Disusun Oleh:
KEVIN MARSEL
15/385121/TK/43783
i
LEMBAR SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK
ii
LEMBAR SURAT PENERIMAAN KERJA PRAKTIK
iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK
iv
LEMBAR PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN
v
LEMBAR PENILAIAN DARI PERUSAHAAN
vi
LEMBAR PENILAIAN DARI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Kevin Marsel
15/385121/TK/43783
Dinyatakan telah disetujui dan disahkan oleh Koordinator Kerja Praktik Teknik
Industri
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga Penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik di PT. Cahaya Tungga
Abadi yang bergerak dibidang konstruksi dan menyusun laporan kerja praktik yang
berlangsung selama satu setengah bulan, yaitu pada periode 11 September 2018 –
26 Oktober 2018.
Kerja Praktik merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
dalam menjalankan studi di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta. Laporan Kerja Praktik di Cahaya Tungga Abadi ini berisi mengenai
analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lapangan tempat pelaksanaan
kontruksi.
Penulisan laporan ini dilakukan setelah terselenggaranya kerja praktik.
Laporan ini tentu saja belum dapat dikatakan sempurna, untuk itu penulis dengan
senang hati untuk menerima masukan dan saran yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laporan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak terkait.
Padang, 20 Oktober 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK ii
LEMBAR SURAT PENERIMAAN KERJA PRAKTIK iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK iv
LEMBAR PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN v
LEMBAR PENILAIAN DARI PERUSAHAAN vi
LEMBAR PENILAIAN DARI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK vii
LEMBAR PENGESAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Kerja Praktik 2
1.5 Manfaat Kerja Praktik 2
x
3.3 HIRARC 13
3.4 Hirarki Pengendalian Risiko 16
3.5 Alat Pelindung Diri (APD) 18
BAB VI PENUTUP 45
6.1 Kesimpulan 45
6.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memperhatikan keselamatan dalam pengerjaannya. Oleh karena itu,
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi penting.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3
4
1. Direktur
a. Memimpin dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
b. Memilih, menetap, dan mengawasi karyawan-karyawan
perusahaan
c. Menyetujui pengajuan anggaran tahunan perusahaan
d. Menyampainkan laporan kepada pemegang saham
perusahaan atas kinerja perusahaan per periode waktu
tertentu
2. General Manager
a. Menentukan tujuan perusahaan jangka pendek maupun
jangka panjang dengan menetapkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
b. Mengawasi dan mengatur seluruh kegiatan yang dilakukan
di dalam perusahaan
c. Terus memperbaiki dan menyempurnakan di segi penataan
perusahaan agar perusahaan tetap bekerja secara efisien dan
efektif
d. Menjadi penghubung dalam komunikasi antara para staff
dan direktur
e. Membimbing para staff dan manajer bagian dan
mendelegasikan tugas-tugas kepada orang yang tepat
f. Mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai
dilakukan oleh perusahaan
3. Manajer Konstruksi
a. Mengawasi kegiatan di lapangan dan mengawasi seluruh
aktivitas sesuai rencana yang telah ditetapkan
b. Mengawasi dan meminta laporan progress dan penjelasan
pekerjaan tiap item pekerjaan
c. Menegur atau menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika
terjadi sesuatu yang tidak sesuai rencana atau kesepakatan
7
9
10
• Alat-alat kerja tangan harus dari mutu yang cukup baik dan harus
dijaga supaya selalu dalam keadan baik.
• Penyimpanan dan pengangkutan alat-alat tajam harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.
• Perencanaan dan pembuatan alat-alat kerja tangan harus cocok untuk
keperluannya dan tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan.
• Alat-alat kerja tangan boleh digunakan khusus untuk keperluannya
yang telah direncanakan.
Pasal 67:
• Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
terjamin tidak adanya bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan
oleh kejatuhan tanah, batu atau bahan-bahan lainnya yang terdapat
di pinggir atau di dekat pekerjaan galian.
• Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi
pengaman penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang
yang bekerja di dalam lubang atau parit.
• Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus dijamin
pula keselamatannya dari bahaya lain selain tersebut ayat (1) dan (2)
di atas.
3. Keputusan Bersama Menteri tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep.174/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Pasal 1:
• Sebagai persyaratan teknis pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 01/Men/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, maka
ditetapkan sebagai petunjuk umum berlakunya Buku Pedoman
Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat
Kegiatan Konstruksi, yang selanjutnya disebut Buku Pedoman dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada kegiatan bersama ini.
13
3.3 HIRARC
Menurut Ramli (2010), HIRARC adalah salah satu persyaratan yang harus
ada untuk menerapkan K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007. OHSAS 18001:2007
mengharuskan organisasi/perusahaan yang akan menerapkan K3 berdasarkan
OHSAS 18001:2007 melakukan penyusunan HIRARC pada perusahaannya.
HIRARC dibagi menjadi 3 tahap yaitu identifikasi bahaya (hazard identification),
penilaian risiko (risk assessment), dan pengendalian risiko (risk control).
Dengan menggunakan HIRARC, diharapkan semua faktor yang dapat
membahayakan pekerja serta bahaya-bahaya di tempat kerja dapat diidentifikasi.
Dan kemudian dapat memberikan penilaian risiko bahaya yang kemungkinan
terjadi kepada pekerja menurut tingkat keparahanya. Jika sudah diketahui penilaian
risikonya, maka perusahaan dapat merencanakan, memperkenalkan dan memonitor
secara rutin sehingga dapat dipastikan bahwa risiko dapat dikendalikan.
3.3.1 Identifikasi bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya bertujuan untuk mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan
atau pekerja, serta untuk dapat mengetahui bahaya yang ada tersebut berkaitan
dengan peralatan tertentu sehingga dapat dilakukan kegiatan pencegahan terhadap
potensi bahaya tersebut. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahaya
kesehatan, bahaya keamanan, dan bahaya lingkungan.
Identifikasi bahaya yang digunakan harus bersifat umum sehingga semua
pekerja dapat memahaminya dengan mudah dalam pelaksanaan di lapangan.
Pemberian informasi mengenai bahaya kepada para pekerja harus dilakukan secara
rutin karena ada kemungkinan para pekerja tidak dapat memahami sesuatu dengan
cepat. Sebagai contoh, pada kasus yang sederhana. Sumber bahaya dapat
diidentifikasi melalui pengamatan dan penggunaan pengetahuan awam. Tetapi
untuk kasus yang kompleks, sumber bahaya hanya dapat diidentifikasi melalui
pengukuran, misal udara yang tercemar oleh bahan kimia hanya dapat diukur
dengan menggunakan alat tertentu dan dilaksanakan oleh petugas yang
berpengalaman di bidangnya sehingga dapat diketahui dampaknya berbahaya atau
tidak.
14
3. Risiko
Tingkat risiko dapat ditentukan dari hasil perkalian antara nilai peluang
dikali dengan nilai akibat, sehingga dapat dirumuskan bahwa :
Risiko = Peluang x Akibat
Setelah didapat nilai risiko dari hasil perkalian tersbut, maka dapat
ditentukan tingkat risikonya. Pada tabel 3.3 akan dijelaskan secara detail
menegenai tingkat risiko berdasar 3 tingkat.
Tabel 3.3 Tingkat Risiko
Skala Deskripsi Keterangan
Dibutuhkan tindakan segera untuk mengontrol bahaya,
yang disetujui oleh menajer konstruksi melalui konsultasi
15-25 Tinggi
dengan personal khusus dan melaksanakan dengan tim
utama
Pekerjaan dapat diselesaikan dengan pengendalian dan
5-12 Sedang
pengawasan yang ketat
Tingkat risiko dapat ditoleransi dan tidak memerlukan
1-4 Rendah
pengawasan dan pengendalian yang ketat
16
mengendalikan risiko. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain
Eliminasi, Substitusi, Perancangan, Administrasi, dan APD.
Pada gambar hirarki pengendalian risiko, semakin tinggi posisi metode
maka semakin efektif metode tersebut dalam meminimalkan risiko. Hirarki
pengendalian ini mempunyai dua dasar pemikiran dalam menurunkan risiko yaitu
melalui penurunan tingkat risiko dari bahaya dan menurunkan tingkat dampak atau
keparahan dari bahaya jika terjadi.
Penjelasan dari hirarki pengendalian pada gambar 3.1 adalah sebagai
berikut.
1. Eliminasi
Merupakan proses penghilangan bahaya sejak tahapan desain proyek.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan sistem akibat desain yang kurang matang.
Metode ini merupakan cara yang paling efektif sehingga tidak hanya
bertumpu pada perilaku pekerja dalam menghindari risiko. Contoh
bahaya yang dapat dieliminasi sejak tahapan desain adalah bahaya yang
timbul akibat terjatuh, ergonomis, ruang terbatas, bising, dan kimia.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,
operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi kurang
berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan risiko
minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh
aplikasinya adalah dengan menggunakan sistem mesin otomatis untuk
mengurangi interaksi mesin berbahaya dengan operator, menggunakan
bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan,
kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang
menimbulkan debu menjadi bahan cair atau basah yang lebih aman.
3. Pengendalian teknis
Pengendalian teknis bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini
terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh
18
Alat Pelindung Diri dapat melindungi pekerja atau pemakainya dari potensi
bahaya atau mencegah adanya kontak antara pemakai dan bahaya. Pada dasarnya
fungsi dari APD yaitu untuk menghilangkan potensi bahaya, memisahkan pemakai
dan bahaya yang ada, dan meminimalkan dampak dari bahaya jika terjadi. Dengan
memakai APD dapat mencegah kecelakaan lainnya atau jika tidak ada metode atau
praktek lain yang mungkin untuk dilakukan dan merupakan cara terakhir yang
dapat dilakukan (Roughton, 2002).
Berikut merupakan jenis APD berdasarkan fungsinya :
1. Alat pelindung kepala
19
debu, kabut, uap, asap, dan sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan
meliputin masker, respirator, serta tangki selam dan regulatornya.
6. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti
virus dan bakteri. Jenis alat pelindung tangan meliputi sarung tangan
yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, juga karet serta sarung
tangan yang tahan terhadap bahan kimia.
7. Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tergelincir,
tertimpa atau terbentur benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, suhu ekstrim, bahan kimia
berbahaya, dan jasad renik. Jenis alat pelindung kaki adalah sepatu
keselamatan seperti yang biasa digunakan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, konstruksi bangunan, dan lain-lain.
8. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan, baik sebagian
maupun keseluruhan, dari bahaya panas atau dingin yang ekstrim,
terkena api, percikan bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan dengan mesin, peralatan dan bahan berbahaya, tergores,
radiasi, mikroorganisme, binatang, serta tumbuhan dan lingkungan
seperti virus, bakteri, dan jamur. Jenis pakaian pelindung meliputi
rompi (vest), celemek (apron/coveralls), jaket, dan pakaian pelindung
lainnya.
9. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi untuk membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung sehingga tidak membentur lantai
dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan mencakup sabuk
21
22
23
26
27
Dari tabel 5.1, terdapat 63 poin bahaya dari 18 aktivitas. Untuk menentukan
prioritas pengendalian bahaya dari bahaya yang telah diidentifikasi, dilakukan
pengkategorian tingkat risiko menjadi 3 kelompok. Pengelompokan tingkat risiko
dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
31
3%
14%
83%
Rendah Sedang Tinggi
Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Penyuluhan dampak • Face shield
Pengelasan
Radiasi Sinar buruk radiasi sinar • Goggles
1 Sambungan
Las ke Mata las dalam jangka
Besi IWF
panjang
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
menggunakan APD,
Terjatuh dari
penyuluhan
Ketinggian
pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
Pengelasan berisiko tinggi
2 Sambungan Safety helmet dan • Safety helmet
Besi IWF di pakaian keselamatan
Lelehan Besi • Pakaian
Ketinggian sebagai SOP di
Terkena Orang pelindung
lapangan, pengawas
di Bawahnya • Sepatu
di setiap sektor kerja
keselamatan
Penyuluhan dampak • Face shield
Radiasi Sinar buruk radiasi sinar • Goggles
Las ke Mata las dalam jangka
panjang
33
Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
menggunakan APD,
Terjatuh dari
Pemasangan penyuluhan
3 Ketinggian
Mur dan Baut pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak
Pengecatan menggunakan APD, jatuh perorangan
Terjatuh dari
6 Besi IWF di penyuluhan
Ketinggian pentingnya APD,
Ketinggian Tinggi memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak
Pemasangan menggunakan APD, jatuh perorangan
Terjatuh dari
7 Atap penyuluhan
Ketinggian
pentingnya APD,
Bangunan Tinggi memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
Pemasangan
menggunakan APD,
Rangka Terjatuh dari
penyuluhan
8 Alumunium Ketinggian
pentingnya APD,
dalam Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
Ketinggian untuk pekerjaan
berisiko tinggi
34
Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
Pengangkatan menggunakan APD,
Terjatuh dari
material penyuluhan
9 Ketinggian
dengan pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
Katrol memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkankan • Sepatu
fasilitas P3K keselamatan
Terkena Lelehan
• Pakaian
Besi
Pengelasan pelindung
1 Sambungan • Sarung tangan
Besi IWF Menyiapkan fasilitas • Spectacles
Terkena Bunga P3K • Pakaian
Api pelindung
• Sarung tangan
35
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
Kulit tersentuh
P3K • Pakaian
besi panas
pelindung
Penyuluhan dampak • Masker
Terhirup Asap
buruk asap las dalam
Las
jangka panjang
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
SOP penggunaan • Sepatu
APD, pelatihan K3L keselamtan
kepada pekerja,
• Pakaian
Terkena Lelehan
menyiapkan fasilitas
Besi pelidung
P3K
• Sarung tangan
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Tertimpa besi Pelatihan K3L • Safety helmet
IWF saat kepada pekerja, SOP
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Penyuluhan dampak • Ear plug
buruk kebisingan
Gangguan
Pendengaran dalam jangka
panjang
Pengecekan rutin • Sarung tangan
kondisi peralatan
Tersengat arus
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
SOP penggunaan • Spectacles
Mata terkena
APD, Pelatihan K3L
tatal besi
kepada pekerja
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
P3K, SOP • Pakaian
Kulit terkena penggunaan APD,
Pengeboran pelindung
7 tatal besi Pelatihan K3L
Besi IWF • Sepatu
kepada pekerja
keselamatan
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Penggunaan mesin • Sarung tangan
untuk memindahkan
Pemindahan Tangan terjepit IWF berukuran
Besi IWF besi besar, Pelatihan K3L
8
secara kepada pekerja, SOP
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
IWF berukuran
besar, Pelatihan K3L
kepada pekerja, SOP
penggunaan APD
Penggunaan mesin -
untuk memindahkan
Cedera Otot IWF berukuran
besar, Menyiapkan
fasilitas P3K
SOP penggunaan • Sarung tangan
APD, Menyiapkan • Pakaian
Iritasi kulit fasilitas P3K
pelindung
terkena bahan
• Sepatu
mortar
keselamatan
Pemasangan
9 • Tudung kepala
Dinding Bata SOP penggunaan • Safety helmet
Terjatuh dari
APD, Pelatihan K3L
scaffolding
kepada pekerja
SOP penggunaan • Safety helmet
Kejatuhan
APD, Pelatihan K3L
Material
kepada pekerja
Pelatihan K3L • Safety helmet
Bongkar Tertimpa Besi kepada pekerja, SOP
Muat Besi penggunaan APD
10
IWF dari Pelatihan K3L • Sarung tangan
Terjepit Besi kepada pekerja, SOP • Sepatu
Truk
penggunaan APD
keselamatan
39
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
Tangan terkena
P3K, SOP
palu
penggunaan APD
Terjatuh dari SOP penggunaan -
Ketinggian APD, Pelatihan K3L
Pengecoran Sedang kepada pekerja
Gangguan
Menggantikan proses • Tangki selam
penggalian pondasi dan regulator
pernapasan
menggunakan mesin,
kekurangan
SOP penggunaan
oksigen
APD
Menggantikan proses • Rompi pengatur
penggalian pondasi keterapungan
Penggalian
12 Tenggelam menggunakan mesin,
Ring Pondasi
SOP penggunaan
APD
Menggantikan proses • Ear plug
Gangguan pada penggalian pondasi
telinga akibat menggunakan mesin,
menyelam SOP penggunaan
APD
40
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
P3K, SOP • Pakaian
Terluka terkena penggunaan APD
pelindung
seng
• Sepatu
Pemasangan keselamatan
13 Atap
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
Bangunan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Kulit melepuh SOP penggunaan • Pakaian
terkena panas APD pelindung
matahari
Terjatuh dari SOP penggunaan • Safety helmet
ketinggian APD, Pelatihan K3L
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
SOP penggunaan • Sarung
Iritasi Kulit APD, Menyiapkan • Pakaian
fasilitas P3K
Akibat Adukan pelindung
Bahan • Sepatu
keselamatan
Pengecoran SOP penggunaan • Spectacles
Mata terkena
16 Lantai 2 APD, Menyiapkan
adukan bahan
Bangunan fasilitas P3K
Tertimpa Pelatihan K3L • Safety helmet
Adukan Ready kepada pekerja, SOP • Pakaian
Mix penggunaan APD
pelindung
Kaki terkena • Sepatu
kawat tajam keselamatan
Pelatihan K3L • Safety helmet
Pengangkatan
kepada pekerja, SOP • Pakaian
material Tertimpa penggunaan APD
pelindung
17 dengan material
• Sepatu
Katrol
keselamatan
SOP penggunaan • Pakaian
APD pelindung
Iritasi kulit
• Sarung tangan
Pemasangan terkena glasswol
• Sepatu
18 Glasswol
keselamatan
pada Dinding
Penyuluhan dampak • Masker
Gangguan
buruk glasswol
pernapasan
terhadap pernapasan
42
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
terhirup material dalam jangka
glasswol panjang, SOP
penggunaan APD
Terjatuh dari SOP penggunaan • Safety helmet
ketinggian APD, Pelatihan K3L
pengecekan rutin ketersediaan APD setiap pekerja. Safety talk telah dilakukan
dengan baik karena telah dilakukan secara rutin namun tidak dilakukan sanksi
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa pekerja.
5.3.2 Ketersediaan APD dan Fasilitas Penunjang K3
Alat Pelindung Diri pada proyek ini disediakan langsung oleh perusahaan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, safety helmet, masker dan spectacles tersedia
melebihi jumlah pekerja yang ada di lapangan namun beberapa safety helmet tidak
dalam kondisi baik atau pecah. Pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh juga
disediakan oleh perusahaan namun hanya dalam jumlah terbatas dan cenderung
kurang. Tangki selam dan rompi pengatur keterapungan tidak tersedia di lapangan
walaupun terdapat aktivitas menyelam yang dilakukan. Kemudian terdapat
beberapa APD yang dimiliki secara pribadi oleh masing-masing pekerja dan tidak
disediakan oleh perusahaan seperti sepatu keselamatan, sarung tangan, dan ear
plug. Secara umum, ketersediaan APD dasar seperti safety helmet, dan spectacles
sudah tersedia secara baik. Namun untuk APD khusus seperti alat pelindung jatuh,
APD menyelam tidak tersedia dengan baik dan diperlukan perbaikan kondisi.
Untuk APD yang bersifat pribadi terdapat pekerja yang memilikinya namun
beberapa pekerja tidak memiliki APD tersebut seperti sepatu keselamatan dan
sarung tangan.
5.3.3 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Berdasarkan observasi di lapangan, pemakaian APD belum dilaksanakan
dengan baik. Terdapat banyak pekerja yang tidak menggunakan atau tidak rutin
menggunakan APD dasar seperti safety helmet, sepatu keselamatan, dan sarung
tangan. Diperlukan sosialisasi khusus untuk memberikan pemahaman kepada
pekerja untuk menggunakan APD. Untuk aktivitas yang berada pada ketinggian,
hanya beberapa pekerja yang menggunakan alat pelindung jatuh perorangan
dikarenakan jumlah APD tersebut terbatas. Pekerja yang lebih berpengalaman lebih
memilih untuk tidak menggunakan alat pelindung jatuh perorangan dengan alasan
kenyamanan dan mengganggu pergerakan. Diperlukan perbaikan segera khusus
untuk pelaksaaan aktivitas yang membutuhkan alat pelindung jatuh karena
44
1. Kesimpulan
Berdasarkan manajemen K3 menggunakan metode HIRARC, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas dari bentuk bahaya di lapangan memiliki tingkat
risiko sedang dan diperlukan pengawasan ketat dalam pelaksanaan K3, sebagian
kecil memiliki tingkat risiko tinggi yang memerlukan tindakan segera untuk
mengontrol risiko. Bahaya dengan tingkat risiko tinggi umumnya berkaitan dengan
aktivitas di ketinggian. Bentuk pengendalian risiko yang diperlukan yaitu
penggunaan APD sesuai dengan potensi bahaya, pelatihan terkait K3L kepada
pekerja, penyediaan fasilitas K3L, dan adanya pengawasan.
Penerapan K3 di lapangan proyek konstruksi sekolah ini umumnya belum
dilakukan secara baik dan diperlukan pembenahan di segi ketersediaan APD dan
ketertiban dalam penggunaan APD. Pembenahan utama yang perlu dilakukan yaitu
penyediaan APD alat pelindung jatuh perorangan pada aktivitas di ketinggian yang
memiliki tingkat risiko tinggi.
2. Saran
1. Kontraktor perlu untuk memberikan sanksi tegas kepada para pekerja
yang melanggar SOP K3 dan penggunaan APD
2. SOP penggunaan APD sebaiknya dibuat secara lebih jelas dan mudah
dipahami dan ditempelkan dilokasi proyek
3. Kontraktor sebaiknya menyediakan APD secara lengkap sesuai dengan
jumlah pekerja yang ada termasuk sarung tangan, sepatu keselamatan
45
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, R. M. (2018). Evaluasi Persyaratan K3 Dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat Proyek Konstruksi. Universitas Gadjah Mada.
Kementerian PUPR. (2018). Peraturan K3 Konstruksi Indonesia. Retrieved
August 16, 2019, from Sibima Konstruksi website:
http://sibima.pu.go.id/mod/page/view.php?id=16201
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Rochmi, M. N. (2019). Kecelakaan Kerja Sektor Konstruksi Paling Tinggi.
Retrieved August 15, 2019, from Beritagar website:
https://beritagar.id/artikel/berita/kecelakaan-kerja-sektor-konstruksi-paling-
tinggi
Roughton, J. E. (2002). Developing an Effective Safety Culture : a Leadership
Approach. USA: Butterworth Heinemann.
Saeno. (2019). Sepanjang 2018 Kemnaker Catat Terjadi 157.313 Kecelakaan
Kerja. Retrieved August 15, 2019, from Ekonomi website:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190115/12/878723/sepanjang-2018-
kemnaker-catat-terjadi-157.313-kecelakaan-kerja
Sikora, M. (2016). Health and Safety in Construction. Retrieved August 16, 2019,
from Blacklinesafety website: http://www.blacklinesafety.com/blog/health-
safety-construction
Suardi, R. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PPM.
46
LAMPIRAN
47
48
Lampiran Daftar Pembicara Seminar Kerja Praktik
49
Lampiran Daftar Peserta Seminar Kerja Praktik
50