Tanda tangan:
LAPORAN KASUS
Fraktur Olecranon
Pembimbing:
Disusun oleh:
M Rifqi Patta Ariq
03013115
Bagian Orthopedi
Nama Penguji dr. Mohammad Yogialamsa, SpOT
(Utama/Pendamping)
Nama Dokter Muda M Rifqi Patta Ariq
Tanggal 25 Juni 2018
Penilaian Keterampilan Klinis
Keluhan Utama/Diagnosis Fraktur Olecranon Sinistra
Kompleksitas Kasus Rendah/sedang/tinggi*
Pengambilan
Fokus mini CEX data/diagnosis/penatalaksanaan/konseling**
Tipe Konsultasi Prognosis baik/prognosis buruk/bukan keduanya
Aspek 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Ketrampilan anamnesis
2. Ketrampilan pemeriksaan fisik
3. Ketrampilan membuat rekam
medis
4. Pengambilan keputusan
klinis
5. Keterampilan konseling dan
komunikasi
6. Profesionalisme
7. Konsultasi dan Rujukan
8. Efisiensi
9. Penatalksanaan kegawatan
Total
Nilai% = (Total/9naspek)x100%
*) lingkari yang sesuai. **) lingkari yang sesuai (boleh lebih dari satu)
2
LEMBAR PENGESAHAN
Fraktur Olecranon
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 31 April – 06 Juli 2018
Disusun oleh:
M Rifqi Patta Ariq
03013115
3
FAKULTAS KEDOKTERAN
(UNIVERSITAS TRISAKTI)
Jl. Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol petamburan, Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN USAKTI
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA
IDENTITAS PASIEN
4
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 Mei 2018 Pukul 09.00 di IGD
RS Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa
Keluhan Utama
Nyeri lengan kiri sejak 1 jam yang lalu SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri dirasakan saat pasien menggerakkan lengannya, lengan terasa panas, dan lengan sulit
digerakkan.
5
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi obat, trauma dan riwayat operasi
sebelumnya disangkal.
Riwayat Pengobatan
(-)
STATUS GENERALIS
i. Status Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 75x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 67 kg
6
Leher :
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Tidak dilakukan
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar getah bening : Tidak membesar
Thorax :
Paru-paru depan dan belakang
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak
ada bagian dada yang tertinggal, tidak tampak retraksi
sela iga.
Palpasi : Vocal fremitus kanan kiri teraba sama kuat, nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis
sinistra
Perkusi
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis
sinistra
Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, warna kulit sawo
matang, pelebaran pembuluh darah (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
Palpasi : Supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, asites (-)
7
Extremitas
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Tidak dilakukan
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Nyeri di siku kiri (+)
Aktif-pasif terbatas
Gerakan Aktif Pasif
Kekuatan Normal Tidak ada
Edema Tidak ada Ada
Tungkai & Kaki Kanan Kiri
Luka Tidak ada ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Nyeri di siku (+)
Gerakan Aktif-pasif normal Aktif-pasif abnormal
Kekuatan Normal (5555) Normal (1111)
Edema Tidak ada Ada
8
Status Lokalis
Nyeri (+)
Oedem (+)
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab
Darah Rutin
- Hemoglobin 13,4 gr/dL
- Lekosit 11500 mm3
- Hematokrit 40%
- Trombosit 271000 mm3
- Waktu perdarahan 3 menit
- Waktu pembekuan 6 menit
Gula darah sewaktu 120 mg/dL
Foto Rontgen
Foto thorax AP: Normal
Foto elbow joint AP + LAT:
10
Kesan: Fraktur dislokasi olecranon sinistra stabil non komunitif tertutup
DIAGNOSA Kerja
Fraktur olecranon sinistra tertutup
DIAGNOSA BANDING
Fraktur humerus distal
Fraktur monteggia
Fraktur radius-ulna
PENATALAKSANAAN
Operatif
11
Foto rontgen setelah tindakan tension band wiring:
Non-operatif
- Medika mentosa
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gram 2x1
Ketorolac 30 mg 2x1
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
12
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya konstinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya.1 Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh
kekerasan langsung, biasanya komunitif dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi
anterior dari sendi tersebut.2
Cedera patah tulang pada ekstrimitas merupakan 40% dari kejadian patah tulang
di Amerika Serikat dan menyebabkan angka morbiditas (penderitaan fisik, kehilangan
waktu, dan tekanan mental) yang tinggi.
Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi,
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar delapan
juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab
yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress spikilogis
seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik
(Depkes RI 2013).3
Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan
yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya
komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam
waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan
perdarahan. Berbagai tindakan bisa dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi,
dan rehabilitasi. Meskipun demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai
itu saja dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi.4
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun
kelainan patologis. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik.1 Sedangkan menurut Smeltzer, fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya.2
Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh
kekerasan langsung, biasanya komunitif dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi
anterior dari sendi tersebut.
2.2Anatomi
14
Siku adalah sendi gabungan yang terdiri dari tiga tulang dimana siku menekuk dan
meluruskan seperti engsel. Hal ini juga penting untuk rotasi lengan bawah.
Siku terdiri dari bagian-bagian dari ketiga tulang, yaitu:5
Distal humerus adalah pusat dari siku (sendi engsel).
Kepala radius bergerak disekitar humerus distal dan juga berputar ketika
pergelangan tangan diaktifkan atas dan kebawah.
Olecranon adalah bagian dari tulang ulna yang berbentuk cangkir pada ujung
humerus dan berputar disekitar ujung humerus seperti engsel.
Ada beberapa ligamen penting dalam elbow. Ligamen adalah struktur jaringan
lunak yang menyambungkan tulang ke tulang. Ligamen di sekitar sendi biasanya
menggabungkan bersama-sama untuk membenuk sebuah kapsul bersama. Sebuah
kapsul sendi adalah kantung tahan air yang mengelilingi sendi dan berisi cairan pelumas
yang disebut cairan sinovial.
Ada tiga sendi utama yang mendukung sendi siku:5
Ligamen collateral medial: dikenal sebagai collateral ulnaris ligamen dan
terdiri dari dua band segitiga, anterior dan posterior. Kedua bagian timbul dari
epikondilus medialis melewati bagian dalam sendi siku. Bagian anterior
kemudian melekat pada bagian depan atas Tulang hasta, yang dikenal sebagai
prosesus coranoid dan bagian posterior ke belakang tulang hasta, atau prosesus
olecranon.
Ligamen collateral lateral: dikenal sebagai collateral radial ligamen dan band,
pendek sempit yang lolos dari dasar epicondylus lateral ke ligamen annular
Annular ligamen: ini adalah sebuah band dari serat yang lingkaran kepala
radius, mempertahankan kontak antara radius dan tulang lengan atas.
15
2.3 Etiologi
Fraktur langsung terjadi pada saat jatuh (mendarat langsung pada siku) atau
dengan dipukul oleh benda keras (pemukul bisbol, dashboard mobil saat
kecelakaan).6
Fraktur tidak langsung terjadi dengan mendarat di lengan terentang. Orang
mendarat di pergelangan tangan dengan siku terkunci lurus. Otot trisep di
bagian belakang lengan atas membantu “menarik” olekranon keluar dari
posisinya.6
2.4 Klasifikasi
16
Klasifikasi mayo: derajat stabilitas, displacement dan comminution.6
17
2.6 Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Pasien datang dengan fraktur olecranon akan datang dengan rasa sakit
dan bengkak di siku. Serta nyeri yang timbul saat bergerak. Deformitas muncul
pada pasien dengan fraktur dislokasi. Mekanisme saat cedera dan komplikasi
neurovaskuler yang berhubungan dengan cedera harus ditanyakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada fraktur olecranon:
o Periksa kulit, apakah ada luka. Laserasi dapat disebabkan oleh fragmen
tulang dan dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi.
o Palpasi seluruh siku. Hal ini dapat menunjukkan patah tulang lainnya
atau cedera, seperti dislokasi siku
o Periksa denyut nadi di pergelangan tangan untuk memastikan bahwa
aliran darah yang baik masih melewati siku tangan.
o Periksa untuk melihat apakah pasien dapat menggerakkan jari dan
pergelangan tangan, dan jika pasien dapat merasakan benda dengan jari-
jarinya.
o Pasien diminta untuk meluruskan siku untuk melihat kekakuan.
o Periksa bahu pasien, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan, sekalipun jika pasien hanya mengeluh nyeri di siku.
Pemeriksaan penunjang
Foto polos atnteroposterior dan lateral biasanya memberikan informasi yang
cukup akurat untuk diagnosis.
2.7 Penatalaksanaan
Terapi non operatif
Pada fraktur non dislokasi dimana mekanisme ekstensor siku utuh, dapat
diterapi secara non operatif. Imobilisasi sendi siku pada 45 sampai 90 derajat
dari fleksi selama lebih kurang 3 minggu telah direkomendasikan untuk fraktur
18
non dislokasi. Pergerakan kemudian dimulai, dengan pembatasan fleksi hingga
90 derajat sampai ada bukti radiografi penyembuhan patah tulang.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa:
Iritasi jaringan lunak merupakan salah satu komplikasi yang paling umum
setelah fiksasi interna fraktur olecranon.
Kehilangan kemampuan untuk mengekstensikan siku, biasanya 10-15 derajat
dari ekstensi, tetapi pada pasien dengan fraktur caput radius, dislokasi fraktur
monteggia, capittelum, atau coronoid, rentang gerak lebih terbatas.
19
2.9 Prognosis
Kriteria evaluasi pada fraktur olecranon adalah derajat nyeri, gerakan siku, dan
temuan radiografi.
Pada pasien yang dirawat bedah, eksisi dengan perbaikan trisep memiliki
tingkat komplikasi terendah.
Pasien yang diobati dengan fiksasi internal menggunakan sekrup intramedulla
ditambah kawat atau kabel menghasilkan komplikasi yang kecil.
Dari pasien dengan fiksasi plat. 70-80% memberikan hasil yang baik, dan lebih
dari 90% pasien dengan tention band wiring.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Price S.A. and Wilson L.M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
(Edisi 6), Buku II, Jakarta: EGC
2. Smeltzer, & Bare. 2005 Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart.
Edisi 8, Vol 1, alih bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.
3. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
4. Brader H. Konin JG. Wiksten DL. Isear Jr JA. 2006. Special Tests For Orthopedic
Examination: 3nd ed. America: Slack Incorporated.
5. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
6. Kisner, K dan Colby, LA. 2007. Therapautic Exercise Foundations and Techniques.
5nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
7. Thomas, A, Mark, et al.,2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC.
21