Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menjalankan Kepanitraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
Disusun Oleh:
Muhammad Rizki Fonna
21174045
Pembimbing:
dr Muhammad Taqwa, Sp.B
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………...……………….ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Identitas………………………………………...………………...…..2
1.2 Anamnesis................……………………………..
……………………….2
1.5 Diagnosis………………………………………………..…….
……….4
1.6
Terapi...........................................................................................................5
1.8 Prognosis.............................................................................................5
3.4 Prognosis...……...…………………………...............……….16
BAB V KESIMPULAN........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...….21
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyusun
tugas ini untuk memahami lebih dalam tentang ‘’Ruptur Tendon Digiti 1 Pedis
Sinistra’’ dan sebagai salah satu syarat untuk menempuh kepanitraan klinik
senior bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama di RSUD
Meuraxa, Banda Aceh. Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada dr. Muhammad Taqwa, Sp.B yang telah bersedia meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyusun laporan kasus ini, Penulis sadar pembuatan laporan kasus ini masih
jauh dari sempurna, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan akhir
kata saya mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
21174046
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ruptur tendon adalah sebuah penyakit dengan prevalensi kasus yang tidak
terlalu sering namun dapat menimbulkan respon nyeri yang kuat. Seringkali orang
yang sedang masa aktif dapat mengalami keadaan ini. Namun, tak jarang pula
pasien dengan penyakit lain datang dengan gangguan ini, dikarenaka terjadinya
kelemahan tendon.
Pecahnya atau robeknya tendon biasanya terdiagnosis secara asesmen
klinis, namun pemeriksaan X-ray dan ultrasound digunakan untuk memastikan
diagnosisnya. MRI adalah standar definitif dalam menunjukkan gambaran ruptur
tendon.
Tergantung pada lokasi dan keparahan dari ruptur tendon, dokter dapat
memilih tatalaksana yang dengan medikasi dan fisioterapi atau dengan operasi.
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identitas
Nama : Tn. DH
Umur : 43 tahun
No. RM : 163xxx
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jantho Makmur, Kabupaten Aceh Besar
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tgl Pemeriksaan : 08-Agustus-2023
Keluhan Utama:
Nyeri di jempol kaki kiri sejak lebih kurang 30 menit yang lalu.
4
Riwayat Penyakit Keluarga:
Gizi : Baik
Tanda Vital
o Temperature : 36.5°C
Kepala : Normochepal
5
Leher : Bentuk normal, Kelenjar Getah Bening tidak
teraba membesar, tidak teraba adanya benjolan
Thorax :
Paru-paru
Jantung
o Perkusi : Redup
Abdomen
o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri
tekan dan
nyeri lepas
6
o Perkusi : timpani
Ekstremitas
Superior D/S Inspeksi : perubahan kulit (-), Rotasi (-), Muscle wastin (-)
Palpasi : akral hangat, nyeri tekan (-)
ROM : dalam batas normal
Inferior D Inspeksi : perubahan kulit (-), Rotasi (-), Muscle wastin (-)
Palpasi : akral hangat, nyeri tekan (-)
ROM : dalam batas normal
7
kondisi jari kaki post operasi
Hitung Jenis
8
Hematologi Hasil Nilai Rujukan
Perdarahan 01’30’’ Menit 1-7
Pembekuan 09’00’’ Menit 5-15
Glukosa ad random 89 mg/dl 70-100
9
Tanggal 08-08-2023 A : Ruptur Tendon Digiti 1 Th :
Pedis Sinistra Bed
S : Pasien baru saja dilakukan operasi Rest
pada kaki nya.
Nyeri (+) , kaki masih sulit di gerakan
(+), terasa kebas (+)
O : KU : Sedang
TD : 130/80 mmHg
HR : 86 x/i
RR : 20 x/i
T : 35˚ C
Skala Nyeri : 4/10
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
ditutupi oleh paratendon, yang memungkinkan tendon untuk bergerak dan
memasok suplai darah ekstrinsik.
12
Gambar II.1. Aspek otot dilihat dari anterior. Dari superfisial dan dorsal.
13
Tabel II.2. Otot yang memengaruhi kaki (lanjutan)
14
Gambar II.2. Otot Intrinsik Kaki, dilihat per lapisan.
15
Tabel II.3. Otot intrinsik kaki
16
II.5. Definisi Ruptur Tendon
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur tendon
patella adalah robek atau terputusnya tendon patella yang diakibatkan karena
tarikan yang melebihi kekuatan tendon, sehingga robek,pecah atau terputusnya
ligament yang menghubungkan tulang (patella) ke tulang tuberculum tibialis.
II.6. Etiologi
Penyebab paling sering pada ruptur tendon adalah cedera yang timbul
dalam kegiatan aktivitas yang membutuhkan beban otot ekstra, seperti olah raga,
melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola.
Trauma benda tajam atau tumpul menjadi penyebab kedua yang dapat
menyebabkan rusaknya otot atau tendon pada lokasi yang terkena trauma. Dengan
kecepatan dan momentum tertentu, tendon dapat ruptur secara mekanik.
Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes juga dapat menjadi
penyebab lemahnya otot ataupun integritas dari tendon itu sendiri. Secara
sistemik, terjadi gangguan pembentukan dan perusakan dari myosit tersebut,
sehingga bila terkena penyebab mekanik yang ringan dan tidak memiliki
momentum yang cukup untuk merobek, tendon tersebut akan dengan gampangnya
rusak.
17
ketidakmampuan penderita dalam menanggung beban ataupun memindahkan
tulang yang terlibat.
II.8. Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot quadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
18
Kelompok otot ini berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu
memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa
tangan ke arah bahu dengan menekuk siku.
Empat contoh diatas adalah otot dan tendon yang tersering mengalami
cidera, namun bukan berarti tempat lain tidak dapat mengalami ruptur.
II.10. Komplikasi
Komplikasi dari rupture tendon adalah infeksi, laserasi multipel, resiko
adhesi, pengurangan jarak gerakan,dan retraksi dari tempat luka. Selain hal
tersebut dapat pula terjadi sindrom kompartemen.
19
Gambar II.3. Jenis jahitan tendon
20
BAB III
Laporan Kasus
III.2. Anamnesis
21
Respiratory rate : 22x/i Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Pemeriksaan Umum :
Kepala:
Mata : CA (-/-), SI (-/-), Injeksi konjungtiva (-)
Hidung : deformitas (-), discharge (-)
Mulut : darah (-)
Leher : kaku kuduk (-)
Lain-lain : Luka (-)
Kesimpulan : dalam batas normal
Thorax
Pulmo/
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+), suara tambahan (-)
Cor/
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV 2 jari LMCS,
Perkusi : Kesan kardiomegali (-)
Auskultasi : S1-S2 regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak terlihat massa
Auskultasi : Peristaltik (+) N
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Hepar/ Lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior D/S : Inspeksi : perubahan kulit (-), Rotasi (-), Muscle wasting
(-)
Palpasi : akral hangat, nyeri tekan (-)
22
ROM : dalam batas normal
Inferior D : Inspeksi : perubahan kulit (-), Rotasi (-), Muscle wasting
(-)
Palpasi : akral hangat, nyeri tekan (-)
ROM : dalam batas normal
Inferior S : Inspeksi : Skin loss pada regio dorsum pedis, ukuran 5cm
x 4 cm, dasar tulang. Tampak tendon extensor digitorum
longus dan tendon hallucis longus ruptur. Tampak a.
dorsalis pedis ruptur. Drop foot (+)
Palpasi : krepitasi (-)
ROM : Ekstensi metatarsophalangeal (-) Fleksi
metatarsophalangeal (+)
Supinasi (+), Pronasi (+)
Dorsofleksi (-), Plantarfleksi (+)
Genitalia: dalam batas normal
23
Hasil Foto Rontgen tanggal 23/12/2016
III.4. Penatalaksanaan
IGD: Wound toilet, bebat tekan dan pemasangan fiksasi hingga waktu operasi.
Operasi CITO.
Inj. Ceftriaxone 1g
Inj. Gentamisin 40 mg
Inj. Ketorolac 15 mg
Inj. Ranitidine 4mg
Rujuk dokter spesialis orthopedi untuk eksplorasi dan repair tendon.
24
Laporan Operasi:
25
Gambar III.2. Luka inisial
26
Gambar III.4. Tendon yang sudah disambung
Gambar III.5. Jari yang sudah ekstensi dan kulit yang telah terjahit
27
Gambar III.6. Kaki yang telah dipasang boot slab
Perintah Post-Op:
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
29
gram negatif. Luka terkontaminasi adalah luka dengan kemungkinan infeksi,
paling sering adalah dari golongan gram-negatif sehingga untuk mencegah
terjadinya infeksi serta sebagai persiapan sebelum masuk ruangan OK untuk
debridement, diberikan kedua obat anti-biotik tersebut. Juga ditambahkan Vit. C
sebagai suplemen yang membantu pembentukan kolagen dan jaringan.
Dalam operasi dilakukan anestesi dengan teknik epidural menggunakan
bupivacaine untuk menumpulkan rasa nyeri pada bagian yang akan dioperasi.
Teknik pemberian anestesi epidural sangat membantu pada pasien ini
dibandingkan teknik anestesi lokal karena selain jumlah dosis anestesi yang
digunakan lebih sedikit, jangka waktu yang dicapai anestesi epidural lebih lama
dibandingkan dengan teknik blok lokal.
Penyambungan tendon dilakukan dengan menggunakan teknik bunnel.
Teknik ini adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memastikan kekuatan
jahitan dalam menyatukan tendon, serta dipasangkan boot slab sebagai alat fiksasi
eksternal untuk mempertahankan jahitan supaya tidak mudah lepas dalam masa
penyembuhan tendon sampai 6 minggu.
Adapun edukasi yang dapat diberikan pada pasien dan orang tua adalah
menjelaskan bahwa anak sedang mengalami robekan tendon punggung kaki yang
menyebabkan kakinya belum dapat bergerak untuk sementara waktu. Kaki
dilarang untuk dipakai berjalan, dan rutin kontrol ke dokter spesialis untuk
menilai kesembuhan tendon
Bila sudah diterapi, prognosis pasien cukup baik. Pasien dengan luka yang
dibiarkan atau baru dapat datang setelah 12 jam atau lebih dapat memiliki
kemungkinan infeksi lebih tinggi. Prognosis pada pasien ini:
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Sanam : Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Ad Bonam
30
BAB V
KESIMPULAN
31
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
32