a. Tahap sensori-motor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang
sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. Aktivitas kognitif
terpusat pada aspek alat indra (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam
peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan
dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.
b. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi
berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai
sistem yang
teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan
dengan menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada
pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
a. Membangun kepercayaan
Sejak lahir bayi hingga usia 18 bulan merupakan tahap awal
perkembangan kepribadian anak. Bayi belajar untuk mempercayai orang
lain, terutama orang yang mengasuhnya. Jika bayi merasa diperhatikan
dengan baik, Ia akan mengembangkan rasa percaya pada orang lain dan
merasa aman. Sebaliknya, saat bayi merasa diabaikan, ia mungkin merasa
sulit untuk mempercayai orang lain, curiga, hingga cemas. Situasi ini
dapat menyebabkan perkembangan rasa takut di masa mendatang.
b. Membangun otonomi
Pada tahap kedua, bayi sudah tumbuh menjadi anak-anak dengan
kemampuan pengendalian diri yang lebih besar. Anak-anak menjadi
mandiri. Fase otonomi vs rasa malu dan ragu dan ragu ini cukup krusial.
Hasil akhir dari proses ini terkait keinginan atau kemauan. Jika berhasil,
anak akan memiliki kendali atas dirinya. Jika gagal, anak akan merasa
malu dan penuh keraguan.
d. Merasa mampu
Melalu interaksi sosial, anak mulai merasa bangga saat sukses melakukan
sesuatu. pada usia sekolah, mereka harus menghadapi tantangan sosial dan
akademik. Dalem fase ini, mereka yang berhasil melewatinya akan merasa
kompeten dan akhirnya membentuk kepercayaan diri. Sementara yang
gagal, tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah dan jadi kurang bisa
menghargai diri sendiri.
e. Membangun identitas
Konflik identitas dan kebingungan peran terjadi pada usia remaja. Ini akan
mempengaruhi kehidupanya di masa depan. seorang remaja mungkin akan
mencoba peran yang berbeda untuk menemukan yang paling cocok. Jika
berhasil, ia akan mampu mempertahankan identitasnya secara konsisten.
Jika gagal, seorang remaja bisa mengalamin kriris identitas dan bingung
akan masa depan yang ia inginkan. Selain itu, kegagalan bisa saja
menimbulkan keraguan tentang kemampuan diri sendiri.
f. Menjalin kedekatan
Pada tahap psikososial ini, manusia berfokus pada pengembangan
hubungan dekatb dan penuh kasih dengan orang lain. Pada tahap ini kita
akan mulai mengenal pacaran, pernikahan, membangun keliuarga, dan
persahabatan. Ketika hubungan cinta dengan orang lain berhasil, ia akan
mengalami cinta dan menikmati keintiman (hubunga yang sangat dekat).
Sementara yang gagal akan merasa terisolasi.
g. Dewasa
Di tahap dewasa ini, anda akan berfokus pada kontibusi kepada masyrakat
dan generasi berikutnya, termasuk membesarkan anak. Anda yang
berhasil akan merasa berguna karena bisa berkontibusi pada masa depan
masyrakat. Jika gagal, anda akan merasa tidak berkontribusi apa-apa
untuk dunia. Akhirnya, anda akan merasa stagnan dan merasa tidak
produktif.
h. Kematangan
Pada tahap ini, anda akan mereflesikan apa yang telah dilakukan saat
menjalani masa muda. Jika puas dengan pencapain anda, maka anda akan
merasa cukup. Akan tetapi, saat tidak puas, anda akan merasa menyesal
dan putus asa. Hasil akhir dari tahap psikososial ini adalah kebijaksanaan.
a. penalaran prakonvensional
b. Penalaran Konvensional
c. Penalaran Pascakonvensional
Tahap 5. Kontrak sosial atau kegunaan dan hak-hak individu pada tahap
ini individu bernalar bahwa berbagai nilai, hak dan prinsip perlu
melandasi atau melampaui hokum. Seseorang mengevaluasi validitas
dari hokum yang ada, dan sistem sosial dapat dinilai menurut sejauh
mana system sosial tersebut menjamin dan melindungi hak-hak dan
nilai-nilai individu.
Tahap 6. Prinsip etika universal menurut Kohlberg dalam tahap ini
seseorang mengembangkan sebuah standart moral berdasarkan hak-hak
manusia universal. Ketika dihadapkan pada sebuah konflik antara hokum
dan suara hati, seseorang bernalar bahwa suara hati sebaiknya diikuti,
meskipun keputusanya mungkin memiliki risiko.
a. Identity diffusion
Identity diffusion atau difusi identitas merupakan istilah bagi remaja
yang memiliki tingkat eksplorasi dan komitmen yang sangat rendah.
Remaja tidak memiliki keinginan untuk mencari informasi yang
diperlukan sehingga tidak dapat membandingkan satu opsi dengan opsi
yang lain, individu juga akan merasa kesulitan dalam membuat
keputusan secara mandiri. Status identitas diffusion pada remaja
menandakan bentuk ketidakpedulian dan ketidaktertarikan terhadap arah
hidupnya ssehingga sangat mudah terbawa arus oleh faktor eksternal.
b. Identity moratorium
Identity moratorium terbentuk dari hasil eksplorasi yang cukup baik,
akan tetapi tidak didukung dengan komitmen sehingga remaja kurang
teguh dalam mempertahankan pilihan yang telah ia buat dan mudah
goyah jika terdapat pilihan atau alternatif lain yang baru dieksplorasi.
Remaja dalam kategori identitas moratorium berada ditengah-tengah
krisis namun tidak mampu membuat komitmen secara mandiri, ia harus
dibantu oleh orangtua atau faktor eksternal lainnya dalam membuat
suatu keputusan.
c. Identity foreclosure
Identity foreclosure adalah istilah yang digunakan untuk remaja yang
telah melakukan eksplorasi namun tidak secara maksimal. Remaja tidak
mencari informasi secara penuh dan cenderung malas untuk mencari
alternatif-alternatif lain dari suatu pilihan. Pilihan yang ia buat tidak
melalui pemahaman yang lengkap, namun ia mampu berkomitmen
dengan suatu pilihan yang telah ia tentukan dan tidak tergoyahkan oleh
alternatif baru yang ia temukan. Status identitas foreclosure pada remaja
menggambarkan penggunaan nilai, tujuan, cita-cita dan keyakinan yang
diambil langsung dari orangtua ataupun figur lain yang berpengaruh
tanpa adanya pengalaman atau hal kritis yang dialami olehnya.
d. Identity achievement
Identity achievement atau pencapaian identitas adalah istilah yang
digunakan untuk remaja yang sudah berhasil menggali dan
mempertimbangkan segala informasi penting baginya sehingga ia
mampu membuat keputusan secara tepat dan cermat. Individu dalam
kategori identity achievement juga mampu menunjukkan kesetian
terhadap suatu pilihan yang telah ia buat.
Penjelasanya :
Tahap ini adalah fase dimana anak dan remaja mempelajari suatu
informasi dan keterampilan namun sebagian besar melakukan dengan
sekedar mendapatkannya sebagai persiapan untuk keterlibatan di dalam
susunan masyarakat. Individu dewasa awal mendapatkannya melalui
jalur pendidikan yang juga menjadi bagian dari proses perkembangan
kognitif remaja. Tugas individu dalam fase ini adalah untuk
mendapatkan keahlian, pengetahuan dan intelektualitas.
Ini adalah masa dimana dewasa paruh baya atau dewasa tengah mulai
menghadapi banyak tingkat hubungan yang kompleks dan mulai
bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya. Biasanya individu
tersebut telah mencapai puncak karirnya sehingga memiliki pekerjaan
yang mapan, termasuk peran dan tanggung jawab yang lebih besar
daripada sebelumnya dalam organisasi yang telah dirintis sejak masa
dewasa muda.
Carol gilligan memilik teori sendiri atas perkembangan moral yang mana
teori ini hasil kritik dari teori gurunya yaitu lawrance kohlberg, dimana
menurut carol dalam In Different Voice memaparkan tahapan
perkembangan moral perempuan yang dianggapnya tidak bisa
disamakan dengan laki-laki. Sedangkan menurut lawrance bahwa
perkembangan moral anak laki-laki membuat anak laki-laki lebih dewasa
daripada anak perempuan.
Gilligan memulai studi dan mempertanyakan kembali tentang
perkembangan perempuan karena kurangnya perhatian terutama riset
dibidang psikologi terhadap perempuan dan remaja perempuan. Gilligan
menemukan suatu perasaan mendalam dari kesakitan dan keputusan
yang melingkupi yang tidak berkaitan dengan apa yang ingin mereka
kemukakan. Berdasarkan penelitiannya, Gilligan menemukan bahwa
perempuan lebih menekanan aspek relasi (hubungan) dibandingkan laki-
laki. Dari temuan inilah Gilligan membuat kerangka kerja tentang ‘suara
yang berbeda’, hal ini juga mengubah perbindangan dalam moral.
Dari kasus tersebut carol berpendapat bahwa penalaran moral di bedakan
dengan dua persepektif yang mengorganisasikan pikiran dengan cara
yang berbeda-beda: pada laki-laki, definisi moral ada dalm istilah
keadilan (justice), sedangkan perempuan, mendefiniskan moral bukan
dalam istilah, hak,namun lebih banyak pada istilah tanggung jawab
(responsibility) dan kepedulian (care). Karena perempuan
mengidentifikasikan dirinya melalui koneksi
(hubungan) dan takut akan pemisahan (separation), sementara laki-laki
mengidentifikasikan diri melalui pemisahan dan takut akan hubungan.
Perempuan lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain yang dapat
menjadi kelemahan. Perempuan melihat moralitas dalam istilah
kepedulian, tanggung jawab dan hubungan, sedangkan laki-laki melihat
moralitas dalam hak-hak mereka tanpa mengganggu hak orang lain.
perempuan tidak hanya menetapkan dirinya dekat dengan hubungan
kemanusiaan namun juga menilai dirinya memiliki kemampuan untuk
peduli. Peduli berarti aktifitas hubungan, memperhatikan dan
bertanggung jawab atas kebutuhan, mempedulikan dunia dengan cara
berhubungan sehingga tak satupun tertinggal sendirian. Kematangan
moral bagi perempuan adalah kemampuan untuk menyeimbangkan
kepeduliannya pada orang lain dan kepeduliannya pada diri sendiri.
Peremuan menjelaskan moralitas moralitas sebagi suatu ketegangan
konstan antara menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan
sekaligus sebagai suatu keseluruhan entitas diri dan mereka melihat
kemampuan untuk hidup dengan ketegangan merupakan suatu sumber
karakter dan kekuatan moral. Sehingga carold mengemukakan urutan
perkembangan moral menjadi 3 tingkat dan 2 transisi yang berorientasi
kepedulian sebagai berikut :
Penjelasan nya :
a. Tingkat 1 : orientasi of individual surivival (memfokuskan ada apa
yang terbaik untuk dirinya)
perhatian awal mengenai kepedulian pada diri sendiri pada apa yang
praktis dan terbaik baginya untuk menjamin kelangsungan hidup diikuti
oleh tahap peralihan, pada tingkat ini ada penilaian egois.