Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA


PADA ANAK USIA SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa

Oleh:
OLEH :
Alfi Maulidiyah Hanan Adibah
(2108.14901.322)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SEHAT PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
(usia 6-12 th)

A. Kaus (Masalah Utama)


Seorang seorng anak berusia 10 tahun diantar ibunya ke poli anak untuk
dilakukan pemeriksaan perkembangan anak. Saat ini ibu mengatakan
anak sudah pintar bersepeda. kemudian ingin mengetahui terkait apa saja
perkembangan yang harus dicapai oleh janin tersebut diusianya saat ini
yaitu 4 bulan.
B. Proses terjadinya masalah (tinjauan teori)
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial. Anak usia antara 6-12 tahun, periode ini kadang disebut
sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk
mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak
faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak-anak usia
sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi
temantemannya. Dapat disimpulkan sebagai sebuah penghargaan diri
menjadi masalah sentral bagi anak usia sekolah.
Menurut Wong (2018), anak usia sekolah akan menjadi pengalaman
inti anak. Periode ini anak-anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan
orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu.
Perkembangan
1. Perkembangan Kognitif Perubahan kognitif pada anak usia sekolah
adalah pada kemampuan untuk berpikir dengan cara logis tentang disini
dan saat ini, bukan tentang hal yang bersifat abstraksi. Pemikiran anak
usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus
kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Perkembangan
kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap sensorik
motorik (0-2 tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun); (3) Concrete
operational (7-11 tahun); dan (4) Formal operation (11-15 tahun)
a) Concrete operational (7-11 tahun) Fase ini, pemikiran
meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak mampu
mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan
masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang
mereka terima dari lingkungannya. Kemampuan berfikir anak
sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek atau situai
yang lebih banyak untuk memechkan masalah. Anak sudah
dapat berfikir konsep tentang waktu dan mengingat kejadian
yang lalu serta menyadari kegiatan yang dilakukan berulang-
ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam, selanjutnya
akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal
remaja.
b) Formal operation (11-15 tahun) Tahapan ini ditunjukkan
dengan karakteristik kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap
lingkungannya. Anak remaja dapat berfikir dengan pola yang
abstrak menggunakan tanda atau simbol dan manggambarka
kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan
mengujinya dengan pemikiran yang abstrak, teoritis, dan
filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berfikir
tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berfikir
untuk memecahkan masalah (Supartini, 2014).
Menurut Piaget, usia 7-11 tahun menandakan fase operasi konkret.
Anak mengalami perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris
menjadi interaksi kooperatif. Anak usia sekolah juga mengemangkan
peningkatn mengenai konsep yang berkaitan dengan objek-objek tertentu,
contohnya konservasi lingkungan atau pelestarian margasatwa. Pada
masa ini anak-anak mengembangkan pola fikir logis dari pola fikir intuitif,
sebagai contoh mereka belajar untuk mengurangi angka ketika mencari
jawaban dari suatu soal atau pertanyaan. Pada usia ini anak juga belajar
mengenai hubungan sebab akibat, contohnya mereka tahu bahwa batu
tidak akan mengapung sebab batu lebih berat daripada air.
Kemampuan membaca biasanya berkembang dengan baik di akhir
masa kanak-kanak dan bacaan yang dibaca anak biasanya dipengaruhi
oleh keluarga. Setelah usia 9 tahun, kebanyakan anak termotivasi oleh
dirinya sendiri. Mereka bersaing dengan diri sendiri dan mereka senang
membuat rencana kedepan, mencapai usia 12 tahun, mereka termotivasi
oleh dorongan di dalam diri, bukan karena kompetisi dengan teman
sebaya. Mereka senang berbicara, berdiskusi mengenai berbagai subjek
dan berdebat (Kozier, Erb, Berman, & Snyer, 2010).
2. Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada
perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu:
(1) preconventional; (2) conventional; (3) postconventional (Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2018).
a) Fase conventional Anak belajar baik dan buruk, atau
benar dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam
peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan.
Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada
anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa yang saya
mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong dan
memahami tentang kebaikan, dan sebaliknya ekspresi
kurang perhatian bahkan membencinya akan membuat
mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu
orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk
sebagai suatu konsekuensi dan tindakan. Tahap
selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang
menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak
menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan
mereka sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak
memukul temannya dan orangtua tidak memberikan
sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa
tindakannya bukan merupakan sesuatu yang buruk.
b) Fase Conventional Pada tahap ini, anak berorientas
pada mutualitas hubungan interpersonal dengan
kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan
kelompok dan mempelajari serta mengadopsi norma-
norma yang ada dalam kelompok selain norma dalam
linunn eluarganya. Anak mempersepsikan perilakunya
sebagai suatu kebaikan ketaatan perilaku dan
menyebabkan mereka diterima oleh keluarga atau
teman sekelompoknya. Anak akan mempersepsikan
perilakunya sebagai suatu keburukan ketka
tindakannya menganggu hubungannya dengan
keluarga, temannya atau kelompoknya. Anak melihat
keadilan sebaai hubungan yang saling menguntungkan
antar individu. Anak mepertahankannya dengan
menggunakan norma tersebut dalam mengambil
keputusannya, oleh karena itu penting sekali adanya
contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia, murah
hati, baik dari keluarga maupun teman kelompoknya.
3. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima
adalah teori yang dikembangkan oleh Erikson (1963). Erikson
menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan
epigenesis, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai
individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian.
Keberhasilan pencapaian atau penguasaan terhadap setiap konflik intii
ini terbenuk berdasarkan keberhasilan pencapaian atau penguasaan
nti sebelumnya
4. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)
Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar
sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan
rumah yang endukung hasil belajar di sekolah. Aspek perilaku banyak
dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan
identifikasi. Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas
perkembangan, yaitu: 1) Mempelajari keterampilan fisik yang
diperlukan untuk permainan yang umum 2) Membentuk sikap sehat
mengenai dirinya sendiri 3) Belajar bergaul dan menyesuaikan diri
dengan teman-teman seusianya 4) Mulai mengembangkan peran
sosial pria atau wanita yang tepat 5) Mengembangkan keterampilan
dasar: membaca, menulis, dan berhitung 6) Mengembangkan
pengertian atau konsep yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
Batasan Karakteristik:
1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih
juara pertama.
3. Terlibat dalam kegiatan kelompok.
4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya.
5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur,menyapu dll.
6. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar.
7. Memliliki teman akrab untuk bermain.
8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan.
C. Pohon Masalah
Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah

Stigma kognitif

Mandiri
B. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN
Tujuan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4. Mengembangkan kecerdasan
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan.
Tindakan keperawatan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c. kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
d. Ajarkan kebersihan diri
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar- kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola,
lompat tali)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus
(belajar menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat
kerajinan tangan seperti vas, kotak pensil, lampion dsb, )
d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
temankelompoknya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
4. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan
kreatifitas
e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya
masak,membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung
h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
f. Latih kedisplinan
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi
seimbang
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan
normal pada usiasekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia
sekolah
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya : Health Books Publishing.
Budi Anna Keliat et al. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (2015). Fundamentals of Nursing concept,
process, and practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai