Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KERJA PRAKTIK

DI PROYEK PEMBANGUNAN SEKOLAH


PT CAHAYA TUNGGAL ABADI
11 September 2018 – 26 Oktober 2018

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3) DENGAN METODE HIRARC DAN EVALUASI PENERAPANNYA
PADA PROYEK KONSTRUKSI SEKOLAH
DI KECAMATAN PADANG UTARA KOTA PADANG

Disusun Oleh:
KEVIN MARSEL
15/385121/TK/43783

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

i
LEMBAR SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK

ii
LEMBAR SURAT PENERIMAAN KERJA PRAKTIK

iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK

iv
LEMBAR PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN

v
LEMBAR PENILAIAN DARI PERUSAHAAN

vi
LEMBAR PENILAIAN DARI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

Berdasarkan laporan kerja praktik,


Nama : Kevin Marsel
NIM : 15/385121/TK/43783
Program Studi : Teknik Industri
Lokasi : PT Cahaya Tunggal Abadi
Proyek : Konstruksi Sekolah TK Lolong Belanti
Topik : Manajemen Risiko K3 dan Evaluasi Penerapannya pada
Proyek Konstruksi
Waktu : 11 September 2018 – 26 Oktober 2018
Nilai :A A- A/B B+ B- B/C
C+ C C- D+ D- E

Yogyakarta, ...... September 2019


Dosen Pembimbing Akademik
Departemen Teknik Mesin dan Industri

Dr. Eng. Titis Wijayanto, S.T., M.Des


NIP. 198207092015041001

vii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK DENGAN JUDUL

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3) DENGAN METODE HIRARC DAN EVALUASI PENERAPANNYA
PADA PROYEK KONSTRUKSI SEKOLAH DI KECEMATAN PADANG
UTARA KOTA PADANG

Disusun Oleh:

Kevin Marsel
15/385121/TK/43783

Dinyatakan telah disetujui dan disahkan oleh Koordinator Kerja Praktik Teknik
Industri

Yogyakarta, ...... September 2019


Koordinator Kerja Praktik Teknik Industri

Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc., Ph.D.


NIP : 19770811200212202

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga Penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik di PT. Cahaya Tungga
Abadi yang bergerak dibidang konstruksi dan menyusun laporan kerja praktik yang
berlangsung selama satu setengah bulan, yaitu pada periode 11 September 2018 –
26 Oktober 2018.
Kerja Praktik merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
dalam menjalankan studi di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta. Laporan Kerja Praktik di Cahaya Tungga Abadi ini berisi mengenai
analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lapangan tempat pelaksanaan
kontruksi.
Penulisan laporan ini dilakukan setelah terselenggaranya kerja praktik.
Laporan ini tentu saja belum dapat dikatakan sempurna, untuk itu penulis dengan
senang hati untuk menerima masukan dan saran yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laporan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak terkait.
Padang, 20 Oktober 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK ii
LEMBAR SURAT PENERIMAAN KERJA PRAKTIK iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK iv
LEMBAR PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN v
LEMBAR PENILAIAN DARI PERUSAHAAN vi
LEMBAR PENILAIAN DARI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK vii
LEMBAR PENGESAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Kerja Praktik 2
1.5 Manfaat Kerja Praktik 2

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3


2.1 Gambaran Umum Perusahaan 3
2.2 Profil Perusahaan 3
2.3 Visi dan Misi Perusahaan 4
2.4 Prinsip Perusahaan 4
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan 5

BAB III LANDASAN TEORI 9


3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 9
3.2 Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bidang Konstruksi 10

x
3.3 HIRARC 13
3.4 Hirarki Pengendalian Risiko 16
3.5 Alat Pelindung Diri (APD) 18

BAB IV METODE KERJA 22


4.1 Tinjauan Umum Proyek 22
4.2 Waktu dan Objek Kerja 23
4.3 Alat dan Bahan Kerja Praktik 23
4.4 Tahapan Analisis Masalah 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 26


5.1 Analisis Risiko Menggunakan HIRARC 26
5.2 Pengendalian Risiko 31
5.3 Evaluasi Penerapan K3 di Lapangan 42

BAB VI PENUTUP 45
6.1 Kesimpulan 45
6.2 Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Cahaya Tunggal Abadi 5


Gambar 3.1 Hirarki Pengendalian Risiko 16
Gambar 4.1 Desain 22
Gambar 4.2 Perkembangan Konstruksi 23
Gambar 4.3 Diagram Alir 25
Gambar 5.1 Risk Rating/Tingkat Risiko dari Aktivitas 31

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kemungkinan Tingkat Bahaya 14


Tabel 3.2 Akibat yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja 15
Tabel 3.3 Tingkat Risiko 15
Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proyek 27
Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi 32
Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang 34

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Cahaya Tunggal Abadi (PT CTA) merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang konstruksi. Sebagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi,
perusahaan ini menekankan pada pekerjaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kerja.
Pekerjaan fisik yang dilakukan berisiko menimbulkan kecelakaan atau bahaya lain.
Terbukti bidang konstruksi menghasilkan tingkat kecelakaan kerja tertinggi di
Indonesia dan dunia (Sikora, 2016; Rochmi, 2019) Lebih lanjut, tingkat kecelakaan
kerja seluruh Indonesia sepertiganya merupakan kecelakaan kerja di bidang
konstruksi (Saeno, 2019). Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
Indonesia sudah menerapkan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR). Peraturan terkait K3 yang diterapkan di antaranya adalah Permenakertrans
No. 1 Tahun 1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan dan Keputusan Bersama
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum dalam KEPMEN No. 104
Tahun 1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi (Kementerian PUPR,
2018). Meskipun peraturan tentang K3 telah disusun secara mendetail, masih
banyak kejadian kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya adalah karakteristik proyek, lokasi kerja atau geografis, cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas, tenaga kerja yang kurang terlatih, dan manajemen
keselamatan kerja yang buruk (Suardi, 2005). Hal ini menyebabkan evaluasi
tentang K3 di bidang konstruksi diperlukan.
Bentuk evaluasi K3 diperlukan oleh perusahaan konstruksi terutama PT
Cahaya Tunggal Abadi yang memiliki prinsip keselamatan dalam pelaksanaan
proyek. Prinsip keselamatan yang dimiliki perusahaan ini berisi bahwa dalam
pembangunan proyek yang berkualitas, dibutuhkan pekerjaan yang tetap

1
memperhatikan keselamatan dalam pengerjaannya. Oleh karena itu,
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi penting.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada laporan kerja praktik ini adalah manajemen risiko
dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada pelaksanaan proyek
konstruksi berdasarkan standar kesehatan dan peraturan K3 yang ada.

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah


1. Data yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan di proyek
pembangunan konstruksi sekolah oleh PT Cahaya Tunggal Abadi di
Kecematan Lolong Belanti, Padang.
2. Data observasi implementasi K3 diambil secara langsung oleh
mahasiswa secara acak dan waktu pengambilan data dilakukan hanya
pada saat mahasiswa melaksanakan kerja praktik.

1.4 Tujuan Kerja Praktik


Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik di PT. Cahaya Tunggal Abadi adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan observasi lapangan untuk mengevaluasi penerapan program
Kesehatan dan Keselamtan Kerja (K3) pada proyek konstruksi oleh
perusahaan di tempat mahasiswa melakukan kerja praktik.
2. Melakukan strategi pengendalian dengan cara identifikasi risiko,
penilaian risiko dan pengendalian risiko bahaya untuk meminimalisir
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja PT Cahaya Tunggal Abadi

1.5 Manfaat Kerja Praktik


Manfaat dari observasi dan analisis pelaksanaan K3 di lapangan ini adalah
sebagai bahan pertimbangan oleh PT. Cahaya Tunggal Abadi dalam
mengevaluasi dan meningkatkan standar pelaksanaan K3 di lapangan
proyek. Selain itu, melalui laporan ini juga dapat meningkatkan tingkat
keselamatan pekerja di proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan
yang bersangkutan.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT Cahaya Tunggal Abadi (PT CTA) merupakan sebuah perusahaan
kontraktor nasional yang menawarkan jasa untuk pelaksanaan kontruksi. PT CTA
memiliki kompetensi dalam mengerjakan proyek konstruksi struktur, pengerjaan
fasilitas ummum, maupun arsitektural bangunan yang mayoritas pelaksanaanya
berada di Pulau Sumatera. PT CTA didirikan dan dipimpin oleh Ir. Kasriel Ruslim
pada tahun 1997. PT CTA bergerak di bidang jasa pelaksanaan kontruksi dengan
beragam tipe proyek di wilayah Indonesia. Kegiatan utama perseroan ini adalah
bergerak pada bidang jasa konstruksi, pemeliharaan dan perawatan jalan. Hal ini
sesuai dengan lingkup kerja perusahaan sebagaimana tercantum :
1. Pembangunan gedung
2. Pembangunan jalan
3. Pemeliharaan dan perawatan jalan
4. Pembangunan jembatan
5. Pemeliharaan dan perawatan jembatan
6. Penyewaan alat berat

Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh PT CTA diantaranya :


1. Preservasi, pelebaran jalan BTS. PROV. SUMBAR – Jln. Lintas
Sumatera II (Bangko)
2. Rekonstruksi jembatan ke relokasi tahap II Koto Tangah, Sumatera
Barat
3. Pemeliharaan jalan Paket II Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat
4. Konstruksi Shelter dan Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Padang

2.2 Profil Perusahaan


a) Nama Perusahaan : PT Cahaya Tunggal Abadi
b) Merk Dagang : CTA

3
4

c) Direktur Utama : Ir. Kasriel Ruslim


d) Kantor
Kantor Pusat : The Boulevard Resident Park 8th floor suit
D2, Jl Fachruddin Raya No 5, Jakarta Pusat
Kantor Operasional 1 : Ruko Fatmawati Festival Blok O-10, Jl RS.
Fatmawati No 50, Jakarta Selatan
Kantor Operasional 2 : Jl Hayam Wuruk No 24/I, Padang
e) Lingkup Pekerjaan : General Contractors, Traders, Suppliers
f) NPWP : 01.362.498.6-073.000

2.3 Visi dan Misi Perusahaan


a) Visi Perusahaan
Menjadi salah satu perusahaan konstruksi dengan integritas terbaik yang
memberikan kepercayaan dan solusi bagi para pemangku kepentingan
b) Misi Perusahaan
1. Menjadi mitra utama dalam bidang bisnis kontruksi
2. Memberikan kontribusi, kesuksesan, dan nilai tambah yang signifikan
kepada para klien
3. Memberikan nilai tertinggi ke seluruh stakeholders dan tetap terus
tumbuh dengan berkesinambungan
4. Berkontribusi untuk pembangunan bangsa

2.4 Prinsip Perusahaan


Prinsip yang dipegang oleh PT CTA dalam menjalankan bisnisnya adalah
sebagai berikut.
1. Kualitas
Kualitas pengerjaan menjadi perhatian utama untuk menjaga
kepuasan klien. Dengan dijalankannya prinsip ini, perusahaan telah
berhasil membangun berbagai proyek.
2. Keselamatan
Perusahaan tetap memprioritaskan keselamatan dalam menjalankan
bisnisnya. Perusahaan mempercayai bahwa dalam pembangunan
5

proyek berkualitas juga harus diikuti dengan budaya keselamatan


tanpa kecelakaan.
3. Tepat Waktu
Untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh klien, CTA selalu
menyelesaikan proyeknya sesuai waktu yang di tentukan dengan
tetap mempertahankan kualitas yang baik.

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan


Untuk mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan struktur organisasi
perusahaan yang bekerja secara kerkesinambungan. Diperlukan sistem pembagian
tugas, pembagian tanggung jawab, dan pelimpahan wewenang secara jelas. Untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan dengan baik, koordinasi struktural dibutuhkan.
Struktur organisasi yang dimiliki oleh PT Cahaya Tunggal Abadi digambarkan
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Cahaya Tunggal Abadi

Berikut merupakan uraian dari pekerjaan masing-masing posisi jabatan di


perusahaan :
6

1. Direktur
a. Memimpin dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
b. Memilih, menetap, dan mengawasi karyawan-karyawan
perusahaan
c. Menyetujui pengajuan anggaran tahunan perusahaan
d. Menyampainkan laporan kepada pemegang saham
perusahaan atas kinerja perusahaan per periode waktu
tertentu
2. General Manager
a. Menentukan tujuan perusahaan jangka pendek maupun
jangka panjang dengan menetapkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
b. Mengawasi dan mengatur seluruh kegiatan yang dilakukan
di dalam perusahaan
c. Terus memperbaiki dan menyempurnakan di segi penataan
perusahaan agar perusahaan tetap bekerja secara efisien dan
efektif
d. Menjadi penghubung dalam komunikasi antara para staff
dan direktur
e. Membimbing para staff dan manajer bagian dan
mendelegasikan tugas-tugas kepada orang yang tepat
f. Mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai
dilakukan oleh perusahaan
3. Manajer Konstruksi
a. Mengawasi kegiatan di lapangan dan mengawasi seluruh
aktivitas sesuai rencana yang telah ditetapkan
b. Mengawasi dan meminta laporan progress dan penjelasan
pekerjaan tiap item pekerjaan
c. Menegur atau menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika
terjadi sesuatu yang tidak sesuai rencana atau kesepakatan
7

d. Menyampaikan secara langsung kepada manajer atau


direktur mengenai perkembangan proyek di lapangan
e. Mengawasi pelaksanaan proyek dalam menjaga syarat K3
(Kesehatan dan keselamatan kerja)
f. Menjaga mutu dan waktu pengerjaan agar sesuai target
4. Manager Personalia
a. Mengidentifikasi lowongan kerja untuk staf, merekrut,
mewawancarai dan memilih para pelamar
b. Mengevaluasi, mengembangkan, dan mengurus sistem tes
penerimaan pelamar kerja
c. Mengelola prosedur disiplin dan melakukan pemecatan pada
karyawan
d. Mengalokasikan sumber daya manusia sesuai fungsinya
pada perusahaan
e. Melakukan orientasi pada karyawan untuk mengenalkan
prinsip-prinsip perusahaan
f. Menjadi penghubung bagi karyawan dan manajemen
g. Menyiapkan karyawan untuk mengurus program pelatihan
dan program magang
5. Manajer Pemasaran
a. Bertanggungjawab terhadap hasil penjualan perusahaan dan
pengelolaan dana untuk promosi
b. Manajer pemasaran membina dan mengatur seluruh staf
dibagian pemasaran
c. Membuat laporan pemasaran yang ditujukan kepada
manajemen
6. Manajer Keuangan
a. Bekerjasama dengan divisi lain dalam merencanakan,
meramalkan perencanaan umum keuangan perusahaan
8

b. Mengambil keputusan strategis dalam investasi dan


pembiayaan yang ada dan hal-hal yang terkait pada
keputusan itu
c. Menjalankan dan mengoperasikan operasional perusahaan
dengan biaya seefisien mungkin dengan koordinasi dengan
divisi lainnya
7. Manajer IT
a. Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan oleh personil proyek
b. Mengelola pelaksanaan proyek untuk memastikan
kesesuaian terhadap anggaran, ruang lingkup, dan jadwal
proyek
c. Melaksanakan rencana komunikasi proyek
d. Menganalisis data-data tahunan biaya-manfaat atau laba atas
investasi
e. Mengelola dan mengembangkan work breakdown structure
(WBS) pada proyek teknologi informasi
8. Manajer Produksi
a. Mengatur perancangan dan pengorganisasian jadwal-jadwal
produksi
b. Menjaga standar kualitas hasil proyek perusahaan
c. Melaksanakan perbaikan, pembelian dan pemeliharaan rutin
peralatan produksi
d. Menilai proyek dan sumberdayanya
9. Staff
Staff merupakan perpanjangan tangan dari setiap manajer bagian
dalam melaksanakan tugas-tugasnya masing-masing.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja disebutkan bahwa setiap orang yang bekerja dan yang berada di tempat kerja
harus terjamin keselamatannya. Semua peralatan yang digunakan harus terjamin
keamanannya dan sebagai penanggung jawab pelaksanaan program K3 di tempat
kerja adalah Direktur dan Pengurus perusahaan. Pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dan juga dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Sedangkan menurut International Labour Organization/World Health
Organization (ILO/WHO), Joint Safety and Health Committee, K3 adalah sebagai
berikut: “Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the
highest degree of physical, mental, and social well-being of all occupation; the
prevention among workers of departures from health caused by their working
conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from
factors adverse to health; the placing and maintenance of the workers in an
occupational environment adapted to his physiological and psycological equipment
and to summarize the adaptation of work to man and each man to his job.”
Kemudian menurut Edwin B. Flippo (1995) dalam Effendi (2018), K3
adalah pendekatan yang menetapkan standar secara menyeluruh dan bersifat
spesifik, penentuan kebijakan pemerintah pada praktek-praktek perusahaan di
tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda, dan
hukuman-hukuman lainnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, Hendra (2000) dalam Effendi
(2018), menjelaskan bahwa K3 merupakan :

9
10

1. Memelihara dan mepromosikan derajat tertinggi semua pekerja secara


fisik, mental, dan kesejahteraan sosial pada semua jenis pekerjaan,
2. Mencegah penurunan kesehatan para pekerja yang dikarenakan kondisi
pekerjaan mereka masing-masing.
3. Melindungi para pekerja dalam setiap pekerjaan dari risiko yang timbul
dikarenakan faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara para pekerja di lingkungan kerja yang
sesuai dengan kondisi fisiologis dan psikologis pekerja dan agar
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap
orang dengan tugasnya masing-masing.

3.2 Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bidang Konstruksi


Peraturan-peraturan yang mengatur kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
di bidang konstruksi di antaranya adalah sebagai berikut :
1. OHSAS 18001:2007
OHSAS 18001 merupakan standar penerapan manajemen K3 yang
dibuat oleh bebapa lembaga sertifikasi dan lembaga sertifikasi kelas
dunia seperti BSI (British Standard International). OHSAS
18001:2007 dibuat untuk mencegah terjadinya kemungkinan
kecelakaan kerja yang terjadi di linkungan kerja akibat kondisi K3 yang
tidak saja akan menimbulkan kerugian secara ekonomis tetapi juga
kerugian non-ekonomis. Secara umum, OHSAS 18001 merupakan
standar internasional dari sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3).
2. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
Pasal 3:
• Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan
pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat
kerja terhadap tenaga kerjanya.
11

• Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit


keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan
kepada setiap tenaga kerja.
• Unit keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ayat (2) pasal ini
meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran,
peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada
kecelakaan dan usaha- usaha penyelamatan.
Pasal 5:
• Di setiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk
keperluan keluar masuk dengan aman.
• Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong, dan gang-gang
tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup
sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.
Pasal 8:
• Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai
yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi
tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang
dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang
kuat.
Pasal 45:
• Alat-alat penggalian tanah yang digunakan harus dipelihara dengan
baik sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam
pemakaiannya.
• Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin kestabilan
mesin penggali tanah (power shevel) dan harus diusahakan agar
orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke tempat kerja
yang terdapat bahaya kejatuhan benda.
Pasal 55:
12

• Alat-alat kerja tangan harus dari mutu yang cukup baik dan harus
dijaga supaya selalu dalam keadan baik.
• Penyimpanan dan pengangkutan alat-alat tajam harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.
• Perencanaan dan pembuatan alat-alat kerja tangan harus cocok untuk
keperluannya dan tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan.
• Alat-alat kerja tangan boleh digunakan khusus untuk keperluannya
yang telah direncanakan.
Pasal 67:
• Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
terjamin tidak adanya bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan
oleh kejatuhan tanah, batu atau bahan-bahan lainnya yang terdapat
di pinggir atau di dekat pekerjaan galian.
• Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi
pengaman penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang
yang bekerja di dalam lubang atau parit.
• Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus dijamin
pula keselamatannya dari bahaya lain selain tersebut ayat (1) dan (2)
di atas.
3. Keputusan Bersama Menteri tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep.174/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Pasal 1:
• Sebagai persyaratan teknis pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 01/Men/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, maka
ditetapkan sebagai petunjuk umum berlakunya Buku Pedoman
Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat
Kegiatan Konstruksi, yang selanjutnya disebut Buku Pedoman dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada kegiatan bersama ini.
13

3.3 HIRARC
Menurut Ramli (2010), HIRARC adalah salah satu persyaratan yang harus
ada untuk menerapkan K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007. OHSAS 18001:2007
mengharuskan organisasi/perusahaan yang akan menerapkan K3 berdasarkan
OHSAS 18001:2007 melakukan penyusunan HIRARC pada perusahaannya.
HIRARC dibagi menjadi 3 tahap yaitu identifikasi bahaya (hazard identification),
penilaian risiko (risk assessment), dan pengendalian risiko (risk control).
Dengan menggunakan HIRARC, diharapkan semua faktor yang dapat
membahayakan pekerja serta bahaya-bahaya di tempat kerja dapat diidentifikasi.
Dan kemudian dapat memberikan penilaian risiko bahaya yang kemungkinan
terjadi kepada pekerja menurut tingkat keparahanya. Jika sudah diketahui penilaian
risikonya, maka perusahaan dapat merencanakan, memperkenalkan dan memonitor
secara rutin sehingga dapat dipastikan bahwa risiko dapat dikendalikan.
3.3.1 Identifikasi bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya bertujuan untuk mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan
atau pekerja, serta untuk dapat mengetahui bahaya yang ada tersebut berkaitan
dengan peralatan tertentu sehingga dapat dilakukan kegiatan pencegahan terhadap
potensi bahaya tersebut. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bahaya
kesehatan, bahaya keamanan, dan bahaya lingkungan.
Identifikasi bahaya yang digunakan harus bersifat umum sehingga semua
pekerja dapat memahaminya dengan mudah dalam pelaksanaan di lapangan.
Pemberian informasi mengenai bahaya kepada para pekerja harus dilakukan secara
rutin karena ada kemungkinan para pekerja tidak dapat memahami sesuatu dengan
cepat. Sebagai contoh, pada kasus yang sederhana. Sumber bahaya dapat
diidentifikasi melalui pengamatan dan penggunaan pengetahuan awam. Tetapi
untuk kasus yang kompleks, sumber bahaya hanya dapat diidentifikasi melalui
pengukuran, misal udara yang tercemar oleh bahan kimia hanya dapat diukur
dengan menggunakan alat tertentu dan dilaksanakan oleh petugas yang
berpengalaman di bidangnya sehingga dapat diketahui dampaknya berbahaya atau
tidak.
14

3.3.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Penilaian risiko dilakukan dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Pada metode kualitatif digunakan kata-kata untuk menggambarkan besarnya
potensi tingkat keparahan dan peluang terjadinya kecelakaan yang akan terjadi.
Penilaian ini dapat disesuaikan dengan situasi pada tipe pekerjaan yang berbeda.
Dalam metode kuantitatif, penilaian dilakukan dengan menggunakan angka-angka
sesuai dengan skala tertentu. Pada pelaksanaannya, pendataan risiko
mempertimbangkan dua faktor, yaitu peluang terjadinya dan akibat yang
ditimbulkan.
1. Peluang terjadi
Faktor ini digunakan untuk menilai seberapa mungkinkan setiap sumber
bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Skala yang
digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kemungkinanan terjadi
kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Kemungkinan Tingkat Bahaya

Peluang Nilai Deskripsi


Kemungkinan besar 5 Kemungkinan terjadi selalu muncul pada setiap
kejadian
Mungkin terjadi 4 Kemungkinan akan sering terjadi
Dapat diperkirakan 3 Kemungkinan akan kadang-kadang terjadi
Kemungkinan Kecil 2 Kemungkinan terjadi sangat kecil/ hampir tidak ada
Hampir tidak terjadi 1 Kemungkinan terjadi tidak ada sama sekali

2. Akibat yang ditimbulkan


Akibat yang ditimbulkan apabila sumber bahaya yang ada menyebabkan
cidera dengan cara memberikan penilaian berdasarkan skala yang ada
dapat dilihat berdasarkan tabel 3.2 berikut ini.
15

Tabel 3.2 Akibat yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja


Akibat yang
Nilai Deskripsi
Ditimbulkan
Kematian, kerusakan lingkungan secara permanen, kerusakan
Bencana 5 properti yang sangat besar, pencemaran limbah beracun,
kerugian finansial yang sangat besar
Kehilangan waktu kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan
Fatal 4
lingkungan non-permanen, kerugian finansial besar
Penyembuhan cedera membatasi pekerjaan, kerugian finansial
Serius 3 yang besar, penyelesaian masalah bersama pihak di luar
proyek
Cedera cukup ringan cukup dengan P3K, penyelesaian
Kecil 2
masalah dengan pihak dalam kerugian finansial tidak besar
Tidak mempengaruhi pekerjaan, tidak cedera, kerugian
Tidak Berarti 1
finansial rendah

3. Risiko
Tingkat risiko dapat ditentukan dari hasil perkalian antara nilai peluang
dikali dengan nilai akibat, sehingga dapat dirumuskan bahwa :
Risiko = Peluang x Akibat
Setelah didapat nilai risiko dari hasil perkalian tersbut, maka dapat
ditentukan tingkat risikonya. Pada tabel 3.3 akan dijelaskan secara detail
menegenai tingkat risiko berdasar 3 tingkat.
Tabel 3.3 Tingkat Risiko
Skala Deskripsi Keterangan
Dibutuhkan tindakan segera untuk mengontrol bahaya,
yang disetujui oleh menajer konstruksi melalui konsultasi
15-25 Tinggi
dengan personal khusus dan melaksanakan dengan tim
utama
Pekerjaan dapat diselesaikan dengan pengendalian dan
5-12 Sedang
pengawasan yang ketat
Tingkat risiko dapat ditoleransi dan tidak memerlukan
1-4 Rendah
pengawasan dan pengendalian yang ketat
16

3.3.3 Pengendali Risiko (Risk Control)


Risiko bahaya harus dikendalikan sedini mungkin dan terus dilakukan
pengawasan terhadap pelaksanaannya. Jika risiko-risiko sudah terdata dengan baik,
maka dapat dibuat keputusan tentang metode yang akan digunakan dalam system
pengendalian risiko di lokasi pekerjaan proyek.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk meminimalisir dan
mengatasi risiko diantaranya.
1. Menggunakan APD (alat pelindung diri)
2. Meminimalkan resiko dengan meningkatkan sistem dan administrasi
3. Dengan engineering control, dengan mencari alternatif cara dengan
risiko bahaya yang lebih kecil
4. Dengan meminimalisir dampak dengan fasilitas dan pertolongan pertama

3.4 Hirarki Pengendalian Risiko

Gambar 3.1 Hirarki Pengendalian Risiko

Berdasarkan informasi yang didapat dari Effendi (2018), Hirarki


Pengendalian merupakan tingkatan metode atau cara yang dapat dilakukan untuk
17

mengendalikan risiko. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain
Eliminasi, Substitusi, Perancangan, Administrasi, dan APD.
Pada gambar hirarki pengendalian risiko, semakin tinggi posisi metode
maka semakin efektif metode tersebut dalam meminimalkan risiko. Hirarki
pengendalian ini mempunyai dua dasar pemikiran dalam menurunkan risiko yaitu
melalui penurunan tingkat risiko dari bahaya dan menurunkan tingkat dampak atau
keparahan dari bahaya jika terjadi.
Penjelasan dari hirarki pengendalian pada gambar 3.1 adalah sebagai
berikut.
1. Eliminasi
Merupakan proses penghilangan bahaya sejak tahapan desain proyek.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan sistem akibat desain yang kurang matang.
Metode ini merupakan cara yang paling efektif sehingga tidak hanya
bertumpu pada perilaku pekerja dalam menghindari risiko. Contoh
bahaya yang dapat dieliminasi sejak tahapan desain adalah bahaya yang
timbul akibat terjatuh, ergonomis, ruang terbatas, bising, dan kimia.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,
operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi kurang
berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan risiko
minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh
aplikasinya adalah dengan menggunakan sistem mesin otomatis untuk
mengurangi interaksi mesin berbahaya dengan operator, menggunakan
bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan,
kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang
menimbulkan debu menjadi bahan cair atau basah yang lebih aman.
3. Pengendalian teknis
Pengendalian teknis bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini
terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh
18

implementasi metode ini adalah adanya penutup mesin/machine guard,


circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system,
sensor, dan sound enclosure.
4. Pengendalian administrasi
Pengendalian secara administratif terkait peraturan administrasif yang
mengatur agar pekerja membatasi waktu kontaknya (pemaparan) dengan
faktor bahaya atau kontaminasi. Kontrol administratif diharapkan dapat
menyeleksi orang yang patuh dan memiliki kemampuan yang cukup
untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Contoh pengendalian ini
antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasional prosedur (SOP),
pelatihan, pengawasan, modifikasi perilaku, jadwal kerja, rotasi kerja,
pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, dan pemeriksaan
kesehatan.
5. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri harus memenuhi standar dan harus dipakai oleh
pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Contohnya adalah pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada
pekerjaan pengelasan.

3.5 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri dapat melindungi pekerja atau pemakainya dari potensi
bahaya atau mencegah adanya kontak antara pemakai dan bahaya. Pada dasarnya
fungsi dari APD yaitu untuk menghilangkan potensi bahaya, memisahkan pemakai
dan bahaya yang ada, dan meminimalkan dampak dari bahaya jika terjadi. Dengan
memakai APD dapat mencegah kecelakaan lainnya atau jika tidak ada metode atau
praktek lain yang mungkin untuk dilakukan dan merupakan cara terakhir yang
dapat dilakukan (Roughton, 2002).
Berikut merupakan jenis APD berdasarkan fungsinya :
1. Alat pelindung kepala
19

Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari


benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang
melayang atau meluncur di udara. Helm dapat melindungi kepala dari
radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.
Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko rendah bisa menggunakan topi
ataupun penutup kepala sebagai pelindung. Jenis alat pelindung kepala:
helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut.
2. Alat pelindung wajah
Alat pelindung wajah atau face shield berfungsi untuk melindungi
wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang di
udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan
atau pukulan benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya. Jenis alat
pelindung wajah mencakup tameng muka, masker selam, atau masker
seluruh wajah.
3. Alat pelindung mata
Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara ataupun di air, percikan benda kecil,
benda panas, ataupun uap panas. Selain itu kacamata pengaman juga
berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung ke mata,
benturan serta pukulan benda keras dan tajam. Jenis alat pelindung mata
adalah goggles dan spectacles.
4. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi alat pendengaran
terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung telinga: sumbat
telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
5. Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan berfungsi untuk melindungi organ
pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat,
menyaring cemaran bahan kimia, mikroorganisme, partikel berupa
20

debu, kabut, uap, asap, dan sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan
meliputin masker, respirator, serta tangki selam dan regulatornya.
6. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti
virus dan bakteri. Jenis alat pelindung tangan meliputi sarung tangan
yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, juga karet serta sarung
tangan yang tahan terhadap bahan kimia.
7. Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tergelincir,
tertimpa atau terbentur benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, suhu ekstrim, bahan kimia
berbahaya, dan jasad renik. Jenis alat pelindung kaki adalah sepatu
keselamatan seperti yang biasa digunakan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, konstruksi bangunan, dan lain-lain.
8. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan, baik sebagian
maupun keseluruhan, dari bahaya panas atau dingin yang ekstrim,
terkena api, percikan bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan dengan mesin, peralatan dan bahan berbahaya, tergores,
radiasi, mikroorganisme, binatang, serta tumbuhan dan lingkungan
seperti virus, bakteri, dan jamur. Jenis pakaian pelindung meliputi
rompi (vest), celemek (apron/coveralls), jaket, dan pakaian pelindung
lainnya.
9. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi untuk membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung sehingga tidak membentur lantai
dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan mencakup sabuk
21

pengaman tubuh (harness), tali koneksi, tali pengaman, alat penjepit


tali, dan alat penahan jatuh yang bergerak (mobile fall arrester).
10. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk melindungi pengguna yang bekerja di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi
tenggelam (negative bouyant) atau melayang (neutral bouyant) di
dalam air. Jenis pelampung meliputi jaket keselamatan (life jacket),
rompi keselamatan (life vest), dan rompi pengatur keterapungan
(bouyancy control device).
BAB IV
METODE KERJA

4.1 Tinjauan Umum Proyek


Proyek yang menjadi lokasi kerja praktik dan tempat pengambilan data
adalah Proyek Pembangunan Sekolah TK di kota Padang. Data proyek adalah
sebagai berikut:
• Nama Proyek : Pembangunan Sekolah di Lolong Belanti,
Padang
• Lokasi Proyek : Jalan Belanti Radio no. 2, Lolong Belanti,
Padang
• Luas Bangunan : 843 m2
• Tanggal mulai proyek : 06 Agustus 2018
• Nilai kontrak : Rp 4.972.000.000,-
• Kontraktor pelaksana : PT Cahaya Tunggal Abadi
• Kontraktor pengawas : PT Cahaya Tunggal Abadi
• Konsultan perencana : Arkana Arsitek
Gambar 4.1 berikut merupakan desain rencana pembangunan sekolah TK di
lokasi kerja praktik.

Gambar 4.1 Desain Rencana Bangunan

22
23

Gambar 4.2 berikut merupakan perkembangan konstruksi saat sedang


dilakukannya kerja praktik.

Gambar 4.2 Perkembangan Konstruksi

4.2 Waktu dan Objek Kerja


4.2.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik ini dilaksanakan selama sekitar 1,5 bulan terhitung dari 11
September 2018 hingga 26 Oktober 2018.
4.2.2 Objek Kerja Praktik
Objek kerja praktik adalah penerapan dan pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang dilakukan di lapangan tempat pengerjaan proyek
dilakukan.

4.3 Alat dan Bahan Kerja Praktik


Berikut merupakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam menjalankan
kerja praktek, antara lain:
1. Worksheet HIRARC
2. Komputer
3. Software Microsoft Office
24

4.4 Tahapan Analisis Masalah


Berikut ini merupakan alur yang dilakukan selama pelaksanaan kerja
praktik di PT Cahaya Tunggal Abadi yang ditunjukkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Diagram Alir Kerja Praktik


25

4.4.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilakukan yaitu menitikberatkan pada permasalahan
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terjadi dan penerapannya
pada proyek pembangunan sekolah yang dilaksanakan oleh PT Cahaya Tunggal
tempat lokasi kerja praktik dilakukan.
4.4.2 Studi Literatur
Studi Literatur bertujuan untuk mempelajari dan mencari informasi terkait
masalah yang akan diteliti yang diambil dari jurnal, penelitian-penelitian yang telah
dilakukan, dan standara pedoman pelaksanaan K3 di Indonesia berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku.
4.4.3 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan yang dilakukan yaitu membuat worksheet HIRARC yang
dibutuhkan dalam proses pengambilan data di lapangan.
4.4.4 Pengambilan Data
Data didapatkan dari proses observasi yang dilakukan di lapangan di lokasi
kerja praktik dilakukan. Observasi yang dilaksanakan yaitu identifikasi potensi
bahaya yang ada dilokasi kerja dan tingkat peluang dan akibat dari bahaya tersebut.
Serta observasi pelaksanaan K3 yang telah dilakukan di lapangan.
4.4.5 Analisis Risiko K3
Analisis risiko K3 yaitu menganalisis data yang telah diperoleh dari
observasi di lapangan dan menentukan prioritas masalah yang perlu untuk segera
dibenahi.
4.4.6 Evaluasi Penerapan K3 di Lapangan
Evaluasi penerapan K3 di Lapangan untuk mengevaluasi hasil analisis
resiko dan menghubungkan dengan pelaksanaannya di lapangan
4.4.7 Kesimpulan dan Saran
Mengambil kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh dan memberikan
saran baik untuk perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Risiko Menggunakan HIRARC


Perencanaan K3 dapat dilakukan menggunakan prinsip HIRARC, yaitu
Hazard Identification, Risk Assessment, dan Risk Control. Perencanaan K3
menggunakan HIRARC ini dilakukan dengan membuat tabel dengan kolom yang
berisi data aktivitas yang dilakukan, identifikasi bahaya pada setiap aktivitas,
penilaian risiko dari setiap bahaya, dan cara pengendalian untuk bahaya tersebut.
Identifikasi bahaya pada studi kasus kali ini dilakukan dengan mengamati langsung
aktivitas-aktivitas yang dilakukan di lapangan, mengidentifikasi potensi bahaya
yang ditimbulkan berdasarkan setiap aktivitas tersebut dan tingkat risikonya.
Informasi terkait potensi bahaya yang mungkin terjadi di dapatkan dari
pengetahuan langsung dari mahasiswa yang berada di lokasi kerja praktik,
penjelasan dari pengawas, dan penjelaskan langsung dari pekerja yang bekerja di
lokasi proyek.
Penilaian risiko bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko
pada setiap aktivitas yang dilakukan. Penilaian risiko dapat dilakukan dengan
menghitung tingkat biaya yang didapatkan melalui pengalian nilai peluang terjadi
bahaya dan akibat yang didapatkan dari bahaya tersebut. Nilai peluang terjadi yaitu
besarnya potensi atau tingkat frekuensi suatu bahaya terjadi, sedangkan akibat
terjadinya kecelakaan merupakan tingkat parah tidaknya akibat yang ditimbulkan
jika bahaya tersebut terjadi. Tingkat risiko dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok yaitu tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat risiko tinggi
diperlukan tindakan langsung untuk mengontrol bahaya tersebut, tingkat risiko
rendah dapat diselesaikan dengan pengawasan K3 yang ketat, dan tingkat risiko
rendah dapat ditoleran dan tidak perlu pengawasan yang ketat.
Tabel HIRARC yang diperoleh dari pengambilan data langsung dilapangan
oleh mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

26
27

Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proyek


Penilaian Kategori
No Aktivitas Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat
P A R Resiko
Terkena Lelehan Besi 3 3 9 Sedang
Terkena Bunga Api 2 3 6 Sedang
Pengelasan
Kulit tersentuh besi panas 2 4 8 Sedang
1 Sambungan
Terhirup Asap Las 2 5 10 Sedang
Besi IWF
Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang

Radiasi Sinar Las ke Mata 3 5 15 Tinggi


Terjatuh dari Ketinggian 5 3 15 Tinggi
Sedang/Tinggi
Lelehan Besi Terkena
4 4 16 Tinggi
Orang di Bawahnya
Pengelasan
Terkena Lelehan Besi 3 3 9 Sedang
Sambungan
2 Terkena Bunga Api 2 3 6 Sedang
Besi IWF di
Kulit tersentuh besi panas 2 4 8 Sedang
Ketinggian
Terhirup Asap Las 2 5 10 Sedang
Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang
Radiasi Sinar Las ke Mata 3 5 15 Tinggi
Pengangkatan Tertimpa besi IWF saat
4 2 8 Sedang
3 Besi IWF perpindahan crane
dengan Crane Tangat pekerja terjepit 3 4 12 Sedang
Terjatuh dari Ketinggian
5 3 15 Tinggi
Sedang/Tinggi
Pemasangan
Mur atau baut terjatuh
Mur dan Baut 3 3 9 Sedang
mengenai orang
4 Sambungan
Perkakas jatuh mengenai
IWF di 3 4 12 Sedang
orang
ketinggian
Tangan pekerja terjepit 2 3 6 Sedang
28

Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proyek


Penilaian Kategori
No Aktivitas Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat
P A R Resiko
Mata terkena tatal gerinda 3 4 12 Sedang
Pemotongan
Luka Terkena Mata
Besi dengan 2 3 6 Sedang
5 Gerinda
Gerinda
Gangguan Pendengaran 3 4 12 Sedang
Tangan
Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang
Pengecatan Terjatuh dari Ketinggian
5 3 15 Tinggi
6 Besi IWF di Tinggi
Ketinggian Mata terkena cat 2 2 4 Rendah
Mata terkena tatal besi 3 3 9 Sedang
Pengeboran
7 Kulit terkena tatal besi 2 4 8 Sedang
Besi IWF
Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang
Pemindahan Tangan terjepit besi 3 3 9 Sedang
Besi IWF Kaki tertindih besi 3 4 12 Sedang
8
secara
Cedera Otot 3 4 12 Sedang
Manual
Iritasi kulit terkena bahan
2 4 8 Sedang
Pemasangan mortar
9
Dinding Bata Terjatuh dari scaffolding 3 3 9 Sedang
Kejatuhan Material 2 3 6 Sedang
Bongkar Tertimpa Besi 4 2 8 Sedang
Muat Besi
10
IWF dari Terjepit Besi 3 4 12 Sedang
Truk
Pengecoran Tangan terkena palu 2 5 10 Sedang
11 sloff dan Terjatuh dari Ketinggian
4 3 12 Sedang
tiang Sedang
29

Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proyek


Penilaian Kategori
No Aktivitas Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat
P A R Resiko
Terhirup debu material 2 3 6 Sedang
Tangan luka terkena
2 3 6 Sedang
kawat
Gangguan pernapasan
3 3 9 Sedang
kekurangan oksigen
Penggalian
12 Tenggelam 5 2 10 Sedang
Ring Pondasi
Gangguan pada telinga
4 3 12 Sedang
akibat menyelam
Terjatuh dari Ketinggian
5 3 15 Tinggi
Tinggi

Pemasangan Terluka terkena seng 2 3 6 Sedang


13 Atap
Bangunan Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang

Kulit melepuh terkena


3 4 12 Sedang
panas matahari
Tertimpa Material 2 2 4 Rendah
Pemasangan Terjatuh dari ketinggian
14 4 3 12 Sedang
Dinding GRC sedang
Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang
Pemasangan Terjatuh dari Ketinggian
5 2 10 Sedang
Rangka Sedang/Tinggi
15 Alumunium Mata terkena tatal
3 3 9 Sedang
dalam alumunium
Ketinggian Tersengat arus listrik 4 2 8 Sedang
Iritasi Kulit Akibat
16 2 3 6 Sedang
Adukan Bahan
30

Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proyek


Penilaian Kategori
No Aktivitas Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat
P A R Resiko
Mata terkena adukan
2 3 6 Sedang
Pengecoran bahan
Lantai 2 Tertimpa Adukan Ready
4 2 8 Sedang
Bangunan Mix
Kaki terkena kawat tajam 3 3 9 Sedang
Pengangkatan Tertimpa material 3 3 9 Sedang
material
Terjatuh dari Ketinggian
17 dengan 5 3 15 Tinggi
Sedang/Tinggi
Katrol
Iritasi kulit terkena
2 4 8 Sedang
glasswol
Pemasangan
Gangguan pernapasan
18 Glasswol 2 4 8 Sedang
terhirup material glasswol
pada Dinding
Terjatuh dari ketinggian
4 3 12 Sedang
sedang

Dari tabel 5.1, terdapat 63 poin bahaya dari 18 aktivitas. Untuk menentukan
prioritas pengendalian bahaya dari bahaya yang telah diidentifikasi, dilakukan
pengkategorian tingkat risiko menjadi 3 kelompok. Pengelompokan tingkat risiko
dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
31

3%
14%

83%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 5.1 Risk Rating/Tingkat Risiko dari Aktivitas


Dapat disimpulkan bahwa terdapat 14% atau 9 bahaya dengan tingkat risiko
tinggi. Bahaya dengan tingkat risiko tinggi menjadi prioritas untuk dilakukan
pengendalian risiko. Kemudian terdapat 83% atau 52 bahaya dengan tingkat risiko
sedang. Bahaya dengan tingkat risiko sedang perlu dilakukan pengawasan ketat
terhadap pelaksanaan K3. 3% atau 2 bahaya hanya memiliki tingat risiko rendah
sehingga tidak perlu pengawasan ketat.

5.2 Pengendalian Risiko


Setelah dilakukan identifikasi bahaya dan pengkategorian tingkat risiko,
maka dilakukan pengendalian risiko dengan prioritas bahaya yang memiliki tingkat
risiko lebih tinggi terlebih dahulu. Berdasarkan Hirarki Pengendalian Risiko,
terdapat beberapa bentuk pengendalian risiko diantaranya dengan cara Eliminasi,
Substitusi, Pengendalian Teknis, Pengendalian Administrasi, dan Alat Pelindung
Diri (APD). Pada studi kasus kali ini, pengendalian risiko yang diidentifikasi hanya
dalam bentuk Pengendalian Teknik, Pengendalian Administrasi, dan Alat
Pelindung Diri (APD) karena cara tersebut lebih mudah untuk diidentifikasi di
lapangan dan tidak memerlukan analisis yang lebih dalam terlebih dahulu. Dibawah
ini merupakan bentuk pengendalian risiko berdasarkan tingkat prioritas yang telah
dikelompokkan.
32

5.2.1 Pengendalian Risiko Terhadap Bahaya Dengan Tingkat Risiko Tinggi


Bentuk pengendalian risiko untuk bahaya dengan tingkat risiko tinggi
dijelaskan pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Penyuluhan dampak • Face shield
Pengelasan
Radiasi Sinar buruk radiasi sinar • Goggles
1 Sambungan
Las ke Mata las dalam jangka
Besi IWF
panjang
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
menggunakan APD,
Terjatuh dari
penyuluhan
Ketinggian
pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
Pengelasan berisiko tinggi
2 Sambungan Safety helmet dan • Safety helmet
Besi IWF di pakaian keselamatan
Lelehan Besi • Pakaian
Ketinggian sebagai SOP di
Terkena Orang pelindung
lapangan, pengawas
di Bawahnya • Sepatu
di setiap sektor kerja
keselamatan
Penyuluhan dampak • Face shield
Radiasi Sinar buruk radiasi sinar • Goggles
Las ke Mata las dalam jangka
panjang
33

Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
menggunakan APD,
Terjatuh dari
Pemasangan penyuluhan
3 Ketinggian
Mur dan Baut pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak
Pengecatan menggunakan APD, jatuh perorangan
Terjatuh dari
6 Besi IWF di penyuluhan
Ketinggian pentingnya APD,
Ketinggian Tinggi memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak
Pemasangan menggunakan APD, jatuh perorangan
Terjatuh dari
7 Atap penyuluhan
Ketinggian
pentingnya APD,
Bangunan Tinggi memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
Pemasangan
menggunakan APD,
Rangka Terjatuh dari
penyuluhan
8 Alumunium Ketinggian
pentingnya APD,
dalam Sedang/Tinggi
memilih pekerja ahli
Ketinggian untuk pekerjaan
berisiko tinggi
34

Tabel 5.2 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Tinggi
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Memberi sanksi bagi • Alat pelindung
yang tidak jatuh perorangan
Pengangkatan menggunakan APD,
Terjatuh dari
material penyuluhan
9 Ketinggian
dengan pentingnya APD,
Sedang/Tinggi
Katrol memilih pekerja ahli
untuk pekerjaan
berisiko tinggi

5.2.2 Pengendalian Risiko Terhadap Bahaya Dengan Tingkat Risiko Sedang


Bentuk pengendalian risiko untuk bahaya dengan tingkat risiko sedang
dijelaskan pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkankan • Sepatu
fasilitas P3K keselamatan
Terkena Lelehan
• Pakaian
Besi
Pengelasan pelindung
1 Sambungan • Sarung tangan
Besi IWF Menyiapkan fasilitas • Spectacles
Terkena Bunga P3K • Pakaian
Api pelindung
• Sarung tangan
35

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
Kulit tersentuh
P3K • Pakaian
besi panas
pelindung
Penyuluhan dampak • Masker
Terhirup Asap
buruk asap las dalam
Las
jangka panjang
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
SOP penggunaan • Sepatu
APD, pelatihan K3L keselamtan
kepada pekerja,
• Pakaian
Terkena Lelehan
menyiapkan fasilitas
Besi pelidung
P3K
• Sarung tangan

Pengelasan Menyiapkan fasilitas • Spectacles


Sambungan Terkena Bunga P3K • Pakaian
2
Besi IWF di Api pelindung
Ketinggian • Sarung tangan
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
Kulit tersentuh
P3K • Pakaian
besi panas
pelindung
Penyuluhan dampak • Masker
Terhirup Asap
buruk asap las dalam
Las
jangka panjang
36

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Tertimpa besi Pelatihan K3L • Safety helmet
IWF saat kepada pekerja, SOP

Pengangkatan perpindahan penggunaan APD

3 Besi IWF crane


dengan Crane Pelatihan K3L • Sarung tangan
Tangat atau kaki
kepada pekerja, SOP • Sepatu
pekerja terjepit penggunaan APD
keselamatan
Mur atau baut SOP penggunaan • Safety helmet
Pemasangan terjatuh APD

Mur dan Baut mengenai orang


4 Sambungan Perkakas jatuh SOP penggunaan • Safety helmet
IWF di mengenai orang APD

ketinggian Tangan pekerja SOP penggunaan • Sarung tangan


terjepit APD

SOP penggunaan • Spectacles


Mata terkena
APD, Pelatihan K3L
tatal gerinda
Pemotongan kepada pekerja

Besi dengan Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan


5 P3K, SOP
Gerinda • Pakaian
Luka Terkena penggunaan APD,
Tangan pelindung
Mata Gerinda Pelatihan K3L
• Sepatu
kepada pekerja
keselamatan
37

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Penyuluhan dampak • Ear plug
buruk kebisingan
Gangguan
Pendengaran dalam jangka
panjang
Pengecekan rutin • Sarung tangan
kondisi peralatan
Tersengat arus
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
SOP penggunaan • Spectacles
Mata terkena
APD, Pelatihan K3L
tatal besi
kepada pekerja
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
P3K, SOP • Pakaian
Kulit terkena penggunaan APD,
Pengeboran pelindung
7 tatal besi Pelatihan K3L
Besi IWF • Sepatu
kepada pekerja
keselamatan
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Penggunaan mesin • Sarung tangan
untuk memindahkan
Pemindahan Tangan terjepit IWF berukuran
Besi IWF besi besar, Pelatihan K3L
8
secara kepada pekerja, SOP

Manual penggunaan APD


Kaki tertindih Penggunaan mesin • Sepatu
besi untuk memindahkan keselamatan
38

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
IWF berukuran
besar, Pelatihan K3L
kepada pekerja, SOP
penggunaan APD
Penggunaan mesin -
untuk memindahkan
Cedera Otot IWF berukuran
besar, Menyiapkan
fasilitas P3K
SOP penggunaan • Sarung tangan
APD, Menyiapkan • Pakaian
Iritasi kulit fasilitas P3K
pelindung
terkena bahan
• Sepatu
mortar
keselamatan
Pemasangan
9 • Tudung kepala
Dinding Bata SOP penggunaan • Safety helmet
Terjatuh dari
APD, Pelatihan K3L
scaffolding
kepada pekerja
SOP penggunaan • Safety helmet
Kejatuhan
APD, Pelatihan K3L
Material
kepada pekerja
Pelatihan K3L • Safety helmet
Bongkar Tertimpa Besi kepada pekerja, SOP
Muat Besi penggunaan APD
10
IWF dari Pelatihan K3L • Sarung tangan
Terjepit Besi kepada pekerja, SOP • Sepatu
Truk
penggunaan APD
keselamatan
39

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
Tangan terkena
P3K, SOP
palu
penggunaan APD
Terjatuh dari SOP penggunaan -
Ketinggian APD, Pelatihan K3L
Pengecoran Sedang kepada pekerja

11 sloff dan Penyuluhan dampak • Masker


tiang Terhirup debu buruk debu terhadap
material pernapasan dalam
jangka panjang
SOP penggunaan • Sarung tangan
Tangan luka
APD, Pelatihan K3L
terkena kawat
kepada pekerja

Gangguan
Menggantikan proses • Tangki selam
penggalian pondasi dan regulator
pernapasan
menggunakan mesin,
kekurangan
SOP penggunaan
oksigen
APD
Menggantikan proses • Rompi pengatur
penggalian pondasi keterapungan
Penggalian
12 Tenggelam menggunakan mesin,
Ring Pondasi
SOP penggunaan
APD
Menggantikan proses • Ear plug
Gangguan pada penggalian pondasi
telinga akibat menggunakan mesin,
menyelam SOP penggunaan
APD
40

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
Menyiapkan fasilitas • Sarung tangan
P3K, SOP • Pakaian
Terluka terkena penggunaan APD
pelindung
seng
• Sepatu

Pemasangan keselamatan

13 Atap
Pengecekan rutin • Sarung tangan
Tersengat arus kondisi peralatan
Bangunan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
Kulit melepuh SOP penggunaan • Pakaian
terkena panas APD pelindung
matahari
Terjatuh dari SOP penggunaan • Safety helmet
ketinggian APD, Pelatihan K3L

sedang kepada pekerja


Pemasangan
14 Pengecekan rutin • Sarung
Dinding GRC
Tersengat arus kondisi peralatan
listrik kerja, SOP
penggunaan APD
SOP penggunaan • Spectacles
Mata terkena
Pemasangan APD, Pelatihan K3L
tatal alumunium
Rangka kepada pekerja
15 Alumunium Pengecekan rutin • Sarung tangan
dalam Tersengat arus kondisi peralatan

Ketinggian listrik kerja, SOP


penggunaan APD
41

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
SOP penggunaan • Sarung
Iritasi Kulit APD, Menyiapkan • Pakaian
fasilitas P3K
Akibat Adukan pelindung
Bahan • Sepatu
keselamatan
Pengecoran SOP penggunaan • Spectacles
Mata terkena
16 Lantai 2 APD, Menyiapkan
adukan bahan
Bangunan fasilitas P3K
Tertimpa Pelatihan K3L • Safety helmet
Adukan Ready kepada pekerja, SOP • Pakaian
Mix penggunaan APD
pelindung
Kaki terkena • Sepatu
kawat tajam keselamatan
Pelatihan K3L • Safety helmet
Pengangkatan
kepada pekerja, SOP • Pakaian
material Tertimpa penggunaan APD
pelindung
17 dengan material
• Sepatu
Katrol
keselamatan
SOP penggunaan • Pakaian
APD pelindung
Iritasi kulit
• Sarung tangan
Pemasangan terkena glasswol
• Sepatu
18 Glasswol
keselamatan
pada Dinding
Penyuluhan dampak • Masker
Gangguan
buruk glasswol
pernapasan
terhadap pernapasan
42

Tabel 5.3 Pengendalian Risiko untuk Bahaya dengan Risk Rating Sedang
Pengendalian Risiko
Identifikasi
No Aktivitas Administrasi/ Alat Pelindung
Bahaya
Teknis Diri (APD)
terhirup material dalam jangka
glasswol panjang, SOP
penggunaan APD
Terjatuh dari SOP penggunaan • Safety helmet
ketinggian APD, Pelatihan K3L

sedang kepada pekerja

5.3 Evaluasi Penerapan K3 di Lapangan


Berdasarkan hasil dari tabel HIRARC mengenai bahaya, tingkat risiko dari
bahaya tersebut, dan cara pengendaliannya, dilakukan observasi langsung di
lapangan dalam penerapan pengendalian risiko atas bahaya tersebut. Hasil dari
observasi ini dijelaskan secara deskriptif dan dikelompokkan menjadi pencegahan
bahaya dengan Sosialisasi K3, Ketersediaan APD dan Fasilitas Penunjang K3, dan
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).
5.3.1 Sosialisasi K3
Sosialisasi K3 dilakukan melalui safety talk dan safety induction.
Berdasarkan penuturan dari pengawas konstruksi di lapangan, safety induction
dilakukan kepada pegawai baru untuk menjelaskan fungsi APD, potensi bahaya,
lokasi-lokasi bahaya, ketersediaan APD, dan penjelasan SOP yang berlaku di
tempat konstruksi. Mahasiswa kerja praktik tidak dapat mengevaluasi proses safety
induction karena kerja praktik dimulai saat proyek kontruksi telah berjalan.
Terdapat pekerja baru yang menggantikan pekerja lainnya namun tidak terdapat
safety induction yang dilakukan kepada pekerja tersebut.
Selain program safety induction, terdapat program lain yaitu safety talk yang
dilakukan setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai. Safety talk disini berfungsi untuk
mengingatkan kepada pekerja untuk memprioritaskan K3 dan juga dilakukan
43

pengecekan rutin ketersediaan APD setiap pekerja. Safety talk telah dilakukan
dengan baik karena telah dilakukan secara rutin namun tidak dilakukan sanksi
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa pekerja.
5.3.2 Ketersediaan APD dan Fasilitas Penunjang K3
Alat Pelindung Diri pada proyek ini disediakan langsung oleh perusahaan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, safety helmet, masker dan spectacles tersedia
melebihi jumlah pekerja yang ada di lapangan namun beberapa safety helmet tidak
dalam kondisi baik atau pecah. Pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh juga
disediakan oleh perusahaan namun hanya dalam jumlah terbatas dan cenderung
kurang. Tangki selam dan rompi pengatur keterapungan tidak tersedia di lapangan
walaupun terdapat aktivitas menyelam yang dilakukan. Kemudian terdapat
beberapa APD yang dimiliki secara pribadi oleh masing-masing pekerja dan tidak
disediakan oleh perusahaan seperti sepatu keselamatan, sarung tangan, dan ear
plug. Secara umum, ketersediaan APD dasar seperti safety helmet, dan spectacles
sudah tersedia secara baik. Namun untuk APD khusus seperti alat pelindung jatuh,
APD menyelam tidak tersedia dengan baik dan diperlukan perbaikan kondisi.
Untuk APD yang bersifat pribadi terdapat pekerja yang memilikinya namun
beberapa pekerja tidak memiliki APD tersebut seperti sepatu keselamatan dan
sarung tangan.
5.3.3 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Berdasarkan observasi di lapangan, pemakaian APD belum dilaksanakan
dengan baik. Terdapat banyak pekerja yang tidak menggunakan atau tidak rutin
menggunakan APD dasar seperti safety helmet, sepatu keselamatan, dan sarung
tangan. Diperlukan sosialisasi khusus untuk memberikan pemahaman kepada
pekerja untuk menggunakan APD. Untuk aktivitas yang berada pada ketinggian,
hanya beberapa pekerja yang menggunakan alat pelindung jatuh perorangan
dikarenakan jumlah APD tersebut terbatas. Pekerja yang lebih berpengalaman lebih
memilih untuk tidak menggunakan alat pelindung jatuh perorangan dengan alasan
kenyamanan dan mengganggu pergerakan. Diperlukan perbaikan segera khusus
untuk pelaksaaan aktivitas yang membutuhkan alat pelindung jatuh karena
44

berdasarkan tabel HIRARC, aktivitas yang berhubungan dengan ketinggian


termasuk bahaya dnegan risiko tinggi.
BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan manajemen K3 menggunakan metode HIRARC, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas dari bentuk bahaya di lapangan memiliki tingkat
risiko sedang dan diperlukan pengawasan ketat dalam pelaksanaan K3, sebagian
kecil memiliki tingkat risiko tinggi yang memerlukan tindakan segera untuk
mengontrol risiko. Bahaya dengan tingkat risiko tinggi umumnya berkaitan dengan
aktivitas di ketinggian. Bentuk pengendalian risiko yang diperlukan yaitu
penggunaan APD sesuai dengan potensi bahaya, pelatihan terkait K3L kepada
pekerja, penyediaan fasilitas K3L, dan adanya pengawasan.
Penerapan K3 di lapangan proyek konstruksi sekolah ini umumnya belum
dilakukan secara baik dan diperlukan pembenahan di segi ketersediaan APD dan
ketertiban dalam penggunaan APD. Pembenahan utama yang perlu dilakukan yaitu
penyediaan APD alat pelindung jatuh perorangan pada aktivitas di ketinggian yang
memiliki tingkat risiko tinggi.

2. Saran
1. Kontraktor perlu untuk memberikan sanksi tegas kepada para pekerja
yang melanggar SOP K3 dan penggunaan APD
2. SOP penggunaan APD sebaiknya dibuat secara lebih jelas dan mudah
dipahami dan ditempelkan dilokasi proyek
3. Kontraktor sebaiknya menyediakan APD secara lengkap sesuai dengan
jumlah pekerja yang ada termasuk sarung tangan, sepatu keselamatan

45
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, R. M. (2018). Evaluasi Persyaratan K3 Dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat Proyek Konstruksi. Universitas Gadjah Mada.
Kementerian PUPR. (2018). Peraturan K3 Konstruksi Indonesia. Retrieved
August 16, 2019, from Sibima Konstruksi website:
http://sibima.pu.go.id/mod/page/view.php?id=16201
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Rochmi, M. N. (2019). Kecelakaan Kerja Sektor Konstruksi Paling Tinggi.
Retrieved August 15, 2019, from Beritagar website:
https://beritagar.id/artikel/berita/kecelakaan-kerja-sektor-konstruksi-paling-
tinggi
Roughton, J. E. (2002). Developing an Effective Safety Culture : a Leadership
Approach. USA: Butterworth Heinemann.
Saeno. (2019). Sepanjang 2018 Kemnaker Catat Terjadi 157.313 Kecelakaan
Kerja. Retrieved August 15, 2019, from Ekonomi website:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190115/12/878723/sepanjang-2018-
kemnaker-catat-terjadi-157.313-kecelakaan-kerja
Sikora, M. (2016). Health and Safety in Construction. Retrieved August 16, 2019,
from Blacklinesafety website: http://www.blacklinesafety.com/blog/health-
safety-construction
Suardi, R. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PPM.

46
LAMPIRAN

Lampiran Dokumentasi Kerja Praktik

47
48
Lampiran Daftar Pembicara Seminar Kerja Praktik

49
Lampiran Daftar Peserta Seminar Kerja Praktik

50

Anda mungkin juga menyukai