Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah


Dengan Kompetensi Sosial pada Remaja
Rika Aulya Purnama, Sri Wahyuni
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
email: sri.wahyuni@uin-suska.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan (attachment)
pada ibu dan ayah dengan kompetensi sosial pada remaja. Kompetensi sosial yang
dimaksud adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai hubungan sosial yang positif, sedan-
gkan kelekatan merupakan ikatan emosional yang terbentuk antara individu dengan
orangtua atau pengasuh yang terjadi sejak bayi. Subjek dalam penelitian ini adalah
remaja di SMPN 21 Pekanbaru yang berusia 12-15 tahun, yang ditentukan melalui
teknik cluster random sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa
skala psikologis yaitu skala kelekatan (attachment) menggunakan Inventory of Par-
ent and Peer Attachment (IPPA) yang telah dimodifikasikan oleh Wahyuni dan Asra
(2014) dan skala kompetensi sosial menggunakan skala yang dimodifikasikan oleh
Rahman (2010) berdasarkan teori Gresham dan Elliott. Berdasarkan analisis korelasi
regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan (at-
tachment) pada ibu dan ayah dengan kompetensi sosial pada remaja (F=5,444; R=
0,229; p=0,005). Kelekatan pada ibu dan ayah memiliki kontribusi sebesar 5,3% ter-
hadap kompetensi sosial.

Kata kunci : kelekatan (attachment) pada ibu dan ayah, kompetensi sosial

Attachment to Mothers and Fathers and Social


Competence on Adolescents
Abstract

The purpose of this study is to identify the relationship between attachment to moth-
ers and fathers and social competence in adolescents. Social competence in question
is the ability and skills possessed by a person in interacting with others to achieve
positive social relationships, while the attachment is an emotional bond that is formed
between the individual with the parent or caregiver that occurs since the baby. The
participants of this study were adolescents at SMPN 21 Pekanbaru, aged 12-15 years,
determined by cluster random sampling technique. The scale used of this research is
psychological scale: Attachment scale using Inventory of Parent and Peer Attachment
(IPPA) which has been modified by Wahyuni and Asra (2014) and social competency
scale using scale modified by Rahman (2010) based on theory Gresham and Elliott.
Based on multiple linear regression correlation analysis showed that there is correla-
tion between attachment to mother and father and social competence in adolescent (F
= 5,444; R = 0,229; p = 0,005). Attachment to mothers and fathers has a 5.3% contribu-
tion to social competence.

Keywords: attachment to mother and father, social competence

Pendahuluan perubahan besar baik secara fisik, kognitif,


maupun psikososial (Papalia dkk, 2008). Pe-
Remaja adalah suatu fase perkem- rubahan secara sosial yang dialami oleh re-
bangan yang dialami oleh semua manu- maja ditandai dengan perubahan-perubahan
sia. Stanley Hall menjelaskan bahwa masa untuk mencapai kematangan dalam hubun-
remaja terjadi antara usia 12 sampai 23 tahun gan sosial atau perubahan untuk dapat me-
dan merupakan masa yang penuh dengan nyesuaikan diri dengan norma-norma yang
topan dan tekanan, masa pergolakan yang diberlakukan dalam suatu kelompok (Yusuf,
dipenuhi oleh konflik dan perubahan sua- 2012). Menurut Rahman (2010) perubahan-
sana hati (Santrock, 2007), dan disebut juga perubahan dalam fisik, mental-psikis serta so-
sebagai masa transisi dari masa anak-anak sial dapat menyebabkan kegoncangan dalam
menuju masa dewasa yang mengandung diri remaja sehingga seringkali menampilkan

30
Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah dengan Kompetensi Sosial ......Rika Aulya Purnama

perilaku yang buruk atau bahkan menyim- menimbulkan penolakan dari masyarakat dan
pang dari norma-norma. individu akan kesulitan dalam menuntaskan
Dewasa ini permasalahan remaja tugas-tugas pada periode berikutnya (Yusuf,
masih menjadi pusat perhatian dari berbagai 2012).
kalangan masyarakat, seperti kasus kenaka- Kompetensi sosial sangat penting
lan remaja meningkat menjadi 36,66 % pada bagi remaja karena dengan adanya kompe-
tahun 2012 yang meningkat menjadi 41 kasus tensi sosial, remaja dapat menyesuaikan diri
(Pekanbaru Tribunnews.com, 2012), pencu- dengan lingkungan sekitar dan berperilaku
rian (Repubika.co.id, 2013), penyalahgunaan secara tepat sesuai dengan norma-norma
narkoba (Sindonews.com, 2014) dan pen- yang ada dalam masyarakat (Anggraini &
geroyokan (Tempo.com, 2015). Hair, Jarget, Wahyuningsih, 2007). Individu yang memiliki
dan Garret (2001) mengemukakan bahwa kompetensi sosial mampu memperoleh re-
remaja yang menggunakan narkoba, memi- spon positif dari orang lain dan terampil dalam
liki harga diri yang rendah, kesepian, memiliki membentuk hubungan yang akrab dan saling
masalah kesehatan mental dan nakal menun- mendukung (Smart & Sanson, 2003), mam-
jukkan kurangnya kompetensi sosial. pu menghadapi konflik dalam interaksi sosial
Permasalahan remaja yang dijelaskan (Santoso, 2011). Kompetensi sosial penting
di atas terjadi karena remaja yang kurang me- dalam memprediksi perkembangan sosial in-
miliki kompetensi sosial kurang memiliki sifat dividu (Renk & Phares, 2004).
asertif sehingga akan mudah terpengaruh Gresham dan Elliott (dalam Smart &
oleh teman sebaya, tidak dapat bertahan Sanson, 2003) menjelaskan bahwa ada be-
ditengah-tengah keberbedaannya dengan berapa aspek yang menggambarkan kompe-
lingkungan akan membiarkan diri tenggelam tensi sosial yaitu 1). asertif, yaitu perilaku yang
dalam kesamaan identitas lingkungan teman berinisiatif seperti menanyakan kepada orang
sebayanya, seperti penyalahgunaan narkoba lain mengenai informasi, memperkenalkan diri
(Anindyajati & Karima, 2004). Remaja merasa sendiri, dan menanggapi tindakan orang lain;
takut untuk ditolak oleh teman sebayanya, ka- 2). kooperatif, yaitu perilaku seperti memban-
rena penolakan dan pengabaian dari teman tu orang lain, berbagi tentang suatu hal, dan
sebaya juga dapat menyebabkan munculnya patuh terhadap peraturan dan permintaan; 3).
perasaan kesepian, masalah kesehatan men- empati, yaitu perilaku yang menunjukkan per-
tal dan kejahatan (Desmita, 2012). Selain hatian dan menghormati perasaan dan sudut
itu, remaja yang kurang memiliki kompetensi pandang orang lain; 4). tanggung jawab, yaitu
sosial juga terlihat pemalu sehingga ia men- perilaku yang menunjukkan kemampuan un-
galami kesulitan dalam bergaul (Ramdhani, tuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan
1996). menghormati kepemilikan benda atau peker-
Kurangnya kompetensi sosial akan jaan; dan 5). pengendalian diri, yaitu perilaku
menyulitkan remaja untuk mencapai hubun- yang muncul dalam situasi konflik seperti me-
gan yang baik dengan individu lain. Hal ini nanggapi hal-hal yang mengganggu dengan
dikarenakan pada kehidupan sosial remaja tepat.
diharapkan untuk dapat bergaul dan menjalin Kompetensi sosial ini dipengaruhi oleh
hubungan dengan individu lain yang didasar- berbagai hal, salah satunya adalah keleka-
kan atas rasa saling menghargai dan meng- tan yang aman (Moreira, 1998). Shaffer, dkk.
hormati. Sebagaimana tugas perkembangan (2009) menjelaskan bahwa kelekatan yang
yang harus diselesaikan oleh remaja yakni aman pada masa anak-anak akan mempre-
mencapai hubungan baru dan lebih matang diksi kompetensi sosial di kemudian hari. Se-
dengan teman sebaya baik pria maupun wani- mentara itu kurangnya kelekatan yang aman
ta (Havighurst, dalam Yusuf 2012). Havighurst menyebabkan kurangnya keterampilan so-
juga menjelaskan bahwa seseorang yang ga- sial, yang terlihat dari kurang mampu menye-
gal dalam menuntaskan tugas perkembangan lesaikan konflik interpersonal, kemampuan
maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan, berkomunikasi dan lain-lain (Mallinckrodt &

31
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

Wei, 2005). tan yang tidak aman (insecure attachment).


Kelekatan terhadap orangtua pada Kelekatan yang aman terbagi menjadi dua
masa remaja dapat membantu kompeten- dimensi yakni kepercayaan (trust) dan komu-
si sosial dan kesejahteraan sosial remaja nikasi (communication). Kelekatan yang tidak
(Santrock, 2007), yang terlihat dari tingginya aman ditandai dengan adanya dimensi terku-
harga diri, memiliki penyesuaian emosional, cilkan (allienation). Kemudian Armsden dan
dan kesehatan fisik (Desmita, 2012). Collins Greenberg (2009) menyusun skala kelekatan
dan Feeney (dalam Desra, 2014) menjelas- berdasarkan teori tersebut yang diberi nama
kan bahwa individu yang mengalami keleka- Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA).
tan yang aman adalah individu yang selalu Kelekatan yang aman antara anak
percaya bahwa dirinya dicintai dan dihargai dengan orangtua ditandai dengan adanya
oleh orang lain dan mendapat perhatian pe- rasa saling percaya dan komunikasi yang
nuh, menilai figur lekat sebagai responsif, pe- hangat antara anak dengan orangtua. Indi-
nuh perhatian dan dapat dipercaya, merasa vidu yang diklasifikasikan memiliki kelekatan
nyaman jika dalam sebuah kedekatan atau yang aman memiliki skor yang tinggi untuk di-
keintiman, selalu bersikap optimis dan per- mensi kepercayaan dan komunikasi, dan skor
caya diri, dan mampu membina hubungan yang rendah pada dimensi perasaan terku-
dekat dengan orang lain. cilkan. Kepercayaan mengacu pada keper-
Ibu menduduki peringkat pertama se- cayaan remaja bahwa orangtua memahami
bagai figur lekat utama anak, ibu biasanya dan menghormati kebutuhan dan keinginan
lebih banyak berinteraksi dengan anak dan mereka. Sedangkan komunikasi mengacu
berfungsi sebagai orang yang memenuhi ke- pada persepsi remaja bahwa orangtua akan
butuhannya serta memberikan rasa nyaman sensitif dan responsif terhadap keadaan emo-
(Eliasa, 2011). Kebutuhan akan kelekatan (at- sional mereka dan menilai sejauhmana kuali-
tachment) pada ibu menjadi hal penting dalam tas keterlibatan dan komunikasi verbal den-
kehidupan individu karena merupakan suatu gan mereka.
langkah awal dalam proses perkembangan Kelekatan yang tidak aman ditandai
dan sosialisasi (Liliana, 2009). Selain ibu, per- dengan adanya dimensi terkucilkan. Individu
anan ayah juga sangat penting untuk kehidu- yang memiliki kelekatan yang tidak aman
pan anak-anaknya (Dagun, 2002). Ayah juga menunjukkan skor kepercayaan dan komu-
mempunyai peranan penting dalam penentu- nikasi yang rendah dan skor rasa terkucilkan
an status kelekatan anak, apakah anak akan yang tinggi. Keterkucilan mengacu pada per-
membentuk kelekatan aman atau sebalikn- asaan remaja yang terisolasi, kemarahan,
ya (Ekasari dan Bayani, 2009). Keterlibatan dan pengalaman ketidak-dekatan (detach-
ayah dalam pengasuhan anak berhubungan ment) dengan orangtua.
dengan pencapaian akademik, kompetensi Individu yang memiliki kelekatan yang
sosial, dan harga diri anak-anak mereka (Rice aman (secure attachment) akan menunjuk-
dalam Ekasari dan Bayani, 2009). kan bermacam-macam karakteristik positif,
Bowlby (dalam Upton, 2012) men- seperti menjadi lebih pintar dalam menyele-
gungkapkan bahwa kelekatan merupakan saikan masalah dan lebih memiliki kompeten-
hubungan psikologis antar manusia, yang ter- si sosial, seperti lebih kooperatif, patuh pada
bentuk semenjak awal kehidupan anak, yang orangtua dan memiliki hubungan yang lebih
terjadi antara anak dengan pengasuh, dan baik dengan teman sebayanya (Retnaning-
memiliki dampak pada pembentukan hubun- sih, 2005). Individu yang memiliki kompetensi
gan yang berlangsung sepanjang hidup. sosial yang tinggi memiliki hubungan yang
Armsden, dkk. (1990) dan Gullone kuat dengan orangtua mereka, memiliki ko-
dan Robinson (2005) berdasarkan teori kele- munikasi yang baik, tidak merasa diasingkan
katan Bowlby di atas membagi kelekatan dan mengalami konflik yang sedikit dengan
menjadi dua pola kelekatan yaitu kelekatan orangtua. Begitu juga mereka cenderung me-
yang aman (secure attachment) dan keleka- miliki kualitas persahabatan yang lebih baik,

32
Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah dengan Kompetensi Sosial ......Rika Aulya Purnama

merasa bahwa teman-teman mereka akan kompetensi sosial pada remaja. Adapun hipo-
memberikan dukunngan emosional dan ma- tesis yang diajukan ada tiga yaitu:
terial dan mereka merasa tidak diasingkan 1. Terdapat hubungan antara kelekatan (at-
dari teman-teman (Smart & Sanson, 2003). tachment) pada ibu dan ayah dengan kom-
Kelekatan ibu dan anak merupakan petensi sosial pada remaja.
respon biologis yang sangat penting dalam 2. Terdapat hubungan antara kelekatan (at-
perkembangan anak di masa mendatang tachment) pada ibu dengan kompetensi
(Bowlby, Klaus & Kennell, dalam Hendrianti, sosial pada remaja.
1996). Liliana (2009) menyatakan bahwa ibu 3. Terdapat hubungan antara kelekatan (at-
memiliki peran dan tanggung jawab penuh tachment) pada ayah dengan kompetensi
meyakinkan bahwa anak “berada pada jalan sosial pada remaja
yang benar” sehingga ibu memiliki penekanan
pada pentingnya membawa anak dalam ling- Metode
kungan yang tepat.
Anapratiwi, dkk (2013) yang menya- Subjek
takan bahwa anak yang memiliki kelekatan Subjek dalam penelitian ini adalah re-
aman pada ibu akan memiliki kemampuan so- maja di SMPN 21 Pekanbaru yang berusia
sialisasi yang baik, lebih mudah bersahabat, 12-15 tahun dan masih memiliki kedua orang-
memiliki hubungan yang sehat, dan mudah tua. Jumlah subjek penelitian adalah adalah
beradaptasi dengan lingkungan sosial karena 199 orang remaja.
percaya lingkungan yang mereka tempati da-
pat memberikan kenyamanan dan keamanan. Pengukuran
Selain ibu, ayah juga memiliki peranan yang Variabel yang digunakan dalam pe-
sangat penting dalam kehidupan anak. Sant- nelitian ini adalah kompetensi sosial dan kele-
rock (2007) menjelaskan bahwa peran ayah katan pada ibu dan ayah. Skala komptensi
selain sebagai pencari nafkah utama dan sosial yang disusun berdasarkan aspek dari
pembimbingan moral bagi remaja, ayah juga Gresham dan Elliott (dalam Smart dan San-
berperan dalam mengasuh anaknya. Ekasari son, 2003) yaitu asertif, kooperatif, empati,
dan Bayani (2009) menjelaskan bahwa se- tanggung jawab, dan pengendalian diri. Dan
bagai pengasuh anak, ayah memegang per- skala kelekatan pada ibu dan ayah yang digu-
anan penting dalam penentuan status kele- nakan adalah Inventory Parent and Peer At-
katan anak, apakah anak akan membentuk tachment (IPPA) yang disusun oleh Armsden
kelekatan aman atau sebaliknya. dan Greenberg (2009). Pada skala ini, kele-
Kelekatan antara ayah dan anak ber- katan pada ibu dan ayah diukur secara ter-
hubungan dengan sikap dan perilaku ayah pisah. Skala ini juga pernah digunakan oleh
yang sensitif, bukan dengan jumlah waktu Guarnieri, Ponti dan Tani (2010) dan Farliani
keterlibatan (Ekasari dan Bayani, 2009). (2012). Selanjutnya skala IPPA ini diterje-
Kualitas kelekatan yang terjalin antara remaja mahkan dan diujicobakan oleh oleh Wahyuni
dan ayah dapat memberikan pengaruh da- dan Asra (2014). Adapun aspek yang diukur
lan kehidupan sosial remaja. Sebagaimana adalah yaitu kepercayaan antara remaja dan
Carlson & Mc Lanahan, 2002; Jones, 2006; orangtua (parent trust), komunikasi antara re-
Parke, 2002 (dalam Santrock, 2007) bahwa maja dan orangtua (parent communication),
interaksi dengan ayah yang mengasihi, mu- dan rasa keterasingan (parent alieanation).
dah berkomunikasi, dan dapat diandalkan
dapat memberikan kepercayaan dan keyaki- Analisis Data
nan pada anak-anaknya sehingga akan men- Analisis data yang digunakan dalam
dukung perkembangan sosial remaja. penelitian ini menggunakan analisis korelasi
Jadi, berdasarkan uraian diatas penel- regresi linier berganda dan korelasi product
iti ingin mengetahui hubungan antara keleka- moment Pearson. Analisis korelasi regresi
tan (attachment) pada ibu dan ayah dengan linear berganda bertujuan untuk melihat apa-

33
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

kah kedua variabel bebas secara bersama- Hasil analisis regresi linear berganda
sama berkorelasi dengan dengan variabel menunjukkan bahwa secara bersama-sama
tergantung, sedangkan korelasi product mo- kelekatan pada ibu dan ayah dapat mempre-
ment Pearson bertujuan untuk melihat kore- diksi kompetensi sosial pada remaja dengan
lasi masing-masing variabel bebas terhadap nilai R sebesar 0,229 dan nilai F 5,444 den-
variabel tergantung. gan signifikansi 0,005 (p<0,05).
Pada uji hipotesis kedua “terdapat
Hasil hubungan antara kelekatan (attachment)
pada ibu dengan kompetensi sosial pada re-
Uji Hipotesis maja” dan hipotesis ketiga “terdapat hubun-
Berikut ini adalah hasil uji hipotesis gan antara kelekatan (attachment) pada ayah
pertama yaitu “terdapat hubungan antara dengan kompetensi sosial pada remaja”, di-
kelekatan (attachment) pada ibu dan ayah lakukan analisis korelasi product moment dan
dengan kompetensi sosial pada remaja”. ditemukan hasil seperti pada tabel 1 berikut
ini:
Tabel 1 Uji Korelasi Product Moment

Variabel R P Taraf Signifikasi

Kelekatan pada ibu- Kompetensi sosial 0,158 0,013 Signifikan


Kelekatan pada ayah - Kompetensi sosial 0,162 0,011 Signifikan

Berdasarkan hasil korelasi menunjuk- Berdasarkan hasil analisis terhadap data pe-
kan bahwa kelekatan pada ibu mempunyai nelitian, maka hipotesis diterima.
hubungan positif dengan kompetensi sosial Analisis berdasarkan aspek pada vari-
dengan r sebesar 0,158, p=0,013 (p<0,05). abel kelekatan pada ibu dilakukan dengan
Kelekatan pada ayah juga mempunyai menggunakan korelasi product moment dan
hubungan positif dengan kompetensi sosial hasilnya dapat dilihat pada table 2 berikut ini:
dengan r sebesar 0,162, p=0,011 (p<0,05).
Tabel 2 Uji Korelasi Aspek Kelekatan pada Ibu
Variabel R P Taraf Signifikasi

Kepercayaan pada ibu - Kompetensi sosial 0,206 0,002 Signifikan


Komunikasi pada ibu - Kompetensi sosial 0,273 0,000 Signifikan
Keterasingan dari ibu - Kompetensi sosial -0,247 0,000 Signifikan
Berdasarkan hasil korelasi diketahui negatif dengan kompetensi sosial dengan r
bahwa kepercayaan pada ibu mempunyai sebesar -0,247, p=0,000 (p<0,05).
hubungan positif dengan kompetensi so- Analisis Berdasarkan Aspek pada Variabel
sial pada remaja dengan r sebesar 0,206, Kelekatan pada Ayah
p=0,002 (p<0,05). Komunikasi pada ibu juga Analisis berdasarkan aspek pada vari-
mempunyai hubungan yang positif dengan abel kelekatan pada ayah juga dilakukan den-
kompetensi sosial pada remaja dengan r gan menggunakan korelasi product moment
sebesar 0,273, p=0,000 (p<0,05). Sedangkan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut
keterasingan dari ibu mempunyai hubungan ini:
negatif dengan kompetensi sosial dengan r
Tabel 3 Uji Korelasi Aspek Kelekatan pada Ayah
Variabel r P Taraf Signifikasi

Kepercayaan pada ayah - Kompetensi sosial 0,190 0,004 Signifikan


Komunikasi pada ayah - Kompetensi sosial 0,183 0,005 Signifikan
Keterasingan dari ayah - Kompetensi sosial -0,175 0,007 Signifikan

34
Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah dengan Kompetensi Sosial ......Rika Aulya Purnama

Berdasarkan hasil korelasi diketahui dengan kompetensi sosial pada remaja den-
bahwa kepercayaan pada ayah mempun- gan r sebesar -0,175, p=0,007 (p<0,05).
yai hubungan positif dengan kompetensi so-
sial pada remaja dengan r sebesar 0,190, Uji Perbedaan Berdasarkan Jenis Kelamin
p=0,004 (p<0,05). Komunikasi pada ayah Uji perbedaan berdasarkan jenis
juga mempunyai hubungan yang positif den- kelamin dianalisis dengan menggunakan uji
gan kompetensi sosial pada remaja dengan r t-test dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4
sebesar 0,183, p=0,005 (p<0,05). Keterasin- berikut ini:
gan dari ayah mempunyai hubungan negatif
Tabel 4 Uji perbedaan berdasarkan jenis kelamin
Variabel Jenis Kelalmin Jumlah Mean t p Signifikansi
Kompetensi sosial Laki-laki 101 63,05 -3,003 0,003 Signifikan
Perempuan 98 66,32
Kelekatan pada ibu Laki-laki 101 26,34 -1,469 0,143 Tidak Signifikan
Perempuan 98 26,70
Kelekatan pada ayah Laki-laki 101 32,39 -1,495 0,136 Tidak Signifikan
Perempuan 98 33,01

Hasil uji perbedaan jenis kelamin remaja, orangtua merupakan figur lekat uta-
pada tiap variabel ditemukan bahwa terdapat ma bagi remaja, meskipun dalam keseharian-
perbedaan kompetensi sosial yang signifi- nya remaja lebih banyak menghabiskan wak-
kan antara laki-laki dan perempuan (t -3.003, tu bersama teman sebaya. Orangtua yang
p 0,003 (p<0,05)), tidak terdapat perbedaan mendukung, memberikan keamanan dan
kelekatan yang signifikan antara remaja laki- kenyamanan pada remaja akan membentuk
laki dan perempuan baik kelekatan terhadap ikatan emosi yang kekal sepanjang waktu (In-
ibu maupun terhadap ayah (t -1,469, p 0,143 drawati dan Fauziah, 2012). Kelekatan yang
(p>0,05) untuk variabel kelekatan terhadap aman antara anak dan orangtua sangat ber-
ibu; dan t -1,495, p 0,136 (p>0,05) untuk vari- pengaruh terhadap kehidupan bahkan hingga
abel kelekatan terhadap ayah). dewasa (Malekpour, 2007).
Remaja yang memiliki kelekatan pada
Pembahasan orangtua akan membentuk rasa percaya,
menjalin komunikasi dan tidak merasa dias-
Hasil penelitian menggunakan anali- ingkan atau dikucilkan oleh orangtua. Terben-
sis regresi linear berganda dan menemukan tuknya kepercayaan remaja pada orangtua
bahwa kelekatan pada ibu dan ayah secara ditunjukkan dengan remaja yang mengang-
bersama-sama mempunyai hubungan positif gap bahwa orangtua sebagai orang yang da-
dengan kompetensi sosial pada remaja den- pat dipercaya dengan memberikan perhatian,
gan nilai R sebesar 0,229 dan nilai F sebe- memahami keinginan remaja, dan menerima
sar 5,444 dengan signifikansi 0,005. Artinya remaja dengan apa adanya. Remaja yang
semakin tinggi kelekatan pada ibu dan ayah menjalin komunikasi dengan orangtua ditun-
maka semakin tinggi kompetensi sosial pada jukkan dengan remaja yang terbuka, men-
remaja. gungkapkan apa yang dirasakan, mengung-
Ibu dan ayah merupakan orangtua kapkan masalah serta kesulitan yang sedang
yang memiliki peranan yang sangat pent- dihadapi. Remaja yang tidak dikucilkan oleh
ing dalam membesarkan anak, memberikan orangtua akan memiliki kedekatan dengan or-
kasih sayang pada anak serta bertanggung angtua yang ditunjukkan dengan adanya ke-
jawab dalam memberikan bimbingan dan pen- percayaan dan perhatian yang diberikan oleh
garahan yang dapat membantu anak dalam orangtua.
menjalani kehidupan. Selanjutnya pada usia

35
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

Kelekatan pada orangtua memiliki kungan sosialnya. Hal ini dikarenakan inter-
peran penting dalam kehidupan sosial re- aksi yang terjalin antara ibu dan remaja dapat
maja. Sebagaimana Santrock (2002) menje- membantu remaja untuk belajar dan menga-
laskan bahwa kelekatan (attachment) dengan tur perilaku mereka ketika berhadapan den-
orangtua selama masa remaja dapat berlaku gan orang lain.
sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan Hasil penelitian ini yang menemukan
landasan yang kokoh dimana remaja dapat bahwa ada korelasi yang signifikan antara
menjelajahi dan menguasai lingkungan baru kelekatan pada ibu dengan kompetensi so-
dan dunia sosial yang luas dengan suatu cara sial remaja sejalan dengan penelitian yang
yang secara psikologis sehat. Anak yang me- dilakukan oleh dan Krasnor (1996) yang
miliki kelekatan yang aman menunjukkan leb- menemukan bahwa kelekatan yang aman
ih banyak emosi positif, memiliki empati yang antara anak dengan ibu berkorelasi dengan
lebih besar, dan lebih mampu mengambil ini- komptensi sosial anak. Liliana (2009) juga
siatif, merespon serta melanjutkan hubungan menemukan bahwa subjek yang menilai figur
dengan orang lain (Retnaningsih, 2005). attachment adalah ibu, merupakan figur yang
Rasa percaya pada orangtua dan in- dapat dipercaya, selalu memperhatikan dan
teraksi komunikasi pada orangtua dijadikan menyayangi subjek dimanapun, dan kapan-
sebagai landasan oleh remaja untuk belajar pun subjek membutuhkannya. Selanjutnya,
mempercayai dan menjalin komunikasi yang anak yang memiliki kelekatan yang aman
efektif dengan orang lain sehingga remaja akan memiliki kemampuan sosial yang baik,
dapat membangun hubungan sosial dengan lebih mudah bersahabat, memiliki hubungan
orang lain (Soetjiningsih, 2012). Hubungan yang sehat, dan mudah beradaptasi dengan
yang saling percaya yang merupakan wujud lingkungan sosial karena percaya lingkungan
dari kelekatan akan membantu komptensi yang mereka tempati dapat memberikan ken-
dan kesejahteraan sosial remaja (Santrock, yamanan dan keamanan (Anapratiwi, 2013).
2007). Dalam teori Bowlby dan beberapa temuan
Hasil penelitian ini juga menguji se- menunjukkan bahwa ibu masih terus menjadi
cara terpisah hubungan antara kelekatan figur utama kelekatan pada remaja diikuti oleh
pada ibu dan ayah dengan kompetensi sosial ayah dan teman sebaya (Laumi & Adiyanti,
pada remaja. Hasil dari uji hipotesis menun- 2012).
jukkan bahwa kelekatan pada ibu dan ayah Ayah juga mempunyai peranan penting
sama-sama mempunyai hubungan positif dalam penentuan status kelekatan anak, apa-
dengan kompetensi sosial pada remaja (r kah anak akan membentuk kelekatan aman
0,158 p 0,013 (p<0,05) untuk kelekatan den- atau sebaliknya (Ekasari & Bayani, 2009). Re-
gan ibu; r 0,162 p 0,011 (p<0,05) untuk kele- maja yang membentuk kelekatan pada ayah
katan dengan ayah). Artinya semakin tinggi ditandai dengan adanya kepercayaan re-
kelekatan pada ibu dan ayah maka semakin maja kepada ayah, remaja yang menghabis-
tinggi kompetensi sosial pada remaja. kan waktu bersama ayah, remaja yang tidak
Remaja yang mempunyai kelekatan merasa terganggu bila berada dekat dengan
dengan ibu menjadikan ibu sebagai sum- ayah, dan selanjutnya akan merasa nyaman
ber rasa nyaman dan aman yang ditunjuk- dan aman ketika berinteraksi dengan lingkun-
kan dengan remaja yang percaya pada ibu, gan sosialnya. Hal ini karena interaksi dengan
remaja yang merasa nyaman ketika berada ayah yang mengasihi, mudah berkomunikasi,
di dekat ibu dan remaja yang akan mencari dapat diandalkan, dapat memberikan keper-
ibu ketika berada dalam situasi bermasalah. cayaan dan keyakinan pada anak-anak dan
Rasa kenyamanan dan keamanan yang di sangat mendukung perkembangan sosial
rasakan oleh remaja yang memiliki keleka- remaja (Santrock, 2007), memiliki kemam-
tan pada ibu dapat membuat remaja merasa puan empati, menyesuaikan diri, dan mampu
nyaman dan aman ketika berhubungan atau menjalin hubungan positif dengan orang lain
berinteraksi dengan orang lain dalam ling- (Shobabiya, 2014).

36
Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah dengan Kompetensi Sosial ......Rika Aulya Purnama

Kelekatan (attachment) dapat dibagi dengan ayahnya akan lebih pesimis dan tidak
menjadi dua pola yaitu kelekatan yang aman mempunyai kemampuan untuk bertanggung
(secure attachment) dan kelekatan yang tidak jawab dalam kehidupannya.
aman (insecure attachment). Individu yang Hasil kategorisasi subjek pada pe-
dikategorikan memiliki kelekatan yang aman nelitian ini menunjukkan bahwa kelekatan
memiliki skor yang tinggi pada kepercayaan pada ibu berada kategori tinggi (34,71%), se-
dan komunikasi, serta memiliki skor yang ren- dangkan kelekatan pada ayah berada pada
dah pada keterasingan. Sedangkan individu kategori sedang (38,19%). Artinya sebagian
yang memiliki skor yang tinggi pada keterasin- remaja memiliki kelekatan pada ibu pada kat-
gan dan skor yang rendah pada kepercayaan egori tinggi, sedangkan kelekatan pada ayah
dan komunikasi memiliki kelekatan yang tidak berada pada kategori sedang. Pada penelitian
aman (Guarnieri, Ponti, dan Tani, 2010). Anak ini juga ditemukan bahwa sebagian remaja
yang mempunyai kelekatan yang aman men- memiliki kompetensi sosial pada kategori se-
jadikan orangtuanya sebagai sumber rasa ny- dang (39,19%). Artinya remaja cukup mampu
aman dan aman (Wahyuni dan Asra, 2014), membina hubungan yang baik dengan orang
begitu juga pada remaja, remaja yang me- lain.
mandang orangtua sebagai orang yang mem- Pada penelitian ini ditemukan bahwa
berikan keamanan psikologis bagi remaja di- bahwa kontribusi kelekatan pada ibu dan ayah
tunjukkan dengan adanya komunikasi yang terhadap kompetensi sosial pada remaja ada-
baik dan kepercayaan antara orangtua dan lah 5,3% (Rsq 0,053), sedangkan sisanya yai-
remaja (Dewi dan Valentina, 2013), karena tu 94,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
remaja yang terikat secara aman (secure) da- Hal ini dikarenakan dalam perkembangan
pat mempercayai dan terbuka dengan orang kehidupannya, individu dipengaruhi oleh lima
lain (Widyastuti & Widjaja, 2004). aspek lingkungannya yaitu mikrosistem, mes-
Namun, ketika komunikasi tidak ter- osistem, ekosistem, makrosistem, dan krono-
jalin dengan baik, anak akan merasa dikucil- sistem (Bronfenbrenner, dalam Upton, 2012).
kan oleh orangtua sehingga mengurangi rasa Berdasarkan hasil uji t-tes pada variabel kom-
aman mereka dan berangsur-angsur akan petensi sosial ditemukan bahwa terdapat
menghilangkan rasa kepercayaan mereka perbedaan kompetensi sosial yang signifikan
pada orangtua (Laumi dan Adiyanti, 2012). antara remaja laki-laki dengan remaja per-
Sebagaimana temuan dalam penelitian ini empuan, remaja perempuan memiliki kompe-
bahwa pengucilan dari ibu dan ayah mem- tensi sosial yang lebih tinggi dibanding rema-
punyai hubungan yang negatif dengan kom- ja laki-laki (t -3,003, p 0,003 (p<0.05); rerata
petensi sosial pada remaja (r -0,247, p 0,000 kompetensi remaja perempuan 66,32, dan
(p<0,05) pada ibu; r -0,175, p 0,007 (p<0,05) remaja laki-laki 63,05).
untuk ayah. Artinya semakin tinggi pengucilan Tingginya kompetensi sosial pada
dari ibu dan ayah maka semakin rendah kom- remaja perempuan dikarenakan remaja per-
petensi sosial pada remaja. Hasil dari analisis empuan mempunyai sifat yang cenderung
aitem menunjukkan bahwa tidak adanya per- patuh dan menerima aturan-aturan yang ber-
hatian yang ditunjukkan ibu pada remaja dan laku dalam keluarga dan masyarakat, lebih
ibu yang kurang responsif dapat membuat mudah menghayati perasaan orang lain dan
remaja merasa diasingkan atau dikucilkan labih senang menciptakan hubungan yang
sehingga remaja tidak dapat merasa nyaman lebih erat dengan teman sebaya (Wardani
dan aman. Perasaan dikucilkan dari ibu dan dan Apollo, 2012). Hasil penelitian ini berbeda
ayah dapat membuat remaja sulit dalam ber- dengan penelitian sebelumnya yang dilaku-
interaksi dengan orang lain dan akan cender- kan oleh Rahman (2010) yang mengatakan
ung menjadi pribadi yang narsistik dan kurang bahwa kompetensi sosial pada subjek laki-la-
mampu dalam menjalin interaksi sosial (Ret- ki memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
naningsih, 2005). Menurut Shobabiya (2014) dengan subjek perempuan.
remaja yang memiliki hubungan tidak baik

37
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

Selanjutnya, hasil uji t-tes menemukan Game Online dengan Kompetensi


bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifi- Sosialpada Remaja. Naskah Publikasi
kan kelekatan pada ibu dan ayah antara rema- Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
ja laki-laki dan remaja perempuan (t -1,469, p Psikologi UII.
0,143 (p>0,05) kelekatan pada ibu; t -1,495 Arsmden, G. C., McCauley, E., Greenberg,
p 0,136 (p>0,05) kelekatan pada ayah). Art- M.T., Burke, P. M., dan Mitchell, J.R.
inya remaja laki-laki dan remaja perempuan (1990). Parent and peer attachment
mempunyai kesempatan yang sama untuk in early adolescent depression.
membangun hubungan yang dekat baik den- Journal of Abnormal Child
gan ibu maupun dengan ayah. Sebagaimana Psychology, 18 (6), 683-697.
yang dijelaskan oleh Kuntianty dan Nuraya Armsden, G.,& Greenberg, M.T. (2009).
(2005) bahwa tidak ada perbedaan gaya kele- Inventory of Parent and Peer
katan aman pada ibu antara remaja laki-laki Attachment (IPPA).College of Health
dan remaja perempuan dan gaya kelekatan and Human Development.Ditemu
aman pada ayah antara laki-laki dan perem- kembali dari http://www.prevention.
puan. psu.edu/media/prc/files/IPPAManual
December2013.pdf.
Kesimpulan Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga
(Peran Ayah dala Keluarga). Jakarta:
Terdapat hubungan yang signifikan PT Rineka Cipta
antara kelekatan pada ibu dan ayah den- Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan.
gan kompetensi sosial pada remaja, artinya Bandung : PT Remaja Rosada
semakin tinggi kelekatan pada ibu dan ayah Desra, R. (2014). Hubungan Kelekatan
maka semakin tinggi kompetensi sosial pada Terhadap Guru Dengan Motivasi
remaja. Tidak terdapat perbedaan kelekatan Menghapal Al-Qur’an Pada Siswa
pada ibu dan ayah antara remaja laki-laki dan SMPIT Al-Ihsan Boarding School
remaja perempuan. Dan kompetensi sosial Pekanbaru. Skripsi. Pekanbaru:
pada remaja perempuan lebih tinggi diband- Fakultas Psikologi UIN Suska Riau.
ingkan remaja laki-laki. Dewi, A.A. & Valentina, T. D. (2013).
Hubungan Kelekatan Orangtua-
Daftar Pustaka Remaja dengan Kemandirian pada
Remaja di SMKN 1 Denpasar. Jurnal
Anapratiwi, D, Handayani, D. S. S dan Psikologi Udayana, 1 (1), 181-189.
Kurniawati, Y. (2013). Hubungan Ekasari, A dan Bayani, 1. (2009). Attachment
pada Ayah dan Penerimaan Peer
antara kelekatan anak pada ibu Group dengan Resiliensi (Studi Kasus
dengan kemampuan sosialisasi anak pada Siswa Laki-laki di Tingkat
usia 4-5 tahun (Studi Pada RA Sinar Sekolah Menengah Pertama).
Pelangi dan RA Al Iman Kecamatan Jurnal Soul, 2 (2).
Eliasa, E. I. (2011). Pentingnya Kelekatan
Gunung Pati, Semarang). Semarang: Orangtua dalam Internal Working
Early Childhood Education Papers Model untuk pembentukan Karakter
(Belia). Anak (Kajian Berdasarkan Teori
Anindyajati, M & Karima, C.M. (2004). Peran Kelekatan dari John Bowlby). dalam
Karakter Sebagai Saripati Tumbuh
Harga Diri terhadap Asertivitas Kembang Anak Usia Dini, Yogyakarta:
Remaja Penyalahguna Narkoba Inti Media Yogyakarta bekerjasama
(Penelitian pada Remaja Penyalah- dengan Pusat Studi Pendidikan Anak
Usia Dini Lembaga Penelitian
guna Narkoba di tempat-tempat Universitas Negeri Yogyakarta.
Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba). Farliani, A. B. (2012). Hubungan antara
Jurnal Psikologi 2 (1), 49-73. Parental Attachment, Peer
Anggraini, D.R. & Wahyuningsih, H. (2007). Attachment, dan Psychologycal
Well-Being pada Mahasiswa Tahun
Hubungan antara Intensitas Bermain Pertama di Universitas Indonesia.

38
Kelekatan (Attachment) pada Ibu dan Ayah dengan Kompetensi Sosial ......Rika Aulya Purnama

Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Moreira, J. M., Bernardes, S., Andrez, M.,
Universitas Indonesia. Aguiar, P., Moleiro, C., & Maria de
Guarnieri, S., Ponti, L., & Tani, F. (2010). The Fatima Silva , M. d. F. (1998). Social
Inventory of Parent and Peer Competence, Personality And Adult
Attachment (IPPA): A Study on the Attachment Style In A Portuguese
Validity of Styles of Adolescent Sample. Indigd. Diff. 24 (4), 565-570.
Attachment to Parent and Peer in Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R.
an Italian Sampel. TPM, 17 (3), 103- D. (2008). Human Development:
130. Psikologi Perkembangan Edisi
Gullone, E. & Robinson, K. (2005). The Kesembilan Bagian V s/d IX. Jakarta:
Inventory of Parent and Peer Kencana Prenada Media Group.
Attachment-Revised (IPPA-R) for Pekanbaru Tribun.com. (2012). Enam
Chlidren: A Psychometric Kejahatan Kian Meningkat di Ibukota.
Investigation. Clinical Psychology and Diunduh 20 Mei 2015. http://pekan-
Psychotherapy 12, 67-79. baru.tribunnews.com/2012/12/30/
Hair, E. C. Jagger, J. & Garrett, S. (2001). enam-kejahatan-kian-meningkat-di-
Background for Community - ibukota.
Level Work on Social Competency in Rahman, F. (2010). Hubungan Egosentris
Adolescence: Reviewing the dengan Kompetensi Sosial Remaja
Literatur Contributing Factors. Trend Siswa SMP Muhammadiyah 22.
Child: Prepared for the John S and Skripsi. Pamulang: Fakultas Psikologi
James L. Knight Foundation Universitas Setia Budi.
Hendriati, A. (1996). Meninjau Kembali Republika.co.id. 2013. Memprihatinkan
Pentingnya Kelekatan Ibu-Anak. Remaja sekarang malah jadi
Jakarta: ATMA nan JAYA. Maling. Diunduh 2Juni2015.http://
Indrawati, S. E & Fauziah, N. (2012). republika.co.id/2013/12/10/
Attachment dan Penyesuaian Diri memprihatinkan-remaja. Sekarang-
dalam Perkawinan. Jurnal Psikologi malah-jadi-maling.
Undip, 11 (1), 40-49. Retnaningsih. (2005). Peranan Kualitas
Kuntianty & Nuraya, K. (2005). Kemandirian Aitachment, Usia Dan Gender Pada
ditinjau dari Gaya Kelekatan Aman Perilaku Prososial. Jakarta: Seminar
dan Urutan Kelahiran pada Remaja. Nasional Universitas Gunadarma.
Naskah Publikasi Skripsi. Yogyakarta: Renk, K. & Phares, V. (2004). Cross-
Fakultas Psikologi UII. informant rating of social competence
Krasnor, L.R dkk. 1996. The Relation of in children and adolescents. Clinical
Maternal Directiveness and Child Psychology Review (24) 239-254.
Attachment Security to Social Santrock, J. W. (2002). Life Span
Competence in Preschool ers. Development Perkembangan Masa
International Journal Of Hidup Edisi ke lima Jilid I1. Jakarta:
Behavioral Development 19 (2), Erlangga.
309–325 Santrock, J.W. (2007). Remaja
Laumi & Adiyanti, M. G. (2012). Attachment Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
of Adolescent to Mother, Father, Peer, Santoso, S. W. (2011). Keterlibatan,
with Family Structure as Moderating Keberhargaan, dan Kompetensi
Variabel and Their Relationships with Sosial sebagai Prediktor Kompetensi
Self esteem. Jurnal Psikologi, 39 (2), pada Remaja. Jurnal Psikologi, 38
129-142. (1),: 52-60.
Liliana, A. W. (2009). Gambaran Kelekatan Sindonews.com. 2014. Memprihatinkan
(Attachment) Remaja Akhir Putri Kasus Penyalahgunaan Narkoba oleh
dengan Ibu (Studi Kasus). Skripsi. Remaja. Diunduh 2 Juni 2016.http://
Jakarta: Universitas Gunadarma. sindonews.com/2014/11/6/mempri-
Mallinckrodt, B. & Wei. M. (2005). Attachment, hatinkan-kasus-penyalahgunaan-
Social Competence, Social Support, narkoba-oleh-remaja.
and Psychological Distress. Journal of Shaffer, A., Burt, K. B., Obradovic, J., Herbers,
Counseling Psychology . 52 (3), 358- J. E., & Masten, A., (2009). Intergen-
367 erational Continuity in Parenting
Malekpour, M. (2007). Effects of Attachment Quality: The Role of Social
on Early and Later Development. The Competence. Developmental
British Journal of Developmental Psychology, 45 (5), 1227-1240.
Disabilities Vol 53 Part 2 No. 105. Shobabiya, M. (2014). Hubungan antara
pp 81-95 Kelekatan Orangtua dengan Resiko
Penyalahgunaan NAPZA pada
Remaja. Naskah Publikasi Skripsi.

39
Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017

Surakarta: Fakultas Psikologi Wahyuni, S. & Asra, Y. K. (2014).


Universitas Muhammadiyah Kecenderungan Anak Menjadi Pelaku
Surakarta. dan Korban Bullying ditinjau dari
Smart, D. & Sanson, A. (2003). Social Kualitas Kelekatan dengan Ibu yang
Competence in Young Adulthood Bekerja. Jurnal Kajian Gender dan
Its Nature and Atencendents. Familiy Islami, 13, 1-24.
Matters Autumn, 64, 4-9. Wardani, R & Apollo. (2012). Hubungan
Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan antara Kompetensi Sosial dengan
Anak Sejak Pembuahan sampai Penyesuaian Sosial pada Remaja.
dengan Kanak-kanak akhir. Jakarta: Widya Warta No 1 Tahun XXXIV
Prenada Media Group. Widyastuti, N & Widjaja, T. (2004). Hubungan
Tempo.co.id. (2015). Pengeroyok siswa antara Kualitas Relasi Ayah dengan
SMK 2 di depok dibekuk. Diunduh Harga Diri Remaja Putra. Jurnal
21 Oktober 2015 http://metro.tempo. Psikologi, 2 (1), 22-43.
co/read/news/2015/09/21/064702501/ Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan
2 pengeroyok-siswa-smk-2-di-depok- Anak dan Remaja. Bandung: PT
dibekuk. Remaja Rosada.
Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan.
Jakarta : Erlangga

40

Anda mungkin juga menyukai