Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAH KEMIH PADA WANITA DEWASA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalankan Kepanitraan Klinik

Senior Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam

RSUD Meuraxa Banda Aceh

Disusun Oleh:

Putri Suci Maivera


19174020

Pembimbing:

dr. Zurriyani , Sp.PD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


BLUD RSUD MEURAXA BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya Kami dapat menyelesaikan laporan
kasus ini tepat pada waktunya dan sebaik-sebaiknya dalam rangka melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD
meuraxa dengan judul “Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita Dewasa”.

Dalam penyusun laporan kasus ini, saya mendapat banyak masukan, bantuan
dan juga bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moriil
serta materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Zurriyani,Sp.PD selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada saya selama penulis melaksanakan KKS di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Meuraxa.

Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu


pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Kedokteran khususnya. Saya menyadari bahwa
tulisan ini jauh dari sempurna, adapaun Kami menerima kritikan saran berupa lisan
maupun tulisan selama membangun.

Banda Aceh, 3 Juni 2021

Penyusun

Putri Suci Maivera, S.Ked


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ..........................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II STATUS PASIEN.............................................................................. 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 13

3.1 Defenisi.......................................................................................................13
3.2 Etiologi.......................................................................................................13
3.3 Klasifikasi...................................................................................................15
3.4 Patogenesis.................................................................................................16
3.5 Gambaran Klinis.........................................................................................22
3.6 Diagnosis....................................................................................................23
3.7 Penatalaksanaan..........................................................................................24
3.8 Pencegahan.................................................................................................27
3.9 Komplikasi..................................................................................................28
BAB IV DISKUSI KASUS............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan penunjang pasien...............................................10


Tabel 2.2 Hasil Follow up pasien.....................................................................11
Tabel 3.1 Famili, genus dan spesies mikroorganisme yang paling sering
sebagai penyebab ISK1......................................................................................14
Tabel 3.2 Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK..........................14
Tabel 3.3 Pertahanan lokal terhadap infeksi....................................................21
Tabel 3.4 Antimikroba, dosis, dan lama terapi................................................25
Tabel 3.5 Antimikroba, dosis, dan interval......................................................25
Tabel 4.1 Pembahasan......................................................................................30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Hasil USG Tractus urinarius.......................................................10


Gambar 3.1 Proses uropatogenik bakteri........................................................18
Gambar 3.2 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.....20
Gambar 3.3 Pertahanan lokal terhadap infeksi...............................................22
Gambar 3.4 Pembentukan biofilm..................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini dapat
mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur pada anak, remaja, dewasa
ataupun umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata perempuan
lebih sering dibandingkan laki-laki dengan angka populasi umum 5-15%. Untuk
menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam urin ≥ 105 CFU pada
biakan urin.1 Penyakit infeksi ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika yang sudah
tersedia luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-
35% dari semua wanita dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.2

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi urutan kedua paling sering setelah
infeksi saluran nafas. Mikroorganisme paling sering menyebabkan ISK adalah jenis
bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain,
karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra
bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya
makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.1,3

Biasanya dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti pielonefritis atau
abses ginjal), dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis).
Komplikasi infeksi saluran kemih terdiri atas septisemia dan urolitiasis. Saluran
kemih sering merupakan sumber bakteriemia yang disebabkan oleh penutupan
mendadak oleh batu atau instrumentasi pada infeksi saluran kemih, seperti pada
hipertrofi prostat dengan prostatitis.3

Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui
biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikansi jumlah
bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan simptom
ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100/ml urin. Agen

1
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,
Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK adalah bakteri Eschericia coli
(sekitar 85%). Penggunaan kateter terkait dengan ISK dengan kemungkinan lebih
dari satu jenis bakteri penginfeksi.4

2
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. Zuhra

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 34 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Alamat : Simpang Tiga, Aceh Besar

No. Rekam Medik : 146181

Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2021

I. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara alloanamnesis pada:

 Tanggal : 25 Mei 2021


 Tempat : Humaira
 DPJP : dr. Zurriyani, Sp.PD
A. Keluhan Utama
Nyeri saat buang air kecil.

B. Keluhan Tambahan
Sakit perut, nyeri pinggang, BAB tidak lancar.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

3
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa, dengan keluhan nyeri saat
BAK sejak 1 bulan Sebelum masuk rumah sakit. Nyeri BAK dirasakan
terus menerus disaat ingin berkemih, namun pasien membiarkannya
kemudian nyeri dirasakan kembali. Pasien belum pernah berobat ke dokter
sehingga dalam 2 hari belakangan nyeri saat BAK memberat. Setelah
dilakukan anamnesis awal didapatkan keluhan tambahan nyeri di bagian
perut bawah (+), nyeri pinggang (+), nyeri ketika BAK (+), demam (+),
BAB berdarah (-), kencing batu (-), kencing pasir (-), batuk (-), batuk
disertai darah (-), mual (-), muntah (-).

1. Riwayat perawatan
 Pasien belum pernah di rawat dirumah sakit.
2. Riwayat pembedahan
 Pasien tidak memiliki riwayat operasi atau pembedahan.

3. Riwayat pengobatan
 Pasien tidak ada riwayat meminum obat.
4. Riwayat alergi
 Menurut pasien, pasien tidak memiliki riwayat alergi.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Disangkal

E. Riwayat Keluarga
Disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan menahan kencing : diakui oleh pasien.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2021
Tempat Pemeriksaan : Humaira

4
A. Status Generalis
Keadaan Umum : SakitSedang
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 59 kg
BMI : 21,6 = underweight
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37.9oC (per axilla)
- Tekanan Darah : 178/77 mmHg
- Nadi : 112 x/menit, regular
- Laju Nafas : 22 x/menit, reguler
B. Status Internus
- Kepala/leher : Normosefali, deformitas (-), bengkak (-)
: Pembesaran KGB -/-
: Pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata : Reflek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Hidung : Deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
: Septum nasi ditengah, nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Nyeri tekan tragus (-), Sekret (-)
: penurunan fungsi pendengaran (-/-)
- Mulut/faring : Mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
- Thorax
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, barrel chest (-)

: Gerak napas tertinggal (-)

5
Palpasi : Pelebaran ICS (-/-)

Perkusi : Sonor di seluruh lapangan Paru

Auskultasi : vesikuler (+/+), whezzing (-/-), ronkhi (-/-)

 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)

Perkusi : Pekak, batas jantung normal

Auskultasi : S1/S2 normal, (-) murmur, (-) gallop

- Abdomen

 Inspeksi : Datar, bekas luka (-)


 Auskultasi : Bising usus normal, bruits (-)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), nyeri tekan suprapubik (+)
- Punggung : Nyeri punggung bawah (-)

- Ekstremitas : Akral hangat

: Deformitas (-), edema (-)

: CRT <2 detik

C. Status Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5
Saraf otonom
- Miksi : Normal
-Defekasi : Normal
-Sekresi keringat : Normal

6
D. Status Lokalis Regio Femur Sinistra
- Look : Deformitas (-), Swelling (-),
- Feel : Nyeri Tekan (-), AVN distal (-)
- Movement : ROM terbatas nyeri (-)

III. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa, dengan keluhan nyeri saat BAK
sejak 1 bulan Sebelum masuk rumah sakit. Nyeri BAK dirasakan terus menerus
disaat ingin berkemih, namun pasien membiarkannya kemudian nyeri dirasakan
kembali. Pasien belum pernah berobat ke dokter sehingga dalam 2 hari
belakangan nyeri saat BAK memberat. Setelah dilakukan anamnesis awal
didapatkan keluhan tambahan nyeri di bagian perut bawah (+), nyeri pinggang
(+), nyeri ketika BAK (+), demam (+), BAB berdarah (-), kencing batu (-),
kencing pasir (-), batuk (-), batuk disertai darah (-), mual (-), muntah (-).
Setelah dilakukan anamnesis awal didapatkan keluhan tambahan nyeri di
bagian perut bawah (+), nyeri pinggang (+). Pada pemeriksaan fisik tidak ada di
jumpakan kelainan dan tanda vital TD: 178/77 mmHg, Nadi: 112x/i, RR: 20x/i,
Suhu: 37,9C (axilla). pemeriksaan laboratorium darah lengkap normal, tetapi
pada pemeriksaan urinalisa di dapatkan kandungan jamur yang positif.

IV. DIAGNOSIS KERJA


1. Infeksi saluran kemih
2. Hipertensi stage II terkontrol
3. Canndidiasis vaginalis

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi febris ec:
 ISK
 Hipokalemia ringan
 Candidiasi vaginalis

7
VI. TATALAKSANA

Non farmakologi

1. Istirahat
2. Minum air yang cukup
3. Menjaga higienitas sekitar
Farmakologi
1. Inj. Levofloksasin 750 mg/hari
2. Inj. Omeprazole Iv/12 jam
3. Candesatran 1x8mg
4. Amlodipin 1x10mg
5. Harnal ocas 1x1
6. Citirizine 2x1
7. Intrakonazole 2x100mg
8. Dipenhidramin tab extra (stop)

VII. PLANNING
1. Darah rutin
2. KGD
3. Urin rutin
4. USG tractus urinalius

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tes lab (24 Mei 2021)

Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien

8
Darah rutin:
 Hemoglobin : 12,1 (N: 12,0-16,00)
 Leukosit: 8,6 (N: 4,0 – 10,0)
 Eritrosit: 4,26x106 (N: 4,4-5,9x106)
 Hematokrit: 34,1 (N: 36,0-45,0)
 MCV: 80,0 (N: 80,00-96,0)
 MCH: 28,4 (N: 28-33)
 MCHC: 35,5 (N: 33-36)
 Trombosit: 247.000 (N: 150.000-450.000)
Kimia Klinik :
 Glukosa ad Random : 76 mg/dl (70-160)
 Ureum : 19 mg/dl (10-50)
 Creatinin : 0,5 mg/dl (0,6-1,1)
Elektrolit
 Natrium : 142 mmol/L (135-145)
 Kalium : 3,5 mmol/L ( 3,6-5,1)
 Chlorida : 109 mmol/L (95-108)
SARS CoV-2 Antibody
 Anti SARS CoV-2 IgG : non reaktif
 Anti SARSCoV-2 IgM : non reaktif
Urinalisa
Makroskopis
 Warna : kuning
 Kekeruhan : Sedikit Keruh
 Urobilinogen : 0,1 mg/dl (normal)
 Leukosit esterase : negatif
Sediment Mikroskopis
 Eritrosit : 50-60 /lpb

9
 Leukosit : 5-8 /lpb
 Sel Epitel : 1-2 /lpb
 Jamur positif

Gambar 2.2 Hasil USG Tractus urinarius.

Ginjal kanan : ukuran normal, intensitas echo


parenkim normal, batas sinus cortex tampak jelas, tak
tampak batu, tak tampak ektasis sistem pelviocalyceal.

10
Ginjal kiri : ukuran normal, intensitas echo
parenkim normal, batas sinus cortex tampak jelas, tak
tampak batu, tak tampak ektasis sistem pelviocalyceal.

Buli : tak terisi cukup cairan, tampak balon


kateter

Kesimpulan :

‘’saat ini ginjal tak tampak kelainan’’

IX. FOLLOW UP
Tabel 2.2 Hasil Follow up pasien

Hari/ Subjektif Objektif Assesment planning


Tanggal

25/6/2021 Nyeri periorbital TD: 116/78 -infeksi saluran kemih - IVFD RL 20gtt/i
(+), nyeri saat mmHg
BAK (-), demam -hipokalemia ringan - inj. Levofloxacin
(-), flu (+), mata HR: 112x/i 750mg/hari
- hipertensi stage II
kabur (+), batuk
RR: 24x/i terkontrol - inj. Omeprazole
(-), muntah (-),
1v/12jam
nyeri pinggang T: 36,1˚C
(+), nyeri tekan - Amlodipin 1x10mg
abdomen (+)
- Candesatran 1x8mg
- Paracetamol 3x500
mg
- Harnal Ocas 1x1 tab

27/6/2021 Mual (+), pusing TD: - hipokalemia ringan - IVFD RL 20gtt/i


(+), nyeri tekan 128/74mm
abdomen (+), Hg - hipertensi stage II - inj. Levofloxacin
gatal diseluruh terkontrol 750mg/hari
badan setelah HR: 89x/i
- ISK e.c candidiasis - inj. Omeprazole

11
makan manis RR: 21x/i - dermatitis alergi e.c 1v/12jam
(+), mata berair due to food
(+) T: 36,2˚C - Amlodipin 1x10mg
- Candesatran 1x8mg
Px : USG tractus
urinarius - Paracetamol 3x500
mg
- Harnal Ocas 1x1 tab
- citirizine 2x1
- intrakonazole 2x100
- Dipenhidramin tab
(extra)

28/6/2021 Mual (-), pusing Ku: baik - riwayat atopi - IVFD RL 20gtt/i
(+), nyeri perut
(-), mata perih TD:103/60 - ISK e.c Candidiasis - inj. Levofloxacin
jika melihat mmHG Vaginalis 750mg/hari
cahaya terang
HR: 80x/i - Hipertensi stage II - inj. Omeprazole
(+), nyeri tekan
terkontrol 1v/12jam
(+),keputihan RR: 24x/i
banyak (+) - Hipokalemia - Amlodipin 1x10mg
T: 36,1˚C
- Candesatran 1x8mg
- Paracetamol 3x500
mg
-Lepas - Harnal Ocas 1x1 tab
Kateter
- citirizine 2x1
- intrakonazole 2x100
- Dipenhidramin tab
(extra) STOP

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin. Adanya bakteri dalam urin disebut
bakteriuria. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria). bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari sama dengan 10 5 colony
forming units pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria).
Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK
tanpa bakteriuria bermakna.1

3.2 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang
simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus
mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 %
pada anak perempuan), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat
juga sebagai penyebab. Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis
(enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang
ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak
laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks
lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas.4

Tabel 3.1 Famili, genus dan spesies mikroorganisme yang paling sering sebagai
penyebab ISK1

13
Tabel 3.2 Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No Mikroorganisme Persentase Biakan (%)

1 Escherichia coli 50-90

2 Klebsiella atau enterobacter 10-40

3 Pproteus sp 5-10

4 Pseudomonas aeroginosa 2-10

5 Staphylococcus epidermidis 2-10

6 Enterococci 2-10

7 candida albican 1-2

8 Staphylococcus aureus 1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu

14
saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang
menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat
menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien
demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat
menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises,
dan Mycobacterium tubeculosa.1
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama
pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang
mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering
ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik
dapat menulari saluran kemih secara hematogen.1
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu : 1,5

- Bendungan aliran urin: Anomali kongenital, Batu saluran kemih, Oklusi ureter
(sebagian atau total)
- Refluks vesikoureter
- Urin sisa dalam buli-buli karena: Neurogenic bladder, Striktura uretra, Hipertrofi
prostat
- Diabetes Melitus
- Instrumentasi: Kateter, Dilatasi uretra, Sitoskopi
- Kehamilan dan peserta KB: Faktor statis dan bendungan, PH urin yang tinggi
sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
- Senggama

3.3 Klasifikasi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.1
Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu:
- Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.

15
-
Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.
Pada pria, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.1

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas1


a. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim
ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering
diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis
kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa
faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal.
3.4 Patogenesis

Patogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung


dari patogenitas dan status pasien sendiri (host).1
1. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia
coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan
bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype
dari 170 serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis,
diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus.1
2. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae
merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk
melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya fimbriae akan
terikat pada blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas
dan bawah.1

16
3. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli
berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin,
cytotoxic necrotizing factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin dan
enterobactin). Hampir 95% α-hemolisin terikat pada kromosom dan
berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen
plasmio. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami
perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di
antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup
bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. 1
4. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
-
Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus
ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan
penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering
mengalami kambuh (eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi
saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi
saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat
peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A) dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat
terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila
refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang
dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema
dengan/tanpa hipertensi.1
-
Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa
golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan
terhadap ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB,
B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan
darah Lewis.1

17
Gambar 3.1 Proses uropatogenik bakteri
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme
masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1,6

- Ascending

- Hematogen

- Limfogen

- Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian intrumen.

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara


ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui
uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke
ginjal.

18
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari
kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :7

a. Hematogen

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.8
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan
infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses
pada ginjal.

b. Infeksi Ascending

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :

- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina

- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih - Naiknya


mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

19
Gambar 3.2 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.9

a. Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran


kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

- Pertahanan lokal dari host

- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.

20
Tabel 3.3 Pertahanan lokal terhadap infeksi.

No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi

1 Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan


peristaltik ureter (wash out mechanism)

2 Derajat keasaman (pH) urin

3 Osmolaritas urin yang cukup tinggi

4 Estrogen pada wanita usia produktif

5 Panjang uretra pada pria

6 Adanya zat antibakterial pada kelenjar prostat ata PAF (Prostatic


Antibacterial Factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein
tamn-Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada
di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali
untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan
mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :8
- Jumlah urin cukup

- Tidak ada hambatan didalam saluran kemih

Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin
yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan
lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out
adalah adanya:

- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak

21
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluk sistem urinaria.
- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.8
b. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya.


Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada
dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang
mempunyai virulensi berbeda, yaitu

- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,


menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat
merubah suasana urin menjadi basa.8

Gambar 3.4 Pembentukan biofilm

3.5 Gambaran Klinis

a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5
°C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului
gejala ISK bawah (sistitis).1

22
b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria,
nokturia, disuria, dan stanguria.1
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan
sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 thun. Presentasi
klinis SUA sangat minimal (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin
<10 ; sering disebut sistitis abakterialis. 1
5

d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: 1


a Re-infeksi (re-infections). Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6
minggu mikroorganisme (MO) yang berlainan.
b Relapsing infection. Setiap kali infeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan
sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
3.6 Diagnosis

Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin.
Untuk menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai
ambang batas yang digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/mL). Untuk
ISK tak bergejala (bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan
adalah 105 cfu/mL. Dalam diagnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan,
termasuk ibu hamil, harus digunakan sampel yang berasal dari urin pancar tengah
yang diambil secara bersih (midstream, clean-catch urine sample). Masalah yang ada
di negara yang sedang berkembang umumnya adalah layanan kesehatan dengan
fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya fasilitas untuk kultur urin
tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai teknik skrining
bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak
langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering
dipakai adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase
leukosit, protein, dan darah di dalam urin.10
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

23
ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK, antara lain:
ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating
cystogram), dan isotop scanning.1

3.7 Penatalaksanaan

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :1

- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai -


Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan
untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain:
- Pengobatan dosis tunggal

- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

- Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

- Pengobatan profilaksis dosis rendah

- Pengobatan supresif.1

3.7.1 Infeksi saluran kemih (ISK) bawah

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,


antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :2
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.

- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi


konvensional selama 5-10 hari.

24
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :11

- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan


koreksi faktor resiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan
- yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
- dosis tunggal (misal trimentoprim 200 mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105 memerlukan
antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi (misal golongan kuinolon).2 Tabel 4. Antimikroba pada ISK
bawah tak berkomplikasi

Tabel 3.5 Antimikroba, dosis, dan lama terapi

- Antimikroba Dosis Lama terapi


Trimetropim-sulfametoksazol 2x 160/800mg 3 hari
Trimetropim 2x 100mg 3 hari
Siprofloksasin 2x 100-250 mg 3 hari
Levofloksasin 2x 250 mg 3 hari
Cefiksim 2x 250 mg 3 hari
Cefodoksim proksetil 1x 400 mg 3 hari
Nirofurantoin makrokristal 2x 100 mg 3 hari
Nitrofurantoin monohidrat 4x 50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2x 100 mg 7 hari
Amoksisilin/klavunalat 2x 500mg 7 hari

25
3.7.2 Infeksi saluran kemih (ISK) atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. 2
Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut Antara lain :
- Kegagalan mempertahankan hidrasi atau toleransi terhadap antimikroba oral

- Pasien sakit berat atau debilitasi

- Terapi antimikroba oral selama rawat jalan mengalami kegagalan

- Diperlukan invertigasi lanjutan

- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi

- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus dan usia lanjut

The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga


alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum
diketahui mikroorganisme penyebabnya :2

- Flurokuinolon

- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Tabel 3.5 Antimikroba, dosis, dan interval

Antimikroba Dosis Interval

Sefepim 1 gram 12 jam

Ciprofloksasin 400mg 12jam

Levofloksasin 500-750 mg 24 jam

Ofloksasin 400 mg 12 jam

Gentamisin (+ampisilin) 3-5 mg/kgBB 24 jam

1 mg/kg BB 8 jam

26
Ampisilin (+gentamisin) 1-2 gram 6 jam

Tikarsilin-klavunalat 3,2 gram 8 jam

Piperasilin-tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam


Imipenem-silastatin 250-500 mg 6-8 jam

3.8 Pencegahan

Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Untuk
melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang yang telah
kena infeksi kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman tersebut. Kuman
mempunyai banyak cara atau jalan agar dapat keluar dari orang yang terkena infeksi
untuk pindah dan masuk ke dalam seseorang yang sehat. Kalau kita dapat memotong
atau membendung jalan ini, kita dapat mencegah penyakit menular. Kadang kita
dapat mencegah kuman itu masuk maupun keluar tubuh kita. Kadang kita dapat pula
mencegah kuman tersebut pindah ke orang lain.12
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan
dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang
meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga
(tertiary prevention) meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga
tingkatan pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan tumpang tindih.12
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah
dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke
saluran urin dari rektum.

27
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
3.9 Komplikasi

Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tiper sederhana ( uncomplicated) dan
tipe berkomplikasi ( complicated).12

1. ISK sederhana ( uncomplicated) yaitu non- obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil merupakan penyakit ringan ( self limited disease) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama

2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)

- ISK selama kehamilan

- ISK pada diabetes melitus, penelitian epidemiologi melaporkan bakteriuria dan


ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan pada perempuan tanpa DM

Basiluria asimptomatik (BAS), merupakan risiko untuk terjadinya pielobefritis


diikuti dengan penurunan laju filtrasi glomelurus (LFG).Komplikasi emphysematous
cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya
dapat dijumpai pada DM.

Pielonefritis emfisematosa disebabkan mikroorganisme pembentuk gas seperti


E.Coli, Candida spp dan Klostridium tidak jarang dijumpai pada DM.Pembentukan
gas sangat intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang
luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut

28
vasomotor (AVH). Abses perinefrik merupakan komplikasi ISK pasien dengn DM
(47%), nefrolithiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).

29
BAB IV

DISKUSI KASUS

Tabel 4.1 Diskusi Kasus

TEORI PASIEN

Definisi Pasien wanita berumur 43 tahun datang


mengeluhkan nyeri BAK sejak 1 bulan
ISK merupakan istilah umum yang
SMRS, nyeri BAK memberat 2 hari
menujukkan keberadaan mikroorganisme
belakangan. Pasien mengaku ada keinginan
dalam urin. Bakteriuria bermakna
untuk BAK namun tidak keluar, dan keluar
menunjukkan hasil kultur urin ≥ 105
hanya sedikit. Pasien juga sering menahan
cfu/ml. Bakteriuria bermakna apabila
jika saat ingin BAK. Saat ini pasien demam
disertai presentasi klinis ISK disebut
dan Riwayat keluar batu (-), riwayat BAB
simptomatik, dan asimptomatik apabila
tidak lancar. Pada pemeriksaan urinalisa dai
tanpa gejala bermakna. Berdasarkan
dapatkan dalam urin jamur positif.
etiologi perempuan lebih cenderung
mengalami ISK dari pada pria karena
uretra mereka yang lebih pendek dan jarak
antara lubang anus dan vagina yang lebih
dekat memungkinkan MO untuk
menginvasi. Pada kasus ini ISK terjadi
pada seorang pasien perempuan yang
berusia 43 tahun, berdasarkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan laboratorium terutama pada
pemeriksaan urinalisa di dapatkan dalam
urin poitif jamur.

Faktor resiko Pada pasien ini penyebab terjadinya ISK


adalah karena ada nya pertumbuhan jamur

30
Menurut Suharyanto dan Abdul (2008) pada alat kelamin, sehingga menyebabkan
faktor resiko yang umum pada penderita adanya keputihan yang banyak pada alat
ISK adalah. kelamin pasien. hasil positif jamur pada
pasien di dapatkan saat di lakukan
1.Ketidakmampuan atau kegagalan
pemeriksaan urin yang disebut dengan
kandung kemih untuk mengosongkan
candidiasis vaginalis.
isinya secara sempurna.

2.Penurunan daya tahan tubuh.

3.Peralatan yang dipasang pada saluran


perkemihan seperti kateter dan prosedur
sistoskopi.

Infeksi saluran kemih sebagian besar


disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi
penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak
adalah bakteri gram-negatif termasuk
bakteri yang biasanya menghuni usus dan
akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli,
Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter.
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi
oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia
dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK.

Tanda dan gejala Pada pasien di dapatkan tanda nyeri saat


BAK, saat BAK terasa tersendat, nyeri di
Infeksi saluran kemih dapat diketahui

31
dengan beberapa gejala seperti demam, bagian pinggang dan di bagian suprapubik.
susah buang air kecil, nyeri setelah Gejala yang di dapatkan pada pasien
buang air besar (disuria terminal), sering demam.
buang air kecil, kadang-kadang merasa
panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan
nyeri suprapubic. Namun, gejala-gejala
klinis tersebut tidak selalu diketahui atau
ditemukan pada penderita ISK. Untuk
memegakan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin,
kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur
urin, dan dip-stick urine test.

Diagnosis Pada pasien dari anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosi dapat di tegakkan jika sudah
terdiagnosis dengan adanya keluhan seperti
memenuhi kriteria dari anamnesis,
nyeri saat BAK, pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
serta pemeriksaan urinalisa positif terdapat
dan adanya pemeriksaan urin.
jamur pada urin.

 Anamnesis yang mengarah pada


faktor risiko dan gejala klinis, serta
pemeriksaan fisik ditunjukkan
untuk menemukan adanya tanda
dan gejala ISK.
 Pemeriksaan laboratorium: Darah
lengkap, pemeriksaan urinalisa dan

32
USG tractus urinalis.

Tatalaksana Pada pasien di berikan antibiotik golongan


quinolon yaitu inj. Levofloxacin
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan
750mg/hari (selama 4 hari).
pertimbangan faktor pasien, faktor
mikrobiologis dan data hasil klinis. Terapi ini diberikan untuk menghambat
Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang pertumbuhan bakteri. Serta diberikan
diperoleh dari suatu sintesis atau yang Harnal Ocas untuk memudahkan pasien
berasal dari senyawa nonorganik yang mengeluarkan urin dengan mudah.
dapat membunuh bakteri patogen tanpa
membahayakan manusia (inangnya).
Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat
menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada. Beberapa definisi
antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan ISK:

 Golongan penisilin
 Golongan Quinolon

 Golongan sefalosporin

Prognosis Penatalaksanaan yang sesuai pada pasien


serta edukasi yang di beritahukan kepada
Dubia et bonam
pasien dengan menjaga hygiene atau
kebersihan alat kelamin hasil dari
pengobatan akan baik.

33
34
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.

2. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2006.

3. Lapangan PB. Pielonefritis Akut. 2017;(1102006049).

4. Lumbanbatu, S.M., 2003; Bakteriuria Asimptomatik pada Anak Sekolah Dasar


Usia 9-12 tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 1-17.

5. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL et al. Harrison’s Principles of


InternalMedicine. 17th edition. USA : The McGraw-Hill Companies;2008.

6. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2003.

7. Brusch JL, Cunha BA. Urinary Tract Infection. Disitasi dari


https://emedicine.medscape.com/article/231574-overview Pada tanggal 2
Januari 2020. di akses tanggal 23 januari 2021.

8. Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi III. Jakarta: Sagung seto; 2015. hal.
125-44, 263- 70.

9. Herlina S, Kasih A, Yanah M, Ilmu F, Nasional UP. DI RSUD KOTA


BEKASI. 2015;(2):100-115.

10. Schmiemann G, Kniehl E, Gebhardt K, Matejczyk MM, Hummers-Pradier E.


The diagnosis of urinary tract infection: a systematic review. Dtsch Arztebl Int.
2010;107(21):361-7.

11. Sukandar E. Nefrologi klinik. Ed 4. Bandung: Pusat informasi ilmiah bagian


ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran UNPAD; 2013. hal. 465 – 99.

35
12. Anthony, J.S., dan Edward M. S., 2011, Infections of The Urinary Tract:
Campbell-Walls Urology 10th ed, England: Saundres Elseiver; 257-269.

36

Anda mungkin juga menyukai