
semakin komplek. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety
Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan
yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji,2004).
Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan
menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam
program pengendalian mutu terpadu yang harus ditingkatkan secara terus - menerus
untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern)

C. Perencanaan Respon Terhadap Risiko


A. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang untuk
memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk risiko positif antara lain:

1. Exploit : strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko positif) dapat


terealisasi.
2. Share : alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki kemampuan
terbaik menangkap peluang manfaat proyek
3. Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan peluang dan
dampak positif dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pengendali kunci
dari risiko berdampak positif.
4. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat
memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Strategi untuk
risiko negatif antara lain:
1. Avoid : upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan aktivitas atau
kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini dilakukan jika tidak ada respon
risiko yang sesuai untuk menangani risiko yang diperkirakan.
2. Transfer : respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi frekuensi
ataupun dampak risiko dengan cara mentransfer atau membagi porsi risiko
dengan pihak lain dengan cara membuat asuransi atau melakukan outsource pada
aktivitas yang diperkirakan dapat memberikan risiko.
3. Mitigate : melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak dari
aktivitas risiko yang dapat merugikan

D. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3

A. Menekan Probability
Pengendalian risiko yang pertama adalah dengan menekan kemungkinan terjadinya
risiko. Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan,
dengan cara teknis, administratif dan pendekatan manusia. Menekan probability
dengan cara:
(1) Melakukan Safety induction seminggu sekali
Contoh aktifitas : sebelum dimulai semua aktifitas pada proyek, para pekerja
dikumpulkan terlebih dahulu untuk diingatkan pentingnya penggunaan APD
dalam bekerja.
(2) Lakukan patroli K3 pada tiap pekerja secara rutin untuk mengawasi para pekerja
dan memberitahu para pekerja jika ada bahaya yang mengancam saat dia
bekerja. Contoh aktifitas : pada saat lifting material jika melewati pekerja di
bawahnya, maka pekerja di suruh menyingkir terlebih dahulu
(3) Pasang rambu – rambu peringatan agar pekerja selalu bekerja dengan hati hati
B. Menekan Concequences
Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan dampak
yang ditimbulkan oleh risiko, salah satu pilihan yang dapat dilakukan adalah
bagaimana mengendalikan risiko sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan
seminimal mungkin. Menekan concequences dengan cara :
1. Selalu gunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja (contoh : pada pekerjaan
di ketinggian diwajibkan menggunakan full body harness).
2. Buat inovasi alat dan metode kerja yang membuat pekerja merasa aman dan
nyaman.
3. Memberi pelatihan kepada pekerja mengenai metode-metode penggunaan alat
kerja da n metode-metode pelaksanaan pekerjaan
C. Hindari RisikoMengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau penggunaan
proses, bahan dan alat yang berbahaya. Hindari risiko dengan cara :
1. Mengganti alat yang sudah tidak layak pakai untuk keselamatan pekerja.
D. Pengalihan Risiko
Pengendalian risiko yang terakhir yaitu pengalihan risiko kepihak lain, sehingga
beban risiko yang ditanggung bisa menurun, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu dengan kontraktual dan asuransi. Pengalihan risiko (risk transfer) dengan
cara :
1. Setiap pekerja telah dilindungi dengan BPJS Ketenagakerjaan.
E. Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah
a. Perencanaan Manajemen Risiko
Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan
merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
b. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenisjenis
risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi oleh setiap pekerja.
c. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment)
kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran
yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand
Standard (AS/NZS) 4360:2004. Skala pengukurannya sebagai berikut:
A :Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)Skala pengukuran analisa konsekuensi menurut NA/NZS
4360:2004 :
1. Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
2. Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
3. Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang
cukup tinggi.
4. Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi.
5. Bencana kematian: bahaya radiasi dengan efek penyebaran yang luas,
kerugian yang sangat besar

F. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan
dengan upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah:
1.Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi
kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan dan
sebagainya.
2.Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai
jenis industri atau alat pelindung diri.
3.Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.
4.Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik
lain mengakibatkan kecelakaan.
5.Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
6.Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan,
mengenai siapa saja dan lain-lain.
7.Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.
8.Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat
pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.
9.Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain
bagi pekerja baru.
10.Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menumbuhkan sikap selamat.
11.Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika
keselamatan kerjanya baik.
12.Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya
penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah
terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa :
a.Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.
b.Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian
biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan
darah dan sebagainya.
c.Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun
pada pekerjanya sendiri.
d.Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi
kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya.
e.Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan
sebagainya.
f.Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca
mata dan sebagainya.
g.Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

G. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko.
Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin
terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko
antara lain:
•Brainstorming
•Survei
•Wawancara
•Informasi histori
•Kelompok kerja

H. Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko
dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan
probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko
memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk
menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan
baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran
risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik
tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak
severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil. Dampak adalah efek
biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko (Soeharto, 2001).
Setelah risiko yang dapat mempengaruhi pengembangan teridentifikasi maka diperlukan
cara untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing resiko. Beberapa resiko
secara relatif tidak terlalu fatal , sedangkan beberapa resiko lainnya berdampak besar,
beberapa resiko sering terjadi. Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi. Probabilitas
terjadinya resiko sering disebut dengan risk likelihood; sedangkan dampak yang akan
terjadi jika resiko tersebut terjadi dikenal dengan risk impactdan tingkat kepentingan
resiko disebut dengan risk value atau risk exposure.Risk value dapat dihitung dengan
formula :
Risk exposure = risk likelihood
(probability)x risk impact (impact

Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai
sebuah probabilitas. Dalam hal ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang
diperlukan berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai
resiko dapat dibandingkan antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat
kepentingan masing-masing risiko.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen k3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksakan dengan
mengungkapkan sebab sauatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan
memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi
anggapannya tentang kecelakaan kerja telah bergeser dengan anggapan bahwa
kecelakaan kerja bersumber oleh factor factor organisasi dan manajemen. Perencanaan
respon terhadap risiko terdapat respon positif meliputin exploit, share dan enchance
sedangkan respon negatife meliputi avoid transfer mitigate.

B. Saran
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sehingga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Untuk pembuatan makalah selanjutnya menggunakan referensi terbaru untuk
memudahkan mencari informasi.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan, masukan dan sarannya
dalam penyelesaian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adityanto, beryl,dkk, 2013. Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada
pekerjaan struktur bawah dan struktur atas gedung

Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis manajemen resiko kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja upper structure gedung bertingkat. Jurnal kontruksi ISSN

Endroyo, bambang. 2006. Peranan manajemen K3 dalam pencegahan kecelakaan kerja


kontruksi. jurnal teknik sipil universitas negeri semarang. Volume III, No. 1. Januari 2006:8-
15

Anda mungkin juga menyukai