Disusun Oleh:
Pembimbing:
Segala puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya Kami dapat menyelesaikan laporan
kasus ini tepat pada waktunya dan sebaik-sebaiknya dalam rangka melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD
meuraxa dengan judul “Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita Dewasa”.
Dalam penyusun laporan kasus ini, saya mendapat banyak masukan, bantuan
dan juga bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moriil
serta materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Zurriyani,Sp.PD selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada saya selama penulis melaksanakan KKS di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Meuraxa.
Penyusun
3.1 Defenisi.......................................................................................................13
3.2 Etiologi.......................................................................................................13
3.3 Klasifikasi...................................................................................................15
3.4 Patogenesis.................................................................................................16
3.5 Gambaran Klinis.........................................................................................22
3.6 Diagnosis....................................................................................................23
3.7 Penatalaksanaan..........................................................................................24
3.8 Pencegahan.................................................................................................27
3.9 Komplikasi..................................................................................................28
BAB IV DISKUSI KASUS............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini dapat
mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur pada anak, remaja, dewasa
ataupun umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata perempuan
lebih sering dibandingkan laki-laki dengan angka populasi umum 5-15%. Untuk
menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam urin ≥ 105 CFU pada
biakan urin.1 Penyakit infeksi ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika yang sudah
tersedia luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-
35% dari semua wanita dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.2
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi urutan kedua paling sering setelah
infeksi saluran nafas. Mikroorganisme paling sering menyebabkan ISK adalah jenis
bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain,
karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra
bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya
makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.1,3
Biasanya dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti pielonefritis atau
abses ginjal), dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis).
Komplikasi infeksi saluran kemih terdiri atas septisemia dan urolitiasis. Saluran
kemih sering merupakan sumber bakteriemia yang disebabkan oleh penutupan
mendadak oleh batu atau instrumentasi pada infeksi saluran kemih, seperti pada
hipertrofi prostat dengan prostatitis.3
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui
biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikansi jumlah
bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan simptom
ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100/ml urin. Agen
1
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,
Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK adalah bakteri Eschericia coli
(sekitar 85%). Penggunaan kateter terkait dengan ISK dengan kemungkinan lebih
dari satu jenis bakteri penginfeksi.4
2
BAB II
STATUS PASIEN
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
I. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara alloanamnesis pada:
B. Keluhan Tambahan
Sakit perut, nyeri pinggang, BAB tidak lancar.
3
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa, dengan keluhan nyeri saat
BAK sejak 1 bulan Sebelum masuk rumah sakit. Nyeri BAK dirasakan
terus menerus disaat ingin berkemih, namun pasien membiarkannya
kemudian nyeri dirasakan kembali. Pasien belum pernah berobat ke dokter
sehingga dalam 2 hari belakangan nyeri saat BAK memberat. Setelah
dilakukan anamnesis awal didapatkan keluhan tambahan nyeri di bagian
perut bawah (+), nyeri pinggang (+), nyeri ketika BAK (+), demam (+),
BAB berdarah (-), kencing batu (-), kencing pasir (-), batuk (-), batuk
disertai darah (-), mual (-), muntah (-).
1. Riwayat perawatan
Pasien belum pernah di rawat dirumah sakit.
2. Riwayat pembedahan
Pasien tidak memiliki riwayat operasi atau pembedahan.
3. Riwayat pengobatan
Pasien tidak ada riwayat meminum obat.
4. Riwayat alergi
Menurut pasien, pasien tidak memiliki riwayat alergi.
E. Riwayat Keluarga
Disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan menahan kencing : diakui oleh pasien.
4
A. Status Generalis
Keadaan Umum : SakitSedang
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 59 kg
BMI : 21,6 = underweight
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37.9oC (per axilla)
- Tekanan Darah : 178/77 mmHg
- Nadi : 112 x/menit, regular
- Laju Nafas : 22 x/menit, reguler
B. Status Internus
- Kepala/leher : Normosefali, deformitas (-), bengkak (-)
: Pembesaran KGB -/-
: Pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata : Reflek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Hidung : Deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
: Septum nasi ditengah, nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Nyeri tekan tragus (-), Sekret (-)
: penurunan fungsi pendengaran (-/-)
- Mulut/faring : Mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
- Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, barrel chest (-)
5
Palpasi : Pelebaran ICS (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Abdomen
C. Status Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5
Saraf otonom
- Miksi : Normal
-Defekasi : Normal
-Sekresi keringat : Normal
6
D. Status Lokalis Regio Femur Sinistra
- Look : Deformitas (-), Swelling (-),
- Feel : Nyeri Tekan (-), AVN distal (-)
- Movement : ROM terbatas nyeri (-)
III. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa, dengan keluhan nyeri saat BAK
sejak 1 bulan Sebelum masuk rumah sakit. Nyeri BAK dirasakan terus menerus
disaat ingin berkemih, namun pasien membiarkannya kemudian nyeri dirasakan
kembali. Pasien belum pernah berobat ke dokter sehingga dalam 2 hari
belakangan nyeri saat BAK memberat. Setelah dilakukan anamnesis awal
didapatkan keluhan tambahan nyeri di bagian perut bawah (+), nyeri pinggang
(+), nyeri ketika BAK (+), demam (+), BAB berdarah (-), kencing batu (-),
kencing pasir (-), batuk (-), batuk disertai darah (-), mual (-), muntah (-).
Setelah dilakukan anamnesis awal didapatkan keluhan tambahan nyeri di
bagian perut bawah (+), nyeri pinggang (+). Pada pemeriksaan fisik tidak ada di
jumpakan kelainan dan tanda vital TD: 178/77 mmHg, Nadi: 112x/i, RR: 20x/i,
Suhu: 37,9C (axilla). pemeriksaan laboratorium darah lengkap normal, tetapi
pada pemeriksaan urinalisa di dapatkan kandungan jamur yang positif.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi febris ec:
ISK
Hipokalemia ringan
Candidiasi vaginalis
7
VI. TATALAKSANA
Non farmakologi
1. Istirahat
2. Minum air yang cukup
3. Menjaga higienitas sekitar
Farmakologi
1. Inj. Levofloksasin 750 mg/hari
2. Inj. Omeprazole Iv/12 jam
3. Candesatran 1x8mg
4. Amlodipin 1x10mg
5. Harnal ocas 1x1
6. Citirizine 2x1
7. Intrakonazole 2x100mg
8. Dipenhidramin tab extra (stop)
VII. PLANNING
1. Darah rutin
2. KGD
3. Urin rutin
4. USG tractus urinalius
8
Darah rutin:
Hemoglobin : 12,1 (N: 12,0-16,00)
Leukosit: 8,6 (N: 4,0 – 10,0)
Eritrosit: 4,26x106 (N: 4,4-5,9x106)
Hematokrit: 34,1 (N: 36,0-45,0)
MCV: 80,0 (N: 80,00-96,0)
MCH: 28,4 (N: 28-33)
MCHC: 35,5 (N: 33-36)
Trombosit: 247.000 (N: 150.000-450.000)
Kimia Klinik :
Glukosa ad Random : 76 mg/dl (70-160)
Ureum : 19 mg/dl (10-50)
Creatinin : 0,5 mg/dl (0,6-1,1)
Elektrolit
Natrium : 142 mmol/L (135-145)
Kalium : 3,5 mmol/L ( 3,6-5,1)
Chlorida : 109 mmol/L (95-108)
SARS CoV-2 Antibody
Anti SARS CoV-2 IgG : non reaktif
Anti SARSCoV-2 IgM : non reaktif
Urinalisa
Makroskopis
Warna : kuning
Kekeruhan : Sedikit Keruh
Urobilinogen : 0,1 mg/dl (normal)
Leukosit esterase : negatif
Sediment Mikroskopis
Eritrosit : 50-60 /lpb
9
Leukosit : 5-8 /lpb
Sel Epitel : 1-2 /lpb
Jamur positif
10
Ginjal kiri : ukuran normal, intensitas echo
parenkim normal, batas sinus cortex tampak jelas, tak
tampak batu, tak tampak ektasis sistem pelviocalyceal.
Kesimpulan :
IX. FOLLOW UP
Tabel 2.2 Hasil Follow up pasien
25/6/2021 Nyeri periorbital TD: 116/78 -infeksi saluran kemih - IVFD RL 20gtt/i
(+), nyeri saat mmHg
BAK (-), demam -hipokalemia ringan - inj. Levofloxacin
(-), flu (+), mata HR: 112x/i 750mg/hari
- hipertensi stage II
kabur (+), batuk
RR: 24x/i terkontrol - inj. Omeprazole
(-), muntah (-),
1v/12jam
nyeri pinggang T: 36,1˚C
(+), nyeri tekan - Amlodipin 1x10mg
abdomen (+)
- Candesatran 1x8mg
- Paracetamol 3x500
mg
- Harnal Ocas 1x1 tab
11
makan manis RR: 21x/i - dermatitis alergi e.c 1v/12jam
(+), mata berair due to food
(+) T: 36,2˚C - Amlodipin 1x10mg
- Candesatran 1x8mg
Px : USG tractus
urinarius - Paracetamol 3x500
mg
- Harnal Ocas 1x1 tab
- citirizine 2x1
- intrakonazole 2x100
- Dipenhidramin tab
(extra)
28/6/2021 Mual (-), pusing Ku: baik - riwayat atopi - IVFD RL 20gtt/i
(+), nyeri perut
(-), mata perih TD:103/60 - ISK e.c Candidiasis - inj. Levofloxacin
jika melihat mmHG Vaginalis 750mg/hari
cahaya terang
HR: 80x/i - Hipertensi stage II - inj. Omeprazole
(+), nyeri tekan
terkontrol 1v/12jam
(+),keputihan RR: 24x/i
banyak (+) - Hipokalemia - Amlodipin 1x10mg
T: 36,1˚C
- Candesatran 1x8mg
- Paracetamol 3x500
mg
-Lepas - Harnal Ocas 1x1 tab
Kateter
- citirizine 2x1
- intrakonazole 2x100
- Dipenhidramin tab
(extra) STOP
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin. Adanya bakteri dalam urin disebut
bakteriuria. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria). bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari sama dengan 10 5 colony
forming units pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria).
Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK
tanpa bakteriuria bermakna.1
3.2 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang
simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus
mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 %
pada anak perempuan), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat
juga sebagai penyebab. Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis
(enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang
ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak
laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks
lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas.4
Tabel 3.1 Famili, genus dan spesies mikroorganisme yang paling sering sebagai
penyebab ISK1
13
Tabel 3.2 Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK
3 Pproteus sp 5-10
6 Enterococci 2-10
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu
14
saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang
menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat
menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien
demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat
menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises,
dan Mycobacterium tubeculosa.1
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama
pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang
mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering
ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik
dapat menulari saluran kemih secara hematogen.1
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu : 1,5
- Bendungan aliran urin: Anomali kongenital, Batu saluran kemih, Oklusi ureter
(sebagian atau total)
- Refluks vesikoureter
- Urin sisa dalam buli-buli karena: Neurogenic bladder, Striktura uretra, Hipertrofi
prostat
- Diabetes Melitus
- Instrumentasi: Kateter, Dilatasi uretra, Sitoskopi
- Kehamilan dan peserta KB: Faktor statis dan bendungan, PH urin yang tinggi
sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
- Senggama
3.3 Klasifikasi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.1
Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu:
- Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.
15
-
Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.
Pada pria, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.1
16
3. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli
berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin,
cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin dan
enterobactin). Hampir 95% α-hemolisin terikat pada kromosom dan
berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen
plasmio. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami
perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di
antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup
bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. 1
4. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
-
Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus
ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan
penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering
mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi
saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi
saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat
peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat
terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila
refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang
dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema
dengan/tanpa hipertensi.1
-
Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa
golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan
terhadap ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB,
B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan
darah Lewis.1
17
Gambar 3.1 Proses uropatogenik bakteri
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme
masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1,6
- Ascending
- Hematogen
- Limfogen
- Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
18
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari
kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :7
a. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.8
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan
infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses
pada ginjal.
b. Infeksi Ascending
19
Gambar 3.2 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.9
a. Faktor host
- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.
20
Tabel 3.3 Pertahanan lokal terhadap infeksi.
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada
di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali
untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan
mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :8
- Jumlah urin cukup
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin
yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan
lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out
adalah adanya:
- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
21
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluk sistem urinaria.
- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.8
b. Faktor agent (mikroorganisme)
a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5
°C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului
gejala ISK bawah (sistitis).1
22
b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria,
nokturia, disuria, dan stanguria.1
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan
sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 thun. Presentasi
klinis SUA sangat minimal (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin
<10 ; sering disebut sistitis abakterialis. 1
5
Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin.
Untuk menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai
ambang batas yang digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/mL). Untuk
ISK tak bergejala (bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan
adalah 105 cfu/mL. Dalam diagnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan,
termasuk ibu hamil, harus digunakan sampel yang berasal dari urin pancar tengah
yang diambil secara bersih (midstream, clean-catch urine sample). Masalah yang ada
di negara yang sedang berkembang umumnya adalah layanan kesehatan dengan
fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya fasilitas untuk kultur urin
tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai teknik skrining
bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak
langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering
dipakai adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase
leukosit, protein, dan darah di dalam urin.10
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
23
ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK, antara lain:
ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating
cystogram), dan isotop scanning.1
3.7 Penatalaksanaan
- Pengobatan supresif.1
24
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :11
25
3.7.2 Infeksi saluran kemih (ISK) atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. 2
Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut Antara lain :
- Kegagalan mempertahankan hidrasi atau toleransi terhadap antimikroba oral
- Flurokuinolon
1 mg/kg BB 8 jam
26
Ampisilin (+gentamisin) 1-2 gram 6 jam
3.8 Pencegahan
Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Untuk
melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang yang telah
kena infeksi kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman tersebut. Kuman
mempunyai banyak cara atau jalan agar dapat keluar dari orang yang terkena infeksi
untuk pindah dan masuk ke dalam seseorang yang sehat. Kalau kita dapat memotong
atau membendung jalan ini, kita dapat mencegah penyakit menular. Kadang kita
dapat mencegah kuman itu masuk maupun keluar tubuh kita. Kadang kita dapat pula
mencegah kuman tersebut pindah ke orang lain.12
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan
dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang
meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga
(tertiary prevention) meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga
tingkatan pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan tumpang tindih.12
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah
dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke
saluran urin dari rektum.
27
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
3.9 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tiper sederhana ( uncomplicated) dan
tipe berkomplikasi ( complicated).12
1. ISK sederhana ( uncomplicated) yaitu non- obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil merupakan penyakit ringan ( self limited disease) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama
28
vasomotor (AVH). Abses perinefrik merupakan komplikasi ISK pasien dengn DM
(47%), nefrolithiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).
29
BAB IV
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
30
Menurut Suharyanto dan Abdul (2008) pada alat kelamin, sehingga menyebabkan
faktor resiko yang umum pada penderita adanya keputihan yang banyak pada alat
ISK adalah. kelamin pasien. hasil positif jamur pada
pasien di dapatkan saat di lakukan
1.Ketidakmampuan atau kegagalan
pemeriksaan urin yang disebut dengan
kandung kemih untuk mengosongkan
candidiasis vaginalis.
isinya secara sempurna.
31
dengan beberapa gejala seperti demam, bagian pinggang dan di bagian suprapubik.
susah buang air kecil, nyeri setelah Gejala yang di dapatkan pada pasien
buang air besar (disuria terminal), sering demam.
buang air kecil, kadang-kadang merasa
panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan
nyeri suprapubic. Namun, gejala-gejala
klinis tersebut tidak selalu diketahui atau
ditemukan pada penderita ISK. Untuk
memegakan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin,
kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur
urin, dan dip-stick urine test.
32
USG tractus urinalis.
Golongan penisilin
Golongan Quinolon
Golongan sefalosporin
33
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
2. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2006.
8. Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi III. Jakarta: Sagung seto; 2015. hal.
125-44, 263- 70.
35
12. Anthony, J.S., dan Edward M. S., 2011, Infections of The Urinary Tract:
Campbell-Walls Urology 10th ed, England: Saundres Elseiver; 257-269.
36