Anda di halaman 1dari 75

MATERI PERSIAPAN SELEKSI AKADEMIK

PPG DALJAB 2023

Kompetensi Sosial – Kepribadian (Sospri)


1. Indikator 1-8 sikap cinta tanah air meliputi : sikap nasionalisme, sikap patriotism, sikap
menghargai perbedaan, sikap mengutamakan kepentingan bersama, sikap
mempertahankan kekayaan alam Indonesia, mengapresiasi kekayaan budaya bangsa
lain sehingga memperkuat jati diri bangsa Indonesia.
2. Indikator 9-15 sikap berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, dan samapta.
3. Indikator 16-20 sikap kesepenuhhatian dan kemurahhatian.

Kompetensi Pedagogik
Indikator
21. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam
PBM, peserta dapat menentukan teori perkembangan apa yang sesuai.
22. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam
PBM, peserta dapat menganalisis teori perkembangan apa yang sesuai.

Materi
Teori Perkembangan Peserta Didik

Sub Materi
Teori Psikoanalitis, Teori Kognitif, Teori Perilaku dan Belajar Sosial, Teori Etologis, dan Teori
Ekologis.
1. Teori Psikoanalitis
Teori ini menjelaskan mengenai hakikat serta perkembangan kepribadian
seseorang. Unsur-unsur penting yang dijelaskan dalam teori ini adalah emosi, motivasi,
serta faktor- faktor lainnya. Di dalam teori ini juga dijelaskan jika perkembangan
kepribadian akan disebabkan oleh konflik-konflik yang umumnya terjadi pada masa
kanak-kanak. Para pencetus teori ini juga percaya jika perkembangan merupakan
proses yang dinamis dan aktif yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor individual
yang ada sejak lahir serta pengalaman emosional dan sosial. Teori psikoanalitis
yang cukup terkenal yaitu dicetuskan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Dalam menguraikan teorinya, Freud mengembangkan satu penjelasan tentang
struktur dasar dari kepribadian. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari
tiga komponen: id, ego dan superego. Id ada sejak lahir dan terdiri dari instink dan
dorongan mendasar yang mencari kepuasan langsung, tanpa menghiraukan
konsekuensinya. Jika tidak dikendalikan, id akan menempatkan individu dalam
konflik mendalam dengan orang lain dan masyarakat. Unsur kedua dari struktur
kepribadian adalah ego, yang mulai berkembang selama tahun pertama kehidupan. Ego
terdiri dari proses mental, daya penalaran dan pikiran sehat, yang berusaha membantu
id menemukan ekspresi tanpa mengalami masalah. Ego bekerja menurut prinsip
realitas. Unsur ketiga dari struktur kepribadian adalah superego, yang berkembang dari
puncak kedewasaan, identifikasi dan model orang tua, serta dari masyarakat. Superego
mewakili nilai-nilai sosial yang tergabung dalam struktur kepribadian dari individu. Ini
menjadi kata hati yang berusaha mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikan diri
dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering bertentangan, menyebabkan
kesalahan, kegelisahan, dan gangguan.
Sedangkan teori psikososial yang dikembangkan oleh Erikson, beliau lebih teliti
dalam menguraikan serta memperluas dari struktur psikoaanalisis yang sebelumnya
sudah dijelaskan oleh Freud dan merumuskannya kembali yang di sesuaikan dengan
dunia modern. Menurut Erikson, kepribadian seseorang terbentuk melalui seluruh
tahapan psikososial yang dialaminya sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap
tentunya terdapat perkembangan yang khas dan mengharuskan seseorang tersebut
untuk menghadapinya.
Delapan tahap perkembangan psikososial:
1) Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau
bayi dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama
pada ibu atau pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak
cukup dipenuhi oleh sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang
maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan.
2) Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3
tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang
diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan
dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta
percaya diri.
3) Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya
yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi
lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai
bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
mengambil tindakan.
4) Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai
mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan
akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan
juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga.
Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten
serta percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk
mencapai pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi
penting dan kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak
menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
5) Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui
jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki
kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak dapat menjalani
berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang
positif juga akan tercapai.
6) Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa
dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun
hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun
hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
7) Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah
mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai
memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang
merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul
penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya
mengalami stagnasi.
8) Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back
tentang alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati
tahap ini, maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal
mereka bisa menjadi putus asa.

2. Teori Kognitif
Ada sebuah teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh seorang psikolog
Swiss, Jean Piaget, yang dikenal dengan nama Teori Piaget. Pertama kali diterbitkan
pada 1952, Piaget berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah sebuah proses
genetik yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Semakin
usia bertambah, maka susunan sel sarafnya semakin kompleks sehingga
kemampuannya pun turut meningkat.
Saat seseorang tumbuh, ia akan beradaptasi secara biologis terhadap
lingkungannya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kualitatif di
dalam struktur kognitifnya. Piaget menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir dan
kekuatan mental anak yang usianya berbeda, maka kualitatifnya pun akan berbeda.
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari
kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita.
Adaptasi adalah proses dengan mana anak-anak menyesuaikan pemikirannya
untuk memasukkan informasi baru yang selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam
Rice, 2002) mengatakan bahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan
memasukkannya ke dalam skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan
yang baru. Akomodasi meliputi penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan
skema yang baru ketika skema lama tidak berhasil. Anak-anak mungkin melihat anjing
untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapa anjing aman
untuk dipiara dan anjing lainnya tidak (akomodasi). Ketika anak-anak memperoleh
semakin banyak informasi, mereka menyusun pemahamannya tentang dunia secara
berbeda.
Piaget membagi tahapan perkembangan kemampuan kognitif anak menjadi
empat,
yaitu:
1) Tahap Sensorimotor (0 - 24 Bulan)
Pertama ada tahap sensorimotor yang dialami oleh bayi baru lahir (0 bulan) hingga
usia 24 bulan atau 2 tahun. Di tahap awal kehidupan, si Kecil masih sangat
terbatas dari segi kemampuan. Namun, setiap anak terlahir dengan bawaan berupa
refleks dan rangsangan untuk mencari tahu dunianya.
Perkembangannya berdasarkan pada tindakan yang dilakukan secara bertahap. Ia
juga belum mampu mempertimbangkan apa saja keinginan, kepentingan, dan
kebutuhan orang lain yang membuatnya dianggap egosentris. Beberapa kemampuan
yang dimiliki oleh si Kecil di tahap usia ini antara lain:
o Suka memperhatikan sesuatu dengan waktu lama.
o Memperhatikan suatu objek sebagai hal yang tetap dan ingin merubah letaknya.
o Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dari objek di
sekelilingnya.
o Mencari rangsangan melalui suara dan sinar lampu.
o Mengartikan sesuatu dengan cara memanipulasinya.
2) Tahap Pra-Operasional (2 - 7 Tahun)
Ciri utama perkembangan kemampuan kognitif si Kecil di tahap ini adalah mulai
berkembangnya konsep intuitif dan penggunaan simbol. Tahap pra-operasional ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
o Pre-operasional (2 - 4 tahun): si Kecil sudah mampu mengembangkan
konsepnya menggunakan bahasa sederhana yang sering mengalami
kesalahan dalam memahami suatu objek. Ciri-cirinya antara lain:
1. Mampu mengelompokkan objek secara tunggal dan mencolok.
2. Mampu mengumpulkan benda-benda berdasarkan kriteria.
3. Mampu menyusun beberapa benda secara berderet.
4. Self counter yang sangat menonjol.
o Intuitif (4 - 7 tahun): pengetahuan yang diperoleh si Kecil didasarkan pada
kesan yang agak abstrak. Ia dapat menyimpulkan, tapi belum mampu
mengungkapkannya dengan kata-kata. Untuk itu si Kecil di kategori usia ini
sudah mampu mengutarakan isi hatinya, khususnya bagi anak yang
mempunyai banyak pengalaman. Ciri-ciri si Kecil di tahap ini antara lain:
1. Sudah mulai mengenali hubungan secara logis atas hal-hal yang
lebih rumit.
2. Meski kurang menyadari, tapi si Kecil sudah dapat
mengkategorikan objek.
3. Dapat mewujudkan ide yang ada di pikirannya.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Tahap ketiga perkembangan kemampuan kognitif anak adalah operasional konkret
yang dimiliki oleh anak di kategori usia 7-11 tahun. Berikut adalah ciri-ciri
perkembangan di tahapan ini:
o Sudah mampu mengelompokkan objek atau situasi tertentu dan
mengurutkan sesuatu.
o Kemampuannya dalam mengingat dan berpikir logis juga semakin meningkat.
o Memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis.
o Mulai dapat belajar membaca dan matematika.
o Sikap egosentrisnya semakin berkurang secara perlahan.
4) Tahap Operasional Formal (Mulai 11 Tahun)
Memasuki usia pra-remaja, anak pada tahapan operasional formal memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
o Sudah menguasai penalaran dan berpikir secara abstrak.
o Mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ia dapat.
o Memahami konsep yang bersifat abstrak, seperti nilai dan cinta.
o Sudah dapat melihat realitas yang terkadang bisa abu-abu, tidak melulu
hitam dan putih. Kemampuan ini sangat penting karena akan membantu ia
melewati masa peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa.
3. Teori Prilaku (behavior) dan Belajar Sosial
a. Behaviorisme
Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya: seorang
siswa belum dapat membaca. Maka, betapapun ia keras belajar, betapapun gurunya
beusaha sebaik mengajar, atau bahkan ia sudah hafal huruf A sampai Z di luar
kepala, namun bila ia gagal mendemonstrasikan kemampuanya dalam membaca,
maka siswa itu belum di anggap belajar. Ia di anggap telah belajar jika ia telah
menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak bisa membaca
menjadi bisa membaca).
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus
dan keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.
Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Menurut teori Behaviorisme, apa
saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus bisa diamati, diukur, dan tidak oleh hanya tersirat (implicit).
Faktor lain yang juga penting adalah factor penguatan (reinforcement).
Penguatan hal yang memperkuat respon. Apabila responya positif maka respon akan
semakin kluat, apabila responya negative maka dikurangi supaya tetap menguatkan
respon. Pelopor teori Behaviorisme ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, dan
Gutrie.
b. Teori Belajar Sosial
Tokoh dari teori ini adalah Albert Bandura. Teori ini menekankan perilaku,
lingkungan, dan faktor kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu.
Secara umum, teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang
tidak mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya.
Namun, manusia mempunyai otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun
membandingkan sesuatu sehingga dapat memilih arah bagi dirinya. Lebih lanjut
Bandura memperjelas teorinya lebih mendalam dengan menamakan teori belajar
sosial kognitif. Bandura sangat yakin bahwa perilaku seseorang itu merupakan hasil
dari mengamati perilaku orang lain, dengan kata lain secara kognitif, perilaku
individu itu mengadopsi dari perilaku orang lain. Proses ini disebut proses modeling
atau imitasi.
c. Peran terhadap Perkembangan
Behaviorisme menekankan peran dari pengaruh lingkungan dalam memberikan
contoh perilaku. Perilaku menjadi jumlah total dari respon yang dipelajari atau yang
terkondisi pada stimulus, suatu pandangan yang agak mekanistik. Menurut
behavioris, pembelajaran terjadi melalui pengkondisian. Pertama, pembelajaran
melalui asosiasi (klasik), dan pembelajaran dari konsekuensi perilaku (operan).
Adanya penekanan yang menjadi perhatian orangtua dan pendidik bahwa anak-anak
belajar dengan mengamati perilaku orang lain dan dengan meniru perilaku mereka.

4. Teori Etologis
Konrad Lorenz (1903-1989) menekankan sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait
dengan evolusi, dan ditandai oleh periode yang penting atau peka. Melalui penelitian yg
sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) mempelajari suatu pola
perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak angsa yang
baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri mengikuti induknya. Menurut
Lorenz konsep etologis untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode
waktu yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak
pertama kali.
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan ditentukan
secara biologis. Tiap spesies mempelajari adaptasi apa yang penting untuk bertahan
hidup, dan melalui proses seleksi alam, yang paling baiklah yang mampu hidup untuk
mewariskan sifat-
sifatnya kepada keturunannya. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu adalah
produk dari evolusi dan ditentukan secara biologis. Teori ini juga tetap menghargai
adanya peran lingkungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan individu, sehingga
pengalaman individu pada awal kehidupan dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi kehidupan individu tersebut di masa selanjutnya.

5. Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner (dalam Santrock, 1995) merupakan ahli yang mengemukakan
teori sistem mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam
interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya yang terus menerus mempengaruhi
segala aspek perkembangannya. Teori ekologi ini ialah pandangan sosiokultural
Bronfenbrenner tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan, mulai
dari pengaruh interaksi langsung pada individu hingga pengaruh kebudayaan yang
berbasis luas. Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem (Santrock, 1995) Dari perspektif teori ekologi, individu
berkembang dalam jaringan yang kompleks dari sistem yang saling berhubungan Oleh
karena itu banyak sumber berperan dalam perkembangan tingkah laku. Selain faktor
individual, faktor lingkungan seperti aktivitas pengasuhan dianggap sebagai salah satu
determinan dari permasalahan tingkah laku bermasalah. Teori ini menekankan bahwa
manusia tidak berkembang dalam isolasi, namun merupakan rangkaian interaksi di
dalam keluarga, sekolah, masyarakat atau komunitasnya. Setiap lapisan lingkungan
selalu bersifat dinamis mempengaruhi mempengaruhi perkembangan individu.

Indikator
23. Disajikan narasi PBM dengan kegiatan pembelajaran yang terkait dengan teori
belajar, peserta dapat menganalisis teori belajar apa yang sesuai.

Materi
Teori belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD

Sub Materi
Teori belajar Behavioristik Konstruktivistik, Sosial dan Teori Belajar Kognitif

1. Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku. Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output
yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada
peserta didik, dan respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta
didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah
faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat
timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons
akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement)
maka respons juga akan menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari
bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan
evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.
2. Teori Belajar Konstrutivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan
mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat
memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri
peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya
secara luas.
Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar
proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak
mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik
untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan
pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.
3. Teori Belajar Kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses
belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak terpatah-pata, terpisah-pisah,
tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif
amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta
didik. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

Indikator
24. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar Penilaian dan analisis hasil belajar, peserta
dapat menentukan alat penilaian serta analisis hasil belajar untuk membantu peserta
didik menguasai kompetensi tersebut.
Materi
Penilaian dan analisis hasil belajar dengan menerapkan penilaian otentik
Sub Materi
Penilaian Otentik, Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian Autentik adalah pengukuran atas proses dan hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap (afektif), keterampilan (psikomotor), dan Pengetahuan (kognitif).
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai
metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan
kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara
mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan
sekolah. Ketika menerapkan penilaian Autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi
belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

2. Penilaian Sikap
Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik.
a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengn
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b. Penilaian diri
Merupakan teknik menilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antar peserta didik atau teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian antar peserta didik.
d. Jurnal atau catatan guru
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku.
3. Penilaian Pengetahuan
a. Instrumen tes tertulis
Berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan,
dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan
Berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap atau lisan,
sehungga peserta didik merespon pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan
keberanian dari siswa. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat atau paragraf yang
di ucapkan.
c. Instrumen penugasan
Berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
4. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian porto polio. Instrumen yang
digunakan merupakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi
rubrik.
a. Tes praktik atau kinerja atau performance
Yaitu penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktifitas atau perilaku sesuatu tuntutan kompetensi.
b. Penilaian projek
Yaitu tugas-tugas belajar (learning task) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio
Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara penilai kumpulan seluruh karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi, dan kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
5. Karakteristik Penilaian Autentik
Suatu penilaian dikatakan autentik apabila sangat mendekati hasil pendidikan
sains yang diinginkan, melibatkan siswa pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting dan
bermakna, mampu menantang siswa menerapkan informasi atau ketrampilan akademik
baru pada situasi reel untuk maksud yang jelas, serta mampu mengukur perbuatan atau
menampilkan yang sebenarnya pada suatu mata pelajaran, pengukuran penguasaan
siswa terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang dibanding regulasi sederhana
dari pengetahuan. Karakteristik penilaian nyata (authentic assessment) sebagai berikut:
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b. Bisa digunakan untuk formatif atau sumatif
c. Yang diukur ketrampilan dan performance bukan mengingat fakta
d. Berkesinambungan
e. Terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.

Indikator
25. Disajikan narasi tentang kompetensi Pedagogik profesi guru, peserta dapat
menganalisis teori belajar serta prinsip pembelajaran yang mendidik untuk membantu
menguasai kompetensi tersebut
Materi
Kompetensi Pedagogik profesi guru dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD

Sub Materi
Penguasaan Karakteristik Peserta didik, Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran
yang mendidik
1. Penguasaan Karakteristik Peserta didik
Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik. Namun jika perbedaan
tersebut tidak dikelola secara baik, maka akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran. Karakteristik peserta didik banyak ragam yaitu:
etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya
belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan moral
dan spiritual, dan perkembangan motorik.
2. Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru.
Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar.
Untuk mewujudkan semuanya, terdapat beberapa hal yang harus menjadi
perhatian
guru:
a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya
berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
c. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait
keberhasilan pembelajaran,
d. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
e. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain,
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
f. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki
rancangan pembelajaran berikutnya.
Beberapa prinsip pembelajaran yang harus dikuasai antara lain.
a. Prinsip perhatian dan motivasi e. Prinsip pengulangan
b. Prinsip transper dan retensi f. Prinsip tantangan
c. Prinsip keaktifan g. Prinsip balikan dan penguatan
d. Prinsip keterlibatan langsung h. Prinsip perbedaan individual

4 Kompetensi Guru

1.) Kompetensi Pedagogik


meliputi;
(a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual,
(b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
(c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidan
pengembangan yang diampu,
(d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
(e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran,
(f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki,
(g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,
(h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
(i) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
(j) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

2.) Kompetensi Kepribadian

a. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasiona
Indonesia,
b. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat,
c. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa,
d. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri, dan
e. menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3.) Kompetensi Sosial

a. bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan


jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi
b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
c. beradaptasi sesuai tempat ketika bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya
d. berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan

4.) Kompetensi Profesional


a. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu sesuai jenjang Pendidikan.
b. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
c. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
d. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri

Kompetensi pedogogik mendasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16


tahun 2007 meliputi;
a. menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual,
b. menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
c. mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu,
d. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran,
f. memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki,
g. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,
h. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
i. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
j. melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Indikator
26. Disajikan narasi tentang Karakteristik pembelajaran abad 21, peserta dapat
menganalisis karakteristik guru dan siswa abad 21 untuk membantu menguasai
kompetensi tersebut
Materi
Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Sub Materi
Karakteristik guru dan siswa abad 21/Peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad
21

Karakteristik Pembelajaran Abad 21


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak konsekwensi
bagi dunia pendidikan, salah satunya perubahan paradigma guru. Perubahan karakteristik
peserta didik, format materi pembelajaran, pola interaksi pembelajaran, dan orientasi baru
abad 21 memerlukan ruang-ruang kelas lebih interaktif. Kelas-kelas akan semakin banyak
yang terkoneksi jaringan internet berkecepatan tinggi yang mudah mengakses “big data”.
Berkembangnya massive open online course (MOOC) memungkinkan orang belajar tanpa
batas dan dapat diakses melalui perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA,
maupun perangkat bergerak lainnya. Tanda-tanda era disrupsi sudah nyata yang dicirikan;
(1) belajar tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan, (2) pola belajar lebih informal,
(3) orientasi belajar mandiri (self motivated learning) dan (4) banyak cara untuk belajar
dengan banyak sumber. SDM dengan daya inovasi, daya belajar dan kreatifitas tinggi
menjadi incaran banyak organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan adalah terwadahi
dalam 4C (Creativity, Collaboration, Critical Thingking, dan Communication).
Pada sisi peserta didik terjadi pergeseran karakteristik. Generasi z menghendaki
kebebasan belajar, menyukai hal baru yang praktis, selalu terkoneksi internet, lebih
menyukai visual daripada verbal, rentang perhatian pendek, suka berinteraksi dengan
banyak media, suka berkolaborasi dan berbagi namun tetap terjaga privasinya. Guru harus
merubah paradigma yang tidak hanya berfokus kepada konten namun berfokus pula pada
pengembangan kreatifitas dan keterampilan belajar mandiri. Peran guru lebih sebagai
mentor, fasilitator, kolaborator sumber daya dan mitra belajar. Guru harus menjemput
penerapan model-model pembelajaran yang sesuai seperti belajar penemuan (discovery
learning), pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan,
belajar berdasarkan pengalaman sendiri, pembelajaran kontekstual, bermain peran dan
simulasi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif, maupun diskusi kelompok
kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya sebagai subyek pembelajaran yang aktif.
Guru harus mau memulai untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan kerangka
integrasi yang melibatkan pengetahuan pedagogi), penguasaan materi, dan teknologi yang
dikenal dengan TPACK. Penerapan praktis TPACK mencakup 8 domain yaitu; (1) menilai
peserta didik, (2) memahamkan materi, (3) memahami peserta didik,
(4) merancang kurikulum, (5) merepresentasikan data, (6) mengelola pembelajaran, (7)
mendukung strategi pembelajaran, (8) pengelolaan pembelajaran dan integrasi dalam
konteks mengajar secara lebih luas.

Indikator
27. Disajikan narasi tentang kasus tentang pembelajaran di kelas, peserta dapat
mengidentifikasi nilai karakter yang tersirat dalam kegiatan pembelajaran
Materi
Penguatan Pendidikan karakter
Sub Materi
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)

Penguatan Pendidikan karakter


PPK yang berarti Penguatan Pendidikan Karakter adalah aktivitas pendidikan di
sekolah yang bertujuan untuk membina karakter siswa dengan cara penyelarasan pada segi
kinestetik (gerakan), estetis (hati), etik (adab) dan literasi (pola pikir). Aktivitas PPK ini juga
menuntut keikutsertaan dan kerjasama pada keluarga, sekolah dan masyarakat.
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)
a. Religius mewujudkan diri perilaku dan perkataan dalam mempercayai keyakinan kepada
Tuhan YME.
Contohnya : berdo’a sebelum belajar, menjawab salam, bersyukur
b. Nasionalis bisa lebih memprioritaskan kepentingan bangsa daripada kepentingan lain.
Contohnya : menyanyikan lagu nasional , upacara , memperingati hari hari besar
c. Gotong Royong melakukan langkah yang menjunjung tinggi pada kerjasama dan tolong
menolong dalam menanggulangi masalah kelompok.
Contohnya : berdiskusi, kerja kelompok, piket kelas
d. Integritas Usaha untuk membuat diri bisa dengan konsisten dipercaya oleh sesama
manusia dari segi perilaku dan perkataan.
Contohnya : kesiapan belajar, kejujuran, bersikap kooperatif, tanggung jawab,
displin
e. Mandiri yaitu selalu percaya dengan kemampuan diri mulai dari kekuatan, pikiran dan
perilaku untuk mewujudkan aspirasi diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Contohnya : percaya diri, mengerjakan tugas , dapat menyelesaikan tugas sendiri

Indikator
28. Disajikan narasi tentang kasus tentang kompetensi guru SD yang profesional, peserta
dapat menganalisis persyaratan, kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang profesional
Materi
Persyaratan, Kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang professional
Sub Materi
Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional

Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional


Pasal 42 UU No 20/2003 dan PP 19 tahun 2005 menyatakan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dimiliki guru sebelum melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional dan sebagai
persyaratan untuk mengikuti uji kompetensi dalam memperoleh sertifikat pendidik
profesional. Kualifikasi akademik guru yang dipersyaratkan dalam PP tersebut, meliputi:
Pendidik untuk anak usia dini minimum D-IV Atau S1 bidang anak usia dini, kependidikan
lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
1) Pendidik pada SD/MI minimum D-IV Atau S1 bidang pendidikan SD/MI, kependidikan
lain atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk SD/MI
2) Pendidik pada SMP/MTs minimum D-IV atau S1 kependidikan sesuai mata pelajaran
yang diajarkan dan sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs
3) Pendidik pada SMA/MA dan SMK/MAK minimum D-IV Atau S1 kependidikan sesuai
mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA.
4) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB minimum D-IV Atau S1 program pendidikan
khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat
guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB.
Kompetensi guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan PP no 19
tahun 2005 meliputi:
1) kompetensi pedagogik;
2) kompetensi kepribadian;
3) kompetensi profesional;
4) kompetensi sosial.

Indikator
29. Disajikan materi tentang regulasi profesi guru, peserta dapat melakukan analisis
terhadap kebijakan nasional dan regulasi mengenai guru sebagai jabatan profesional
Materi
Regulasi terkait dengan profesi guru
Sub Materi
Regulasi terkait Profesi Guru

Regulasi terkait Profesi Guru


Berbagai Kebijakan Nasional dan Regulasi Guru sebagai Jabatan Profesional :
a. Berupa UU Dasar 1945
Bersumber dari
1) UUD 1945 yaitu pasal 28 huruf c, e; dan pasal 31. Bunyi pasal 28 huruf c adalah
sebagai berikut : “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi m,eningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
2) UUD 1945 pasal 28 huruf e disebutkan sebagai berikut : “Setiap orang bebas
memeluk agama, dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”.
3) UUD 1945 pasal 31 dikatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.
b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional.
d) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
e) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia.
b. Berupa UU / Peraturan Pemerintah Pengganti UU
1) UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
3) UU RI No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.
c. Berupa PP (Peraturan Pemerintah)
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pengawai Negeri Sipil.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
d. Berupa Perpres (Peraturan Presiden)
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomo 110 Tahun 2006 Tentang Honorarium
Bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
f. Berupa Keppres (Keputusan Preseiden)
1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan-peraturan Pelaksanaannya
1) Inpres (Instruksi Presiden)
2) Permen (Peraturan Menteri)
Analisis terhadap kebijakan nasional dan regulasi mengenai guru sebagai jabatan
profesional
Secara umum hasil analisis Berbagai kebijakan dan regulasi di atas dimaksudkan
menjadi pedoman yang lebih rinci bagi pejabat yang berkepentingan agar ada kesamaan dan
kesatuan visi dan pengertian dalam melaksanaan jabatan fungsional guru yang meliputi
tugas pokok dan pembagian tugas guru, pengangkatan, penilaian dan penetapan angka
kredit, kenaikan pengkat, pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan
pemberhentian dari jabatan guru.
Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama bagi terlaksananya sasaran
tersebut ialah melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dibawah bimbingan dan
pembinaan tenaga kependidikan yang professional serta implementasi seluruh komponen
manjemen mutu secara terpadu.

Indikator
30. Disajikan sebuah kasus etika profesi guru, peserta dapat mengenali sanksi pelanggaran
kode etik guru
Materi
Etika Profesi Guru
Sub Materi
Etika Profesi Guru

Kode Etik Guru


Sebagai seorang guru tentunya mempunyai kode etik yang harus dipatuhi, yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

Sanksi Kode Etik


1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat

Indikator
31. Disajikan beberapa ragam teks peserta dapat menganalisis jenis teks yang disajikan
Materi Ragam
Teks Sub Materi
Teks Faktual, Teks Tanggapan, Teks Cerita, dan Teks Normatif

Ragam Teks
1. Teks Faktual
Teks faktual adalah teks yang berisi suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar
terjadi, tetapi tidak terikat dengan waktu. Dengan kata lain, suatu kejadian yang faktual
bisa terjadi di masa lalu ataupun masa sekarang. Teks faktual dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu teks deskripsi dan teks prosedur/arahan.
a. Teks deskripsi
Teks deskripsi adalah sebuah teks/wacana yang disampaikan dengan cara
meggambarkan secara jelas objek, tempat atau peristiwa yang sedang menjadi topik
kepada pembaca, sehingga pembaca seolaholah merasakan langsung apa yang sedang
diungkapkan dalam teks tersebut.
b. Teks prosedur/arahan
Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah mengarahkan atau
mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah di tentukan.” Jenis teks ini lebih
menekankan pada aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat berupa salah
satunya percobaan atau pengamatan.

2. Teks Tanggapan
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik, komentar,
dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan dalam angan-angan.
Teks tanggapan dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu teks eksposisi dan teks
ekplanasi.
a. Teks eksposisi
Teks ini berisi paparan gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi. Itu
sebabnya, teks ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi satu sisi (Wiratno,
2014). Struktur berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah: tesis/pernyataan
pendapat dan alasan/argumentasi, serta pernyataan ulang pendapat.
b. Teks eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya
fenomena alam, sosial, ilmu pengetahuan dan budaya (Priyatni, 2014). Teks
eksplanasi memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau
terjadinya sesuatu. Tujuan dari teks ini adalah memaparkan sesuatu agar bertambah
pengetahuan.

3. Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa,
kejadian, perbuatan, pengalaman, dan sebagainya.
a. Teks cerita ulang
Teks ini memiliki tujuan sosial menceritakan kembali peristiwa pada masa lalu agar
tercipta semacam hiburan atau pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu
bagi pembaca atau pendengarnya.

b. Teks anekdot
Anekdot dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada
kenyataan yang terjadi di masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot memiliki tujuan
sosial yang sama dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018). Hanya saja, peristiwa yang
ditampilkan membuat pasrtisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol
(Wiratno, 2014).
Pada teks cerita ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan reaksi pelaku
terhadap peristiwa yang dialaminya, sedangkan pada teks anekdot reaksi pelaku atas
peristiwa yang dialaminya ditampakan secara eksplisit.
c. Teks eksemplum
Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku atau
karakter dalam cerita.
Struktur akhir teks itu adalah interpretasi penulis terhadap kejadian yang dialami
pelaku, dan diharapkan dapat menjadi bahan renungan moralitas bagi partisipan.
d. Teks Naratif
Menurut Mahsum (2018), “Teks naratif model penceritaan pada teks tipe ini, antara
masalah dengan pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu struktur teks seperti
pada teks penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia terpisah dalam struktur
teks yang berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki struktur berpikir: judul,
pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan pemecahan masalah.
Perbedaan mendasar teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan eksemplum,
terletak pada sudut pSaudarang dalam melihat peristiwa yang diceritakan. Teks cerita
ulang memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang wajar atau lazim terjadi,
sedangkan teks naratif, anekdot, dan eksemplum memSaudarang peristiwa sebagai
sesuatu yang tidak lazim.

4. Teks Normatif
Teks normatif adalah teks yang isinya ditulis berdasarkan sebuah peraturan, norma-
norma atau peraturan yang berlaku, baik di lingkungan masyarakat maupun dalam
lingkungan kenegaraan yang berkaitan dengan hukum atau undang-undang. Teks
normatif biasanya memiliki unsur tentang agama atau nilai kebaikan.

Indikator
32. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta mampu menganalisis paragraf yang
memenuhi persyaratan paragraf yang baik.
33. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta dapat menganalisis satuan bahasa yang
tepat.
34. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta mampu menganalisis struktur
kalimat yang efektif.

Materi
Satuan Bahasa
Sub Materi
Kata, Kalimat, Paragraf,

Satuan Bahasa
Satuan bahasa pembentuk teks terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf.
 Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
 Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
 Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
 Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
1) Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi
final. Konstituen dasar itu dapat berupa klausa, frase, maupun kata (Keraf, 2000).
Contohnya: a. Aldo membeli buku (klausa) b. Buku baru! (frase) c. Buku! (kata)
a) Klasifikasi kalimat
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal,
kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa
bebas. Contoh: (a) Dia datang dari Bandung. (b) Nenekku masih
sehat.
(2) Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan
sekurang- kurangnya satu kalimat terikat.Ada beberapa sebutan untuk sebutan
kaliat bersusun, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk
subordinatif.
Contoh:
(a) Kalau Alya menangis, Aldo pun ikut menangis.
(b) Aldo tidak pergi ke sekolah karena sedang sakit.
(c) Karena ada banyak siswa yang tidak siap, ujian dibatalkan.
(3) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas yang
disebut juga sebagai kalimat setara.
Contoh:
(a) Alya membuka jendela kaar lalu membersihkan tempat tidur.
(b) Aldo hobi bermain bola dan sering menciptakan gol.

Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan menjadi:


(1) Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa
lengkap. Sekurang-kurangnya terdapat unsur objek dan predikat.
Contoh: (a) Ibu guru mengajar bahasa Indonesia di depan kelas. (b) Adik
bermain sepeda di halaman rumah.
(2) Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang hanya terdiri
dari subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
Contoh: (a) Selamat Pagi! (b) Silakan antre! (c) Alya!
Berdasarkan amanat wacana, kalimat dibedakan
menjadi:
(1) Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang
dalam ragam tulis diberi tanda titik.
Contoh: (a) Gaji guru honor tidak dinaikan.
(2) Kalimat introgatif Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung
intonasi introgatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda Tanya.
(a) Apakah Saudara seorang guru?
(3) Kalimat imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat kalimat yang mengandung intonasi imperatif
yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda seru.
(a) Berikan hadiah ini kepada temanmu!

Ciri-ciri Paragraf yang Baik


1. Kepaduan paragraf
Kepaduan paragraf adalah keeratan ataupun kekompakan hubungan antar unsur-unsur
paragraf, baik itu antar kalimat utama dengan kalimat penjelasnya ataupun antar
kalimat penjelas itu sendiri. Kepaduan itu harus tampak dalam isi serta dalam
bentuknya.

a. Kepaduan isi
Kepaduan isi atau koheren adalah kekompakan sebuah paragraf yang dinyatakan oleh
kekompakan kalimat-kalimat di dalam mendukung satu gagasan pokok. Sebuah
paragraf memenuhi syarat kepaduan isi apabila kalimat-kalimat dalam paragraf
tersebut tidak melenceng dari gagasan pokoknya.
b. Kepaduan bentuk
Kepaduan bentuk dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
2) Penggunaan konjungsi
a. biarpun begitu, namun untuk menyatakan hubungan pertentangan dengan
kalimat sebelumnya;
b. sesudah itu atau kemudian untuk menyatakan hubungan kelanjutan dari
peristiwa sebelumnya;
c. selain itu untuk menyatakan hal lain di luar yang telah dinyatakan sebelumnya;
d. sebaliknya untuk menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya;
e. sesungguhnya untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya.
3) Pengulangan kata atau frase
4) Pemakaian kata ganti atau kata yang sama maknanya
5) Pemakaian kata yang berhiponimi, yakni kata yang merupakan bagian dari kata
lainnya.
2. Kesatuan Paragraf
Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran.
3. Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti gagasan
pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas.
4. Ketepatan pemilihan kata
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.Pemakaian kata dia,
misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua, yang tepat adalah
kata beliau.Demikian pula halnya dengan kata menonton, kata ini tidak tepat bila
digunakan dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang sakit.Dalam hal ini
kata yang harus digunakan adalah mengunjungi, menjenguk, atau menengok. (Kosasih &
Hermawan, 2012)

Ciri-Ciri Dan Syarat Kalimat Efektif


Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan Struktur
2. Keparalelan Bentuk
3. Ketegasan Makna
4. Kecermatan Penalaran
5. Kepaduan Gagasan
6. Kelogisan Bahasa

Sedangkan syarat-syaratnya adalah:


1. Memiliki Struktur yang Baik
2. Tidak Ambigu
3. Logis atau Sesuai Nalar
4. Menghemat Kata
5. Sistematis

Indikator
45. Disajikan teks fiksi peserta dapat menggunakan struktur, jenis, dan kaidah pada teks
fiksi
Materi
Teks Fiksi
Sub Materi
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan

Teks Fiksi
Teks fiksi adalah teks yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan imajinasi
pengarang (Kosasih dan Kurniawan, 2019).
Unsur-unsur
1) Tema
2) Perwatakan
3) Alur
4) Latar
5) Amanat
Struktur, Fungsi dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi
Teks fiksi memiliki struktur sebagai berikut:
1) Orientasi, berisi pengenalan tema, tokoh, dan latar.
2) Komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Pada bagian ini
peristiwa-peristiwa di luar nalar ini biasanya terjadi.
3) Resolusi, merupakan bagian penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh.
Menurut Kosasih (2019), teks fiksi terdiri atas cerita rakyat, cerita fantasi, cerita pendek,
cerita inspiratif, puisi rakyat, puisi baru, dan drama.
a. Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat dan disampaikan secara turun-temurun. Selain sebagai media hiburan,
cerita rakyat berfungsi sebagai sarana pendidikan, menyampaikan pesan-pesan moral.
Struktur : orientasi, komplikasi, resolusi, evaluasi dan koda (pesan moral)
b. Cerita fantasi
Cerita fantasi merupakan cerita yang sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan,
imajinasi, atau fantasi (Kosasih, 2019). Cerita fantasi tidak mungkin terjadi di alam
nyata. Misalnya, binatang yang berperilaku seperti manusia, seseorang yang bisa terbang
atau menghilang.
Struktur : orientasi, komplikasi dan resolusi
c. Cerita pendek
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita rekaan yang menurut wujud fiksinya berbentuk
pendek (Kosasih, 2019).
Struktur : orientasi, komplikasi dan resolusi
d. Cerita inspiratif
Cerita inspiratif merupakan jenis teks narasi yang menyajikan suatu inspirasi
keteladanan kepada banyak orang (Kosasih, 2019).
Struktur : orientasi, komplikasi, resolusi, evaluasi dan koda (pesan moral)
e. Puisi rakyat
Puisi rakyat merupakan jenis puisi yang berkembang pada kehidupan masyarakat sehari-
hari; sebagai suatu tradisi masyarakat setempat (Kosasih, 2019).
1) Pantun
2) Syair
f. Puisi baru
Puisi baru disebut juga puisi bebas. Puisi baru merupakan puisi tidak terikat oleh jumlah
larik, suku kata, ataupun pola rimanya (Kosasih, 2019).
g. Drama
Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diekspresikan dengan
menggunakan percakapan dan lakuan pada pentas di hadapan penonton. Struktur dama
berbentuk alur atau babak dan adegan yang pada umumnya tersususn sebagi berikut.
1) Prolog adalah pembukaan atau pendahuluan dalam sebuah drama. Bagian ini
biasanya disampaikan oleh tukang cerita untuk menjelaskan gambaran para pemain,
latar, dan sebagainya.
2) Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan
dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi,
dan bagaimana manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.
Di dalam dialog ini tersaji urutan peristiwa yang dimulai dari orientasi, komplikasi,
dan resolusi.
(1) Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang,
sudah atau sedang terjadi.
(2) Komplikasi, berisi tentang konflik dan pengembangannya, gangguan, halangan
dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada
bagian ini dapat diketahui watak tokoh utama.
(3) Resolusi, adalah bagian klimaks dari drama, berupa babak akhir cerita yang
menggambarkan penyelesaian atau konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi
harus berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian
sebelumnya.
(4) Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk
menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud cerita.

Indikator
46. Disajikan teks puisi/cerita tertentu peserta dapat menganalisis struktur, jenis, dan
kaidah berdasarkan teks nonfiksi yang disajikan.
Materi
Teks Non Fiksi
Sub Materi
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan

Teks Non Fiksi


Teks nonfiksi dapat diartikan sebagai karya seni yang sifatnya berdasarkan fakta dan
kenyataan serta ada kebenaran di dalamnya.Trim (2014) menjelaskan bahwa teks nonfiksi
ialah tulisan berbasis data dan fakta sebenarnya disajikan dengan gaya bahasa formal atau
nonformal berupa argumentasi, eksposisi, atau deskripsi.
a. Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah tertentu melalui sudut
pandang penulisnya. Esai yang ditulis haruslah logis dan mudah dimengerti, serta
didukung oleh fakta dan opini-opini dari penulisnya.
Secara umum struktur esai memiliki tiga bagian utama. Selain judul, sebuah esai
memiliki bagian secara berurutan berupa (1) pendahuluan, (2) bagian inti, dan (3)
Simpulan.
Kaidah kebahasaain esai : kata baku, kalimat efektif, dan makna lugas.
b. Review buku/artikel
Struktur review buku :
(1) Pendahuluan, yang berisiidentifikasi bukuatau bab buku, atau artikel (penulis,
judul, tahun publikasi, dan informasi lain yang dianggap penting).
(2) Ringkasan atau uraian pendek mengenaiisi argumen dari buku/bab buku/artikel.
(3) Inti reviu, berupa inti pembahasan buku/babbuku/artikel yang merupakan analisis
kritis dari aspek pokok yang dibahas dalam buku/bab buku/ artikel itu. Pada bagian
ini penulisreviu menyampaikan bukti analisis dari dalam buku/babbuku/artikel atau
membandingkannya dengan sumber ilmiah lain.Pada bagian ini juga penulis reviu
dapat mengungkapkan kelebihan serta kekurangan dari buku/bab buku/artikel yang
dia analisis.
(4) Simpulan,
Fungsi Review buku/artikel :
(1) Menunjukan pSaudarangan atau penilaian penulis reviu terhadap buku/bab
buku/atau artikel
(2) Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelayakan yang dimiliki buku/bab
buku/artikel
(3) Membantu pembaca untuk mengetahui isi buku/bab buku/artikel
(4) Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelebihan dan kekurangan
buku/bab buku/artikel yang di reviu
(5) Mengetahui perbandingan buku/bab buku/artikel dengan karya lain yang sejenis
(6) Memberikan informasi yang komprehensif tentang buku/bab buku/artikel yang di
reviu
(7) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku/bab buku/artikel yang
direviu pantas untuk dijadikan refrensi atau tidak
(8) Memudahkan pembaca dalam memahami hubungan antara buku/bab buku/artikel
dengan buku sejenis lainnya
(9) Memberikan pertimbangan bagi pembaca sebelum memutuskan untuk memilih,
membeli dan menikmati buku atau artikel.
c. Artikel ilmiah
Artikel ilmiah berbasis penelitian adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
Struktur :
1) Artikel berbasis penelitian
a. Abstrak
b. Pendahuluan
c. Metode penelitian
d. Temuan penelitian
e. Pembahasan
f. Kesimpulan, rekomendasi dan implikasi
2) Artikel berbasis kajian Pustaka
a. Abstrak
b. Pendahuluan
c. Konsep A
d. Dst
e. Kesimpulan, rekomendasi dan implikasi

Indikator
47. Disajikan teks cerita peserta dapat menganalisis struktur/unsur dan makna cerita yang
disajikan tersebut;
48. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar struktur puisi/cerita dengan karakteristik
konteks lingkungan sekolah tertentu, peserta dapat menganalisis tujuan, bahan ajar,
sumber belajar, media, dan perangkat penialaian yang tepat
49. Disajikan teks puisi tertentu, peserta dapat menganalisis makna puisi yang sesuai
dengan isi puisi/cerita tersebut.
50. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar menulis puisi/cerita dengan tema tertentu
berdasarkan konteks lingkungan tertentu (sep sekolah dll), peserta dapat menganalisis
tujuan, bahan ajar, sumber belajar, media, dan perangkat penilaian yang tepat di
Materi
Karya Sastra dan Teori Sastra
Sub Materi
Karya sastra (Puisi/Pantun,Fabel/Cerita Rakyat/Cerita Anak). Teori Sastra (Struktur Puisi,
Struktur Prosa/Cerita)

Karya Sastra
1. Puisi
Puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk Bahasa. Berikut
ini unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi adalah:
a. Tema, yaitu ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita
b. Rasa, yaitu dapat diartikan emosional seorang penyair dalam menulis puisi.
c. Nada, yaitu dalam puisi seseorang dapat menangkap sikap penyair lewat intonasi
atau nada saat menyampaikan puisi.
d. Amanat, yaitu pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang kepadapembaca,
pendengar, atau penonton.
e. Diksi (Pilihan kata), yaitu hal yang penting untuk keberhasilan menulis puisi yang
dicapai dengan mengintensifkan pilihan kata.
f. Imajeri, yaitu suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk
mengungkapkan kembali kesan-kesan panca indra dalam jiwa kita.
g. Pusat pengisahan atau titik pSaudarang, yaitu cara penyampaian cerita, ide,
gagasan, atau kisahan cerita.
h. Gaya bahasa, yaitu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
i. Ritme atau irama, yaitu totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek, dan
cepat lambatnya suara waktu membaca puisi yang dibentuk oleh pengaturan larik.
j. Rima atau sajak, yaitu persamaan bunyi yang dapat terjadi di awal, tengah, dan
akhir.
2. Prosa Unsur
prosa
a. Plot atau alur cerita, yaitu urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita
b. Penokohan,yaitu cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh- tokoh dalam cerita.
c. Latar atau setting,yaitu segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita.
d. Tema, yaitu gagasan,ide,atau pikiran utama yang mendasari suatu karya.
e. Pesan atau amanat, yaitu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya.
f. Sudut pSaudarang, yaitu cara memSaudarang dan menhadirkan tokohtokoh cerita
dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
g. Konflik, yaitu penyajian tikaian dalam sebuah cerita.
3. Fabel
Fabel merupakan cerita rakyat menokohkan binatang sebagai lambing pengajaraan
moral.
4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang disetiap daerah dan menceritakan asal
usul atau legenda yang terjadi disuatu daerah; cerita yang berasal dari masyarakat dan
berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat merupakan bagian dari dongeng.
Unsur instrinsik
a. Tema
b. Alur
c. Latar
d. Tokoh dan penokohan
e. Sudut pandang
f. Amanat
Unsur Ekstrinsik
Adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut menetukan
bentuk dan isi suatu karya/cerita. Unsur-unsur eksttrinsik cerita rakyat, yaitu : agama,
politik, moral, aliran pengarang, psikologi, sejarah, sosial budaya, dan lain-lain.

Indikator
51. Menyelesaikan masalah terkait perbandingan dan skala dalam kontek bilangan.
52. Menyelesaikan masalah sehari-hari terkait pecahan dalam soal cerita.
53. Disajikan narasi pembelajaran tentang bilangan peserta dapat memperbaiki tahap
pembelajaran tentang pemecahan masalah bilangan
Materi Bilangan
Sub Materi
Pemecahan masalah matematis materi Bilangan ( bulat, pecahan, persen, perbandingan,
skala, KPK dan FPB)

Perbandingan senilai
Perbandingan senilai adalah suatu perbandingan yang apabila suatu nilai ditambah maka
jumlah pembandingnya juga bertambah.
Contoh
Jika harga 5 kg rambutan adalah Rp75.000,00, berapakah harga 7 kg
rambutan? Jawab :
5 kg = 75000
7 kg = ………
5/7 = 75000/x
5x = 7x75000
5x = 525000
X = 525000/5 X =
105000

Perbandingan berbalik nilai


Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan yang apabila nilainya ditambah maka nilai
pembandingnya berkurang.
Contoh :
Pada sebuah peternakan terdapat 40 ayam. Untuk 40 ayam tersebut disediakan sebuah
karung makanan ayam yang akan habis dalam waktu 5 hari. Karena adanya wabah virus,
ayam yang tersisa hanya 25 ayam. Cukup untuk berapa harikah satu karung pakan ayam?
Jawab :
40 ayam = 5 hari 25
ayam = ………
40/25=m/5
40x5=25m
200 = 25m m =
200/25
m=8

Skala

cara mudah mengingat


JP JP = jarak pada peta S
= skala
SJB JB = jarak sebenarnya
FPB dan KPK
SOAL KPK
Joko beli cilok setiap 4 hari sekali, Dodo beli cilok setiap 7 hari sekali dan Bowo beli cilok
setiap 6 hari sekali. Jika pada tanggal 23 januari 2018 mereka membeli cilok bersama
sama, pada tanggal berapa merekaakan datang beli cilok bersama-sama untuk yang ke 4
kalinya?
Jawab KPK dari 4, 6 dan 7 adalah 84.
4 = 22
6 = 2x3
7=7
KPK = 4 x 3 x 7 = 84
Keempat kalinya 84 x 3 = 252 hari.
Januari 31 – 23 =8
Februari = 28
Maret = 31
April = 30
Mei = 31
Juni = 30
Juli = 31
Agustus = 31
September = 30

2 Oktober
Soal FPB
Sebuah bak mandi mempunyai dua buah kran, yaitu kran besar dan kran kecil. Jika kran
kecil dibuka dan kran besar ditutup, bak mandi akan penuh setelah 60 menit. Jika kran
besar dibuka
dan kran kecil ditutup, bak mandi akan penuh dalam waktu 40 menit. Berapa menit
dibutuhkan untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka?
Jawab =
60 = 22 x 3 x 5
40 = 23 x 5
FPB 22 x 5 = 20

Indikator
54. Disajikan masalah kehidupan sehari hari tentang kesebangunan pada segitiga atau
segiempat peserta dapat menerapkan kesebangunan yang ada pada segitiga atau
segiempat yang diberikan
55. Disajikan masalah kehidupan sehari hari terkait bangun datar dan bangun ruang
peserta dapat membandingkan unsur-unsur matematis tentang segitiga, segi empat,
prisma dan limas
56. Diberikan paparan pendekatan berbasis konstruktivis dan materi bangun datar serta
bangun ruang peserta dapat merancang pembelajarannya
Materi Geometri
Sub Materi
Konsep teoritis dan pemecahan masalah matematis pada materi geometri (bangun datar,
dan bangun ruang khususnya segitiga, segi empat, prisma dan limas) dan menerapkan
dalam pembelajaran matematika di SD.

A. Kesebangunan pada segi empat


Kesebangunan dan kekongruenan biasanya digunakan untuk membandingkan
dua buah bangun datar/lebih dengan bentuk yang sama. Dua buh bangun datar dapat
dikatakan sebangun apabila: Panjang setiap sisi pada kedua bangun datar tersebut
memiliki nilai perbandingan yang sama. Sedangkan kongruen memiliki konsep yang
lebih mendetail, apabila dua buah/lebih bangun datar memiliki bentuk, ukuran, serta
besar sudut yang sama barulah mereka dapat disebut sebagai bangun datar yang
kongruen. Contoh:

Perhatikan bangun datar di bawah ini


Keduanya merupakan bangun datar yang.............................................
1. Perbandingan antara sisi terpanjang dengan sisi terpendek memiliki nilai yang sama
a. Perbandingan sisi terpanjang PQ dengan sisi terpendek QR = 39 : 13 = 3 : 1
b. Perbandingan sisi terpanjang KL dengan sisi terpendek LM = 24 : 8 = 3 : 1
c. Perbandingan sisi terpanjang RS dengan sisi terpendek RQ = 39 : 13 = 3 : 1
d. Perbandingan sisi terpanjang MN dengan sisi terpendek NK = 24 : 8 = 3 : 1
2. Besar sudut pada kedua persegi panjang tersebut memiliki nilai yang sama
Sudut P = sudut K, sudut Q = sudut L, sudut R = sudut M, sudut S = sudut N, karena
kedua persegi panjang tersebut hanya memiliki bentuk dan sudut yang sama besar
namun tidak memiliki ukuran yang sama, maka dua bangun datar tersebut tidak
bisa disebut kongruen.
Contoh soal!
Ada dua buah persegi panjang dengan ukuran yang berbeda ABCD dan KLMN,
persegi panjang ABCD memiliki panjang 16 cm, lebar 4 cm. Bila persegi panjang
ABCD sebangun dengan persegi panjang KLMN yang memiliki panjang 32 cm, maka
berapakah lebar persegi panjang KLMN?
karena sebangun maka berlaku rumus:
AB/KL = BC/LM
16/32 = 4/LM LM =
32 x 4/16 LM =
124/16
LM = 8 cm
B. Kesebangunan pada segitiga
Kesebangunan pada segitiga agak lebih sulit dicapai karena ada tiga buah sisi yang
harus sama perbandingannya.
Contoh segitiga yang sebangun:

Segitiga tersebut dapat dikatakan sebangun karena perbandingan sisi-sisinya sama


besar: sisi AC sesuai dengan sisi PR = AC/PR = 4 : 2
sisi AB sesuai dengan sisi PQ = AB/PQ = 8 : 4
sisi BC sesuai dengan sisi QR = BC/QR = 6 : 3
maka AC/PR = AB/PQ = BC/QR = 2 : 1
sudut A= sudut P, sudut B=sudut Q, sudut C=sudut R
Contoh soal

Diketahui segitiga ABC sebangun dengan segitiga KLM, maka berapakah panjang LM
dan MK?
AB/KL = BC/LM 18/6
= 15/LM
3 = 15/LM LM
= 15/3
LM = 5 cm
Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa perbandingan sisi pada kedua
segitiga tersebut adalah:
18 : 6 = 3 : 1
15 : 5 = 3 : 1
12 : MK = 3 : 1 MK
= 12/3
MK = 4 cm

Contoh soal

Perhatikan gambar diatas, tentukanlah berapa panjang


DE? Penyelesaian :
Diket :
AC = 10 cm AB = 6 cm CD = 16 cm Dit : DE ?
Jawab :
Perhatikan gambar diatas, dan perhatikan sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua
segitiga tersebut.
DE/CD = AB/BC
Karena kita butuh panjang BC, maka kita dapat mencarinya menggunakan
teorema pythagoras.
BC² = AC²-AB² BC²
= 10² – 6² BC² = 100
– 36
BC² = 64 BC =
√64 BC = 8
Selanjutnya kita kembali pada persamaan diatas untuk menghitung panjang
DE. DE/CD = AB/BC
DE/16 = 6/8
8×DE = 16×6
8×DE = 96 DE
= 96/8 DE = 12
Sehingga panjang DE adalah 12 cm.
C. Prisma

D. Limas
Limas adalah bangun ruang yang mempunyai alas berbentuk segi-n dan bidang tegak
nya berbentuk segitiga yang salah satu sudutnya bertemu di satu titik, titik tersebut
desebut dengan puncak limas. Tinggi limas merupakan jarak terpendek yang
dimiliki limas dari
puncak limas ke sisi alas. Tinggi limas harus tegak lurus dengan titik potong pada
bidang alasnya
Ciri-ciri limas :
a. Memiliki satu sisi alas dan tidak memiliki sisi atap (tutup)
b. Titik puncak dan titik sudut sisi alas dihubungkan oleh rusuk tegak.
c. Semua sisi tegak limas berbentuk segitiga

E. Pendekatan berbasis konstruktivisme


Proses pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme adalah
pembelajaran matematika yang tidak hanya menjadikan matematika sebagai pelajaran
menghafal rumus-rumus dan prosedural dalam mengerjakan soal. Karena menurut teori
belajar konstruktivisme pada dasarnya tiap individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukanlah
hasil “pemberian” orang lain, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran
siswa sendiri ketika ia berupaya mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada
kerangka kognitif yang sudah ada dalam pikirannya. Dalam pembelajaran guru tidak
hanya memindahkan pengetahuannya, akan tetapi guru hanya memfasilitasi siswa
dalam belajar. Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika, maka
diharapkan fenomena “fobia matematika” yang merajalela di kalangan siswa-siswa dan
fenomena pembelajaran matematika yang hanya mengedepankan pengembangan aspek
kognitif saja melalui proses prosedural di Indonesia sedikit demi sedikt dapat
dieliminasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan
konstruktivisme guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menentukan
metodemetode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep teori belajar
konstruktivisme. Kelemahan pendekatan konstruktivisme yang harus dapat disiasati
oleh guru antara lain, bagi siswa yang sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu,
maka siswa akan merasa kesulitan dalam menemukan jawabannya sendiri.
Cara Mengajarkan Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
Secara umum, Pembelajaran matematika dengan metode pendekatan konstruktivisme
meliputi empat tahap :
1. Tahap apersepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar
siswa), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematis
tentang fenomena yang sering dijumpai sehari – hari oleh siswa dan mengaitkannya
dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut,
2. Tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan menginterprestasikan data
dalam suatu
kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan
terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya,
3. Tahap diskusi dan penjelasan konsep siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasi siswa, di tambah dengan penguatan guru.
Selanjutnya, siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang
dipelajari, dan
4. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah–
masalah yang berkaitan dengan isu–isu dalam lingkungan siswa tersebut. (Horsley,
1990:59).
Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru agar dapat mengajarkan matematika
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelesaikan masalah matematika dengan caranya sendiri
dengan kemampuan yang dimiliki dalam pikirannya, artinya siswa diberi kesempatan
melakukan refleksi, interpretasi, berbahasa matematik, dan mencari strateginya yang
sesuai (berfikir alternatif). Rekonstruksi terjadi bila siswa dalam aktivitasnya melakukan
refleksi, interprestasi, dan internalisasi, rekonstruksi ini dimungkinkan terjadi dengan
probabilitas yang lebih besar melalui diskusi, baik dalam kelompok kecil maupun
diskusi kelas atau berbagai bentuk interaksi dan negosiasi.

Indikator
57. Disajikan tabel dan diagram yang tidak lengkap peserta dapat menganalisis nilai datanya.
58. Diberikan paparan data tentang kemampuan membagi bilangan pecahan peserta dapat
menyajikan dalam bentuk diagram batang/garis/lingkaran
Materi Statistika
Sub Materi
Ukuran pemusatan data dan pemecahan masalah matematis pada materi statistika.

Ukuran pemusatan data dan pemecahan masalah matematis pada materi statistika
Ukuran pemusatan data adalah nilai tunggal dari data yang dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas dan singkat mengenai keadaan pusat data yang dapat mewakili
seluruh data.
A. Rata-rata Hitung (mean)
Rerata atau mean merupakan salah satu ukuran gejala pusat. Mean merupakan wakil
kumpulan data.
Untuk menentukan rata-rata hitung data tunggal dapat diperoleh dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai data dan membagi dengan banyak data.
B. Median
Median (Me) adalah nilai tengah dari sekumpulan data yang telah diurutkan, mulai
dari data terkecil sampai dengan data terbesar.
C. Modus
Modus adalah untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau data yang
paling sering muncul. Modus ini bila dibandingkan dengan ukuran lainnya, tidak
tunggal adanya. Berarti sekumpulan data bisa mempunyai lebih dari sebuah Modus.
Contoh:
Diketahui : 65, 70, 90, 40, 40, 40, 40, 35, 45, 70, 80, 50.
Tentukan Modus dari data tersebut!
Setelah diurutkan datanya menjadi : 35, 40 , 40, 40, 40, 45, 50, 65, 70, 70,
80, 90 Jadi Mo = 40

Indikator
59. Disajikan masalah tentang gerak alat transportasi yang biasa ditemukan dalam
kehidupan sehari hari peserta dapat menentukan jarak, waktu dan kecepatannya
60. Disajikan barisan bilangan aritmatika peserta dapat menentukan rumus suku dan
jumlah ke n
Materi
Kapita Selekta
Sub Materi
Konsep teoritis dan pemecahan masalah matematis pada materi kapita selekta (pola
bilangan, aljabar, trigonometri dan logika)
Jarak, Waktu dan Kecepatan
Kecepatan menyatakan cepat atau lambat pergerakan sebuah benda. Semakin cepat benda
bergerak, maka angka kecepatannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin lambat
pergerakan sebuah benda, artinya angka kecepatannya akan semakin kecil.

Rumus Berpapasan
1. Rumus Berpapasan Jika Waktu Berangkat Sama
Kasus soal yang diberikan biasanya melibatkan dua orang yang berangkat dari arah
berlawanan dan melalui jalur yang sama. Kedua orang tersebut berangkat dengan waktu
keberangkatan yang sama. Ilustrasi kasus ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

Rumus menentukan waktu berpapasan dengan waktu keberangkatan sama adalah


sebagai berikut.
Contoh Soal 1

Dodi mengendarai sepeda dari rumahnya ke rumah temannya, Amar, dengan jarak
tempuh 10 km. Dari arah yang berlawanan, Amar mengendarai sepeda menuju rumah
Dodi. Kecepatan Dodi dan Amar berturut-turut adalah 18 km/jam dan 12 km/jam. Jika
keduanya sama-sama berangkat pukul 09.00, maka mereka akan berpapasan pukul ….
Jawab 09.20
2. Rumus Berpapasan Jika Waktu Berangkat Berbeda
Perhatikan ilustrasi pada kasus bagian ke dua di
bawah.

Rumus berpapasan untuk waktu keberangkatan berbeda adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 2
Dodi mengendarai sepeda dari rumahnya ke rumah temannya, Amar, dengan jarak
tempuh 18 km. Dari arah yang berlawanan, Amar mengendarai sepeda menuju rumah
Dodi. Kecepatan Dodi dan Amar berturut-turut adalah 16 km/jam dan 12 km/jam.
Jika Dodi berangkat pukul
08.00 dan Amar berangkat pukul 08.15 maka mereka akan berpapasan
pukul …. Jawab 08.45

Rumus Menyusul
Bentuk variasi soal seperti ini biasanya terkait permasalahan dua orang yang berangkat
dari arah sama dengan waktu dan kecepatan berbeda. Biasanya, kecepatan orang kedua
lebih besar dari kecepatan orang pertama. Pertanyaan yang sering diberikan adalah
pukul berapa orang ke dua dapat menyusul orang pertama yang telah berangkat terlebih
dahulu.
Perhatikan ilustrasinya pada gambar di bawah.
Rumus menyusul dapat dilihat pada persamaan di bawah.

Selisih jarak = kecepatan x selisih waktu


Contoh Soal 3
Ada dua bus yang akan sama-sama menuju Kota Bandung, sebut saja Bus A dan Bus B.
Kedua bus tersebut akan melalui rute yang sama. Bus A berangkat dari terminal
Yogyakarta dengan kecepatan 60 km/jam. Sedangkan bus B juga berangkat dari
Yogyakarta dengan kecepatan 75 km/jam. Jika bus A berangkat pukul 13.00 dan bus B
berangkat pukul 15.30 maka bus B dapat menyusul bus A pada pukul ….
Jawab. 17.30

Rumus Suku dan Jumlah ke n

Rumus Jumlah ke-n

Contoh
Tentukanlah jumlah semua bilangan asli antara 200 dan 299 yang habis
dibagi 6! Penyelesaian:
Sebelum menentukan jumlah semua bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis dibagi 6,
maka kita akan menentukan terlebih dahulu bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis
dibagi 6.
Bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis dibagi 6 adalah:
204, 210, 216, …, 294.
Berdasarkan barisan tersebut:
𝑎 = 204 𝑏 = 6 𝑈𝑛= 294
Sebelum menentukan jumlah, maka tentukan terlebih dahulu banyak suku pada barisan
tersebut atau kita akan mencari 𝑛.
Rumus Suku dari Barisan dan Deret Geometri

Jumlah ke n dari Barisan dan Deret Geometri

Contoh
Seutas tali dipotong menjadi 7 bagian dengan ukuran panjangnya membentuk deret
geometri. Jika panjang bagian tali yang terpendek adalah 3 cm dan panjang bagian tali
terpanjang adalah 192 cm, maka panjang tali seluruhnya adalah ….
Penyelesaian:
𝑎 = 3,𝑈𝑛 = 192, 𝑛 = 7.
Dari permasalahan tersebut yang belum diketahui adalah rasio, maka sebelum kita
menghitung jumlah panjang tali seluruhnya, kita akan menentukan ratio terlebih dahulu.
Indikator
61. Diberikan langkah metode ilmiah secara acak, peserta dapat mengurutkannya dengan
benar.
Materi Metode
ilmiah Sub Materi
Langkah metode ilmiah/Penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran

Langkah-langkah metode ilmiah. Berikut ini penjelasan setiap langkah.


1. Merumuskan Masalah, umumnya proses penelitian dimulai dengan merumuskan
masalah. Tahukah anda apa yang dimaksud dengan masalah? Dalam kajian ilmiah,
masalah didefinisikan sebagai sesuatu yang harus diteliti untuk memperoleh jawaban
atas suatu pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan ilmiah yang
bersifat terbuka yang memungkinkan adanya jawaban yang beragam. Rumusan
pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui eksperimen;
2. Menemukan Hipotesis, setelah berhasil merumuskan masalah, anda bisa mengajukan
jawaban sementara atas pertanyaan, yang bernama lain hipotesis. Tapi ingat Hipotesis itu
harus logis dan diajukan berdasarkan fakta;
3. Menetapkan Variabel Penelitian,Variabel percobaan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel
terikat/bergantung dan variabel tetap. Coba anda perhatikan, variabel tersebut adalah:
a) Variabel bebas, yaitu variabel yang sengaja dirubah untuk diamati pengaruhnya
terhadap hasil setiap percobaan yang dilakukan.
b) Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi yang akan diukur atau diamati
sebagai hasil percobaan.
c) Varibel tetap, yairtu variabel yang tidak dirubah sebagai kontrol dalam percobaan;
4. Menetapkan Prosedur Kerja, prosedur kerja merupakan langkahlangkah kerja yang
terperinci dan runtut. Urutan langkah kerja ini dibuat ringkas namun dapat
menggambarkan secara tepat
pekerjaan yang harus dilakukan. Data tersebut akan memudahkan pelaksanaannya,
langkah kerja sebaiknya dibuat dalam bentuk diagram alir;
5. Mengumpulkan data, setiap gejala yang terjadi dalam percobaan harus dicatat saat itu
juga. Dengan begitu, anda dapat memperoleh data yang lebih akurat. Selanjutnya, anda
perlu mengorganisasi untuk memudahkan dalam menganalisis dan mengumpulkan hasil
percobaan. Oleh karena itu, anda perlu menyiapkan tabel data pengamatan sebelum
melakukan percobaan;
6. Mengolah dan Menganalisis Data, tabel dan grafik merupakan alat yang sangat
bermanfaat untuk menyusun dan menganalisis data. Tabel dan grafik ini menampilkan
bagaimana variabel terikat berubah sebagai respon terhadap perubahan variabel bebas.
Analisis data juga dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk
pengolahan data;
7. Membuat Kesimpulan, hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan.
Pola ini dapat dijadikan landasan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah
suatu pernyataan yang merangkum apa yang sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian.
Dalam menyusun suatu kesimpulan, Anda harus memutuskan apakah data yang
dikumpulkan mendukung hipotesis atau tidak. Hipotesis berfungsi untuk memandu
peneliti/siswa tentang variabel yang akan diteliti. Selain itu, Anda juga harus mengulang
suatu penelitian beberapa kali sebelum dapat menarik suatu kesimpulan;
8. Mengkomunikasikan Hasil Penelitian, mengapa harus mengkomunikasikan penelitian?
Sosialisasi hasil penelitian penting dilakukan agar hasil penelitian Anda diketahui pihak
lain. Bagaimanakah cara mengomunikasikan suatu hasil penelitian? Suatu hasil
penelitian dapat dikomunikasikan melalui dua cara, yaitu tertulis dan lisan.

Indikator
62. Diberikan suatu gambar model sistem organ pernafasan, peserta dapat menjelaskan
proses pernafasan perut.
63. Diberikan beberapa pernyataan tentang pengalaman dan pengetahuan tentang proses
makan makanan, peserta dapat memilih rumusan tentang pencernaan yang tepat.
64. Diberikan fenomena tentang tekanan diastole/sistole, peserta dapat menafsirkan hal-hal
yang terjadi pada bagian-bagian jantung
65. Diberikan pernyataan tentang rongga dada, peserta dapat mengidentifikasi tulang-
tulang yang membentuk rongga dada
Materi
Sistem organ pada manusia
Sub Materi
Sistem organ pernapasan, pencernaan, peredaran darah dan Sistem rangka

Organ Pernafasan
Organ pernapasan manusia terdiri dari hidung dan rongga hidung, tenggorokan (faring),
batang tenggorokan (laring) trachea, bronchus, bronciolus, alveolus paru-paru. Berikut
adalah bagian- bagian organ alat pernapasan pada manusia, perhatikan gambar di bawah
ini.
Mekanisma Proses Pernapasan
Proses respirasi terdiri atas dua pengertian, yaitu:
a. Respirasi Internal
Respirasi ini merupakan proses masuknya oksigen dari dalam darah ke jaringan (sel) dan
keluarnya karbondioksida dari jaringan (sel) ke dalam darah. Oksigen yang masuk ke
dalam s oksidasi yang menghasilkan energi. Proses respirasi berlangsung pada organ sel
yang disebut mitokondria dan terjadi melalui empat tahap reaksi, yaitu:
1) tahap glikolisis
2) tahap antara glokolisis dan siklus Krebs
3) tahap siklus Krebs disebut juga siklus asam sitrat.
4) tahap sistem sitokrom
Dari empat tahap kejadian di atas, respirasi mempunyai persamaan kimia sebagai berikut:

b. Respirasi Eksternal
Merupakan proses masuknya oksigen dari udara luar melalui alat pernapasan ke dalam
darah dan keluarnya karbondioksida dan air dari darah ke alat pernapasan.
Dilihat dari proses pengambilan udara pernapasan, ada dua macam respirasi, yaitu:
1) Pernapasan perut, melibatkan otot diafragma, mekanismanya dibedakan menjadi:
a) Fase inspirasi, otot diagfragma berkontraksi sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada mengecil udara dari luar masuk membawa
O2 ;
b) Fase ekspirasi, diagfragma relaksasi rongga dada mengecil, akibatnya tekanan
dalam rongga dada membesar dan udara keluar membawa CO2.
2) Pernapasan dada, melibatkan otot antar tulang rusuk, mekanismanya dibedakan
menjadi:
a) Fase inspirasi, otot antar tulang rusuk berkontraksi, sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan udara rongga dada mengecil dan udara masuk
membawa oksigen;
b) Fase ekspirasi, otot antar tulang rusuk relaksasi, akibatnya tekanan dalam rongga
dada membesar dan udara keluar membawa CO2
Sistem Pencernaan
Sistem organ pencernaan pada manusia berfungsi menguraikan makanan secara
mekanik dan secara kimiawi menjadi moleku1- molekul yang kecil sehingga dapat diserap
oleh usus, dan diedarkan oleh sistem peredaran darah ke seluruh jaringan tubuh. Sari
makanan berfungsi sebagai sumber energi untuk kegiatan metabolisme, untuk
pertumbuhan sel-sel, dan untuk membangun serta mengganti sel-sel yang rusak. Ada
beberapa organ-organ yang berperan dalam sistem pencernaan manusia. Jika diurutkan
dari prosesnya, organ penyusun sistem pencernaan pada manusia adalah mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Terdapat pula enzim-enzim yang
memiliki fungsi masing-masing dalam pencernaan.
Selain itu juga terdapat organ-organ penunjang lain dalam proses pencernaan
manusia yang disebut sebagai organ pelengkap atau aksesori, di antaranya yaitu lidah gigi,
kelenjar air liur, kantung empedu, hati dan pancreas.
Pencernaan mekanik terjadi mulai di dalam mulut dan lambung. Proses yang terjadi
di dalam mulut melibatkan gigi untuk gerakan mekanik dalam mencerna makanan.
Sementara itu, di lambung terjadi pencernaan mekanik yang berupa gerakan seperti
mengaduk atau meremas makanan. Gerakan mekanik di dalam lambung tersebut
digerakkan oleh otot polos yang disebut sebagai gerakan peristaltik.
Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim. Enzim merupakan protein yang berfungsi
sebagai biokatalis di dalam tubuh. Enzimenzim yang berperan dalam proses pencernaan
secara kimiawi, antara lain: Maltase, protease, lipase. Amilase.

Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular).
Sistem kardiovaskular bertanggung jawab dalam memompa dan mengedarkan darah ke
seluruh tubuh (sirkulasi darah). Darah sendiri merupakan sarana transportasi bagi oksigen,
karbon dioksida, nutrisi, hormon, serta berbagai zat lainnya, dari dan ke seluruh tubuh.
Sistem kardiovaskular dikenal juga dengan sebutan sistem sirkulasi atau sistem
peredaran darah. Tugas sistem kardiovaskular adalah untuk memompa dan mengalirkan
darah ke seluruh tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan
darah.
Dalam mekanisma kerjanya jantung memiliki dua siklus jantung, siklus tersebut
menunjukkan urutan kejadian yang terjadi saat jantung berdetak secara sistemik.
Berikut dua fase siklus jantung, yaitu:
(1) Sistol, jaringan otot jantung berkontraksi untuk memompa darah keluar dari ventrikel.
(2) Diastol, otot jantung rileks terjadi pada saat pengisian darah di jantung
Tekanan darah meningkat di arteri utama selama sistol ventrikel dan menurun selama
diastol ventrikel. Hal ini menyebabkan 2 angka yang terkait dengan tekanan darah. Tekanan
darah sistolik adalah angka yang lebih tinggi dan tekanan darah diastolik adalah angka
yang lebih rendah. Misalnya, tekanan darah 120/80 mmHg menggambarkan tekanan
sistolik (120 mmHg) dan tekanan diastolik (80mmHg).
Tekanan darah normal menunjukkan sistolis 120 mm Hg dan Diastolis 80 mm Hg
pada jantung dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur Tensimeter, ketika seseorang
yang memiliki tekanan di atas normal maka orangnya menderita Hipertensi (tekanan darah
tinggi) demikian pula ketika di bawah tekanan darah normal orangnya menderita Hipotensi
(tekanan darah rendah). Menurut American Heart Association, denyut jantung istirahat
rata-rata: Anak- anak 10 tahun, dewasa yang lebih tua, dan manula: 60-100 denyut per
menit (Beats Per Minute) Atlet pro terlatih adalah 40- 60 denyut per menit (BPM). Mengapa
denyut jantungnya berbeda?
Sirkulasi sistemik. Disebut juga dengan peredaran besar, merupakan sirlukasi darah
yang mencakup seluruh tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah yang mengandung
oksigen mengisi serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis, usai melakukan pelepasan
karbon dioksida di paru-paru. Kemudian, darah yang sudah berada di serambi kiri
diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah utama (aorta). Darah yang dipompa melewati aorta akan terus mengalir hingga ke
bagian paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan berbagai zat yang dibawanya
ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir kembali menuju serambi kanan jantung untuk
mengalami proses pembersihan darah.
Sirkulasi pulmonal (paru). Disebut juga dengan peredaran darah kecil, ini merupakan
sirkulasi darah dari jantung menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung
saat darah yang mengandung karbon dioksida dari sisa metabolisme tubuh kembali ke
jantung melalui pembuluh vena besar (vena cava). Lalu, memasuki serambi kanan dan
diteruskan ke bilik kanan jantung. Selanjutnya, darah yang sudah berada di bilik kanan
akan dialirkan ke paru- paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakukan pertukaran gas
karbon dioksida dengan oksigen. Setelah itu, darah bersih yang kaya oksigen akan
memasuki serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.
Sirkulasi koroner. Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan
asupan oksigen dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang
menutrisi jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke otot-otot jantung. Maka dari itu,
sumbatan pada arteri koroner bisa mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung,
sehingga meningkatkan risiko terkena serangan jantung
Tulang-Tulang Yang Membentuk Rongga Dada
Tulang dada
Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada sisi kiri dan
kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan rusuk,
tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah
besar dari kerusakan
Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:
tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat melekatknya
tulang rusuk yang pertama dan kedua
Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang rusuk
ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.
Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada.
Tulang ini terbentuk dari tulang rawan
Tulang Rusuk

Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-sama dengan tulang dada
membentuk rongga dada untuk melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk
dibedakan atas tiga bagian yaitu:
Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang
berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya berhubungan
dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan
Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek
dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas
tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang
rawan yang melekatkannya pada satu titik di tulang dada
Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang
berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas.
Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya
1). melindungi jantung dan paru-paru dari
goncangan. 2). melindungi lambung, limpa dan ginjal.
3). membantu pernapasan.

Indikator
66. Disajikan data terkait faktor yang mempengaruhi konduktivitas beberapa benda,
peserta dapat menentukan perbedaan konduktivitasnya
67. Disajikan nama beberapa benda, peserta dapat mengelompokkan dengan memberikan
alasan/dasar pengelompokannya
Materi
Struktur benda dan sifatnya
Sub Materi
Klasifikasi materi berdasarkan struktur / kemampuan menghantarkan panas

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konduktivitas Listrik


Faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi seberapa baik bahan menghantarkan listrik.

Temperatur: Mengubah suhu perak atau konduktor lain dapat mengubah konduktivitasnya.
Secara umum, peningkatan suhu menyebabkan eksitasi termal atom dan menurunkan
konduktivitas karena meningkatkan resistivitas. Hubungannya linear, tetapi munkin
berbeda pada suhu rendah.
Pengotor: Menambahkan ketidakmurnian ke konduktor menurunkan konduktivitasnya.
Sebagai contoh, perak sterling tidak sebagus konduktor seperti perak murni. Perak yang
teroksidasi tidak sebaik konduktor seperti perak yang tidak ternoda. Kotoran menghambat
aliran elektron.
Struktur dan fase kristal: Jika ada fase material yang berbeda, konduktivitas akan sedikit
melambat pada antarmuka dan mungkin berbeda dari satu struktur dibanding struktur
lainnya. Cara bahan telah diproses dapat mempengaruhi seberapa baik ia menghantarkan
listrik.
Medan elektromagnetik: Konduktor menghasilkan medan elektromagnetik mereka sendiri
ketika listrik melaluinya, dengan medan magnet yang tegak lurus dengan medan listrik.
Medan elektromagnetik eksternal dapat menghasilkan magnetoresistance, yang dapat
memperlambat aliran arus.
Frekuensi: Jumlah siklus osilasi arus listrik bolak-balik per detik adalah frekuensinya
dalam hertz. Di atas tingkat tertentu, frekuensi tinggi dapat menyebabkan arus mengalir di
sekitar konduktor dan bukan melewatinya (efek kulit). Karena tidak ada osilasi dan
karenanya tidak ada frekuensi, efek kulit tidak terjadi pada arus searah.

Klasifikasi materi berdasarkan struktur / kemampuan menghantarkan panas


1. Konduktor panas adalah suatu benda yang mampu menghantarkan energy panas.
Contoh benda konduktor seperti besi, aluminium, seng, tembaga batu, baja, dan
lainya.
2. Isolator panas adalah suatu benda yang tidak mampu menghantarkan energy
panas. Contoh benda isolator panas seperti kayu, kertas, plastik, karet, kain,
dan lainya.

Indikator
68. Disajikan cerita tentang dua orang yang menimba air dengan cara yang berbeda, yang
satu menimba langsung dengan menggunakan tali satunya lagi menggunakan katrol,
peserta dapat membandingkan besar keuntungan mekaniknya.
Materi
Gaya dan Energi Sub
Materi Pesawat
Sederhana

Keuntungan Mekanis Katrol Tetap

Katrol tetap diambil dari jenis katrol sesuai dengan sifatnya, yaitu letaknya berada pada
posisi yang sama. Kedudukan atau posisi dari katrol tetap dibuat selalu sama dan tidak
berpindah. Titik tumpu katrol tetap berada di tengah katrol.

Jarak titik tumpu sistem katrol tetap dan titik beban disebut lengan beban, yang biasa
ditulis . Sedangkan jarak titik tumpu sistem katrol tetap dan titik kuasa disebut lengan
kuasa, yang biasa
ditulis . Dalam katrol tetap ada gaya beban dan gaya kuasa. Gaya bebas merupakan gaya
yang bekerja pada beban w. Gaya kuasa adalah gaya yang diberikan pada sistem.

Gambar keterangan katrol tetap dan persamaan keuntungan mekanis katrol tetap
diberikan seperti berikut.

Keterangan:
 A = titik beban
 B = titik kuasa
 O = titik tumpu
 OA = lengan beban (lb)
 OB = lengan kuasa (lk)
 Fb = gaya beban (W)
 Fk = gaya kuasa (F)

Diketahui bahwa keuntungan mekanis katrol tetap sama dengan satu. Artinya, gaya yang
diperlukan untuk mengangakat beban w sama dengan gaya bebannya. Kondisi ini diperoleh
dari persamaan keuntungan mekanis katrol, seperti berikut ini.

Terbukti bahwa gaya beban sama dengan gaya kuasa.

Keuntungan Mekanis Katrol Bebas/Bergerak

Dinamakan katrol bebas atau katrol bergerak karena posisi katrol berubah-ubah sesuai
gerak benda. Jika benda bergerak naik maka katrol bebas juga akan bergerak naik.
Demikian pula untuk saat benda bergerak turun, katrol bergerak akan mengikuti gerak
benda turun.

Gambar keterangan dan persamaan keuntungan mekanis katrol bebas/katrol bergerak


diberikan seperti berikut.
Keterangan:
 A = titik beban
 B = titik kuasa
 O = titik tumpu
 OA = lengan beban (lb)
 OB = lengan kuasa (lk)
 Fb = gaya beban (W)
 Fk = gaya kuasa (F)
Perhatikan bahwa lengan kuasa sama dengan dua kali lengan beban. Karena OA = OB,
merupakan jari-jari katrol. Dengan demikian berlaku persamana berikut.
lk = 2lb
Sehingga, keuntungan mekanis katrol bebas sama dengan 2 (dua). Artinya, gaya yang
diperlukan untuk mengangakat beban w sama dengan setengah bebannya. Kondisi ini
diperoleh dari persamaan keuntungan mekanis katrol, seperti berikut ini.

Terbukti bahwa gaya kuasa sama dengan setengah gaya beban.

Keuntungan Mekanis Sistem Katrol

Sistem katrol merupakan kombinasi dari dua jenis katrol, baik dari kombinasi katrol tetap,
kombinasi katrol bebas, atau kombinasi dari kedua jenis katrol ini. Dalam sebuah sistem
katrol, banyaknya katrol yang digunakan tidak ada ketentuan. Meskipun begitu, biasanya
digunakan katrol sebanyak lebih dari dua.
Keuntungan mekanis sistem katrol dinyatakan oleh banyaknya tali yang menopang beban.
Semakin banyak tali yang menopang benda. Keuntungan mekanis sistem katrol akan
semakin besar. Artinya semakin sedikit usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat beban.
Sistem katrol biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang sangat berat. Biasanya
terdapat di tempat kerja yang melibatkan alat berat.

Perhatikan contoh cara menentukan keuntungan mekanis sistem katrol pada gambar di
bawah.

Berdasarkan gambar di atas, jumlah tali yang menopang benda ada sebanyak empat tali
yang terhubung melalui katrol. Dengan demikian, sistem katrol di atas memiliki
keuntungan mekanis sebesar 4 (empat). Besar gaya yang diperlukan untuk mengangkat
beban adalah seperempat dari berat benda w.

Keuntungan Mekanis Katrol (Roda) Bergandar

Katrol bergandar atau sering disebut roda bergandar merupakan kombinasi katrol yang
disatukan dalam satu sumbu poros. Biasanya terdiri atas katrol dengan beda ukuran, katrol
besar dan katrol kecil. Katrol besar berhubungan dengan gaya yang bekerja. Pada katrol
kecil menopang beban.

Keuntungan mekanis katrol bergandar dinyatakan sebagai perbandingan jari-jari katrol


besar (R) dan jari-jari katrol kecil (r).
Indikator
69. Disajikan gambar tentang proses perubahan energi pada pembangkit listrik (angin atau
air atau matahari atau uap), peserta dapat menganalisis perubahan energi apa yang
terjadi pada setiap tahapannya.
70. Disajikan grafik hubungan antara waktu pemanasan dan perubahan suhu suatu zat
cair yang massanya berbeda, peserta dapat menentukan mana yang memerlukan kalor
lebih besar
Materi
Gaya dan Energi Sub
Materi Perubahan
energi

PERUBAHAN ENERGI PADA PEMBANGKIT LISTRIK


Kita ketahui bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahakan namun
dapat berubah bentuk. Jadi, energi hanya berubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk
energi lainnya. Perubahan energi tersebut sangat berguna bagi manusia.
Salah satu kegunaan perubahan energi adalah untuk memperoleh energi listrik yang kita
gunakan sehari – hari dari energi lainnya. Energi listrik tidak langsung hadir namun kita
perlu menghasilkan energi listrik dari energi lainnya, misalnya saja energi gerak pada angin
yang dirubah menjadi energi listrik. Berikut adalah perubahan – perubahan energi yang
terjadi pada pembangkit listrik :
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Pembangkik listrik tenaga air biasanya menggunakan aliran air sungai untuk
menggerakkan turbin sehingga turbin akan menghasilkan listrik. Dengan demikian kita
dapat menikmati listrik di rumah. Jadi perubahan energinya adalah dari energi gerak
(kinetik) langsung ke energi listrik. energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga angin
Sama dengan pembangkit listrik tenaga angin, pembangkit listrik ini juga langsung
mengubah energi kinetik menjadi energi listrik.
energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
Pada pembangkit listrik tenaga uap, ia memperoleh energi dari uap yang dihasilkan. Namun
prosesnya tidak secepat itu, uap yang di hasilkan harus dari bahan bakar yaitu misalnya
saja bahan bakar batu bara yang biasa digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap di
Indonesia. Jadi dari energi kimia, lalu ke energi panas, setelah itu ke energi kinetik ( dari
uap tadi ), lalu menghasilkan energi listrik.
energi kimia → energi panas → energi kinetik → energi
listrik Pembangkit listrik tenaga panas bumi
pada dasarnya pembangkit ini sama saja dengan pembangkit tenaga uap, namun uap yang
digunakan langsung berasal dari perut bumi sehingga tidak memerlukan energi kimia. Jadi
dari energi panas ke energi kinetik lalu ke energi listrik.
energi panas → energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
Pada pembangkit ini ia menggunakan bahan bakar seperti solar untuk menggerakkan
piston agar memperoleh listik. Biasanya pembangkit listrik jenis ini hanya untuk daerah
terpencil. Jadi prosesnya adalah energi kimia diubah menjadi energi gerak lalu diubah lagi
ke energi listrik. energi kimia → energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga ombak
Pembangkit listrik yang satu ini cukup menjanjikan karena dengan menggunakan ombak
akan memperoleh listik. Pembangkit listrik ini mendapatkan energi dari gerakan ombak
yang naik turun untuk memperoleh tekanan udara sehingga dapat memutar generator.
Prosesnya adalah energi kinetik diubah menjadi energi listrik.
energi kinetik → energi listrik

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)


Cara kerja pembangkit listrik ini sama dengan pembangkit listrik tenaga uap namun
memperoleh panas bukan dari bahan bakar fosil melainkan dari nuklir. Prosesnya adalah
energi nuklir diubah menjadi energi panas, kemudian energi panas diunah menjadi energi
kinetik. Terakhir energi kinetik akan diubah menjadi energi listrik.
energi nuklir → energi panas → energi kinetik → energi listrik

Grafik hubungan antara waktu pemanasan dan perubahan suhu suatu zat cair yang
massanya berbeda, peserta dapat menentukan mana yang memerlukan kalor lebih besar

Indikator
71. Disajikan data tentang keterkaitan hari raya Idul Fitri dua tahun berturut-turut
(misalnya 1440 H dengan 1441 H) dengan kalender masehi, peserta dapat
mengidentifikasi perbedaan kalender Masehi dengan kalender Hijriyah.
Materi Mengenal
Bumi Sub Materi
Gerak bumi dan fungsinya

Mengidentifikasi perbedaan kalender Masehi dengan kalender Hijriyah.


Untuk lebih menjelaskan perbedaan terkait keduanya, kami akan mencoba untuk
membahas perbedaan keduanya menjadi beberapa bagian. baik, berikut
pembahasannya.
Sistem penanggalan.
Pada sistem kalender hijriyah, penanggalan di dasarkan dari pergerakan bulan yang
mengelilingi hari. Sedangkan pada sistem kalemder masehi, sistem penanggalan nya
didasarkan pada perputaran bumi mengelilingi matahari.
Jumlah hari dalam satu bulan dan satu tahun.
Kalender hijriah memiliki jumlah hari dalam 1 tahun adalah 354-355 dan dalam 1
bulan memiliki jumlah hari 29-30 hari. Sementara pada kalender masehi memiliki
jumlah 365 hari (kecuali tahun kabisat sejumlah 366 hari). Dan sejumlah 30 - 31 hari
selama 1 bulan (kecuali februari 28 hari).
Awal penanggalan.
Kalender hijiriah berawal dari peristiwa hijrahnya nab Muhammad SAW dari Mekkah ke
madinah yang terjadi pada tahun 622 Masehi. Sementara pada kalender masehi berawal
pada peristiwa lahirnya nabi Isa Almasih AS.
Penentuan hari baru.
Pada kalender masehi, hari baru di mulai pada jam 00.00 atau jam 12 dini hari.
Sementara pada kalender hijriah, hari baru dimulai pada saat tenggelamnya matahari.

Nama bulan dan hari.


Nama bulan dari kalender hijriah adalah Muharram, Shafar, Robiul awal, Robiul Akhir,
Jumadil awal, Jumadil akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Zulqoidah, dan Zulhijjah.
Sedangkan psda kalender Masehi, tentu kita sudah tau sama-sama. Yaitu : Januari,
Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan
Desember. Selanjutnya adalah nama hari. Nama hari dari kedua kalender tersebut adalah
Ahad (Minggu), Itsnayn (Senin), Tsalaatsa (Selasa), Arba'aa (Rabu), Khamsatun (Kamis),
Jum'a (Jumat), dan Sabt (Sabtu).

Indikator
72. Disajikan data tentang kasus terjadinya bencana alam dipermukaan bumi, peserta
dapat menganalisis proses alam Endogen atau Eksogen keterkaitan dengan bencana
alam tersebut.
73. Disajikan kasus tentang kependudukan di wilayah Indonesia, peserta dapat
menganalisis persebaran penduduk Indonesia.
74. Disajikan data tentang permasalahan kependudukan di wilayah Indonesia, peserta
dapat mengevaluasi kualitas penduduk Indonesia.
Materi
Manusia, tempat dan Lingkungan
Sub Materi
Proses pembentukan muka bumi (Proses Alam Endogen dan Proses alam
Eksogen)/Kependudukan (Dinamika kependudukan, Persebaran Penduduk, komposisi
penduduk, pertumbuhan dan kualitas penduduk, keragaman)

Proses pembentukan muka bumi


A. Bumi
Di setiap proses pembentukan permukaan bumi, tenaga endogen adalah pembentuk muka
bumi yang paling awal. Selanjutnya pembentukan bumi dengan tenaga eksogen
mengubah bentuk bumi yang telah dibuat oleh tenaga endogen. Dalam paparan berikut :
1) Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi. Dalam proses
pembentukan muka bumi, tenaga endogen dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
(a) Tektonisme adalah gerakan yang berasal dari panas yang ada di dalam bumi yang
kemudian mendorong vertikal dan hoisontal.
(b) Vulkanisme adalah magma yang berada di dalam bumi mengalami pergerakan.
(c) Seisme adalah gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat dari
proses patahan dan lipatan.
2) Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Pada proses pembentukan
muka bumi melalui tenaga eksogen dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut:
(a) Sedimentasi, dimana batu - batuan maupun sisa makhluk hidup mengalami
pengendapan.
(b) Erosi, adalah proses pengikisan di permukaan bumi akibat dari pengaruh angin,
air dan gletser. Erosi terdiri dari :
(1) Ablasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh air
(2) Abrasi adalah proses pengikisan oleh air laut
(3) Eksarasi adalah proses pengikisan oleh gletser
(4) Deflasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh angin
3) Dampak Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen
Dampak positif dan negatif dari tenaga endogen dan eksogen sebagai berikut :
(a) Dampak positif tenaga endogen dan eksogen
(1) Akibat dari pelapukan akan mengahsilkan bentuk muka bumi yang indah.
(2) Akibat sedimentasi tanah menjadi subur.
(3) Akibat gunung meletus menjadi daerah sekitar menjadi subur dan
material gunung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
(4) Patahan yang terjadi di dalam bumi akan menghasilkan permukaan bumi
yang sangat unik.
(b) Dampak negatif tenaga endogen dan eksogen
(1) Akibat letusan gunung merapi menyebabkan kerusakan lahan akibat
awan panas dan lahar.
(2) Gempa yang dihasiilkan merusak bangunan yang ada di permukaan bumi.
(3) Terjadi erosi secara terus menerus menyebabkan tanah kehilangan daya
suburnya.
B. Penduduk
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi
secara tetap dan memiliki kepentingan yang sama. Sedangkan penduduk adalah semua
orang yang
menempati suatu wilayah hukum tertentu dan waktu tertentu sehingga kita akan
mengenal istilah penduduk tetap dan penduduk tidak tetap. Penduduk yang mendiami
wilayah suatu negara sering memunculkan berbagai macam dinamika kependudukan.
Dinamika penduduk yang mendiami bumi ini dipelajari dalam rangka mengkaji
persebaran penduduknya.
1) Dinamika Penduduk
Cara yang digunakan dalam dinamika penduduk, yaitu:
a) Kelahiran (Fertilitas)
b) Kematian (Mortalitas)
c) Migrasi
d) Pertumbuhan Penduduk
e) Kepadatan Penduduk
f) Persebaran Penduduk Tidak Merata
2) Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk dapat dikatakan sebagai mutu penduduk atau mutu sumber daya
manusia yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kualitas fisik penduduk yang
mencakup pemenuhan gizi, kesehatan, kematian dan harapan hidup pada waktu
lahir; dan kualitas nonfisik penduduk yang mencakup pendidikan, latihan kerja dan
sikap (keinginan atau dorongan).

Indikator
75. Disajikan peristiwa sejarah nasional, peserta dapat mengelompokkan peristiwa tersebut
berdasarkan metode sejarahnya.
Materi
Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan
Sub Materi
Metode Sejarah (heuristic, kritik, interpretasi, dan penulisan kisah sejarah) dan Konsep
Keberlanjutan

Metode Sejarah
Metode sejarah terdiri dari teknik dan pedoman yang digunakan sejarawan terhadap
sumber primer dan bukti lainnya termasuk juga bukti arkeologi. Dalam metode sejarah
terdapat empat tahapan yang harus dilewati. Keempat tahapan tersebut yakni heuristik,
kritik atau verifikasi, interpretasi dan historiografi.
1) Heuristik
Heuristik berasal dari kata bahasa Yunani heuriskein yang berarti menemukan atau
memperoleh. Heuristik diartikan sebagai tahapan menemukan dan menghimpun
sumber, informasi, jejak masa lampau. Jadi, heuristik merupakan tahapan proses
mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Di samping sumber tertulis, terdapat pula
sumber lisan. Sejarah lisan merupakan cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang
disampaikan secara lisan. Sejarah lisan diperlukan untuk melengkapi sumber-sumber
tertulis. Dalam sejarah lisan terdapat informasi-informasi yang tidak tercantum
dalam sumber-sumber tertulis. Untuk
mendapatkan informasi itu, penulis harus melakukan wawancara dengan nara sumber
yang disebut sebagai pengkisah dengan menggunakan alat rekam dan kaset.
2) Kritik
Tahapan yang kedua adalah kritik. Dalam tahap ini, sumber-sumber yang yang telah
diperoleh melalui tahapan heuristik kemudian diverifikasi. Dalam tahap verifikasi
terdapat dua macam kritik yakni kritik ekstern untuk meneliti otentisitas atau keaslian
sumber dan kritik intern untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005).
Singkatnya, tahapan kritik ini merupakan 11 tahapan untuk memilih sumber-sumber
asli dari sumber-sumber palsu. Untuk mendapatkan fakta sejarah perlu melakukan
proses koroborasi yaitu buktibukti (evidence) sejarah yang membenarkan atau
memperkuat suatu pernyataan (statement).
3) Interpretasi
Tahapan selanjutnya dari metode sejarah adalah interpretasi. Interpretasi adalah
tahapan atau kegiatan dalam menafsirkan fakta-fakta dan menetapkan makna serta
saling keterhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Terdapat dua macam interpretasi
yakni analisis yang berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Melalui
tahapan interpretasi inilah, kemampuan intelektual seorang sejarawan diuji. Sejarawan
dituntut untuk dapat berimajinasi dengan membayangkan bagaimana peristiwa pada
masa lalu itu terjadi. Namun, bukan berarti imajinasi yang bebas seperti seorang
sastrawan. Imajinasi seorang sejarawan dibatasi oleh fakta-fakta yang ada yang ia
peroleh dalam tahap-tahap sebelumnya.

4) Historiografi
Tahapan yang keempat adalah historiografi. Historiografi (Gottschalk, 2006) adalah
rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperolah dengan
menempuh proses pengujian dan proses penganalisisan secara kritis melalui rekaman
dan bukti peninggalan masa lampau. Dalam melakukan penulisan sejarah, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
(1) penyeleksian atas fakta-fakta, untaian fakta-fakta yang dipilih berdasarkan dua
kriteria: relevansi peristiwa-peristiwa dan kelayakannya;
(2) imajinasi yang digunakan untuk merangkai fakta-fakta yang dimaksudkan untuk
merumuskan suatu hipotesis; dan
(3) kronologis. Dalam tahap historiografi ini, seluruh imajinasi dari serangkaian fakta
yang ada dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Potongan-potongan fakta sejarah
ditulis hingga menjadi sebuah tulisan kisah sejarah yang kronologis.
Tahapan-tahapan dalam metode sejarah yang dijelaskan di atas merupakan tahapan
untuk mempermudah sejarawan melakukan penelitian, mulai dari proses pengumpulan
sumber- sumber, memilih sumber-sumber asli, menginterpretasikan sumber-sumber
hingga akhirnya penuangan ke dalam bentuk penulisan sejarah.

Indikator
76. Diberikan sebuah kasus tentang sistem sosial pada masyarakat, peserta dapat
mengidentifikasi nilai dan norma pada masyarakat.
Materi
Sistem Sosial dan Budaya
Sub Materi
Interaksi sosial/Nilai nilai dan Norma

NILAI DAN NORMA PADA MASYARAKAT NILAI


Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan buruk di dalam masyarakat. Nilai
dapat dijadikan dasar pertimbangan setiap individu dalam menentukan sikap serta
mengambil keputusan. Menurut Clyde Kluckhohn, nilai sosial dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan tata nilai di antara
kelompok masyarakat.

Ciri-ciri Nilai Sosial


1. Terbentuk melalui proses interaksi sosial di masyarakat. Contohnya, nilai adab makan
dan minum yang dipelajari seseorang dari kecil melalui interaksi dengan orang tuanya di
rumah.

2. Mempengaruhi kepribadian seseorang sebagai anggota masyarakat. Contohnya, nilai-


nilai yang mengutamakan kepentingan bersama, seperti sikap tolong-menolong kepada
teman atau tetangga yang sedang kesusahan dapat membuat seseorang menjadi lebih
peduli secara sosial.

3. Memiliki dampak atau pengaruh yang berbeda-beda terhadap tindakan. Contohnya,


seseorang yang mengutamakan nilai kejujuran pasti tidak akan berbuat curang atau
bohong di setiap tindakannya.

4. Berbeda-beda di setiap kelompok masyarakat. Hal ini ada kaitannya dengan budaya
(kebiasaan) yang ada di kelompok masyarakat tersebut. Contohnya, masyarakat Jepang
sangat patuh terhadap peraturan/tata tertib lalu lintas. Sementara di Indonesia, masih
banyak pengendara yang menerobos lampu merah.

Macam-macam Nilai Sosial


1. Nilai material, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi tubuh manusia.
Contohnya, barang-barang kebutuhan pokok, pakaian, obat-obatan, dsb.

2. Nilai vital, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan
aktivitasnya. Contohnya, buku dan perlengkapan alat tulis bagi pelajar, komputer bagi
orang yang bekerja di bidang IT, barang-barang perkakas untuk orang pekerja bangunan,
dsb.

3. Nilai kerohanian, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia.
Nilai ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

 Nilai kebenaran yang bersumber dari akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta
yang telah terjadi.
 Nilai keindahan yang berhubungan dengan ekspresi (perasaan) seseorang mengenai
keindahan suatu hal, seperti karya seni.
 Nilai moral yang bersumber dari perilaku baik dan buruknya seseorang.
 Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan apa itu nilai sosial, ciri-ciri, serta macam-macamnya.
Ternyata, nilai sosial ini memiliki hubungan terhadap norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Yuk, kita cari tahu hubungan antara nilai dan norma pada penjelasan berikut
ini!

NORMA

Norma adalah seperangkat aturan berupa perintah atau larangan yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama. Bedanya dengan nilai, norma bersifat nyata, tegas, dan
jelas. Pelanggar norma akan diberi hukuman (sanksi) tertentu.

Norma yang ada di masyarakat merupakan bentuk penerapan dari nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat tersebut. Contohnya seperti kasus pada pembukaan artikel di atas, nih. Di
tempat- tempat tertentu, biasanya terdapat norma yang melarang untuk membuang
sampah sembarangan. Nah, norma ini dibuat oleh masyarakat yang peduli terhadap nilai
keindahan dan kebersihan. Masyarakat yang menginginkan lingkungan yang bersih, indah,
dan sehat, kemudian membuat aturan untuk menjaga lingkungan. Oleh karena itu, jika ada
orang yang buang sampah sembarangan akan menerima sanksi berupa teguran.

Nah, dari contoh kasus tersebut dapat kita simpulkan kalau nilai merupakan dasar dari
terbentuknya norma.

Ciri-ciri Norma Sosial


1. Umumnya tidak tertulis. Norma sosial biasanya hanya diingat, diserap, dan diterapkan
dalam interaksi antar anggota kelompok masyarakat.

2. Hasil kesepakatan bersama. Norma sosial adalah peraturan yang berfungsi untuk
mengatur perilaku seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, norma sosial harus
berdasarkan hasil kesepakatan bersama.

3. Bisa mengalami perubahan. Norma sosial terbentuk dari proses interaksi sosial di
masyarakat. Oleh karena itu, norma sosial bisa mengalami perubahan sesuai dengan
keinginan atau kebutuhan anggota masyarakat itu sendiri.

4. Ditaati bersama. Sebagai aturan yang berlaku di masyarakat, norma sosial harus
didukung dan ditaati bersama oleh setiap anggota masyarakat.

5. Memiliki hukuman/sanksi. Hukuman/sanksi ini ada yang sifatnya ringan, sedang, dan
berat. Hukuman/sanksi akan diberikan kepada setiap orang yang melanggar norma yang
berlaku.
Macam-macam Norma Sosial
Macam-macam norma sosial dikelompokkan menjadi dua, yaitu berdasarkan tingkatan
sanksinya dan berdasarkan sumbernya.

a. Berdasarkan Tingkatan Hukuman/Sanksi

1. Cara (usage), merupakan perbuatan atau perilaku yang dilakukan seseorang dalam
sebuah kelompok masyarakat, tetapi tidak dilakukan secara terus menerus. Contohnya,
cara berpakaian yang baik dan sopan. Seseorang yang berpakaian kurang pantas pada
kondisi tertentu akan mendapat sanksi berupa teguran.

2. Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan


memiliki tujuan jelas yang dianggap baik (benar). Kebiasaan ini apabila dilakukan oleh
sekelompok masyarakat, maka dapat disebut sebagai tradisi dan menjadi ciri dari kelompok
masyarakat tersebut. Contohnya, kebiasaan menghormati dan menaati perintah orang tua,
kebiasaan menggunakan tangan kanan saat makan dan minum, dsb. Orang yang
melanggar, akan mendapat hukuman berupa teguran.

3. Tata Kelakuan (mores), merupakan aturan-aturan yang telah diterima oleh masyarakat.
Biasanya, tata kelakuan berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan agama. Sanksi
orang yang melanggar norma ini akan jauh lebih berat tingkatannya. Contohnya, larangan
untuk mencuri, larangan untuk membunuh, dsb.

4. Adat Istiadat (custom), merupakan kumpulan tata kelakuan yang bersifat kekal dan
menyatu sangat kuat dengan masyarakat yang menganutnya. Adat istiadat merupakan
norma yang memiliki sanksi cukup berat bagi para pelanggarnya. Contohnya, seseorang
yang melanggar pelaksanaan upacara adat akan dijatuhi hukuman berupa pengucilan dari
kelompoknya.

b. Berdasarkan Sumber

1. Norma Agama, bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sifatnya mutlak
dan harus ditaati oleh setiap pemeluk agama. Contohnya, melaksanakan ibadah yang
diperintahkan oleh Tuhan sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Norma Kesusilaan, bersumber dari hati nurani manusia untuk menentukan mana
perbuatan yang baik dan buruk. Norma ini akan membentuk akhlak atau budi pekerti
seseorang. Contohnya, bersikap jujur, tidak suka mengambil barang orang lain, dsb.

3. Norma Kesopanan, bersumber dari pergaulan seseorang di masyarakat. Norma ini


didasari dari kebiasaan, kepatutan, dan kepantasan yang berlaku di masyarakat.
Contohnya, sikap hormat kepada orang tua, sopan dan santun kepada semua orang, dsb.

4. Norma Hukum, bersumber dari seseorang yang memiliki jabatan atau wewenang.
Sifatnya memaksa serta bertujuan untuk melindungi dan menjaga tata tertib masyarakat.
Contohnya, tidak melakukan tindakan kriminal, tertib berlalu lintas, wajib membayar pajak,
dsb.
Oke, sekarang kamu sudah tahu nih pengertian dari nilai dan norma, perbedaan, serta
hubungan antara keduanya. Kesimpulannya adalah nilai merupakan sesuatu yang dianggap
baik atau buruk di masyarakat, sedangkan norma merupakan aturan yang berlaku di
masyarakat. Norma dibentuk berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan
bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Nilai dan norma inilah yang menjadi
dasar terbentuknya lembaga sosial di masyarakat.

Indikator
77. Disajikan kasus tentang perilaku ekonomi (konsumsi), peserta dapat memberikan
contoh perilaku ekonomi (konsumsi) di masyarakat.
78. Disajikan kasus tentang perilaku ekonomi (produksi), peserta dapat memberikan contoh
perilaku ekonomi (produksi) di masyarakat.
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Indikator
79. Diberikan informasi tentang perkembangan IPTEK yang berkontribusi pada interaksi
masyarakat baik secara lokal, peserta dapat menganalisis fenomena perkembangan
IPTEK yang terjadi di masyarakat.
80. Diberikan informasi tentang perkembangan penggunaan IPTEK, peserta dapat
mengidentifikasi dampak positif penggunaan IPTEK di era global.
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Indikator
81. Diberikan kasus HAM peserta dapat menelaah pelanggaran HAM berat dan ringan yang
terjadi di Indonesia
82. Diberikan sebuah informasi peserta dapat menentukan upaya pemajuan HAM di
Indonesia dalam bidang produk hukum, lembaga negara dan lembaga swadaya
masyarakat
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Pelanggaran HAM berat dan ringan


Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan mengancam
nyawa manusia. Jenis-jenis pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan
kejahatan kemanusian. Penanganan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia di atur
dalam Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
b. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam keselamatan
jiwa manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera ditanggulangi. Misalnya,
kelalaian dalam pemberian pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan yang
disengaja dan sebagainya.
Pembentukan produk hukum yang mengatur tentang HAM sebagai Penjabaran UUD
1945 Pembentukan produk hukum yang mengatur mengenai hak asasi manusia (HAM)
dimaksud untuk menjamin kepastian hukum dalam proses penegakan HAM. Selain itu
produk hukum tersebut memberikan arahan bagi pelaksanaan proses penegakan HAM.
Adapun produk hukum yang dibentuk untuk mengatur masalah HAM adalah:
a. Pada amandemen kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
telah ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab X A yang berisi
mengenai hak asasi manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu mengatur
mengenai masalah HAM.
b. Dalam sidang istimewa MPR 1998 ditetap sebuah Ketetapan MPR mengenai hak asasi
manusia yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
c. Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.
d. Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yang diikuti dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 tahun 1999 tentang pengadilan
HAM yang kemudian ditetapakan menjadi sebuah undang-undang, yaitu Undang-Undang
RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
e. Meratifikasi instrumen HAM internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila
dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. hal ini diwujudkan
dengan meratifikasi:
1) Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment menjadi Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1998 tentang Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.
2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights menjadi Undang-
Undang RI Nomor 12 tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hakhak Ekonomi,
Sosial.dan Budaya
3) International Covenant on Civil and Political Rights menjadi Undang-Undang RI Nomor
11 tahun 2005 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
Terbentuknya lembaga - lembaga independen yang menangani masalah HAM yang
pembentukannya diatur UU
Lembaga bentukan pemerintah yang bersifat independen dan tidak memihak yang
pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang yang khusus
untuk menangani permasalahan HAM antara lain adalah :
A. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993.
keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39
tahun1999 tentang Hak Asas Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99. Selain
ketentuan-ketentuan tersebut, tentu saja masih ada produk hukum tentang HAM yang
berlaku di Indonesia saat ini.
Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya
yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan
mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan
usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden. Masa jabatan anggota Komnas
HAM selama lima tahun dan dapat diangkat lagi hanya untuk satu kali masa jabatan.
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
2) menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
3) menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia
kepada pemerintah dan DPR untuk ditindak lanjuti.
4) memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di
pengadilan. Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh
melakukan pengaduan kepada Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai
dengan alasan, baik secara tertulis maupun lisan dan identitas pengadu yang benar.
B. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000.
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang
diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia baik perseorangan maupun
masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan dan
perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat. Berdasarkan ketentuan Pasal
4 Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000, Pengadilan HAM bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Di
samping itu, berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah
Indonesia. Adapun yang termasuk pelanggaran HAM berat yang diatur dalam Pasal 7
sampai 9 Undang- Undang RI Nomor 26 tahun 2000 meliputi:
a. Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, atau kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, dan memaksakan tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok atau memindahkan secara paksa
anak-anak dari kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.
b. Kejahatan kemanusiaan, yaitu satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistemik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil. Kejahatan kemanusian berbentuk
pembunuhan, pemusnahan, penyiksaan, perbudakan, pengusiran, perampasan
kemerdekaan yang melanggara hukum internasional dan sebagainya. Selain itu
berbagai lembaga indipenden yang bentuk oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan khusus di bidang anak, perempuan atau kasus
khusus lainnya seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KPAI, adalah
lembaga independen Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 95/M/2004
merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini; Demikian juga, Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dan lain
lain.
C. Terbentuknya Lembaga Swadaya Masyarakat
yang menangani HAM Selain peraturan perundangan dan lembaga independen yang
pembentukannya melibatkan pemerintah, ada pula lembaga swadaya masyarakat yang
lahir dan berdirinya bersifat bottom up. Lembaga tersebut antara lain:
Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan), YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia),
PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Indonesia), dan
Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), BKBH (Biro Konsultasi Bantuan
Hukum) Perguruan Tinggi, dan lain-lain.
Indikator
83. Diberikan sebuah informasi peserta didik dapat mengevaluasi penyebab problema
yang dihadapi masyarakat multikultur (prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme,
diskriminasi)
Materi
Makna penting persatuan dan kesatuan dalam masyarakat multikultur
Sub Materi
Pentingnya persatuan dan kesatuan dalam masyarakat multikultur

Problem Penyakit Budaya: Prasangka, Stereotipe, Etnosentrisme, Rasisme,


Diskriminasi, dan Scape Goating (kambing Hitam)
Konflik bukan untuk di musuhi, tetapi di kelola secara arif dan bijaksana. Masing-masing
individu yang terlibat dalam komplik perlu menjernihkan pikiran dan hati dari prasangka,
stereotipe, etnosentrisme, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (kambing hitam)
terhadap pihak lain. Karena pemahaman terhadap adanya penyakit budaya tersebut
merupalan kunci utama dalam proses resolusi dan manajemen konflik. Negara ini
membutuhkan solusi yang memuaskan dalam menghadapi ancaman konflik dan separatism
di daerah-daerah yang lebih sering di sebabkan oleh tumbuh berkembangnya berbagai
penyakit budaya seperti berikut ini:
1. Prasangka

Johnson (1986) mengatakan prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan
keyakinan stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka meliputi
keyakinan untuk
menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang
kita berikan.
Menurut johnson (1981) prasangka adalah sikap intipati berlandaskan pada cara
menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Prasangka merupakan sikap negatif yang
diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi kegiatan komunikasi
karena orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
melancarkan komunikasi. Sekarang pengertian prasangka lebih diarahkan pada pandangan
emosional dan negatif terhadap sesorang atau sekolompok orang dibandingkan dengan
kelompok sendiri.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
prasangka merupakan sikap, pengertian, keyakinan dan bukan tindakan. Jadi prasangka
tetap ada dipikiran, sedangka diskriminasi mengarah ke tindakan sistematis. Kalau
prasangka berubah menjadi tindakan nyata maka pasangka berubah menjadi diskriminasi
yaitu tindakan menyingkirkan status dan peranan seseorang dari hubungan, pergaulan,
dan komunikasi antar manusia. Secara umum kita dapat melihat prasangka mengandung
tipe afektif (berkaitan dengan perasaan negatif), kognitif (selalu berpkir sesuatu stereotipe),
dan konasi (kecenderungan berperilaku diskriminatif).
Prasangka didasarkan atas sebab-sebab seperti :

 Generalisasi yang keliru pada perasaan


 Stereotipe antar etnik
 Kesadaran “in group” dan “out group” yaitu kesadaran akan ras “mereka”
sebagai kelompok lain yang berbeda latar belakang kebudayaan dengan “ kami”.

2. Sterotipe

Stereotipe merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras. Orang cenderung
membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori ras,
jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal selain
itu juga, merupakan salah satu bentuk utama prasangka yang menunjukan perbedaan
“kami” yang selalu dikaitkan dengan superioritas kelompok “kami” dan cenderung
mengevaluasi orang lain yng dipandang inferior “mereka”.
Stereotipe adalah pemberian sifat tertentu terhadap sesorang berdasarkan kategori yang
bersifat subjektif hanya karena dia berasal dari kelompok lain. Pemberian sifat tersebut bisa
positif maupun negatif.
Vedeber (1986) menyatakan bahwa stereotipe adalah sikap juga karakter yang dimiliki
sesorang dalam menilai karakteristik, sifat negatif, maupun positif orang lain, hanya
berdasarkan keanggotaan orang itu pada kelompok tertentu.
Allan G. Johson (1986) stereotipe adalah keyakinan sesorang dalam menggeneralisasikan
sifat- sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini menimbukan penilaian yang
cenderung negatif bahkan merendahkan orang lain. Ada kecenderungan memberikan “label”
atau cap tertentu pada kelompok tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi
adalah stereotipe yang negatif atau merendahkan kelompok lain.
Di dalam menghadapi fenomena budaya yang ada di tanah air ini, kita perlu memberi
informasi yang benar tentang berbagi hal yang berkaitan dengan ras, suku, agama, dan
antar agama. Seringkali, keberadaan individu dalam suatu kelompok telah dikategorisasi.
Miles Hewstone dan Rupert Brown (1986) mengemukakan tiga aspek esensial dari stereotipe
yaitu;
a) Karakter atau sifat tertentu yang berkaitan dengan perilaku, kebiasaan berperilaku,
gender dan etnis. Misalnya, wanita periang itu suka bersolek.
b) Bentuk atau sifat perilaku turun menurun sehingga seolah-olah melekat pada semua
anggota kelompok. Misalnya, oran ambon itu keras.
c) Penggeneralisasian karakteristik, ciri khas, kebiasaan, perilaku kelompik kepada
individu yang menjadi anggota kelompok tersebut.
Tajfel (1981) membedakan bentuk atau jenis stereotipe yaitu :

1) Stereotipe individu adalah generalisasi yang dilakukan oleh individu dengan


menggeneralisasi karakteristik orang lain dengan ukuran luas dan jarak tertentu melalui
proses kategori yang bersifat kognitif (berdasarkan penglaman individu).
2) Stereotipe sosial terjadi jika stereotipe itu menjadi evaluasi kelompok tertentu, telah
menyebar dan meluas pada kelompok sosial lain.
Stereotipe itu bersifat unik dan berdasarkan pengalaman individu, namun kadang
merupakan hasil pengalam dan pergaulan dengan orang lain maupun dengan anggota
kelompok itu sendiri. Adakah hubungan antara stereotipe dengan komunikasi

Hewstone dan Giles (1986) mengajukan empat kesimpulan tentang proses stereotipe :

a) Proses stereotipe merupakan hasil dari kecenderungan mengantisipasi atau


mengharapkan kualitas derajat hubungan tertentu antara anggota kelompok tentu
berdasarkan sifat psikologis yang dimliki.
b) Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi proses informasi yang diterima atau yang
hendak dikirimkan. Stereotipe berpengaruh terhadap porses informasi individu.
c) Stereotipe menciptakan harapan pada anggota kelompok tertentu (in group) dan
kelompok lain (out group).
d) Stereotipe menghambat pola perilaku komunikasi kita dengan orang lain.
3. Entosentrisme

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya
orang lain dengan standar budayanya sendiri. Etnosentrisme merupakan paham-paham
yang pertama kali diperkenalkan oleh William Graham Sumner (1906), seorang antropolog
yang beraliran interaksionisme. Berpandangan bahwa manusia pada dasarnya
individualistis yang cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus
berhubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah sifat antagonistik. Supaya
pertentangan itu dapat dicegah maka perlu ada folkways (adat kebiasaan) yang bersumber
pada pola-pola tertentu. Mereka yang memiliki folkways yang sama cenderung berkelompok
dalam satu kelompok yang disebut etnis.
Sebab-sebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia. Salah satu faktor yang mendasar yang
menjadi penyebab munculnya etnosentrisme di Bangsa ini adalah budaya politik
masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat kita
masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan emosional –dan juga ikatan-ikatan
primordial- masih cenderung menguasai masyarakat kita. Masyarakat kita terlibat dalam
dunia politik dalam kerangka kepentingan mereka yang masih mementingkan suku, etnis,
agama dan lain-lain. Aspek kognitif dan partisipatif masih jauh dari masyarakat kita.
Salah satu faktor yang juga menjadi penyebab munculnya masalah etnosentrisme adalah
pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari
berbagai suku, agama, ras dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini tentu
melahirkan berbagai persoalan. Setiap suku, agama, ras dan golongan berusaha untuk
memperoleh kekuasaan dan menguasai yang lain.Pertarungan kepentingan inilah yang
sering memunculkan persoalan- persoalan di daerah.
Contoh Etnosentrisme di Indonesia. Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah
perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan
atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya
merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan
tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan
kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah
dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun,
bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu
dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai
masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak
adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam
masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial
budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak
ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
4. Rasisme

Kata ras berasal dari bahasa prancis dan itali “razza” pertama kali istilah ras dikenalkan
Franqois Bernier, antropolog perancis, untuk mengemukakan gagasan tentang
perbedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang
lalu menetapkan hirarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atas orang eropa berkulit
putih yang diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas berlawanan dengan orang
afrika yang berkulit hitam sebagai warga kelas dua.
Ras sebagai konsep secara ilmiah digunakan bagi “penggolongan manusia” oleh Bufon,
anthorpolog perancis, untuk menerangkan penduduk berdasarkan pembedaan biologis
sebagai parameter. Pada abad 19, para ahli biologis membuat klasifikasi ras atas tiga
kelompok, yaitu kaukasoid, negroid dan mongoloid. Hasil penilitian menunjukan bahawa
tidak ada ras yang benar-benar murni lagi. Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan
dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam satu kelompok
tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.
Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep tentang ras seringkali
merupakan kategori yang bersifat non- biologis. Ras hanya merupakan konstruksi ideologi
yang menggambarkan gagasan rasis.
Secara kultur Carus menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultur. Ada empat jenis ras
yaitu : afrika, mongol, dan amerika yang berturut-turut mencerminkan siang hari (terang),
malam hari (gelap), cerah pagi (kuning), dan sore (senja) yang merah.
Namun konsep ras yang kita kenal lebih mengarah pada konsep kultur dan merupakan
kategori sosial, bukan biologis. Montagu, membedakan antara “ide sosial dari ras” dan “ide
biologis dari ras”. Definisi sosial berkaitan dengan fisik dan perilaku sosial.
5. Diskriminasi

Diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan


keanggotaannya dalam kelompok (Sears, Freedman & Peplau,1999). Misalnya banyak
perusahaan yang menolak mempekerjakan karyawan dari etnik tertentu. Diskriminasi bisa
terjadi tanpa adanya prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga belum
tentu akan mendiskriminasikan (Duffy & Wong, 1996). Akan tetapi selalu terjadi
kecenderungan kuat prasangka melahirkan diskriminasi. Prasangka menjadi sebab
diskriminasi manakala digunakan sebagai rasionalisasi diskriminasi. Artinya prasangka
yang dimiliki terhadap kelompok tertentu menjadi alasan untuk mendiskriminasikan
kelompok tersebut.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Dengan
demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak
realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Diskriminasi menunjukkan
pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi
seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan.Seseorang yang mempunyai prasangka rasial,
biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.
Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak
diskriminatif. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-
bedakan yang lain.
Sedangkan diskriminasi menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah ketidak
seimbangan atau ketidak adilan yang ditujukan oleh orang atau kelompok lain yang
biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesuku
bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi bersifat aktif dari
prasangka yang bersifat negatif (negative prejudice) terhadap seorang individu atau suatu
kelompok.
Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, maka diskriminasi mengarah pada
tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka
kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan atau
hukum. Antara prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling menguatkan,
selama ada prasangka, disana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai
keyakinan atau ideologi, maka diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi. Jadi
diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari
kelompok dominan terhadap kelompok subordinasi.
6. Scapegoating

Teori kambing hitam mengemukakan kalau individu tidak bisa menerima perlakuan
tertentu yang tidak adil, maka perlakuan itu dapat ditanggungkan kepada orang lain. Ketika
terjadi depresi ekonomi di jerman, Hitler mengkambing hitamkan orang yahudi sebagai
penyebab rusaknya sistim politik dan ekonomi di negara itu. Ada satu pabrik di auscwitz,
polandia yang digunakan untuk membantai hampir 1,5 juta orang yahudi. Tua muda, besar
kecil laki-laki dan perempuan dikumpulkan. Kepala digunduli dan rambut yang
dikumpulkan mencapai hampir 1,5 ton. Rambut yang terkumpul itu akan dikirimkan ke
jerman untuk dibuat kain. Richard Chamberlain berteori bahwa bangsa aria adalah bangsa
yang besar dan mulia yang mempunyai misi suci untuk membudayakan umat manusia.
Bangsa aria (jerman) ini merasa bahwa kekacauan ekonomi dan politik di jerman
disebabkan oleh bagsa yahudi.
Indikator
84. Diberikan sebuah contoh kasus peserta didik dapat mengevaluasi penerapan berbagai
macam norma di masyarakat
Materi
Konsep Nilai, norma, moral, dan hukum
Sub Materi
Konsep Nilai, norma, moral, dan
hukum MORAL
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.
Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak).
Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.
Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi
petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah
aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang
baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti
“dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti
peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.

Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek


kehidupan sehari- hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah
kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama,
dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma- norma yang diikuti tanpa berpikir panjang
dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama,
adat, yang menguasai pemutaran manusia.

Anda mungkin juga menyukai