Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Dalam masyarakat sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat


mereka mampu bertahan dalam keadaan sakit dan hal ini sebenarnya merupakan potensi
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Potensi yang
berarti kemampuan, daya, kesanggupan, kekuatan yang dapat dikembangkan. Selama ini
perkembangan pelayanan kesehatan tradisional dan alternatif tampak semakin pesat
sekitar 32% masyarakat kita memakai pengobatan dan obat tradisional ketika sakit.
Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai
dari budidaya tanaman obat,industri obat, dan distribusi. Akhir-akhir ini banyak muncul
penyakit-penyakit baru yang belum ditemukan obatnya. Hal ini membuat cemas
masyarakat,padahal bahan-bahan untuk obat tradisional yang berkhasiat obat banyak
terdapat di seluruh pelosok tanah air, meskipun masih belum dimanfaatkan secara
optimal untuk pengobatan penyakit. Hal ini berarti obat tradisional memiliki potensi
besar dalam pelayanan kesehatan.

1. Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-bahan
yang diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat murni. Obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Ditjen
POM,1999). Sediaan galenik adalah hasil ekstrasi bahan atau campuran bahan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Obat tradisional sering dipakai untuk
pengobatan penyakit yang belum ada obatnya yang memuaskan seperti penyakit kanker,
penyakit viru termasuk AIDS dan penyakit genertif, serta pada keadaan tidak terjangkau
oleh daya beli masyarakat.

Suatu zat merupakan obat bila dalam pengobatan atau eksperimen sudah
diperoleh informasi,di antaranya tentang ( B.Zulkarnaen,1999) :

a. Hubungan dosis dan efek (dose – effect – relationship), selain dari hanya diketahui
adanya suatu efek.

b. Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi zat tersebut


c. Tempat zat tersebut bekerja (site of action)

d. Cara bekerja at (mechanism of action)

e. Hubungan struktur dan respon ( structure – respons relationship).

Informasi tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasi dalam menilai suatu
obat. Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responsnya berkaitan erat
dengan besar dosis, ia diketahui kapan mencapai kadar efektif dalam darah manusia dan
dalam bentuk apa sisa penisilin diekskresi. Diketahui pula pada bagian apa dari kuman
penisilin bekerja, serta bagaimana bekerjanya dan diketahui pula hubungan kerja dengan
struktur molekul penisilin. Informasi seperti imi dipunyai obat modern yang dipasarkan,
sementara kurangnya informasi menyebabkan suatu obat tidak dapat diedarkan sebagai
obat.

Untuk memperoleh informasi di atas, diperlukan penelitian, tenaga, dana dan


waktu yang sangat banyak. Diperkirakan dari ditemukannya suatu obat,dibutuhkan
sekitar 25 tahun,sebelum suatu zat diperbolehkan beredar sebagai obat. Penelitian
berkenaan dengan hal di atas dimulai dari penapisan tahap pertama, yaitu :

a. Penentuan toksitas dan pengaruh terhadap gelagat (behavior)

b. Pengaruh zat terhadap tekanan darah dan semua percobaan yang ada kaitannya dengan
tekanan darah.

c. Pengaruh zat terhadap organ-organ terisolasi yang kemudian diikuti dengan ratusan
percobaan untuk melengkapi informasi yang diperlukan.

Tiga jenis penapisan ini banyak memberikan arah penelitian dan sifat bahan yang
diteliti,mulai dari pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat (SSP), Susunan Saraf
Otonom(SSO), respirasi , relaksan otot, dan sebagainya.

2. Pengobatan Tradisional

Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu
kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan
yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyatakan Pengobatan
tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan
pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam
melakuakn diagnosis,prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental
ataupun sosial.

Jenis pengobatan tradisional di Indonesia

Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di Indonesia.
Ada yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri. Secara garis besar ada
4 jenis pengobatan tradisional yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :

 Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia


 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
 Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:

 Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan


 Pengobatan tradisional atas dasar agama
 Pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan :

 Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang


menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (Daun
Arthmesia vulgaris yang di keringkan);
 Pengobatan tradisional urut pijat
 Pengobatan tradisional patah tulang
 Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
 Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan


pemerintah ;

 Dukun beranak
 Tukang gigi tradisional

B. Jenis dan Sumber Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab
dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya
dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun,
dengan semakin berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi
yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu
membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih
praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan
tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu,
obat ekstrak alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang
belum dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman.
Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan,rajangan untuk seduhan,dan
sebagainya. Istilah penggunaannya masih memakai pengertian tradisional seperti
galiansingset, sekalor, pegel linu, tolak angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat
tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan,
oil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada
resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang
telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatn tertentu.

2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)

Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga
mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun
keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini
pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pra-klinik seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman
obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun
kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan


khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyarakatan yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan
pengertian farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya. Selama ini
obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih kalah bersaing dengan obat paten.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara lain kepercayaan, standar produksi, promosi
dan pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya secara langsung. Fitofarmaka
merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dnegn uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya
memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi
modern pula.

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang
memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Obat tradisional buatan sendiri

Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di
Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai
kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk
keperluan keluarga.

b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)

Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup
banyak. Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong.
Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam
bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat.

c. Obat tradisional buatan industri

Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI , industri obat


tradisioanl dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar
berdasarkan modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat
tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat
tradisional. Akan tetapi,pada umumnya yang berbentuk sediaan modern berupa
ektrak baham alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong
untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup
banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern
(tablet,kapsul, sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

C. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia

Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya pengembangan


obat tradisional tersebut,yakni kearah :

a. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia (termasuk


sediaan galeniknya) yang digunakan sebagai obat.

b. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang dalam
keadaan murni diisolasi dari tumbuhan

Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan


pengembangan obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun sediaan
galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal.

Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang obat
tradisional yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi mana yang
perlu dikembangkan dan mana pula yang tidak. Untuk obat tradisional yang akan
dikembangkan, perlu penelitian lanjutan menyangkut keamanan penggunaan,
farmakologi serta khasiatnya secara klinik. Tahap berikutnya adalah
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan yang dapat digunakan dan
penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi farmasi. Jika obat tradisional telah
mengalami penelitian dan pengembangan seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah
memenuhi persyaratan medic dan farmasetik.

Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat kelompok


fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :

1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit


yang angka kejadiannya menduduki urutan atas (pola penyakit).

2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk penyakit-penyakit


tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.
3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang atau bahkan
merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

D. Komposisi dan Persyaratan Obat Tradisional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes


telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional
melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium
obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat
tradisional yang tidak rasional (irrational) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya.
Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa
simplisia yang mempunyai khasiat yang sama. Oleh karena itu,perlu diketahu racikan
khasiat yang sama. Oleh karena itu,perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar
ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu
tersebut.

Komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk
jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan
bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya
tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada
pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana
atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu yang irrasional seperti
penggunaan simplisia yang tidak sesuai pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang
tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan sebagainya. Agar dapat disusun suatu
komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:

1. Nama umum obat tradisional/jamu

Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan


yang tercermin dari nama umum jamu.Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan
tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan
kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional
tersebut, diantaranya tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang
manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan
menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua , yaitu yang bertujuan untuk
menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan,serta jamu yang
dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit.

2. Komposisi bahan penyusun jamu

Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan


memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat derta
kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut. Tujuan
pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan
keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut.Misalkan pada orang hamil tua
sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah,dan lain
sebagainya;penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan kompisisi jamu adalah


takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah
dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun
dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas
dasar kebiasaan penggunaan terdahulu.

3. Simplisia dan kegunaan

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami pengolahan apa pun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri
jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan
lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan
berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk
jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinan kadar bahan berkhasiat yang
terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat
tumbuh, iklim, dan perlakuan,misalnya pemupukan.

Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat


penting,sebab dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan
tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan
alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak
dapat diperoleh.

4. Penelitian yag telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat


tradisional
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman.
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti
berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat
membuktikan khasiatnya,sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Akan
tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan
sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman
obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman
empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat
dan keamanan obat tradisional.

Penelitian dan pengembangan obat dan perbekalan kesehatan pada


dasarnya mencakup sistem (managemen obat, SDM, penggunaaan obat rasional,
dan lain-lain), komoditas ( obat ,bahan obat,obat tradisional kosmetik, bahan
berbahaya, bahan tambahan makanan, dan lain-lain), proses (pengembangan obat
baru kimia farmasi, formulasi,uji preklinik, uji klinik), kajian regulasi dan
kebijakan (obat esensial, obat generic, cara pembuatan obat yang baik).

Riset operasional memfasilitasi implimentasi, monitoring dan evaluasi


berbagai aspek dalam kebijakan obat. Riset operasional merupakan alat utama
dalam menilai dampak kebijakan obat dalam sistem pelayanan kesehatan disuatu
Negara,meneliti aspek ekonomis penyediaan obat, dan aspek sosial budaya dalam
penggunaan obat (WHO,2011).
A. Macam-macam pengobatan herbal berdasarkan penyakit
1. Hipertensi / Darah Tinggi
Obat Herbal yang diberikan untuk orang yang memiliki
penyakit Hipertensi adalah yang memiliki efek farmakologi
hipotensif.artinya obat tersebut mampu menurunkan tekanan darah.
Demikian juga tanaman tersebut memiliki efek diuretik yaitu
merangsang pengeluaran air seni. Air seni yang sering keluar akan
menyebabkan ketegangan pembuluh darah rileks dan mengendur.
Disamping itu digunakan juga obat herbal yang memiliki fungsi
memperbaiki sistem metabolisme tubuh. Agar proses metabolisme
lebih baik hingga pengobatan lebih sempurna. Untuk Hipertensi yang
tidak diiringi dengan adanya komplikasi maka bisa menggunakan
tanaman herbal sambiloto dan Pegagan. jika hipertensi tergolong berat
maka ditambah dengan tanaman sambung nyawa.
Disamping itu hendaknya Mengurangi / menghindari konsumsi
garam yang berlebihan, minum kopi, alkohol, daging kambing, durian,
merokok, sayuran yang mengandung purin tinggi jika komplikasi
dengan asam urat.
2. Kencing Manis ( Diabetes Militus )
Penyakit Diabets militus dicirikan dengan tingginya kadar gula
darah melebihi batas normal. Hal ini disebabkan rusaknya sel-sel beta
pada pulau-pulau langerhans . Oleh karena itu obat herbal yang
diberikan menggunakan herbal yang memiliki efek farmakologi
hipoglikemik ( mampu menurunkan kadar gula darah ). Disamping itu
obat tersebut juga berguna memperbaiki sel-sel yang telah rusak.
Tanaman obat yang digunakan untuk penyakit kencing manis yang
tidak di iringi komplikasi adalah : Daun Mimba, Brotowali, Tapak
Dara, dan sambiloto.
Hendaknya mengurangi atau berpantangan makan makanan
manis / bergula, makanan yang banyak karbohidrat, dan makanan
berlemak tinggi

3. Batu ginjal / Batu Kandung kemih


Batu ginjal biasanya terjadi karena adanya Proses pengendapan
senyawa- senyawa kimia tertentu yang mengkristal hingga mirip batu.
Ia bisa terletak di ginjal sehingga disebut batu ginjal atau di kandung
kemih sehingga disebut batu kandung kemih. dalam mengobati
penyakit batu ginjal / kandung kemih digunakan obat herbal yang
berfungsi meluruhkan batu. Demikian juga digunakan obat yang
berefek diuretik, atau memperlancar pengeluaran air seni. ini
dimaksudkan agar batu yang telah diluruhkan itu dapat keluar dengan
mudah lewat air seni . Untuk mengatasi peradangan yang mungkin
terjadi pada proses pengeluaran batu ginjal dan batu kandung kemih .
maka ditambahkan tanaman obat yang berfungsi menghilangkan dan
mengobati peradangan. Obat / tanaman herbal yang biasa digunakan
untuk mengobati batu ginjal / batu kandung kemih adalah Tempuyung,
tapak liman, dan sambiloto.Dianjurkan untuk minum banyak air jika
belum terjadi gaga ginjal kronis. hendaknya mengurangi atau
menghindari teh, kopi, softdrink, coklat, arbei, jeruk, dan bayam.
4. Radang Kelenjar Prostat ( Prostatitis )
Obat herbal untuk penyakit ini adalah herbal yang berfungsi
sebagai anti peradangan ( anti inflamasi) , anti biotik, anti racun, dan
menghilangkan rasa sakit. diantaranya adalah Sambiloto, meniran dan
kumis kucing.
5. Radang Tenggorokan
Radang tenggorokan adalah penyakit peradangan yang
menyerang organ di tenggorokan. Obat herbal yang digunakan untuk
penyakit ini adalah yang berkhasiat sebagai anto inflamasi
( peradangan ), anti biotik, anti piretik ( penurun panas, demam ) dan
analgesik ( pereda rasa sakit. Obat herbal yang biasa digunakan
adalah : rumput mutiara, sambiloto, kumis kucing.

B. Hubungan Pengobatan Herbal dengan Kesehatan/ Keperawatan

Pengobatan secara medis dan dengan herbal apabila dibandingkan,


masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Jika satu
jenis obat medis secara spesifik menyembuhkan satu penyakit, namun
obat-obatan herbal mampu menjadi penawar rasa sakit berbagai jenis
penyakit. Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak,sebagai contoh obat herbal yang berasal dari ramuan mahkota dewa
dapat menyembuhkan penyakit kanker, tumor dan jantung.

Pengobatan secara medis dapat lebih mengoptimalkan darah


sebagai indikator dan menjaga agar darah normal secara klinis
(pemeriksaan laboratorium), namun tanpa mempedulikan dampaknya
terhadap kerusakan organ tubuh lainnya.

Sebagai contoh suntikan cairan insulin untuk penderita diabetes


ternyata memiliki potensi mengakibatkan rusaknya kelenjar tubuh yang
biasanya memproduksi insulin.
Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan berkhasiat)
bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat
radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.
Hubungannya dalam kesehatan/keperawatan, pengobatan herbal
dapat menjadi kombinasi dalam pemberian asuhan keperawatan, apa lagi
banyak masyarakat sekarang mulai mencari alternatif lain untuk mencegah
penyakit dan kesehatannya. Pengobatan herbal pun semakin mendapat
tempat dimasyarakat. Pengobatan herbal dapat menjadi terapi pengobatan
dalam kesehatan/keperawatan guna untuk mendapatkan hasil yang lebih
optimal dalam mengobati pasien.
Penelitian meta-analisis terhadap tanggapan dokter mengenai
pengobatan alternatif menunjukkan bahwa dari 12 penelitian yang berbeda
, dokter memberikan jawaban yang positif terhadap keberadaan
pengobatan alternatif, terutama terhadap akupuntur, osteopati, homeopati,
dan chiropractic. Pada 5 penelitian diantaranya ditanyakan mengenai
bermanfaat atau tidaknya pengobatan alternatif tersebut. Tanggapan dokter
yang menjawab bahwa pengobatan alternatif bermanfaat berkisar dari 54
% sampai 86 %. Dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar dokter
setuju bahwa pengobatan alternatif bermanfaat pada penyembuhan
penyakit.
Penelitian Verhoef et all, pada pasien tumor otak yang
menggunakan pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya
menyatakan bahwa pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien
mengatakan bahwa tingkat energi meningkat dan merasa lebih sehat fisik
dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa
pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan menghilangkan
tumornya.
Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa
pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua
penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan
mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya.
Penelitian Kessler et all, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi
didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif
sama berguna dengan pengobatan konvensional.
Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health ( NIH ) yang dihadiri
oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu
saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik
relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia
akibat berbagai kondisi penyakit ( 18 ). Diskusi Panel NIH pernah juga
memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi,
mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah

14
DAFTAR PUSTAKA

Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta. EGC

15

Anda mungkin juga menyukai