ataumerugikan bagi dirinya atau orang lainyang disebut dengan masalah perilaku
(Santrock JW, 2007). Masalah perilaku ditandai dengan pola tingkah lakuantisosial, agresif
atau menentang yang berulang dan menetap (Liabo K; Richardson J, 2007). Menurut
Diagnosis kesehatan mental yang paling seringdan umum di antara anak dan
remaja, yaitu disruptive behavior disorder (31%) dan gangguan mood (21%), tetapi 40%
dari anak dan remaja dengan diagnosiskesehatan mental dianggap serius terganggu
danconduct disorder (6,3%)(Blanchard LT; Gurka MJ; Blackman JA; et al, 2006).
Prevalensi masalah perilaku di New York padarentang usia 10-16 tahun sebesar
16% pada laki-lakidan 13% pada perempuan (Murray J; Farrington DP, 2010). Prevalensi
masalah yang dominanpada siswa-siswi remaja SMP dan SMA relatif samadengan urutan
2015).
Penelitian yang dilakukan di Aceh pada usia6-12 tahun didapatkan masalah
dengan orang tua (hubungan remajadengan orang tua yang rendah), keterlibatan orang
Ende JVD; et al, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-lakimengalami masalah
Questionaire-SDQ) pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
2019.
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
Mengetahui gambaran hasil skoring deteksi dini masalah emosi dan perilaku dengan
menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua Kisam Tahun
perilaku dengan menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Muaradua
emosi dan perilaku dengan menggunakan SDQ pada Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3
2.1.1 Defini
Emosi pada dasarnyabanyak melibatkan perasaan seseorang. Dalam Emosi
merupakan sebagai luapan perasaan yang selalu berkembang dan kemudiansurut kembali
dalam waktu yang cukup singkat, atau keadaan reaksi sisi psikologisserta fisiologis
seseorang yang dapat disebutkan seperti gembira, sedih, haru, dan cinta,serta keberanian
yang sifatnya subjektif. Emosi juga dapat diartikan sebagai rasaamarah.(Sarwono SW,
2019)
Emosi merupakan suatu rasa ungkapan perasaan yang dialami atau perasaan
seseorang, dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh yangdiperlihatkan. Kedua definisi
yang telah disebutkan diatas mengartikan emosi sebagai perasaan seseorang secara intens
yang ditunjukkan kepada sesuatu ataupun orang dan menimbulkan reaksi terhadapsuatu
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Dari sudutbiologis,
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yangbersangkutan, yang dapat
diartikan suatu responorganisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek
tersebut.
Sedangkan menurut Singgih (2008),perilaku adalahsetiap cara reaksi atau respons
manusia, makhluk hidup terhadaplingkungannya yaitu suatu aksi dan reaksi terhadap
refleks, serta perilaku di luar pengaruh kehendakyang tidak disadari (unconcious). Ciri-ciri
2.1.2 Faktor
Timbulnya emosi disebabkan oleh 2 faktor, antara lain faktor internal dan
eksternal.Faktor internal pada umumnya merupakan rasa emosi yang muncul dalam
diriseseorang berkaitan dengan apa yang dirasakannya. Mereka merasa tidak puas,
benciterhadap diri sendiri dan tidak bahagia.(Ahyani LN; Astuti RD, 2018)
Merasa tidak mampu atau bodoh dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
dialami.
Merasa tidak memiliki hubungan yang harmonis kepada keluarga seperti sering
Merasa iri terhadap saudara karena orang tua sering kali bersikap tidak adil, seperti
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi emosi, antara lain:(Ahyani LN; Astuti
RD, 2018)
Orang tua atau guru memperlakukannya seperti anak kecil sehingga membuat harga
dirinya dilecehkan.
Tidak dapat dukungan dari orang tua terhadap apa yang diinginkan.
dan perilaku remaja. Masalah mental, emosional danperilaku dapat muncul akibat interaksi
a. Perubahan Fisik
Menurut IDAI (2010), terdapat lima perubahan pada perubahanfisik atau biologis
pada remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat, perkembangan seks sekunder,
pubertas merupakan masa yang penuh dengantekanan bagi remaja. Perubahan hormonal
b. Perkembangan Psikologis
untuk berpikir lebih dewasa dan rasional sertamemiliki pertimbangan yang lebih matang
kultural.
Dua faktor yang mempengaruhi perilaku remaja saat ini, antara lain:
a. Faktor internal
i. Faktor kepribadian
dan respon individu terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dibentukoleh
biopsikosoial individu.
Faktor ini antara lain meliputi kesehatan jasmani dangender. Remaja dengan
negatif.
b. Faktor eksternal
normanorma anak lainya, pada umumnya dalam menghadapi suatu masalah yang
Suasana hati yang mudah terbawa emosi dalam menghadapi masalah yang
mendorong salah satu kemampuan untukmelindungi dari tantangan dan stres, dan
psikologikal internal. Hal ini mendefinisikan karakter dan aspektertentu kepribadian yang
mengejar dan menghargai maknayang lebih tinggi dan tujuan atau koneksi luar diri mereka
2013)
2.2 Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi tumbuh kembang manusia dalam
menjalanisuatu proses pertumbuhan yang bertahap. Dari mulai awal manusia dilahirkan
darianak-anak ke dewasa pada umur 13-18 tahun.(Ahyani LN; Astuti RD, 2018) Pada masa
iniremaja akan merasakan adanya peruabahan yang terjadi pada dirinya seperti
perubahanfisik dan mental bisa disebut sebagai masa puber, sikap, perasaan dan emosi
tanpadisadari seperti rasa malu, gembira, sedih, takut, dan marah.(Jahja Y, 2011)
antara masa kanak-kanak dan dewasa dengan batasan usiaadalah 12-24 tahun.
usia remaja adalah 10-19 tahun dan belum kawin.Undang ndang No. 35 tahun 2014
tentang perlindungan anak,remaja adalah individu yang belum mencapai umur 18 tahun.
MenurutHurlock, remaja adalah anak yang berada dalam rentang usia 12-18
tahun. Menurut Erickson, kriteria usia masa remaja adalah 12-20 tahunyang termasuk ke
Sikap menentang kepada orang tua maupun kepada orang dewasa dari dirinya untuk
Kegelisahan, persaan tidak tenang yang tidak dapat dikuasai didalam dirinya
2.3.1 Definisi
Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) adalah sebuah alat ukurpenapisan
perilaku singkat untuk anak dan remaja yang dapatmemberikan gambaran perilaku anak
dan remaja berfokus padakekuatan dan kesulitan mereka. Kuesioner singkat inisangat
berguna ketika digunakan dalam survei berskala besar dansebaiknyajumlah pertanyaan
2.3.2Kegunaan
Alat ukur ini telah divalidasi di Departemen Psikiatri FakultasKedokteran
Universitas Indonesia, memiliki sensitivitas dan spesivitasyang baik sebagai alat ukur
penapisan. Alat ini memiliki pembagiansubskala yang baik untuk menilai kekuatan dan
kesulitan pada remaja.Alat ini telah digunakan pada beberapa peneliti terpublikasi pada
skalapsikologi yang terdiri dari 25 item denganlima dimensi yang akan diukur
yang berhubungan dengan emosional danperilaku pada anak-anak dan remaja, dan
dengan SDQFin diperoleh reliabilitas sebesar 0.71.Di Eropa studi tentang SDQ
pada 543 siswa dengan rentang usia5-17 tahun. Becker menggunakan analisisfaktor yaitu
exploratory dan confirmatory factor analysis menemukan replikasi tepatdari SDQ ke lima
terhadap9574 anak-anak dan remaja usia 4-17tahun yang mengisi kuesioner SDQ.
(Goodman R, 2006)
Hiperaktifitas (H)
0-5
6
7-10
Masing-masing subskala SDQ terdiri dari lima item. Masing-masing item discore
dalam kriteria tiga poin yaitu 0 (tidak benar), 1 (agak benar),maupun 2 (sangat benar).
skor dari masing-masing item yang relevan padasubskala tersebut. Skor tertinggi dari
masing-masing subskala adalah 10dan skor terendah adalah 0.(Proctor C; Linley PA, 2013)
Aspek atau dimensi dalam skala SDQantara lain:(Desmita, 2010; Kau MA, 2010;
Perilaku prososial, merupakan sikap alamiah yang dimiliki oleh manusia disebabkan
manusia tidak dapat hidup secara individualis dan termasuk makhluk sosial yang
selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Baron dan
Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong
Hyperactivity, aspek hyperactivity yaitu suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan impulsif atau
semaunya sendiri. Anak yang memiliki perilaku ini biasanya sulit diatur atau
dikontrol. Perilaku yang tampak biasanya adalah: (a) Tidak dapat duduk dengan
tenang, terlihat gelisah. (b) Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas. (c)
Berlari, memanjat tidak pada tempatnya, pada usia dewasa lebih ditunjukkan dengan
sikap gelisah. (d) Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang
dan membawa relaksasi. (e) Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif. (f) Cerewet,
Masalah perilaku (Conduct problem). Dari aspek perilaku mengganggu atau mengacau
adalah suatu pola yang negatif, permusuhan dan perilaku menentang yang terus-
menerus tanpa adanya pelanggaran serius terhadap norma sosial atau hak orang lain.
Masalah perilaku ini merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh
orang lain
Gejala emosi. Aspek gejala emosi mengarah pada suatu perasaan dalam pikiran yang
perasaan dan pikiran yang tidak sesuai dengan usia, budaya atau norma-norma etis
yang berdampak buruk secara emosional dengan merespon perilaku dalam program-
kompleks dan seringkali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan oleh anak-anak sebaya
Hubungan dengan teman sebaya. Masalah dengan teman sebaya ini dimana anak
atau di sekolah. Kesulitan anak dalam bersosialisasi ini seringkali membuat anak
kurang diterima oleh teman sebayanya, hal ini bisa membatasi anak untuk
yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada sekali waktu dan tidak ada follow up kepada
responden.
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan orang, objek, transaksi atau kejadian
dari populasi target dan terjangkau. Populasi target adalah seluruh siswa SMPN 1 dan
penelitian.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mampu mewakili populasi, sehingga dapat
penelitian ini adalah siswa kelas 2 di SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua Kisam.Teknik
tahun 2019.
SKOR KESULITAN
Sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala, perut dll)
Banyak kekhawatiran
Sering tidak bahagia, menangis
Gugup atau mudah hilang percaya diri
Mudah takut
Kuesioner
Ordinal
0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal
Hiperaktivitas (H)
SKOR KEKUATAN
Kuesioner
Ordinal
0 = Normal
1 = Ambang
2 = Abnormal
3.5Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SDQ yang disebarkan ke
siswa kelas 2 SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua Kisam yang bersedia mengikuti penelitian.
Penelitian ini hanya menggunakan Data Primer. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh responden melalui pengisian Strength and Difficulty Questionaire
(SDQ).
Pertama, peneliti meminta izin kepada Kepala SMPN 1 dan SMPN 3 Muaradua
kuesioner kepada siswa yang bersedia mengikuti penelitian. Setelah selesai kuesioner
dikumpulkan untuk diperoleh data penilaian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
data kategorik. Data diolah dengan menggunakan SPSS Analisis univariat yang digunakan
dalam penelitian ini untuk melihat frekuensi dan persentase karakteristik responden. Data
yang bersifat numerik disajikan dalam bentuk mean ± standar deviasi (SD).
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
Asal Sekolah
SMPN 1 Muaradua Kisam
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
11
12
13
14
SMPN 3 Muaradua Kisam
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
11
12
13
14
82
41
41
7
57
15
3
48
20
28
4
39
4
1
63,1
31,5
31,5
5,4
43,8
11,5
1,3
36,9
15,3
21,6
3,1
30,0
3,1
0,8
Tabel di atas menunjukkan bahwa 82 orang (63,1%) responden berasal dari SMPN
1 Muaradua Kisam, dan 48 orang (36,9%) berasal dari SMPN 3 Muaradua Kisam. Mayoritas
4.2Analisis Deskriptif
Total responden dalam penelitian ini adalah 130 orang. Karakteristik responden
Total
N (82)
n (48)
n (130)
Emosi (E)
Normal
Ambang
Abnormal
51
16
15
39,2
12,3
11,5
24
12
12
18,5
9,2
9,2
75
28
27
57,7
21,5
20,8
Normal
AmbangAbnormal
47
13
22
36,2
10,0
16,9
27
13
20,8
6,2
10,0
74
21
35
56,9
16,2
26,9
Hiperaktivitas (H)
Normal
Ambang
Abnormal
50
23
38,5
6,9
17,7
11
12
25
8,5
9,2
19,2
61
21
48
46,9
16,2
36,9
Normal
Ambang
Abnormal
12
40
30
9,2
30,8
23,1
10
21
17
7,7
16,2
13,1
22
61
47
16,9
46,9
36,2
Tingkat Kesulitan
Normal
Ambang
Abnormal
19
32
31
14,6
24,6
23,8
10
13
25
7,7
10,0
19,2
29
45
56
22,3
34,6
43,1
Tingkat Kekuatan
Normal
Ambang
Abnormal
74
2
56,9
4,6
1,5
45
34,6
1,5
119
91,5
6,2
2,3
Tabel di atas menunjukkan bahwa respon yang berasal dari SMPN 1 Muaradua
Kisam memiliki nilai Normal terbanyak pada skor E, C, H, dan Tingkat Kekuatan, sedangkan
di SMPN 3 Muaradua Kisam pada E, C, dan Tingkat Kekuatan. Nilai Abnormal paling banyak
pada skor H dan Tingkat Kesulitan pada SMPN 3 Muaradua Kisam, sedangkan SMPN 1
Manengkei KPS; et al, 2010). Penggunaanwaktu luang tanpa kegiatan banyak terjadi
sebaya, tentunya adaperbedaan pendapat, perbedaan nilai dalam kelompok yang dapat
masalah dengan teman sebaya,yaitu terkait dengan adanya konflik(Noakes MA; Rinaldi CM,
2006). Emosi remajaperempuan yang memiliki konflik dengan kelompok sebaya akan
lain yang menjadi kemungkinan penyebabmasalah hubungan dengan teman sebaya adalah
keeratan hubungan orang tuadan anak yang tidak baik(Benjamin J; Sadock M, 2009).
balikdengan hubungan yang lain (Jahja Y, 2011). Remaja yang kurangmemiliki kedekatan
dengan orang tua berdampakpada hubungan dengan yang lain, baik dengan temansebaya
maupun anggota keluarga lainnya. Hubunganbaik yang dibangun orang tua dan anak
sebaya dan perilaku prososial yang menunjukkan bahwaprevalensi tertinggi pada masalah
hiperaktif, urutankedua pada masalah hubungan teman sebaya, danurutan ketiga pada
Pada masa remaja awal (12-15 tahun), terjadipeningkatan fluktuasi emosi dari
lingkungan orang tua dan anakyang mengalami konflik menjadi salah satu
pada anak berusia ≥12 tahun. Penelitiankami dan penelitian Wiguna sama-sama
kelekatan yang aman pada orang tuadalam masa remaja bisa membantu kompetensi
dan kesehatan fisik.Remaja yang memiliki kelekatan dengan orang tuayang tinggi,
5.1 Kesimpulan
Persentase skor Emosi pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 39,2% untuk normal,
12,3% untuk ambang, dan 11,5% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua Kisam
terdiri dari 18,5% untuk normal dan 9,2% untuk ambang dan abnormal masing-masing.
Persentase skor Masalah Perilaku pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 36,2% untuk
normal, 10,0% untuk ambang, dan 16,9% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua
Kisam terdiri dari 20,8% untuk normal, 6,2% untuk ambang, dan 10,0% untuk abnormal.
Persentase skor Hiperaktivitas pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 38,5% untuk
normal, 6,9% untuk ambang, dan 17,7% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua
Kisam terdiri dari 8,5% untuk normal, 9,2% untuk ambang, dan 19,2% untuk abnormal.
Persentase skor Masalah Teman Sebaya pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 9,2%
untuk normal, 30,8% untuk ambang, dan 23,1% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3
Muaradua Kisam terdiri dari 7,7% untuk normal, 16,2% untuk ambang, dan 13,1% untuk
abnormal.
Persentase skor Tingkat Kesulitan pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 14,6% untuk
normal, 24,6% untuk ambang, dan 23,8% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua
Kisam terdiri dari 7,7% untuk normal, 10,0% untuk ambang, dan 19,2% untuk abnormal.
Persentase skor Tingkat Kekuatan pada SMPN 1 Muaradua Kisam terdiri dari 56,9% untuk
normal, 4,6% untuk ambang, dan 1,5% untuk abnormal, sedangkan di SMPN 3 Muaradua
Kisam terdiri dari 34,6% untuk normal, 1,5% untuk ambang, dan 8% untuk abnormal.
5.2 Saran
Pihak sekolah dan Puskesmas Muaradua Kisam dapat bekerjasama dalam
perilaku.