Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP USIA SEKOLAH

Diajukan sebagai Syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga

Pada Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :

ARIF WIBOWO

NIM R210415009

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

A. Definisi
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri
dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang
lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan memperoleh keterampilan tertentu.
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan
belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan
kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam
rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain
keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia sekolah biasa disebut anak usia
pertengahan. Periode usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun
(Santrock, 2008). Periode usia sekolah dibagi menjadi tiga tahapan umur
yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10-12
tahun (DeLaune & Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005).
Dalam fase ini, perkembangan anak membutuhkan peningkatan
pemisahan dari orang tua dan kemampuan menemukan penerimaan dalam
kelompok yang sebaya serta berperan dalam merundingkan masalah dan
tantangan yang berasla dari dunia luar (Nursalam, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
anak usia sekolah adalah ketika anak mencapai usia 6 tahun sampai dengan
12 tahun, pada periode ini anak akan mengenal lingkungan lain selain
keluarganya akan tetapi tetap dalam pengawasan orang tua, interaksi yang
terjadi pada anak karena berinteraksi dengan lingkungan luar mebuat anak
dapat merundingkan masalah dan tantangan dengan teman sebayanya.
B. Perkembangan Anak Usia Sekolah
1. Perkembangan Biologis
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata – rata 5 cm per tahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2 – 3 kg per tahun untuk berat badan. Selama
usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran
tubuh. Anak laki – laki cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot.
2. Perkembangan Psikososial

Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase

laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa

prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung

membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga

banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi

sendiri melalui media.

Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap

industri vs inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau

menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki

keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang

merupakan tahap industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak

akan menjadi inferior.

3. Temperamen

Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor

terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya

menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia
ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru

sangat besar untuk mengendalikannya.

4. Perkembangan Kognitif

Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu

anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol.

Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat

dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan

pengalaman yang dijumpainya.

5. Perkembangan Moral

Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh

Kohlberg berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai

belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima peraturan,

dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah

diterimanya.

6. Perkembangan Spiritual

Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau

nyata daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap

surga dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi

peraturan, karena takut bila masuk neraka.

7. Perkembangan Bahasa

Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari

berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media.

Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari


pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga

mampu mengucapkannya dengan benar.

8. Perkembangan Sosial

Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai

dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya

keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.

9. Perkembangan Seksual

Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih

guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan

penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran

seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-

minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting

untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.

10. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan

dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-

anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah,

cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang dikagumi,

untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi

sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.

C. Kebutuhan Belajar
Anak usia sekolah fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua
masih berpengaruh dalam memberikan 14 arahan untuk anak (Santrock,
2008; Wong, 2009). Menurut Cornell dalam Nisma (2008).
Peer tutorial (pendidikan sebaya) adalah suatu proses komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan oleh dan untuk kalangan sebaya
yaitu satu kelompok diantaranya kelompok sebaya pelajar, kelompok
mahasiswa, sesama rekan profesi, ataupun disesuaikan berdasar jenis kelamin
(Harahap dan Andayani, 2004). Menurut Romlah (2001), peer group tutorial
merupakan upaya perubahan perilaku kesehatan melalui kelompok sebaya
yang menekankan pada perubahan perilaku kelompok sebaya dimana mereka
15 akan berinteraksi dalam kelompok.
Pendidik sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama
sehingga informasi mudah dipahami oleh teman sebayanya. Melalui peer
tutorial, pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan
santai (Depkes RI, 2000).
Menurut Lakey & Cohen (2003) pendidik sebaya atau peer group
tutorial dapat mempengaruhi seseorang dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
1. Aspek Kognitif Dalam hal ini, dukungan dari lingkungan teman sebaya
akan mempengaruhi pola berpikir dari seseorang. Informasi, pengetahuan
dan pengalaman dari teman sebaya akan membuat seseorang melihat
suatu masalah dari dua sudut pandang. Apabila informasi dan pengalaman
dari teman sebaya dirasa positif dan cukup menguntungkan, maka akan
dapat dijadikan bahan acuan sebelum melakukan suatu tindakan. Peer
tutorial dilakukan dengan mencoba mengubah pengetahuan, sikap dan
tindakan seseorang. Aktivitas pendidikan ini juga disebut dengan aktivitas
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang berperanan besar dalam
upaya sosialisasi dan memberikan pengetahuan dasar. Melalui pendidik
sebaya, dapat membuat lebih terbuka dan berperan aktif dalam kegiatan
yang dilaksanakan dengan pendekatan bersahabat yang tidak bersifat
menggurui atau menghakimi (Rahardjo et al, 2008).
2. Aspek Afektif Dukungan informasi yang datang dari orang yang dianggap
berpengaruh oleh seseorang akan membuat seseorang merasa lebih
nyaman. Dari segi emosional, seseorang yang mendapat dukungan dari
teman sebaya akan merasa dihargai, dicintai dan rasa saling memiliki
karena dalam kelompok sebaya, pada masing-masing anggotanya akan
terjalin hubungan pribadi yang erat sehingga akan lebih terbuka kepada
teman sebayanya tentang segala masalah yang dihadapinya.
3. Aspek Psikomotor Setelah dukungan dari teman sebaya dapat memberi
manfaat pada aspek kognitif dan afektif, maka akan berpengaruh pula
terhadap perilaku atau psikomotor dari individu. Dukungan informasi dari
teman sebaya akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan dan
tindakan dalam pemecahan suatu masalah yang dihadapinya. Dengan
adanya dukungan dari lingkungan teman sebaya akan membuat individu
lebih bertanggung jawab akan tindakannya sebagai sebuah bentuk
tanggung jawab sosial.

D. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3. Menyediakan aktivitas untuk anak.
4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-bagusasefa-6723-2-
babii.pdf. Diakses tanggal 28 April 2018 Jam 20.50

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-enirufaeda-6106-2-
babii.pdf Diakses tanggal 29 April 2018 Jam 19.30

http://erepo.unud.ac.id/9916/3/a270a67d5ba00fa4cc5560e7ee47fae4.pdf Diakses
tanggal 29 April 2018 Jam 19.30

http://repository.ump.ac.id/22/3/BAB II.pdf Diakses tanggal 2 Mei 2018 Jam


21.00

Anda mungkin juga menyukai