Anda di halaman 1dari 38

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja memiliki kecenderungan untukmelakukan perbuatan yang merusak

ataumerugikan bagi dirinya atau orang lainyang disebut dengan masalah perilaku

(Santrock JW, 2007). Masalah perilaku ditandai dengan pola tingkah lakuantisosial, agresif

atau menentang yang berulang dan menetap (Liabo K; Richardson J, 2007). Menurut

kriteria diagnostic and statisticalmanual of mental disorder 5 (DSM-5), masalah

perilakumerupakan bagian dari masalah emosi (American Psychiatric Association, 2013).

Diagnosis kesehatan mental yang paling seringdan umum di antara anak dan

remaja, yaitu disruptive behavior disorder (31%) dan gangguan mood (21%), tetapi 40%

dari anak dan remaja dengan diagnosiskesehatan mental dianggap serius terganggu

secaraemosional(Mellin E, 2009). Masalah yang paling sering didiagnosispada anak 6-17

tahun, yaitu gangguan belajar (11,5%),attention-deficit/hyperactivity disorder (8,8%),

danconduct disorder (6,3%)(Blanchard LT; Gurka MJ; Blackman JA; et al, 2006).

Prevalensi masalah perilaku di New York padarentang usia 10-16 tahun sebesar

16% pada laki-lakidan 13% pada perempuan (Murray J; Farrington DP, 2010). Prevalensi

keseluruhanmasalah emosional dan perilaku di Tiongkok adalah10,7%(Wang J; Liu L;

Wang L, 2014).Penelitian yang dilakukan di Semarang tahun2015 menunjukkan bahwa

masalah yang dominanpada siswa-siswi remaja SMP dan SMA relatif samadengan urutan

masalah, yaitu perilaku agresif, cemas/depresif, kesulitan memusatkan

perhatian/konsentrasi,dan kesulitan dalam menjalin relasi dengan oranglain (Ediati A,

2015).
Penelitian yang dilakukan di Aceh pada usia6-12 tahun didapatkan masalah

emosional (37,8%),hiperaktivitas (27,3%), conduct problem (18,9%), danmasalah dengan

teman sebaya (16,1%) (Saputra F; Yunibhand J; Sukratul S, 2016).Faktor yang terkait

dengan masalah perilakupada remaja di antaranya adalah jenis kelamin, usia,kedekatan

dengan orang tua (hubungan remajadengan orang tua yang rendah), keterlibatan orang

tuadengan anak yang berkurangdan pendidikan orangtua(Zwaanswijk M; Verhaak PFM;

Ende JVD; et al, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-lakimengalami masalah

perilaku lebih tinggi dibandingkanperempuan dan masalah perilaku cenderung

menurundengan usia (Liabo K; Richardson J, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku

dengan menggunakan Kuesioner Kekuatan dan Kelemahan (Strength and Difficulties

Questionaire-SDQ) pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan Gejala Emosional (E) atau gangguan emosional.


Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan Masalah Perilaku (C)atau gangguan perilaku.

Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan Hiperaktivitas (H) atau hiperaktifitas.

Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan Masalah Teman Sebaya (P)atau masalah hubungan sebaya.

Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan kekuatan.

Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan

menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun

2019 berdasarkan kesulitan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Menilai dan mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan

perilaku dengan menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua

Kisam Tahun 2019.

1.4.2 Manfaat Praktis


Menjadi masukan bagi stake holder dalam membuat kebijakan mengenai masalah

emosi dan perilaku dengan menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3

Muaradua Kisam Tahun 2019 berdasarkan.


BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1Emosi dan Perilaku

2.1.1 Defini
Emosi pada dasarnyabanyak melibatkan perasaan seseorang. Dalam Emosi

merupakan sebagai luapan perasaan yang selalu berkembang dan kemudiansurut kembali

dalam waktu yang cukup singkat, atau keadaan reaksi sisi psikologisserta fisiologis

seseorang yang dapat disebutkan seperti gembira, sedih, haru, dan cinta,serta keberanian

yang sifatnya subjektif. Emosi juga dapat diartikan sebagai rasaamarah.(Sarwono SW,

2019)

Emosi merupakan suatu rasa ungkapan perasaan yang dialami atau perasaan

yangbergejolak dalam bentuk bahagia, sedih, takut, marah dan cinta.

Hathersallmerumuskan emosi sebagai suatu psikologis yangterdapat dari pengalaman

seseorang, dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh yangdiperlihatkan. Kedua definisi

yang telah disebutkan diatas mengartikan emosi sebagai perasaan seseorang secara intens

yang ditunjukkan kepada sesuatu ataupun orang dan menimbulkan reaksi terhadapsuatu

kejadian tertentu sebagai bentuk luapan perasaan.(Ali M; Asrori M, 2019)

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Dari sudutbiologis,

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yangbersangkutan, yang dapat

diamati secara langsung maupun tidaklangsung. Secara operasional, perilaku dapat

diartikan suatu responorganisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek

tersebut.
Sedangkan menurut Singgih (2008),perilaku adalahsetiap cara reaksi atau respons

manusia, makhluk hidup terhadaplingkungannya yaitu suatu aksi dan reaksi terhadap

perangsangan darilingkungan.Perilaku terbagi ke dalam perilaku yang disadari (concious)

dandilakukan dengan kesadaran penuh, perilaku reflektoris yangmerupakan gerakan

refleks, serta perilaku di luar pengaruh kehendakyang tidak disadari (unconcious). Ciri-ciri

perilaku manusia yangmembedakannya dari makhluk lain adalah karakter.

2.1.2 Faktor
Timbulnya emosi disebabkan oleh 2 faktor, antara lain faktor internal dan

eksternal.Faktor internal pada umumnya merupakan rasa emosi yang muncul dalam

diriseseorang berkaitan dengan apa yang dirasakannya. Mereka merasa tidak puas,

benciterhadap diri sendiri dan tidak bahagia.(Ahyani LN; Astuti RD, 2018)

Adapun faktor internal gangguan emosi yang dialami adalah:(Jahja Y, 2011)

Merasa dibenci, disia-siakan dan merasa tidak diterima di lingkungan keluarga

maupun di lingkungan sekitarnya.

Merasa tidak mampu atau bodoh dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

dialami.

Merasa tidak memiliki hubungan yang harmonis kepada keluarga seperti sering

bertengkar, kasar, pemarah, banyak mencela dan bercerai.

Merasa iri terhadap saudara karena orang tua sering kali bersikap tidak adil, seperti

selalu membanding-bandingkan anak dan saudara.

Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi emosi, antara lain:(Ahyani LN; Astuti

RD, 2018)
Orang tua atau guru memperlakukannya seperti anak kecil sehingga membuat harga

dirinya dilecehkan.

Membatasi pergaulan anak bersama teman-temanya.

Tidak dapat dukungan dari orang tua terhadap apa yang diinginkan.

Disikapi secara tidak adil oleh orang tuanya yang membanding-bandingkandirinya

dengan orang lain.

Membatasi lingkungan pertemanannya terhadap lawan jenis.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan mental,emosional

dan perilaku remaja. Masalah mental, emosional danperilaku dapat muncul akibat interaksi

faktor-faktor dibawah ini:(Gillham J, 2011; Sarwono SW, 2019)

a. Perubahan Fisik

Menurut IDAI (2010), terdapat lima perubahan pada perubahanfisik atau biologis

pada remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat, perkembangan seks sekunder,

berkembangnya organreproduksi, perubahan komposisi tubuh, serta perubahan

darisistem sirkulasi dan respirasi yang berhubungan dengan staminatubuh. Memasuki

pubertas merupakan masa yang penuh dengantekanan bagi remaja. Perubahan hormonal

mempengaruhi suasanaperasaan dan tingkah laku remaja.

b. Perkembangan Psikologis

Masa remaja identik dengan masa penentangan ataupemberontakan terkait dengan

berbagai perubahan yang harusdihadapi oleh remaja dibandingkan dengan masa-

masasebelumnya. Salah satu perkembangan yang harus remaja hadapiadalah kemampuan

untuk berpikir lebih dewasa dan rasional sertamemiliki pertimbangan yang lebih matang

dalam menyelesaikanmasalah. Kemampuan tersebut disebut kemampuan kognitif.


c. Perubahan Sosio-lingkungan

Perilaku remaja sangat rentan dipengaruhi lingkungan. Salah satubagian

perkembangan masa remaja yang tersulit adalahpenyesuaian terhadap lingkungan sosial

kultural.

Dua faktor yang mempengaruhi perilaku remaja saat ini, antara lain:

a. Faktor internal

i. Faktor kepribadian

Kepribadian adalah daar dari pemikiran, perilaku,pengendalian suasana perasaan

dan respon individu terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dibentukoleh

biopsikosoial individu.

ii. Faktor kondisi fisik

Faktor ini antara lain meliputi kesehatan jasmani dangender. Remaja dengan

keterbatasan/cacat fisik cenderungrentan memandang kehidupan dari persepsi

negatif.

b. Faktor eksternal

Kondisi keluarga,kondisi sosial masyarakat disekitarnya,kondisi geografis, faktor

ekonomi, dan faktor sosiokultural.

2.1.3Masalah Emosi dan Perilaku


Gangguan emosi dan perilaku seseorang cenderung sangat jauh dari perilaku

normanorma anak lainya, pada umumnya dalam menghadapi suatu masalah yang

dialami.Seperti hubungan sosial, penyesuaian diri dan penyesuaianmengatakan bahwa

seseorangdikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki karekteristik sebagai

berikut:(Ahyani LN; Astuti RD, 2018)


Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas,

alat indera maupun kesehatan.

Ketidak mampuan menjalani hubungan yang baik dengan teman sebayanya.

Suasana hati yang mudah terbawa emosi dalam menghadapi masalah yang

minumbulkan ketidakbahagian atau depresi.

Perasaan takut, marah dan sedih.

2.1.4 Alat Penapisan


Kekuatan karakter terdiri antara lain atas kebaikan, inteligensi sosialatau spiritual.

Kekuatan karakter sangatberhubungan dengan beberapa indikator dan berhubungan

terbalikdengan gejala psikopatologi.(Gillham J, 2011)Penilaian kekuatan menurut Epstein

(2004) merupakan suatupengukuran kemampuan emosional dan perilaku, kompetensi

dankarakteristik yang membantu perkembangan prestasi pribadi,berkontribusi

mendukung dan memuaskan hubungan dengan anggotakeluarga, sesama dan dewasa,

mendorong salah satu kemampuan untukmelindungi dari tantangan dan stres, dan

mendorong perkembangansosial dan akademik.(Epstein MH, 2004)

Kekuatan karakter merupakan ciri kepribadian yang mengarah kepadaproses

psikologikal internal. Hal ini mendefinisikan karakter dan aspektertentu kepribadian yang

dihargai secara moral.(Ali M; Asrori M, 2019) Karakter positifkepribadian berbeda dengan

kekuatan bakat, kemampuan, kekuatanketerampilan, kekuatan eksternal dan dukungan.

Berdasarkan Values in Action Inventory of Strengths (VIA Inventory of Strengths),

terdapatempat faktor yang berpengaruh, meliputi kesederhanaan, intelektual,transendensi

dan kekuatan interpersonal. Faktor kesederhanaan meliputi kekuatan yang merefleksikan


modulasimotivasi, perilaku dan emosi (seperti kebenaran, hati-hati, regulasidiri, dan

ketekunan).(Desmita, 2010; Gillham J, 2011)

Kekuatan intelektual meliputi sesuatu yang berkaitandengan mencari dan

menghargai pengetahuan serta menggunakannya(seperti suka belajar, kreativitas, rasa

ingin tahu).(Gillham J, 2011) Faktor transendensikekuatan memiliki hubungan dengan

mengejar dan menghargai maknayang lebih tinggi dan tujuan atau koneksi luar diri mereka

sendiri(seperti harapan, keagamaan, spiritualitas, rasa bersukur, semangat).Kekuatan

interpersonal meliputi kerukunan, kolektivisme dan hubunganramah dengan yang lain

(seperti kesopanan, kecerdasan sosial,kebaikan, dan kerja sama.(Proctor C; Linley PA,

2013)

2.2 Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi tumbuh kembang manusia dalam

menjalanisuatu proses pertumbuhan yang bertahap. Dari mulai awal manusia dilahirkan

daribalita, kemudian anak-anak, kemudian keremaja hingga dewasa. Masa peralihan

darianak-anak ke dewasa pada umur 13-18 tahun.(Ahyani LN; Astuti RD, 2018) Pada masa

iniremaja akan merasakan adanya peruabahan yang terjadi pada dirinya seperti

perubahanfisik dan mental bisa disebut sebagai masa puber, sikap, perasaan dan emosi

tanpadisadari seperti rasa malu, gembira, sedih, takut, dan marah.(Jahja Y, 2011)

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagaitahap transisi

antara masa kanak-kanak dan dewasa dengan batasan usiaadalah 12-24 tahun.

(Notoadmojo S, 2010) Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesiatahun 2010, batas

usia remaja adalah 10-19 tahun dan belum kawin.Undang ndang No. 35 tahun 2014
tentang perlindungan anak,remaja adalah individu yang belum mencapai umur 18 tahun.

MenurutHurlock, remaja adalah anak yang berada dalam rentang usia 12-18

tahun. Menurut Erickson, kriteria usia masa remaja adalah 12-20 tahunyang termasuk ke

dalam tahapan perkembangan identity vs identityconfusion. Masa remaja merupakan

tahapan kelima dari delapantahapan perkembangan kepribadian.(Notoadmojo S, 2011;

Sarwono SW, 2019)

Beberapaciri psikologi remaja antara lain adalah:(Jahja Y, 2011)

Kecanggungan dalam lingkungan untuk berinteraksi, akibat dari perkembangan fisik

yang mengakibatkan rasa ketidakpercayaan diri maka melibatkan perilaku yang

berlebihan untuk menutupi perasaan canggung tersebut.

Sikap menentang kepada orang tua maupun kepada orang dewasa dari dirinya untuk

mewujudkan suatu keinginan merenggangkan ikatan kepada orang tua dan

menunjukkan ketidakinginan ketergantungan kepada orang lain.

Pertentangan yang dialami didalam dirinya menjadi penyebab pertentangan kepada

orang tua maupun kepada anggota keluarga.

Kegelisahan, persaan tidak tenang yang tidak dapat dikuasai didalam dirinya

terhadap sesuatu yang diinginkannya.

2.3Kuesioner Kekuatan dan Kelemahan/Strength and Difficulties Questionaire


(SDQ)

2.3.1 Definisi
Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) adalah sebuah alat ukurpenapisan

perilaku singkat untuk anak dan remaja yang dapatmemberikan gambaran perilaku anak

dan remaja berfokus padakekuatan dan kesulitan mereka. Kuesioner singkat inisangat
berguna ketika digunakan dalam survei berskala besar dansebaiknyajumlah pertanyaan

terbatas atau ringkas.(Desmita, 2010)

2.3.2Kegunaan
Alat ukur ini telah divalidasi di Departemen Psikiatri FakultasKedokteran

Universitas Indonesia, memiliki sensitivitas dan spesivitasyang baik sebagai alat ukur

penapisan. Alat ini memiliki pembagiansubskala yang baik untuk menilai kekuatan dan

kesulitan pada remaja.Alat ini telah digunakan pada beberapa peneliti terpublikasi pada

jurnalinternasional.(Desmita, 2010; Proctor C; Linley PA, 2013)

Strengths and Difficulties Questionnaire(SDQ) adalah suatu alat ukur atau

skalapsikologi yang terdiri dari 25 item denganlima dimensi yang akan diukur

yaituprososial, hiperaktif, masalah emosi,perilaku serta hubungan dengan teman

sebaya. Tujuan daripada penyusunan skalaSDQ yakni untuk mengetahui masalah

yang berhubungan dengan emosional danperilaku pada anak-anak dan remaja, dan

mengetahui tingkat kesiapan belajar padaanak.(Goodman R, 1997)

Penelitian Strengths and Difficulties QuestionnaireFinlandia yang biasa disebut

dengan SDQFin diperoleh reliabilitas sebesar 0.71.Di Eropa studi tentang SDQ

sudahbanyak dilakukan terutama di Jermantelah menguji validitas dan reliabilitasSDQ

pada 543 siswa dengan rentang usia5-17 tahun. Becker menggunakan analisisfaktor yaitu

exploratory dan confirmatory factor analysis menemukan replikasi tepatdari SDQ ke lima

skala asli.Penelitian juga dilakukan di Amerikaoleh Dickey dan Blumberg (2004)

terhadap9574 anak-anak dan remaja usia 4-17tahun yang mengisi kuesioner SDQ.

(Goodman R, 2006)

2.3.2 Komponen Penilaian


Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) terdiri dari 25 itemyang

terbagi pada lima subskala. Keempat subskala tersebutterbagidalam kelompok subskala

kesulitan, yaitu subskala emotionalsymptom, subskala conduct problem, subskala

hyperactivity-inattention,dan subskala peer problem. Sedangkan subskala yang kelima

termasukdalam kelompok subskala kekuatan, yaitu subskala prosocial.(Epstein MH, 2004;

Proctor C; Linley PA, 2013)

Tabel 2.1. Interpretasi SDQ(Jahja Y, 2011)


Komponen
Normal
Borderline
Abnormal

Total Skor Kesulitan


0-15
16-19
20-40

Gejala Emosional (E)


0-5
6
7-10

Masalah Perilaku (C)


0-3
4
5-10

Hiperaktifitas (H)
0-5
6
7-10

Hubungan Teman Sebaya (P)


Total Skor Kekuatan
0-3
4-5
6-10

Perilaku Prososial (Pro)


6-10
5
0-4

Masing-masing subskala SDQ terdiri dari lima item. Masing-masing item discore

dalam kriteria tiga poin yaitu 0 (tidak benar), 1 (agak benar),maupun 2 (sangat benar).

(Gillham J, 2011) Skor dari masing-masing subskala dapat dihitungdengan menjumlahkan

skor dari masing-masing item yang relevan padasubskala tersebut. Skor tertinggi dari

masing-masing subskala adalah 10dan skor terendah adalah 0.(Proctor C; Linley PA, 2013)

Aspek atau dimensi dalam skala SDQantara lain:(Desmita, 2010; Kau MA, 2010;

Ahyani LN; Astuti RD, 2018)

Perilaku prososial, merupakan sikap alamiah yang dimiliki oleh manusia disebabkan

manusia tidak dapat hidup secara individualis dan termasuk makhluk sosial yang

selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Baron dan

Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong

yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan


langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan

melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong.

Hyperactivity, aspek hyperactivity yaitu suatu pola perilaku pada seseorang yang

menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan impulsif atau

semaunya sendiri. Anak yang memiliki perilaku ini biasanya sulit diatur atau

dikontrol. Perilaku yang tampak biasanya adalah: (a) Tidak dapat duduk dengan

tenang, terlihat gelisah. (b) Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas. (c)

Berlari, memanjat tidak pada tempatnya, pada usia dewasa lebih ditunjukkan dengan

sikap gelisah. (d) Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang

dan membawa relaksasi. (e) Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif. (f) Cerewet,

suka berbicara yang terkadang tidak sesuai dengan konteks.

Masalah perilaku (Conduct problem). Dari aspek perilaku mengganggu atau mengacau

adalah suatu pola yang negatif, permusuhan dan perilaku menentang yang terus-

menerus tanpa adanya pelanggaran serius terhadap norma sosial atau hak orang lain.

Masalah perilaku ini merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh

anak seperti memukul, berkelahi, mengejek, menolak untuk menuruti permintaan

orang lain

Gejala emosi. Aspek gejala emosi mengarah pada suatu perasaan dalam pikiran yang

khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dalam serangkaian kecenderungan

bertindak. Gangguan emosi merupakan ketidakmampuan yang ditandai oleh

perasaan dan pikiran yang tidak sesuai dengan usia, budaya atau norma-norma etis

yang berdampak buruk secara emosional dengan merespon perilaku dalam program-

program pembelajaran sangat nyata pada akademis, sosial, keterampilan dan


kepribadian. Anak dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteristik yang

kompleks dan seringkali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan oleh anak-anak sebaya

lain, seperti banyak bergerak, mengganggu teman sepermainan, perilaku melawan,

dan adakalanya perilaku menyendiri

Hubungan dengan teman sebaya. Masalah dengan teman sebaya ini dimana anak

kurang bisa bersosialisasi dengan temanteman sebayanya baik di lingkungan rumah

atau di sekolah. Kesulitan anak dalam bersosialisasi ini seringkali membuat anak

kurang diterima oleh teman sebayanya, hal ini bisa membatasi anak untuk

berinteraksi secara aktif dalam kelompok sebaya.


2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep


2.5 Kerangka Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian


BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif dengan pendekatancross sectional,

yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada sekali waktu dan tidak ada follow up kepada

responden.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan orang, objek, transaksi atau kejadian

dimana seorang peneliti tertarik untuk memperlajarinya(Sugiyono, 2015). Populasi terdiri

dari populasi target dan terjangkau. Populasi target adalah seluruh siswa SMPN 1 dan

SMPN 3 Muaradua Kisam.Populasi terjangkau adalah semua siswa yang mengikuti

penelitian.

3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mampu mewakili populasi, sehingga dapat

dilakukan pengelompokan dalam populasi tersebut(Sugiyono, 2015).Sampel pada

penelitian ini adalah siswa kelas 2 di SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua Kisam.Teknik

pengambilan sampel dengan propabilitas sampel yaitu Total Sampling.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua Kisampada bulan Desember

tahun 2019.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Tabel 3.1.Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara Pengukuran
Skala
Hasil Pengukuran

SKOR KESULITAN

Gejala Emosional (E)

Sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala, perut dll)
Banyak kekhawatiran
Sering tidak bahagia, menangis
Gugup atau mudah hilang percaya diri
Mudah takut

Kuesioner

Ordinal

0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal

Masalah Perilaku (C)


Sering marah meledak-ledak
Umumnya berperilaku tidak baik, tidak melakukan apa yang diminta orang dewasa
Sering berkelahi
Sering berbohong, curang
Mencuri
Kuesioner
Ordinal
0 = Normal
1 = Ambang
2= Abnormal

Hiperaktivitas (H)

Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam lama


Terus bergerak dan resah
Mudah teralih, konsentrasi buyar
Tidak berpikir sebelum bertindak
Tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai
Kuesioner
Ordinal
0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal

Masalah Teman Sebaya (P)


Cenderung menyendiri, lebih senang main sendiri
Tidak punya 1 teman baik
Tidak disukai anak-anak lain
Diganggu/digerak oleh anak lain
Bergaul lebih baik dengan orang dewasa dari pada anak-anak
Kuesioner
Ordinal
0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal

SKOR KEKUATAN

Perilaku Propososial (Pro)

Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain


Bersedia berbagi dengan anak lain
Suka menolong
Bersikap baik pada anak yang lebih muda
Sering menawarkan diri membantu orang lain

Kuesioner

Ordinal

0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal
3.5Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SDQ yang disebarkan ke

siswa kelas 2 SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua Kisam yang bersedia mengikuti penelitian.

3.6 Jenis Dan Sumber Data


3.6.1 Sumber Data

Penelitian ini hanya menggunakan Data Primer. Data primer yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh responden melalui pengisian Strength and Difficulty Questionaire

(SDQ).

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pertama, peneliti meminta izin kepada Kepala SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua

Kisam. Setelah diizinkan, peneliti menjelaskan cara pengisian sebelum membagikan

kuesioner kepada siswa yang bersedia mengikuti penelitian. Setelah selesai kuesioner

dikumpulkan untuk diperoleh data penilaian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Strength and Difficulty Questionnaire(SAQ).

3.7 Rancangan Analisa Data


Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dikonversi menjadi suatu ukuran sebagai

data kategorik. Data diolah dengan menggunakan SPSS Analisis univariat yang digunakan

dalam penelitian ini untuk melihat frekuensi dan persentase karakteristik responden. Data

yang bersifat numerik disajikan dalam bentuk mean ± standar deviasi (SD).
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Total responden dalam penelitian ini adalah 130 orang. Karakteristik responden

dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Jumlah (n= 130)


Persentase (%)

Asal Sekolah
SMPN 1 Muaradua Kisam
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
11
12
13
14
SMPN 3 Muaradua Kisam
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
11
12
13
14

82

41
41

7
57
15
3
48

20
28

4
39
4
1

63,1

31,5
31,5
5,4
43,8
11,5
1,3
36,9

15,3
21,6

3,1
30,0
3,1
0,8

Tabel di atas menunjukkan bahwa 82 orang (63,1%) responden berasal dari SMPN

1 Muaradua Kisam, dan 48 orang (36,9%) berasal dari SMPN 3 Muaradua Kisam. Mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan(53,1%) dan berusia 12 tahun (73,8%).

4.2Analisis Deskriptif
Total responden dalam penelitian ini adalah 130 orang. Karakteristik responden

dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2.

Tabel 5.2. Karakteristik Responden


Variabel

SMPN 1 Muaradua Kisam

SMPN 3 Muaradua Kisam

Total
N (82)

n (48)

n (130)

Emosi (E)

Normal

Ambang

Abnormal

51

16

15

39,2

12,3

11,5

24

12

12

18,5

9,2

9,2

75

28

27
57,7

21,5

20,8

Masalah Perilaku (C)

Normal

AmbangAbnormal

47

13

22

36,2

10,0

16,9

27

13

20,8

6,2

10,0

74

21

35

56,9

16,2

26,9
Hiperaktivitas (H)

Normal

Ambang

Abnormal

50

23

38,5

6,9

17,7

11

12

25

8,5

9,2

19,2

61

21

48

46,9

16,2

36,9

Masalah Teman Sebaya (P)

Normal

Ambang
Abnormal

12

40

30

9,2

30,8

23,1

10

21

17

7,7

16,2

13,1

22

61

47

16,9

46,9

36,2

Tingkat Kesulitan

Normal

Ambang

Abnormal

19
32

31

14,6

24,6

23,8

10

13

25

7,7

10,0

19,2

29

45

56

22,3

34,6

43,1

Tingkat Kekuatan

Normal

Ambang

Abnormal

74

2
56,9

4,6

1,5

45

34,6

1,5

119

91,5

6,2

2,3

Tabel di atas menunjukkan bahwa respon yang berasal dari SMPN 1 Muaradua

Kisam memiliki nilai Normal terbanyak pada skor E, C, H, dan Tingkat Kekuatan, sedangkan

di SMPN 3 Muaradua Kisam pada E, C, dan Tingkat Kekuatan. Nilai Abnormal paling banyak

pada skor H dan Tingkat Kesulitan pada SMPN 3 Muaradua Kisam, sedangkan SMPN 1

Muaradua Kisam tidak ada Nilai Abnormal yang dominan.

Penelitian lain menunjukkan bahwa proporsi terbesar masalah perilaku adalah

hubungandengan teman sebaya (38,87%)(Pademme D; Sutomo R; Lumilasari L, 2017).

Penelitian Wiguna di Jakarta yang meneliti berdasarkankelompok usia ≥12 tahun,


ditemukan proporsi terbesar adalah masalah emosional (33,8%)(Wiguna T; Samuel P;

Manengkei KPS; et al, 2010). Penggunaanwaktu luang tanpa kegiatan banyak terjadi

padaremaja sehingga sebagai bentukmengisi kekosongan waktu mereka dengan

bermainbersama teman sebaya. Adapun dalam membangunhubungan dengan teman

sebaya, tentunya adaperbedaan pendapat, perbedaan nilai dalam kelompok yang dapat

menimbukan ketidakmampuan untuk melakukan penyesuaian dalam kelompok

sehinggaberujung pada konflik(Jahja Y, 2011).

Penelitian lain menunjukkan masalah hubunganteman sebaya pada remaja

perempuan lebih banyak(46,1%) dibandingkan dengan remaja laki-laki(25,6%)(Pademme

D; Sutomo R; Lumilasari L, 2017). Noakes melaporkan bahwa perempuan juga mengalami

masalah dengan teman sebaya,yaitu terkait dengan adanya konflik(Noakes MA; Rinaldi CM,

2006). Emosi remajaperempuan yang memiliki konflik dengan kelompok sebaya akan

terpengaruh. Hal tersebut disebabkankarena hubungan teman sebaya perempuan

lebiheksklusif sehingga keintiman terjalin satu denganyang lain dibandingkan dengan

remaja laki-laki (Sarwono SW, 2019).

Remaja bergaul tidakhanya dengan sesama jenis kelamin, tetapi denganberbeda

jenis kelamin. Hal tersebut menyebabkanmereka terlibat dalam hubungan relasi

berpacaran.Menurut Zimmer, selama masa remaja, hubungandengan teman sebaya

menjadi lebih intim danmengalami peningkatan dalam menghabiskanpenggunaan waktu

berinteraksi dengan teman sebaya.Diperkirakan, remaja akan menghabiskan waktuluang

mereka untuk mengembangkan hubunganromantis dengan lawan jenisnya(Zimmer-

Gembeck MJ, 2002).


Konflik di antarateman sebaya sering terjadi pada remaja perempuankarena remaja

perempuan banyak membentukhubungan lintas gender. Remaja perempuan banyakterlibat

dalam hubungan berpacaran yang berpotensimenyebabkan banyak konflik dengan teman

sebayaatas perasaan persaingan, kecemburuan, danketidaksetiaan (Jahja Y, 2011).Alasan

lain yang menjadi kemungkinan penyebabmasalah hubungan dengan teman sebaya adalah

keeratan hubungan orang tuadan anak yang tidak baik(Benjamin J; Sadock M, 2009).

Kedekatan hubungan antaraorang tua dan anak memiliki hubungan timbal

balikdengan hubungan yang lain (Jahja Y, 2011). Remaja yang kurangmemiliki kedekatan

dengan orang tua berdampakpada hubungan dengan yang lain, baik dengan temansebaya

maupun anggota keluarga lainnya. Hubunganbaik yang dibangun orang tua dan anak

memilikipengaruh yang signifikan terhadap hubungan lainnyaseperti hubungan dengan

teman sebaya (Olivia A; Arranz E, 2005).

Dampak dari masalahdengan teman sebaya dapat memengaruhi masalahemosional

remaja. Penelitian lain mendapatkanproporsi tertinggi kedua adalah pada aspek

emosionalabnormal (25,80%)(Pademme D; Sutomo R; Lumilasari L, 2017). Wang

melaporkan masalah emosional, conduct problems,hiperaktivitas, masalah hubunganteman

sebaya dan perilaku prososial yang menunjukkan bahwaprevalensi tertinggi pada masalah

hiperaktif, urutankedua pada masalah hubungan teman sebaya, danurutan ketiga pada

masalah emosional(Wang J; Liu L; Wang L, 2014).

Menurut Finkenauer, masalah emosional padaremaja adalah stres. Salah satunya

disebabkan karenakeeratan orang tua yang digambarkan dalam pola asuh

orang tua terhadap remaja(Finkenauer C; Engels RCME; Baumeister RF, 2005).

Keterlibatan orang tua yangkurang terhadap remaja menyebabkan penerimaanorang tua


terhadap remaja kurang baik. Keterlibatanorang tua terhadap remaja diperlukan sehingga

remajamenunjukkan keterbukaan kepada orang tua tentangmasalahnya. Orang tua

mengetahui yang dilakukanremaja dan orang tua memperlakukan remaja denganbaik

ketika gagal di sekolah (Steinberg L; Lamborn SD; Darling N; et al, 1994).

Pada masa remaja awal (12-15 tahun), terjadipeningkatan fluktuasi emosi dari

tinggi ke rendah.(Santrock JW, 2007)Masa remaja merupakan masa transisi untuk

mencapaiidentitas diri yang lebih stabil. Kematangan emosionalremaja sangat dipengaruhi

oleh kondisi lingkungannya,terutama lingkungan keluarga dan lingkungansebaya. Kondisi

lingkungan orang tua dan anakyang mengalami konflik menjadi salah satu

sumberpengaruh conduct problem pada remaja. Remaja yang mengalami

ketidaknyamanan emosional menimbulkanreaksi defensif sebagai upaya untuk

melindungikelemahan dalam dirinya. Remaja cenderung menunjukkan perilakumaladaptif,

seperti agresif, melawan,keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan seringmengganggu (Jahja

Y, 2011; Sarwono SW, 2019).

Penelitian Wiguna14di Jakarta yang melaporkan masalah hiperaktivitas(6,25%)

pada anak berusia ≥12 tahun. Penelitiankami dan penelitian Wiguna sama-sama

menunjukkanhiperaktivitas memi liki angka abnormal yang tinggi sebagai urutan

aspekmasalah perilaku.Hiperaktifimpulsif maupun kurang perhatian diprediksi

menimbulkanperilaku menyimpang. Abikoff melaporkan bahwaanak yang mengalami

hiperaktif-impulsif jugamemiliki conduct problem. Hal tersebut serupa denganpenelitian

Babinski dan Lambert yang melaporkanbahwa gejala hiperaktif-impulsif dan conduct

problem berhubungan erat dan berisiko terhadap perilakumenyimpang pada usia

dewasa(Benjamin J; Sadock M, 2009).


Remaja yang memiliki hubungan lebih dekatdengan orang tua akan memperoleh

kehangatan yangcukup dan memengaruhi psikologisnya.29 Remajayang memiliki

kelekatan yang aman pada orang tuadalam masa remaja bisa membantu kompetensi

sosialdan kesejahteraan remaja, seperti tercemin pada hargadiri, penyesuaian emosional,

dan kesehatan fisik.Remaja yang memiliki kelekatan dengan orang tuayang tinggi,

kemungkinan rendah melakukan perilakuyang bermasalah (Ali M; Asrori M, 2019).


BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Persentase skor Emosi pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 39,2% untuk normal,

12,3% untuk ambang, dan 11,5% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua Kisam

terdiri dari 18,5% untuk normal dan 9,2% untuk ambang dan abnormal masing-masing.

Persentase skor Masalah Perilaku pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 36,2% untuk

normal, 10,0% untuk ambang, dan 16,9% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua

Kisam terdiri dari 20,8% untuk normal, 6,2% untuk ambang, dan 10,0% untuk abnormal.

Persentase skor Hiperaktivitas pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 38,5% untuk

normal, 6,9% untuk ambang, dan 17,7% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua

Kisam terdiri dari 8,5% untuk normal, 9,2% untuk ambang, dan 19,2% untuk abnormal.

Persentase skor Masalah Teman Sebaya pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 9,2%

untuk normal, 30,8% untuk ambang, dan 23,1% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3

Muaradua Kisam terdiri dari 7,7% untuk normal, 16,2% untuk ambang, dan 13,1% untuk

abnormal.

Persentase skor Tingkat Kesulitan pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 14,6% untuk

normal, 24,6% untuk ambang, dan 23,8% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua

Kisam terdiri dari 7,7% untuk normal, 10,0% untuk ambang, dan 19,2% untuk abnormal.

Persentase skor Tingkat Kekuatan pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 56,9% untuk

normal, 4,6% untuk ambang, dan 1,5% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua

Kisam terdiri dari 34,6% untuk normal, 1,5% untuk ambang, dan 8% untuk abnormal.
5.2 Saran
Pihak sekolah dan Puskesmas Muaradua Kisam dapat bekerjasama dalam

menjalankan program konseling serta pembinaan mengenai pengendalian emosi dan

perilaku.

Anda mungkin juga menyukai