Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BAHASA INDONESIA

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN SOSIOEMOSI PADA


MASA KANAK-KANAK

Disusun oleh :

SHOFFIYAH SALSABILA

NIM. 15000122120053

Kelas 2

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PSIKOLOGI
202
Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Oleh Shoffiyah Salsabila

1. Pendahuluan
Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai dengan proses

pembuahan dan akan terus berlangsung selama masa kehidupan manusia

(Santrock, 2011). Perkembangan juga didefinisikan sebagai perubahan

sistematis dan berkesinambungan pada seorang individu yang dimulai saat

pembuahan sampai kematian atau womb to tomb (Sigelmen, 2017).

Perubahan yang terjadi dalam perkembangan mencakup tiga aspek, yaitu

fisik, kognitif, dan sosio-emosi. Ketiga aspek tersebut akan terus

mengalami pertumbuhan dan perkembangan, namun akan mengalami

penurunan pada usia lanjut.

Perkembangan manusia dimulai dari masa pembuahan, bayi,

anak-anak, sampai kematian. Lalu bagaimana pembagian dalam periode

perkembangan? Perkembangan dimulai dengan masa prenatal atau masa di

mana individu masih di dalam kandungan. Kemudian masa bayi atau

infancy dimulai saat kelahiran sampai usia 24 bulan. Dilanjutkan saat usia

2-6 tahun disebut dengan masa kanak-kanak awal. Kemudian masa

kanak-kanak tengah-akhir terjadi saat usia 6-11 tahun. Pada usia 12-20

tahun, individu sudah masuk pada masa remaja. Setelah itu akan

1
memasuki masa dewasa awal saat usia 20-40 tahun. Kemudian saat usia

40-60 tahu, individu akan memasuki masa dewasa tengah. Terakhir saat

usia >60 akan memasuki masa dewasa akhir atau adiyuswa. Pada makalah

ini penulis akan fokus membahas perkembangan pada masa kanak-kanak.

Masa kanak-kanak dapat dibagi menjadi dua, yaitu masa

kanak-kanak awal (2-6 tahun) dan masa kanak-kanak tengah-akhir (6-11).

Masa ini sering disebut dengan istilah problem age atau troublesome age,

karena pada masa ini kanak-kanak dikenal dengan sikapnya yang keras

kepala, tidak menurut, tantrum, dan sebagainya. Walaupun demikian, masa

ini adalah masa terpenting dalam perkembangan individu karena pada

masa ini terdapat tugas perkembangan yang akan menentukan

keberhasilan tugas perkembangan di masa selanjutnya . Tugas

perkembangan masa kanak-kanak antara lain toilet traning, belajar

mengenal perbedaan jenis kelamin, belajar bersosialisasi, belajar

menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, beradaptasi dengan

lingkungan, bereksperimen dan bereksplorasi, mengembangkan hati

nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai, dan mencapai kebebasan

pribadi.

2
2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak?

b. Bagaimana perkembangan sosio-emosi pada masa kanak-kanak

3
4

3. Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang penulis angkat, akan dibahas sebagai
berikut :
a. Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak

Terdapat dua teori yang kerap digunakan untuk

menjelaskan mengenai perkembangan kognitif, yaitu teori Piaget

dan Vygotsky. Menurut teori Piaget, tahap perkembangan kognitif

manusia dapat terbagi dalam empat tahap yaitu, tahap

sensorimotor, tahap pra operasional, tahap operasional konkrit, dan

tahap operasional formal. Perkembangan kognitif anak-anak

berada dalam tahap pra operasional untuk masa anak-anak awal

dan tahap operasional konkrit untuk masa anak-anak akhir.

Pertama, pada tahap pra operasional (masa anak-anak

awal), anak-anak mulai bisa menyajikan lingkungan dengan

menggunakan simbol meskipun masih dibatasi dengan sikap

egosentrisme. Anak- anak juga sudah mulai bernalar dengan

mengajukan berbagai pertanyaan kepada orang dewasa. Mereka

tampak begitu yakin dengan pemikirannya walaupun dalam

kenyataannya mereka tidak tahu bagaimana cara mereka bisa

mengetahui apa yang mereka ketahui. Cara berfikir anak-anak

dalam tahap ini juga belum sistematis dan tidak konsisten. Hal ini

ditandai dengan cara berpikir yang tidak logis seperti menganggap

semua benda mempunyai nyawa seperti manusia (animisme),


5

percaya bahwa segala sesuatu di lingkungan mempunyai jiwa

(artificialism), menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat dan

didengar (perceptually bound), mencoba menjawab pertanyaan

yang ada (mental experiment), memusatkan perhatian pada ciri

yang paling menonjol (centration), dan melihat dunia hanya

dengan sudut pandangnya (egosentrisme).

Teori perkembangan milik Vygotsky menekankan

pendekatan pada sosial. Menurutnya, anak-anak membangun

pengetahuan melalui interaksi sosial. Mereka tidak hanya

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tetapi bahasa juga

digunakan untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol

tingkah laku, serta membantu untuk pemecahan masalah. Vygotsky

juga menyatakan pentingnya konsep zone of proximal development

(ZPD), yaitu istilah untuk menjelaskan tugas-tugas yang terlalu

sulit untuk dikuasai anak, tetapi dapat dipelajari dengan

memberikan bimbingan dari orang dewasa atau dari anak yang

lebih terampil. Konsep yang berkaitan dengan ZPD ini adalah

konsep scaffolding, yaitu merubah level dukungan dengan

menyesuaikan besarnya dukungan yang diberikan.

Teori Piaget dan Vygotsky memberikan sejumlah gagasan

penting bagaimana anak-anak berpikir dan teori-teori tersebut

menghasilkan riset mengenai bagaimana anak memproses

informasi. Kemampuan anak untuk menangkap stimulus dari


6

lingkungan meningkat dan dibarengi dengan peningkatan pada

memori jangka pendek. Memori jangka pendek anak-anak dapat

lebih akurat dari memori orang dewasa karena mereka

menggunakan bantuan isyarat dan tanda yang tepat. Dalam hal

pemecahan masalah, anal-anak masa awal akan menggunakan

strategi-strategi yang baik. Strategi ini terdiri dari aktivitas mental

yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan

pemrosesan informasi. Karena strategi-strategi tersebut terdiri dari

aktivitas mental, makan anak sejatinya sudah mulai memahami

kondisi mentalnya dan kondisi mental orang lain. Kondisi mental

yang mulai anak-anak yaitu persepsi, emosi, dan keinginan.

Konsep ini disebut dengan Theory of Mind. teori tersebut

memandang anak sebagai sosok pemikir yang mencoba

memahami, menjelaskan, dan memprediksi perkataan serta

perasaan orang lain.

Kemudian pada tahap operasional konkrit (masa anak-anak

akhir), anak-anak sudah berpikir dengan logika atau operasi. Pada

tahap ini anak-anak cenderung sudah mengalami penurunan pada

egosentrisme, animisme, dan artificialism. Namun, anak-anak

masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya jika

tidak ada objek fisik dihadapannya (Jarvis dalam Ibda 2015).

Dalam pemrosesan informasi, anak-anak pada masa akhir

sudah mengengembangkan memori jangka panjang. Memori


7

jangka panjang ini bersifat permanen dan merupakan cerminan dari

pengetahuan yang dimiliki anak-anak. Peningkatan memori

tergantung dengan strategi, yaitu aktivitas belajar yang ditujukan

untuk mempelajari dan dan mengingat informasi tersebut (Ashcraft

dan Radvansky dalam Santrock 2011). Teori terbaik untuk

menjelaskan memori pada anak adalah Fuzzy Trace Theory. Teori

tersebut menyatakan bahwa memori dapat dipahami jika

memahami dua representasi memori, yaitu (1) jejak ingatan

verbatim (verbatim memory trace) yang terdiri dari detail-detail

mengenai informasi, (2) intisari (gist) yaitu ide inti mengenai

informasi.

b. Perkembangan sosio-emosi pada masa kanak-kanak

Kesadaran mengenai diri perkembangan diri seorang anak

berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan merasakan

emosinya. Di masa anak-anak awal, perkembangan emosi meluas

seiring meluasnya pengalaman emosi-emosi. Perkembangan ini

membuat anak-anak untuk mencoba memahami emosi orang lain

dan mengendalikan emosinya sendiri. Perubahan paling penting

dalam perkembangan emosi masa anak-anak awal adalah

meningkatnya pemahaman terhadap emosi. Selama masa ini, anak

akan lebih memahami situasi dan dapat mengidentifikasi

emosi-emosi yang orang lain berikan sebagai respon terhadap


8

situasi tersebut dan cenderung untuk merefleksikan emosi tersebut.

Kemampuan anak dalam merefleksikan emosi muncul saat usia 4

hingga 5 tahun. Mereka juga akan memahami bahwa situasi yang

sama dapat memicu emosi yang berbeda pada setiap individu.

Puncaknya mereka akan meningkatkan kesadaran sehingga mereka

perlu untuk mengelola emosi agar dapat diterima oleh sosial.

Jika anak-anak masa awal belajar untuk mengendalikan dan

mengelola emosi mereka, anak-anak masa menengah-akhir akan

lebih mengembangkan pemahaman dalam regulasi diri terhadap

emosi. Perubahan perkembangan yang krusial pada masa ini

mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Meningkatkan pemahaman emosi kompleks seperti

rasa bangga dan malu yang disertai rasa tanggung

jawab.

- Meningkatkan pemahaman bahwa dalam sebuah

situasi dapat menyebabkan beberapa emosi.

- Meningkatkan kesadaran akan kejadian yang

berpotensi menyebabkan emosi.

- Meningkatkan kemampuan untuk mengekspresikan

emosi negatif.

- Menggunakan strategi inisiatif-diri mengontrol

kembali perasaan
9

4. Simpulan
Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai dengan proses

pembuahan dan akan terus berlangsung selama masa kehidupan manusia.

Beberapa aspek yang mengalami perkembangan pada individu adalah

kognitif dan sosio-emosi. Menurut Piaget masa anak-anak awal memasuki

masa pra operasional, yaitu anak-anak mulai bisa menyajikan lingkungan

dengan menggunakan simbol. Pada masa anak-anak tengah-akhir

memasuki masa operasional konkrit, yaitu anak-anak sudah berpikir

dengan logika atau operasi. Teori perkembangan milik Vygotsky

menekankan pendekatan pada sosial. Vygotsky juga menyatakan

pentingnya konsep zone of proximal development (ZPD) dan konsep

scaffolding. Di masa anak-anak awal, perkembangan emosi meluas yang

membuat anak-anak untuk mencoba memahami emosi orang lain dan

mengendalikan emosinya sendiri. Mereka juga akan cenderung untuk

merefleksikan emosi tersebut saat usia 4 hingga 5 tahun. Kemudian

anak-anak masa menengah-akhir akan lebih mengembangkan pemahaman

dalam regulasi diri terhadap emosi.


10

DAFTAR PUSTAKA

Ibda, F. (2015). Perkembangan kognitif: teori jean piaget. Intelektualita, 3(1).

Jannah, M. (2015). Tugas-tugas perkembangan pada usia kanak-kanak. Gender


Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 87-98.

Murni, M. (2017). Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada masa


kanak-kanak awal 2-6 tahun. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1), 19-33.

Santrock, J.W. (2011). Life-span development (Perkembangan masa hidup), Edisi


ke-13 (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga

​ igelman, C. K., & Rider, E. A. (2017). Life-Span Human Development. Cengage


S
Learning.

Anda mungkin juga menyukai