Anda di halaman 1dari 9

Kematangan Emosi Dan Konformitas Teman Sebaya Dengan

Perilaku Agresif Pada Remaja Di Kelurahan X Kabupaten Bekasi

Rilla Sovitriana, Hardiyanti Christina Sianturi


1,2
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Jl. Pangeran Diponegoro No. 74 Jakarta
rilla.sovitriana@gmail.com1
hardiyantichristina@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji
hubungan kematangan emosi dengan perilaku agresif, hubungan konformitas teman
sebaya dengan perilaku agresif, dan hubungan kematangan emosi dan konformitas teman
sebaya dengan perilaku agresif. Subyek pada penelitian ini merupakan remaja di
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan quota
sampling dan mendapatkan responden sebanyak 200 subjek. Penelitian ini menggunakan
3 skala alat ukur, yaitu: skala alat ukur kematangan emosi, skala alat ukur konformitas,
dan skala alat perilaku agresif. Hasil penelitian ini menghasilkan hubungan yang
signifikan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif pada arah negatif dengan
korelasi r = (-0,150 dan p = 0.034 < p = 0.05, hubungan yang signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada arah positif dengan korelasi r =
0.466 dan p = 0.000 < p = 0.05, dan hubungan signifikan antara kematangan emosi dan
konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif dengan diperoleh data sebesar R =
0.573, R2 = 0.329, dan p = 0.000 < p = 0.05
Kata Kunci : Kematangan Emosi, Konformitas, Perilaku Agresif
Abstract
This research is a quantitative study which aims to examine the relationship between
emotional maturity and conformity, the relationship between peer conformity and
aggressive behaviour, and the relationship between emotional maturity and peer
conformity with aggressive behaviour. The subjects in this study were adolescents in
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. The study used a sampling technique with quota
sampling and respondents got as many as 200 subject. This study uses 3 measuring
instrument scales, namely: emotional maturity measuring instrument scale, peer
conformity scale, and aggressive behaviour measuring instrument scale. The results of
the study produced a significant relationship between emotional maturity and aggressive
behaviour in the negaitve direction with r = (-0.150) and p = 0.034 <p = 0.05, a
significant relationship between peer conformity and aggressive behaviour in the positve
direction with the relationship r = 0.466 and p = 0.000 <p = 0.05, and a significant
relationship between emotional maturity and peer conformity with aggressive behaviour
by obtaining data of R = 0.573, R2 = 0.326, and p = 0.000 <p = 0.05
Keyword : Emotional Maturity, Conformity, Aggressive Behaviour

118 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021


I. PENDAHULUAN Setelah terjadinya perdebatan, murid
Latar Belakang Masalah tersebut mulai menganiaya gurunya.
Masa remaja merupakan masa transisi Pada masa remaja terjadi perubahan
perkembangan antara masa anak-anak dan dalam fase hormonal, yang berdampak
dewasa yang ditandai dengan perubahan pada emosi yang labil, yang dapat
biologis, kognitif, dan sosial. Masa remaja menyebabkan individu memunculkan
berlangsung dari usia 12-22 tahun perilaku agresif. Faktor pergaulan
(Santrock, 2012). Masa remaja merupakan lingkungan juga dapat membawa pengaruh
masa yang singkat, dan tergolong masa tentang bagaimana individu
yang sulit untuk dihadapi. Pada tahap ini, mengekspresikan emosinya. Berdasarkan
upaya individu untuk mencapai pergaulannya dengan teman sebayanya
kemandirian dan menemukan identitas atau tontonan televisi, film, internet, dan
menjadi isu yang menonjol, individu mulai media sosial yang mencontohkan perilaku
menunjukkan eksistensi dalam pergaulan, agresif, dapat memicu agresivitas pada
serta berusaha untuk menunjukkan diri, individu itu sendiri.
yang ditampilkan dengan perilaku tidak Myers (dalam Amaliasari & Zulfiana,
wajar dan bertentangan dengan norma 2019) menyatakan bahwa perilaku agresif
yang berlaku di lingkungan sosial remaja. merupakan suatu perilaku yang
Masa remaja merupakan masa yang dimaksudkan untuk mendominasi atau
rentan terhadap perubahan, karena berperilaku secara verbal maupun fisik,
terjadinya ketidakseimbangan dan dimana bentuk perilaku diarahkan pada
ketidakstabilan pada emosi dan juga tujuan untuk menyakiti atau melukai orang
hubungan sosial, pada masa ini individu lain. Baron & Byrne (2005)
mulai mencari identitas dirinya dengan mengungkapkan bahwa perilaku agresif
pola hubungan sosial yang mulai berubah, dapat dilakukan secara fisik maupun
remaja juga dihadapkan pada perubahan mental, dengan demikian dapat dilihat dan
biologis yang dramatis, pengalaman- diamati, karena memiliki bentuk yang
pengalaman baru, serta tugas jelas, yaitu bentuk fisik pukulan,
perkembangan baru. Pikiran remaja juga tendangan, dan verbal (cacian, hujatan,
menjadi lebih logis, abstrak, dan idealis. makian).
Remaja juga meluangkan lebih banyak Berdasarkan wawancara yang penulis
waktu di luar rumah (Santrock, 2012). lakukan kepada beberapa remaja yang
Seperti dilansir dalam Kompasiana.com tinggal di daerah Kelurahan X menyatakan
(2018), dimana seorang guru meninggal bahwa remaja cenderung mengikuti apa
dianiaya muridnya di sekolah, awal yang dilakukan oleh temannya, agar
peristiwa ini adalah saat guru tersebut dirinya dapat diterima sebagai anggota
mencoba untuk menegur muridnya yang kelompok, sehingga mereka menjadi sulit
tidak menghiraukan pelajaran disaat guru untuk mengendalikan diri. Remaja
tersebut sedang menerangkan di depan memilih untuk menghindari individu yang
kelas. Beberapa kali guru tersebut dibenci, dan membalas perlakuan individu
mencoba untuk menegur, namun murid yang menyakiti atau berperilaku kasar
tersebut tetap menghiraukannya sehingga terhadap dirinya, serta remaja tidak ragu
terjadi perdebatan diantara keduanya. untuk menyerang individu yang
memprovokasinya.

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021 119


Faktor yang menjadi penyebab dimana hal ini dapat menjadi sesuatu yang
terjadinya perilaku agresif pada remaja buruk bagi individu itu sendiri maupun
yaitu faktor internal (dari dalam) maupun individu lain yang berada di
faktor eksternal (dari luar). Faktor internal lingkungannya.
tersebut meliputi: frustasi, gangguan Konformitas adalah interaksi individu
berfikir dan intelegensi remaja, serta yang cenderung meniru dan menerima
gangguan perasaan/emosional pada remaja perilaku kelompok berupa ide atau aturan
sedangkan faktor eksternal meliputi faktor yang menunjukkan bagaimana remaja
keluarga atau teman sebaya, faktor sekolah tersebut berperilaku (Baron & Byrne,
dan faktor lingkungan (Kartono dalam 2005). Kelompok teman sebaya menjadi
Linda Yani & Retnowuni, 2019) sangat berarti dan memiliki pengaruh
Chaplin (dalam Paramitasari & Alfian, dalam kehidupan sosial remaja karena
2012) mendefinisikan bahwa kematangan menjadi tempat untuk belajar dan menjadi
emosi adalah suatu kondisi atau keadaan peran penting dalam kehidupan remaja. Di
dalam mencapai tingkat kedewasaan dalam dalam kelompok teman sebaya, remaja
perkembangan emosional individu. menjadi sangat bergantung kepada teman-
Individu yang mempunyai emosi matang temannya yang dimana bisa berperan
tidak akan menampilkan pola-pola sebagai sumber kesenangannya dan
emosional yang hanya pantas dilakukan keterikatan yang dimilikinya dengan teman
oleh anak-anak. Individu yang mempunyai sebaya menjadi begitu kuat.
emosi matang juga dapat melakukan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kontrol terhadap emosinya dalam Raviyoga & Marheni (2019) adalah bahwa
menghadapi situasi. terdapat hubungan antara kematangan
Kematangan emosi diperlukan oleh emosi dan konformitas teman sebaya
individu untuk mampu beradaptasi dengan dengan perilaku agresivitas pada remaja.
lingkungan sekitar. Setiap individu Hal ini menunjukkan bahwa semakin
memiliki kematangan emosi yang berbeda- rendah kematangan emosi yang dimiliki
beda dan belum tentu setiap individu individu maka akan semakin tinggi
mampu untuk mencapai kematangan perilaku agresif yang muncul, dan semakin
emosinya. Perilaku agresif pada remaja tinggi tingkat konformitas teman sebaya
juga dipengaruhi oleh kematangan emosi yang dimiliki individu maka semakin
yang dimiliki oleh individu. Kurangnya meningkat pula munculnya perilaku agresif
kematangan emosi yang dimiliki oleh pada individu.
individu dalam mengekspresikan atau
mengendalikan emosinya dapat membuat Rumusan Masalah
individu menunjukkan perilaku agresif. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
Perilaku agresif semata-mata tidak hubungan tersebut, penulis merumuskan
hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, permasalahan sebagai berikut:
melainkan ada faktor lainnya yang dapat
1. Apakah ada hubungan antara
mempengaruhi perilaku agresif yang
kematangan emosi dengan perilaku
terjadi pada remaja. Salah satunya seperti
agresif pada remaja di Kelurahan X
faktor konformitas teman sebaya, hal ini
Kabupaten Bekasi?
dapat menyebabkan banyak remaja lebih
menunjukkan perilaku agresif, yang

120 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021


2. Apakah ada hubungan antara agresivitas yaitu menendang, menampar,
konformitas teman sebaya dengan mengancam, menghina, bahkan
perilaku agresif pada remaja di bergunjung atau menyindir, dan perilaku
Kelurahan X Kabupaten Bekasi? lainnya yang memiliki tujuan untuk
3. Apakah ada hubungan antara menyakiti.
kematangan emosi dan konformitas Strickland (dalam Hanurawan, 2010)
teman sebaya dengan perilaku agresif mengemukakan bahwa perilaku agresif
pada remaja di Kelurahan X Kabupaten adalah setiap tindakan yang diniatkan
Bekasi? untuk melukai, menyebabkan penderitaan,
dan untuk merusak individu lain.
Tujuan Penelitian Meskipun agresi sering dihubungkan
Berdasarkan uraian latar belakang di dengan hal-hal yang bersifat fisik, namun
atas, adapun tujuan penulis melakukan sebenarnya perilaku agresif yang ditujukan
penelitian ini adalah: untuk memberikan kerugian secara
psikologis dapat pula disebut sebagai
1. Untuk mengetahui apakah ada perilaku agresif.
hubungan antara kematangan emosi Agresi merupakan konstruk yang
dengan perilaku agresif pada remaja di kompleks, dan beberapa ahli pun
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. menyimpulkan bahwa merumuskan
2. Untuk mengetahui apakah ada definisi agresi yang memuaskan serta
hubungan antara konformitas teman tanpa kontroversi merupakan sesuatu yang
sebaya dengan perilaku agresif pada hampir mustahil (Gendreau & Archer
remaja di Kelurahan X Kabupaten dalam Hanurawan, 2010). Sears. dkk
Bekasi. (1991) menyatakan bahwa niat merupakan
hal penting dan tanpa mempertimbangkan
3. Untuk mengetahui apakah ada niat dalam menjelaskan agresi akan
hubungan antara kematangan emosi dan menimbulkan kesalahan.
konformitas teman sebaya dengan Berdasarkan uraian di atas dapat
perilaku agresif pada remaja di disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. suatu tindakan yang diniatkan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA menyakiti, melukai, dan merusak yang
ditujukan pada objek sasaran perilaku
1. Perilaku Agresif agresif dengan tujuan untuk menyebabkan
Mac Neil & Stewart (dalam penderitaan dan membahayakan individu
Hanurawan, 2010) menjelaskan bahwa lain. Perilaku agresif tidak hanya dilakukan
perilaku agresif adalah suatu perilaku atau secara fisik namun bisa juga secara verbal
suatu tindakan yang diniatkan untuk yang dimana ditujukan untuk membuat
mendominasi atau berperilaku secara kerugian secara psikologis pada individu
destruktif, melalui kekuatan verbal atau yang menjadi sasaran perilaku agresif.
kekuatan fisik, yang diarahkan kepada Aspek-aspek perilaku agresif menurut
objek sasaran perilaku agresif. Objek Buss & Perry (dalam Damayanti et al.,
sasaran perilaku agresif meliputi 2018) antara lain: Pertama, agresi fisik
lingkungan fisik, individu lain, dan diri (physical agression) ialah bentuk perilaku
sendiri. Perilaku yang termasuk dalam agresif yang dilakukan dengan menyerang

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021 121


secara fisik dengan tujuan untuk Khaerani, 2014) menjelaskan bahwa
mengekspresikan perilaku agresif dengan individu yang matang emosinya mampu
cara melukai atau membahayakan menerima apa adanya, tidak impulsif,
individu. Perilaku agresif ini ditandai emosi terkontrol, sabar dan pengertian,
dengan adanya kontak fisik antara pelaku serta bertanggung jawab.
dan korbannya. Kedua, agresi verbal Kematangaan emosi adalah suatu
(verbal agression) ialah bentuk perilaku keadaan atau kondisi mencapai tingkat
agresif yang dilakukan secara verbal atau kedewasaan dari perkembangan emosional
kata-kata, dengan tujuan untuk menyerang dan pribadi yang bersangkutan terdapat
atau menyakiti individu lain. Agresi verbal keterlibatan kontrol emosional (Guswani &
dapat berupa umpatan, sindiran, fitnah, dan Kawuryan (dalam Asmoro et al., 2018).
sarkasme. Ketiga, kemarahan (anger) ialah Marcham (dalam Fajarini & Khaerani,
bentuk perilaku agresif tidak langsung 2014) mengatakan bahwa individu yang
berupa perasaan marah atau kesal kepada mempunyai ciri emosi yang sudah matang
individu lain maupun suatu hal atau karena tidak cepat terpengaruh oleh rangsangan
individu tidak dapat mencapai tujuannya. stimulus, baik dari dalam maupun dari
Keempat, permusuhan (hostility) ialah luar. Kematangan emosi dapat
bentuk perilaku agresif yang tidak terlihat, mempengaruhi agresi. Apabila individu
seperti rasa cemburu dan iri kepada lebih memiliki emosi negatif yang
individu lain dan proyeksi dari rasa menghasilkan perasaan negatif, agresinya
permusuhan individu lain. bisa meningkat. Sebaliknya, apabila
individu lebih banyak memiliki emosi
2. Kematangan Emosi positif yang menghasilkan perasaan positif,
Kematangan emosi merupakan suatu maka akan menurun agresinya.
keadaan atau kondisi untuk bisa mencapai Berdasarkan uraian di atas dapat
tingkat kedewasaan dan perkembangan disimpulkan bahwa kematangan emosi
emosional, dan pribadi yang bersangkutan adalah kemampuan yang dimiliki individu
tidak lagi menunjukkan pola emosi yang untuk mengontrol atau mengendalikan
tidak pantas untuk ditampilkan saat di emosinya, sehingga individu tidak
masyarakat (Sarwono dalam Asmoro et al., terpengaruh oleh rangsangan stimulus yang
2018). Individu yang secara emosional muncul dari dalam diri individu itu sendiri
telah matang dapat menentukan dengan maupun dari luar dirinya. Individu yang
tepat kapan dan sejauh mana dirinya perlu sudah matang secara emosional dapat
terlibat dalam suatu masalah sosial serta bertanggung jawab dan mencari jalan
dapat turut memberikan jalan keluar atau keluar yang diperlukan untuk menyalurkan
pemecahan yang diperlukan. emosinya, maka individu akan
Davidoff (dalam Asmoro et al., 2018) menghasilkan perasaan yang positif,
menerangkan bahwa kematangan emosi sehingga tingkat agresivitas yang dimiliki
merupakan kemampuan individu untuk individu menurun.
dapat menggunakan emosinya dengan baik Katkovsky dan Gorlow (dalam Ulfah &
serta dapat menyalurkan emosinya pada Syahrizaldi, 2017), mengemukakan tujuh
hal-hal yang bermanfaat dan bukan aspek-aspek kematangan emosi, yaitu: (1)
menghilangkan emosi yang ada dalam Kemandirian, artinya individu mampu
dirinya. Walgito (dalam Fajarini & memutuskan apa yang dikehendaki dan

122 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021


bertanggung jawab terhadap keputusan bermain sehingga dapat mengalami
yang diambilnya. (2) Kemampuan perubahan pada cara berbicara ataupun
menerima kenyataan, artinya individu perilaku remaja. Remaja akan mengalami
mampu menerima kenyataan bahwa peningkatan yang nyata ataupun tidak
dirinya tidak selalu sama dengan individu nyata pada dirinya yang dipengaruhi dari
lain, mempunyai kesempatan, kemampuan, teman sebayanya.
serta tingkat intelegensi yang berbeda Menurut Winarsih dan Saragih (dalam
dengan individu lain. (3) Kemampuan Susetyo, 2018) menjelaskan bahwa
beradaptasi, artinya individu yang matang konformitas adalah kecendrungan
emosinya mampu beradaptasi dan mampu perubahan persepsi, opini, dan perilaku
menerima beragam karakteristik individu yang dipengaruhi karena adanya sebuah
serta mampu menghadapi situasi apapun. tekanan kelompok yang timbul akibat
(4) Kemampuan merespon dengan tepat, konflik pendapatnya dengan pendapat
artinya individu yang matang emosinya lainnya serta dapat merubah sikap dan
memiliki kepekaan untuk merespon tingkah laku agar sesuai dengan harapan
terhadap kebutuhan emosi individu lain, pada suatu kelompok. Salah satu fungsi
baik yang diekspresikan maupun yang utama dari kelompok teman sebaya adalah
tidak diekspresikan. (5) Merasa aman, untuk menyediakan berbagai informasi
artinya individu yang memiliki tingkat mengenai dunia di luar dunia keluarga
kematangan emosi tinggi menyadari bahwa (Santrock, 2012). Apabila informasi yang
sebagai mahluk sosial individu memiliki ada dalam kelompok teman sebaya adalah
ketergantungan pada individu lain. (6) informasi yang negatif, maka remaja
Kemampuan berempati, artinya individu cenderung berperilaku negatif pula untuk
mampu berempati yaitu kemampuan untuk menunjukkan rasa solidaritasnya.
menempatkan diri pada posisi individu lain
dan memahami apa yang individu lain Yusuf (dalam Susetyo, 2018)
pikirkan atau rasakan. (7) Kemampuan menyatakan bahwa konformitas adalah
menguasai amarah, artinya individu yang kecendrungan individu untuk mengikuti
matang emosinya dapat mengetahui hal-hal pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
apa saja yang dapat membuatnya marah, keinginan teman sebaya. Dalam hal ini
maka ia dapat mengendalikan perasaan kelompok teman sebaya adalah
marahnya. sekelompok individu yang mempunyai
kesamaan dalam minat, nilai-nilai, sifat
3. Konformitas kepribadian, dan kesamaan inilah yang
Menurut Sears (1991) konformitas menjadi faktor utama pada individu dalam
dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku menentukan daya tarik hubungan
yang terjadi apabila individu mengadopsi interpersonal dengan teman seusianya.
sikap atau perilaku individu lain secara Menurut Brown dan Diez (dalam Santrock,
sukarela karena individu lain juga 2012) mengatakan bahwa kelompok teman
melakukan hal tersebut. Konformitas akan sebaya memainkan peran penting dalam
mengalami peningkatan pada individu di kehidupan remaja. Remaja menjadikan
fase remaja sebab remaja lebih perilaku dan sikap teman sebayanya
menghabiskan waktu lebih banyak sebagai acuan tingkah lakunya sendiri,
bersama teman di sekolah ataupun untuk baik itu dalam bersikap kepada lingkungan

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021 123


disekitarnya (Santrock, 2012). Semakin terhadap kelompok teman sebayanya. (4)
kuatnya ikatan emosi dan konformitas Kesepakatan, yaitu sesuatu yang sudah
kelompok pada remaja, dianggap sebagai menjadi keputusan bersama menjadikan
faktor yang menyebabkan munculnya kekuatan sosial yang mampu menimbulkan
tingkah laku remaja yang buruk. konformitas. (5) Ketaatan, yaitu respon
yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
atau ketertundukan individu atas otoritas
disimpulkan bahwa konformitas teman
tertentu, sehingga otoritas dapat membuat
sebaya adalah suatu pengaruh sosial yang
individu menjadi conform terhadap hal-hal
dimana individu melakukan usaha untuk
yang disampaikan.
bersikap dan mengikuti pendapat, nilai,
kebiasaan serta menerima norma-norma III. METODOLOGI
atau perilaku kelompok teman sebayanya,
Penelitian ini merupakan penelitian
dan menjadikan perilaku atau sikap teman
kuantitatif. Adapun populasi dalam
sebayanya sebagai acuan tingkah lakunya
penelitian ini adalah kelurahan X yang
sendiri maupun dalam bersikap dengan
berjumlah infinite. Teknik pengambilan
lingkungan sekitarnya, dengan harapan
sampel menggunakan quota sampling,
bahwa individu dapat diterima sebagai
yaitu teknik pengambilan sampel yang
anggota kelompok. Semakin conform
tidak memberi peluang atau kesempatan
individu terhadap teman sebayanya
sama bagi setiap unsur atau anggota
semakin kuat pula ikatan emosi yang
populasi untuk dipilih menjadi sampel
dimiliki individu dengan kelompok,
(Sugiyono, 2019). Instrumen pengumpulan
sehingga kelompok teman sebaya memiliki
data penelitian menggunakan skala model
peran yang penting dalam kehidupan
likert, terdiri dari 3 skala yaitu skala
remaja.
perilaku agresif, skala kematangan emosi
Menurut Taylor (dalam Prima et al., dan skala konformitas teman sebaya.
2018) aspek-aspek konformitas dibagi Adapun analisis data penelitian ini
menjadi lima, yaitu: (1) Peniruan, yaitu menggunakan analisis bivariate dan
keinginan individu untuk sama dengan multivariate dengan regressions metode
individu lain baik secara terbuka atau ada enter dengan program IBM SPSS versi
tekanan (nyata atau dibayangkan) yang 25.0 for windows.
menyebabkan konformitas. (2)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyesuaian, yaitu keinginan individu
untuk dapat diterima oleh individu lain Uji hipotesis dalam penelitian ini
menyebabkan individu bersikap menggunakan teknik analisis bivariate
konformitas terhadap individu lain. correlation dan analisis multivariate
Individu biasanya melakukan penyesuaian correlation. Berdasarkan hasil analisis
pada norma yang ada pada kelompok. (3) bivariate correlation diperoleh koefisien
Kepercayaan, yaitu semakin besar korelasi r = -0,150 dan nilai p = 0.034 di
keyakinan individu pada kelompok teman mana (p) < 0.05. Hal ini menunjukkan
sebayanya membuat individu bahwa terdapat hubungan yang signifikan
membenarkan segala informasi yang dengan arah negatif antara kematangan
diterima oleh kelompoknya, sehingga emosi dengan perilaku perilaku agresif
individu semakin memilih untuk conform

124 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021


pada remaja di kelurahan pada remaja di pada remaja di Kelurahan X Kabupaten
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. Bekasi.
Selanjutnya, hasil analisis bivariate Selanjutnya, terdapat hubungan yang
correlation diperoleh koefisien korelasi r = signifikan dengan arah positif antara
0.466 dan nilai p = 0.000 di mana (p) < konformitas teman sebaya dengan perilaku
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat agresif pada remaja di Kelurahan X
hubungan yang signifikan dengan arah Kabupaten Bekasi.
positif antara konformitas teman sebaya Dan terdapat hubungan yang
dengan perilaku agresif pada remaja di signifikan dengan arah negatif dan
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. positif antara kematangan emosi dan
Lalu berdasarkan analisis multivariate konformitas teman sebaya dengan
correlation diperoleh nilai korelasi R =
perilaku agresif pada remaja di
0.573, R2 = 0.329, dan p = 0.000 di mana
Kelurahan X Kabupaten Bekasi. Di
(p) < 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
mana variabelm konformitas dinilai
antara kematangan emosi dan konformitas memberikan kontribusi lebih dominan
teman sebaya dengan perilaku agresif pada dalam hubungan dengan variabel
remaja di Kelurahan X Kabupaten Bekasi. perilaku agresif dibandingkan
R2 = 0.329 menjelaskan bahwa variabel kontribusi yang diberikan oleh variabel
kematangan emosi dan konformitas teman kematangan emosi.
sebaya memiliki jumlah kontribusi sebesar
32,9% terhadap perilaku agresif. Dengan DAFTAR PUSTAKA
kata lain, variabel kematangan emosi dan Amaliasari, R. D., & Zulfiana, U. (2019).
konformitas teman sebaya berkontribusi Hubungan antara Self-Management
sebesar 32,9% terhadap perilaku agresif, dengan Perilaku Agresi pada Siswa
sedangkan 67,1% merupakan faktor lain SMA. Cognicia, 7(3), 308–320.
yang tidak diteliti oleh peneliti. https://doi.org/10.22219/cognicia.vol7
Dan pada hasil analisis dengan metode .no3.308-320
stepwise, diketahui variabel konformitas
menyumbang sebesar 21,7% sedangkan Anggraeni, P. S. (2018, Feb 03). Tragedi
variabel kematangan emosi hanya Guru Budi dan Perilaku Agresif
menyumbang sebesar 11,2% (32,9% - Remaja. Artikel Berita
21,7%). Hal ini menunjukkan bahwa Kompasiana.com.
variabel konformitas memiliki pengaruh https://www.kompasiana.com/sefrinta
yang lebih besar dibandingkan variabel /5a753c03bde5751a0d5fab55/tragedi-
kematangan emosi terhadap perilaku guru-budi-dan-perilaku-agresif-
agresif pada remaja. remaja#
V. KESIMPULAN
Mengacu pada hipotesis penelitian dan Asmoro, A. R., Matulessy, A., &
hasil analisis data penelitian dapat Meiyuntariningsih, T. (2018).
disimpulkan terdapat hubungan yang Kematangan Emosi, Kontrol Diri, dan
signifikan dengan arah negatif antara Perilaku Agresif Pada Anggota Korps
kematangan emosi dengan perilaku agresif Brigade Mobil Dalam Menangani
Huru Hara. Jurnal Psikologi Teori

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021 125


Dan Terapan, 9(1), 39–48. F/110511131_1v.pdf
https://doi.org/10.26740/jptt.v9n1.p39
-48 Prima, P., Ainun, N., Psikologi, F., &
Area, U. M. (2018). Perbedaan
Baron, Robert. A., Byrne, Donn. (2005). Konformitas Ditinjau dari Jenis
Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid Kelamin pada Remaja di Sekolah
II. Jakarta: Erlangga. Madrasah Tsanawiyah Irsyadul
Islamiyah Kecamatan Bagan
Damayanti, R. S., Sovitriana, R., Nilawati, Sinembah. Jurnal Psikologi Prima,
E., Widyayani, F. A. (2018). 1(2), 34–45.
Konformitas dan Kematangan Emosi Raviyoga, T. T., & Marheni, A. (2019).
dengan Perilaku Agresif pada Siswa Hubungan kematangan emosi dan
Kelas XI SMK X di Jakarta Timur. konformitas teman sebaya terhadap
Jurnal Humanira, 2(3), 74-79. agresivitas remaja di SMAN 3
https://doi.org/10.31227/osf.io/dkyb3 Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana,
6(01), 44–55.
Fajarini, F., & Khaerani, N. M. (2014). https://doi.org/10.24843/jpu.2019.v06.
Kelekatan aman, religiusitas, dan i01.p05
kematangan emosi pada remaja.
Jurnal Psikologi Integratif, 2(1), 22– Santrock, J. W. (2011). Perkembangan
29. Masa-Hidup. Edisi Ketigabelas. Jilid
https://media.neliti.com/media/publica 1. Jakarta: Erlangga
tions/126264-ID-kelekatan-aman-
religiusitas-dan-kematang.pdf Sears, David. O., Peplau, Letitia. A.,
Taylor, Shelley. E. (1991) Social
Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial Psychology Seventh Edition. New
Suatu Pengantar. Bandung: PT. York: Simon & Schuster.
Remaja Rosdakarya
Susetyo, H. (2018). Hubungan antara
Linda Yani, A., & Retnowuni, A. (2019). Konformitas Teman Sebaya dengan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja Putri
Perilaku Agresif pada Remaja yang di Kota Yogyakarta. Jurnal
Tinggal di Pesantren. Journal of Psikoborneo, 6(1), 34–43.
Holistic Nursing Science, 6(1), 36–43.
https://doi.org/10.31603/nursing.v6i1. Sugiyono. (2019). Metode Penelitian
2406 Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Cetakan ke-1. Bandung: Alfabeta
Paramitasari, R., & Alfian, I. N. (2012). Ulfah, S. A., & Syahrizaldi. (2017).
Hubungan antara Kematangan Emosi Perbedaan Kematangan Emosi
dengan Kecenderungan Memaafkan Ditinjau dari Jenis Kelamin pada
pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi Remaja di SMAS Sinar Husni
Pendidikan Dan Perkembangan, Medan. Jurnal Diversita, 3(2),
1(02), 1–7. 59–65.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPD https://ejournal.gunadarma.ac.id/index
.php/psiko/article/viewFile/289/233

126 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 2 Bulan Juli 2021

Anda mungkin juga menyukai