Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELOMPOK

TEORI KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Perkembangan peserta didik

Dosen Pengampu:
Ratika Ningsih S.Pd.I,M.Pd,I
Oleh:

Muhammad Aidul 10120220024


Muh.Ilham 10120220049

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023/2024
BAB 1
PUBLIKASI

1.Jean Piaget: Piaget dikenal dengan teorinya tentang perkembangan kognitif


anak. Ia mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan dan bagaimana anak
mengembangkan pemahaman tentang dunia sekitarnya.

Teori perkembangan anak menurut Jean Piaget ini disebut juga dengan
genetic epistemology. Ilmuwan asal Swiss tersebut mengatakan, perkembangan
kognitif anak berkembang secara bertahap pada rentang umur berbeda. Teori ini
berfokus pada pengaruh cara berpikir terhadap karakter seseorang selama seumur
hidup. Piaget mencoba menjelaskan perilaku manusia dengan memahami proses
berpikir. Asumsinya, manusia adalah makhluk logis yang membuat pilihan yang
paling masuk akal bagi mereka. "Pemrosesan informasi" adalah deskripsi yang
umum digunakan untuk menggambarkan proses mental--kalau boleh
membandingkan pikiran manusia dengan komputer. Menurut Piaget, tingkatan
perkembangan intelektual manusia turut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kedewasaan, penalaran moral, pengalaman logika-matematika, transmisi sosial,
dan pengaturan sendiri.

Teori kognitif menentang behaviorisme dengan dasar bahwa behaviorisme


mereduksi perilaku manusia yang kompleks menjadi sebab dan akibat yang
sederhana. Terdapat empat tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget.
Tahap sensorimotor (balita, 0-2 tahun) Pada tahap ini, anak memiliki kemampuan
sensor motorik untuk menangkap objek-objek di sekitarnya. Mereka akan
mengeksplorasi lingkungannya untuk mendapatkan pengetahuan dasarnya
menggunakan skema, asimilasi, dan modifikasi dengan proses meniru. Tahap pra-
operasional (2-7 tahun) Anak mulai memahami realitas dengan simbol pada usia
ini. Walakin, sistem berpikirnya belum terorganisir, masih tidak logis, sistematis,
dan konsisten. Pada tahap ini, anak juga bersifat egosentrisme, yang berarti anak
melihat dunia dengan kehendaknya sendiri dan belum mampu berpikir dengan
perspektif lain. Tahap operasional konkret (7-11 tahun) Pada usia ini, anak telah
bisa secara logis menghadapi objek fisik. Namun, mereka belum dapat menarik
kesimpulan secara konkret, meski telah berhasil mengidentifikasi dan
menghubungkan beberapa dimensi dalam satu waktu. Tahap operasional formal
(11-16 tahun) Anak telah mampu berpikir secara abstrak dan mengembangkan
hipotesis dengan logis pada usia 11-16. Anak mampu memecahkan masalah dan
membentuk argumen karena kompetensi
Piaget"

2.Erik Erikson: Erikson mengembangkan teori psikososial yang menekankan


konflik dan tugas perkembangan di setiap tahap kehidupan. Ia mempertimbangkan
perbedaan individual dalam cara individu menyelesaikan konflik ini.

Teori psikoanalitik punya kekuatan yang sangat berpengaruh selama paruh


pertama abad ke-20. Para ahli psikologi yang terinspirasi oleh Freud melanjutkan
ide-idenya, untuk kemudian mengembangkan teori mereka sendiri. Dari
banyaknya neo-Freudian tersebut, yang paling terkenal mungkin gagasan Erik
Erikson. Meskipun banyak diilhami oleh Freud, teori perkembangan psikologi
anak yang ditemukan Erikson tetap berbeda sama sekali. Alih-alih berfokus pada
minat seksual sebagai faktor perkembangan, ia percaya bahwa interaksi sosial
merupakan hal yang paling menentukan. Dalam bukunya, Identity and the Life
Cycle (1959), Erikson mendefinisikan beberapa tahapan yang mempengaruhi
perkembangan. Tahapan-tahapan itu disebut krisis atau konflik. Kepercayaan vs
Ketidakpercayaan (0-2 tahun) Pada taraf tersebut kekuatan yang perlu
ditumbuhkan pada kepribadian anak adalah harapan dan kepercayaan.? Otonomi
vs Rasa Malu (2-3 tahun) Kekuatan yang seharusnya ditumbuhkan pada tahap ini
adalah keinginan atau kehendak. Anak belajar menjadi bebas untuk
mengembangkan kemandirian seperti berpakaian, berbicara, dan bergerak.
Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun) Seorang anak, pada tahap ini, akan belajar
menemukan keseimbangan antara kemampuan dengan harapan atau tujuannya.
Industri vs Inferioritas (6-12 tahun) Krisis atau konflik pada tahap ini adalah kerja
aktif dan rendah diri. Karenanya, kekuatan yang perlu ditumbuhkan adalah
kompetensi atau terbentuknya keterampilan. Identitas vs Kebingungan (12-20
tahun) Pada tahap ini, anak mulai memasuki usia remaja. Identitas diri baik dalam
lingkup sosial maupun dunia kerja mulai ditemukan. Bisa dikatakan ini
merupakan masa pencarian jati diri. Keintiman vs Isolasi (20-40 tahun) Pada usia
20 hingga 40, manusia akan merasakan kesepian. Di saat itu juga ia akan bergulat
antara kebutuhan kasih sayang berbalut keintiman. Jika tidak terpenuhi, ia akan
tergerus keterasingan. Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun) Manusia yang
memasuki usia dewasa akan bertarung dengan dirinya sendiri perihal
produktivitas. Ia akan bergulat antara berkembang dan produktif atau mengalami
stagnasi. Integritas vs Keputusasaan (65-meninggal) Konflik atau krisis utama
pada tahap ini adalah integritas ego melawan keputusasaan. Kekuatan utama yang
perlu dibentuk ialah hikmat atau kebijaksanaan.

3.Teori john Bowlby (keterikatan)

Teori keterikatan mengatakan bahwa hubungan awal dengan pengasuh


atau ibu memainkan peran utama dalam perkembangan anak. Tidak hanya
sementara, faktor itu memengaruhi hubungan sosial anak sepanjang hidup. Teori
perkembangan anak ini dikemukakan oleh John Bowlby dalam bukunya,
Attachment and Loss (1969). Sebenarnya ada banyak penelitian yang berfokus
pada perkembangan sosial anak. Namun, salah satu ahli psikologi yang paling
awal mengemukakannya adalah Bowlby. Teori keterikatan menyarankan anak-
anak yang dilahirkan perlu membentuk keterikatan yang menjadi kebutuhan
bawaan. Hal itu akan membantu kelangsungan hidupnya. Salah satunya dengan
memastikan sang anak menerima perawatan dan perlindungan. Di samping itu,
keterikatan ini ditandai dengan pola perilaku dan motivasi yang jelas. Baik anak
maupun ibu terlibat dalam perilaku yang dirancang untuk memastikan kedekatan.
Anak-anak berusaha untuk tetap dekat dan terhubung dengan sang ibu atau
pengasuh, yang pada gilirannya memberikan tempat aman untuk eksplorasi. Para
peneliti lain memperluas karya asli Bowlby dan menyarankan bahwa ada
beberapa gaya keterikatan yang berbeda. Anak-anak yang menerima dukungan
dan perawatan yang konsisten cenderung lebih bisa mengembangkan gaya
keterikatan yang aman. Sementara itu, mereka yang berada dalam kategori kurang
perihal itu dapat mengembangkan gaya ambivalen, menghindar, atau tidak teratur.
4.teori lev Vygotsky

Teori perkembangan anak lainnya adalah teori sosiokultural. Gagasan ini


dicetuskan oleh ahli psikologi asal Rusia, Lev Vygotsky. Sejatinya, Vygotsky
tergolong pemikir besar, sezaman dengan Freud, Skinner, dan Piaget. Akan tetapi,
kematian dininya pada usia 37 membuat karyanya kurang dikenal. Teori
sosiokultural Vygotsky menyatakan bahwa lingkungan dan suasana sosial atau
budaya mempengaruhi perkembangan anak. Vygotsky bisa dibilang merupakan
perkembangan dari teori yang dikemukakan Piaget. Dalam studi terkait teori
perkembangan anak, ia menjelaskan bahwa selain ditentukan oleh individu secara
aktif, perkembangan kognitif juga dipengaruhi lingkungan sosial. Kendati begitu,
bukan berarti individu bersikap pasif terhadap perkembangan kognitif
individualnya. Justru Vygotsky tetap menekankan peran aktif seorang anak dalam
mengonstruksi pengetahuan pribadinya. Karenanya, teori perkembangan anak
versi Vygotsky ini lebih tepat disebut pendekatan sosio-konstruktivisme. Artinya,
perkembangan kognitif seseorang ditentukan faktor individu sekaligus
lingkungan. Konsep penting dalam teori sosiokultural adalah zona perkembangan
proksimal. Konsep zona proksimal menurut Vygotsky kemudian diterjemahkan
oleh Elsa Billings dan Aida Walqui ke dalam jurnal "The Zone of Proximal
Development an Affirmative Perspective in Teaching Ells/MLLs", yang
diterbitkan di situs New York State Education Department. Dalam jurnal itu
dijelaskan bahwa menurut Vygotsky, zona proksimal adalah jarak antara tingkat
perkembangan aktual yang ditentukan oleh pemecahan masalah secara mandiri
dengan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan
masalah bersama orang lain.

5.Albert bandura

Teori pembelajaran sosial dirangkum dari karya psikolog Albert Bandura,


Social Learning Theory (1971). Penggagas teori kognitif sosial asal Amerika
Serikat itu percaya bahwa proses pengkondisian dan penguatan tidak cukup
menjelaskan semua pembelajaran manusia. Bandura berfokus pada proses
pengondisian perilaku yang belum diperkuat melalui pengondisian klasik dan
operan. Menurut teori pembelajaran sosial, perilaku juga dapat dipelajari melalui
observasi dan pemodelan. Dengan mengamati tindakan orang lain di sekitarnya,
termasuk orang tua dan teman, anak dapat mengembangkan keterampilan baru. Ia
juga bisa mendapat informasi baru, apapun itu. Teori perkembangan anak menurut
Bandura ini ingin mengutarakan bahwa observasi memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Walakin, hal itu tidak harus berupa menonton "model"
secara langsung. Sebaliknya, anak dapat belajar dengan cara mendengarkan
instruksi verbal. Misalnya, tentang bagaimana melakukan kegiatan memakai baju
secara mandiri. Itu juga bisa dilakukan dengan cara mengamati karakter, baik
nyata maupun fiksi, yang menampilkan perilaku. Misalnya, dalam buku atau film.

6.Teori Sigmund Freund

Sigmund Freud merupakan ahli psikologi asal Austria, yang terkenal


dengan teori psikoanalitiknya. Beberapa teori yang dimunculkannya berdasar pada
penemuan klinis dengan pasien penderita penyakit mental. Studi-studi selanjutnya
kemudian banyak mengambil dasar dari itu. Freud percaya bahwa pengalaman
masa kanak-kanak dan keinginan bawah sadar memengaruhi perilaku manusia. Ia
menilai, konflik pada setiap tahap tersebut dapat berpengaruh terhadap
kepribadian seorang anak seumur hidup nantinya. Penulis buku The Interpretation
of Dreams (1899) tersebut mengusulkan salah satu teori besar terkait
perkembangan anak yang paling terkenal, yakni psikoseksual. Menurut Freud,
perkembangan anak terjadi dalam serangkaian tahapan pada area kesenangan
tubuh y ang berbeda. Di setiap tahap itu, anak menghadapi konflik yang
memainkan peran penting seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Anak-anak,
menurut Freud, berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual. Setiap
tahap melihatkan pemuasan hasrat libidinal, yang nantinya memainkan peran
dalam kepribadian manusia itu sendiri. Selama setiap tahap, energi libido menjadi
terpusat pada area tubuh tertentu. Tahapan perkembangan anak menurut Freud
meliputi: Tahap oral atau lisan (dari lahir hingga usia 1 tahun) Tahap anus (usia 1-
3 tahun) Lingga (usia 3-6 tahun) Tahap laten (6-11 tahun) Tahap kelamin (remaja)
Energi pencarian kesenangan seseorang akan mendorong kepuasan berdasarkan
zona sensitif seksual tertentu. Misalnya, selama tahap orang, seorang anak akan
mendapat kesenangan dari aktivitas yang melibatkan mulut seperti minum dan
mengunyah.

7David Wechsler: Wechsler mengembangkan tes-tes kecerdasan dan kepribadian


yang mempertimbangkan perbedaan individual dalam kemampuan kognitif dan
karakteristik kepribadian. 8.Robert Sternberg: Sternberg mengemukakan teori
kecerdasan triarki yang mencakup tiga komponen kecerdasan, yaitu kecerdasan
analitik, kreatif, dan praktis. Ia juga mempertimbangkan karakter perbedaan
dalam jenis kecerdasan ini.

9.Daniel Goleman: Goleman dikenal dengan konsep kecerdasan emosional, yang


menyoroti pentingnya pemahaman dan pengelolaan emosi dalam perkembangan
individu. Ia juga mempertimbangkan karakter perbedaan dalam kecerdasan
emosional.

10.Jerome Kagan: Kagan adalah psikolog perkembangan yang telah melakukan


penelitian tentang temperamen anak. Ia menyoroti karakter perbedaan individual
dalam respons anak terhadap situasi dan lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan

Pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari arus
globalisasi, sehingga berbagai upaya perlu dilakukan agar peserta didik kelak
mampu mendapatkan kehidupan yang layak di negaranya sen- diri ataupun di luar
negeri. Pendidikan anak pertama kali diperoleh dari lingkungan keluarga terutama
dari kedua orang tuanya. Selanjutnya anak akan berinteraksi dengan lingkungan
keduanya yang tidak lain adalah lembaga pendidikan.

Untuk menopang pendidikan anak tersebut, berbagai upaya dilaku- kan


agar mereka mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya. Fungsi- nya adalah
untuk memupuk kemampuan dan membentuk watak serta

A. Pendidikan anak usi dini

Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan untuk anak
usia 3 s/d 6 tahun (PP No. 27/1990 Pasal 6). Akan tetapi, Undang- undang Nomor
20 Tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Lalu, pendidikan perlu
dilakukan bagi anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun. Sementara Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam pasal 4
menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yakni: pertama, setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya; dan kedua, selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
khususnya anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar
biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapat
pendidikan khusus. Pendidikan anak usia dini memegang peranan penting sebab
anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri.

Pembahasan anak usia dini


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Anak usia dini adalah anak
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik.2 Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai
usia 6 tahun. Usia ini adalah usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini meripakan usia ketika
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. 3 Anak usia
dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik
tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi seluruh
aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya.4 Menurut Beichler dan Snowman anak
usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.5
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak
usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, yang sedang berada dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan

awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik yang unik dan


memiliki perbedaan dengan usia selanjutnya.

Karakteristik anak usia dini

Masa usia dini merupakan masa kecil ketika anak memiliki


kekhasan dalam bertingkah laku. Bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah
lakunya yang lucu, membuat orang dewasa merasa senang, gemas dan
terkesan. Namun, terkadang juga membuat orang dewasa merasa kesal, jika
tingkah laku anak berlebihan dan tidak bisa dikendalikan.
Segala bentuk aktivitas dan tingkah laku yang ditunjukkan seorang
anak pada dasarnya merupakan fitrah. Sebab, masa usia dini adalah masa
perkembangan dan pertumbuhan yang akan membentuk kepribadiannya
ketika dewasa. Seorang anak belum mengerti apakah yang ia lakukan itu
berbahaya atau tidak, bermanfaat atau merugikan, serta benar maupun salah.
Hal yang terpenting bagi mereka adalah ia merasa senang dan nyaman
dalam melaukannya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas orang tua dan
pendidikan untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam beraktivitas
supaya yang dilakukannya tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya sehingga
nantinya dapat membentuk kepribadian yang baik.
Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan suci
(fitrah) dan menyusun drama kehidupannya sesudah kelahiran dan bukan
sebelumnya. Tidak peduli di lingkungan keluarga atau masyarakat
macam apa dia dilahirkan, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
suci. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bersih, dengan mendasarkan
posisinya pada otonomi dan individualitas mutlak.6
ketika dikatakan bahwa aktivitas dan tingkah laku anak merupakan
fitrah. Maka memang sejalan dengan penciptaan manusia. Manusia itu
adalah suci, maka semua bentuk aktivitas yang dilakukannya adalah prilaku
dirinya sendiri yang dibentuk dari lingkungannya. Manusia itu memiliki
posisi yang otonom, maka anak ketika bertindak di depan orang lain itu
adalah hak yang mereka miliki, hak sadar yang mereka lakukan meskipun
belum memahami apa maksud yang mereka lakukan.
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya
mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:

Artinya : “Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang


sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(H.R. Bukhori)

Sigmund Freud memberikan ungkapan “child is father of man”


artinya anak adalah ayah dari manusia. Maksudnya adalah masa anak
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang.7
Melihat ungkapan Freud di atas, menunjukkan bahwa perkembangan anak
sejak masa kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak secara tidak langsung akan
tertanam pada diri seorang anak. Untuk itu sebagai orang tua dan pendidik
wajib mengerti karakteristik-karakteristik anak usia dini, supaya segala
bentuk perkembangan anak dapat terpantau dengan baik. Berikut ini adalah
beberapa karakteristik anak usia dini menurut beberapa pendapat.
1. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak memiliki
bawaan, minat kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-
masing.
2. Egosentris, yaitu anak lebih cendrung melihat dan memahami sesuatu
dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak sesuatu itu
penting sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.
3. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
Selama terjaga dalam tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak
pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari aktivitas. Terlebih lagi
kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru dan menantang.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Yaitu, anak
cendrung memperhatikan , membicarakan, dan mempertanyakan
berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap
hal-hal baru.
5. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin
tahu yang kuat dan senang menjelajah
mencoba dan mempelajari hal-hal yang baru

6. Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan
tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikirannya.

7. Senang dan kaya dalam fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang
imajinatif. Anak tidak hanya senang dengan cerita-cerita khayal yang
disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang
lain.
8.Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila menghadapi
sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila keinginannya
tidak terpenuhi. 9.Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu
anak belum memiliki pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan dengan
hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.

10.Daya perhatian yang pendek, yaitu anak lazimnya memiliki daya perhatian
yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsic menarik dan
menyenangkan.

11.Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, yaitu anak
senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku pada dirinya sendiri.

12.Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai menunjukkan


untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Hal ini
beriringan dengan bertambahnya usia dan perkembangan yang dimiliki oleh
anak.

Karakteristik unik yang dimiliki anak persis sama dengan Islam yang
memiliki keunikan. Anak adalah makhluk unik yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak memiliki keunikan dapat berubah sesuai dengan lingkungan
dimana mereka hidup sama halnya dengan islam yang dipandang relevan dengan
persoalan ruang dan waktu itu sendiri. Antara anak dengan Islam adalah 2 unsur
yang sama, yang sama-sama merupakan sebuah ciptaan Tuhan.

Dalam Buku isma’il Raji dikatakan bahwa dalam dimensi sosialnya,


Islam mutlak unik di antara agama dan peradaban yang dikenal dunia.
Berkebalikan dengan agama-agama dunia lainnya, Islam mendefinisikan agama
sebagai masalah kehidupan itu sendiri, persoalan ruang waktu itu sendiri, proses
sejarah itu sendiri-yang dinyatakannya suci, baik dan patut diinginkan karena ia
adalah ciptaan, karunia Tuhan. Islam menganggap dirinya relevan dengan
seluruh ruang dan waktu, dan berusaha untuk menentukan seluruh sejarah,
seluruh ciptaan, termasuk seluruh ummat manusia
Selain karakteristik-karakteristik tersebut, karakteristik lain juga tidak kalah
penting dan patut dipahami oleh setiap orang tua maupun pendidik ialah anak
suka meniru dan bermain. Kedua karakteristik ini sangat dominan
mempengaruhi perkembangan anak usia dini. Suka meniru, maksudnya apa yang
anak lihat dari seseorang dan sangat mengesankan bagi dirinya sehingga anak
akan meniru dan melakukan sebagaimana yang ia lihat. Meskipun apa yang dia
lihat tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya, dan bahkan anak-anak tidak
mengerti apakah itu baik atau buruk. Yang diketahui anak adalah bahwa yang ia
lihat tersebut sangat berkesan bagi dirinya sehingga ia berusaha untuk
menirunya.

Sedangkan anak suka bermain, maksudnya setiap anak usia dini merupakan
usianya bermain. Artinya, anak akan mengisi hidup-hidup dalam kesehariannya
dengan bermain. Oleh karena itu, dalam kontek ini, orang tua maupun pendidik
harus mengisi keseharian belajar anak dengan aktivitas bermain. Dengan dasar
inilah muncul istilah belajar sambil bermain ayau bermain sambil belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa bermain erat kaitannya dengan dunia anak.
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam
berprilaku. Dengan demikian, dalam hal belajar anak juga memliki karakteristik
yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak
merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini.

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran


untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anak belajar melalui bermain

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.

3. Anak belajar secara ilmiah.

4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertibangkan


keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
Menurut Kartini Kartono, anak usia dini memiliki karakteristik
sebagai berikut: 10

1. Bersifat egosentris na’if

2. Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya


sederhana dan primitive
3. Ada satu kesatuan jasmani dan rohani yang hamper-hampir tidak
terpisahkan sebagai satu totalitas, sikap hidup fisiognomis, yaitu anak
yang secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau material
terhadap setiap penghayatan.
Sedangkan dalam bukunya, Hartati mengemukakan ada beberapa
karakteristik anak usia dini, yaitu:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar,

2. Merupakan pribadi yang unik,

3. Suka berfantasi dan berimajinasi,

4. Masa potensial untuk belajar,

5. Mimiliki sikap egosentris,

6. Memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek,


Merupakan bagian dari makhluk sosial

Perkembangan anak usia dini

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-6 tahun, oleh orang tua
disebut sebagai usia problematis, menyulitkan, atau main; oleh para pendidik
disebut usia pra sekolah; dan oleh para ahli psikologi sebagai prakelompok,
penjelajah atau usia bertanya.

Pendidikan anak usia dini telah banyak berkembang di masyarakat, baik


yang ditumbuhkembangkan oleh instansi pemerintah maupun oleh
masyarakat. Misalnya, Bina Keluarga Balita yang dikembangkan oleh
BKKBN, Penitipan Anak oleh Depsos (dulu), TK oleh Depdiknas, TPA oleh
Depag, dan Kelompok Bermain oleh masyarakat.

Pendidikan anak usia dini terus mengalami peningkatan dari tahun ke


tahun. Seperti jumlah anak pada tahun 2002 yang berusia 0-6 tahun
(28.311.300 orang), hanya 5,69 % dilayani TK, 11% sudah masuk SD dan
52,25% dibina melalui program Bina Keluarga Balita. Sisanya 30,06% belum
memperoleh pelayanan pendidikan. Namun, pada tahun 2005, UNESCO
mencatat bahwa angka partisipasi PAUD di Indonesia menduduki posisi
terendah di dunia (20%). Fenomena yang sama juga terjadi di
ASEAN,Indonesia tergolong rendah dibandingkan Vietnam, Filipina,
Thailand, dan Malaysia. Saat ini sudah mulai tampak adanya perkembangan
yang positif dalam bentuk pertumbuhan Kelompok Bermain dan Tempat
Penitipan Anak yang pesat di masyarakat. Demikian pula dengan semakin
kuatnya dukungan pemda, akademisi, praktisi dan birokrat. Hal ini terlihat dari
pendidikan yang dilalui, yakni:

 Pada jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini berbentuk taman
kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), atau yang sederajat.
 Pada pendidikan nonformal, pendidikan anak usia dini berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau yang sederajat.
 Pada jalur informal berupa pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.

Betapa pentingnya posisi keluarga dalam membentuk

anak yang baiktersebut, sehingga Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional memasukkan pendidikan keluarga dan lingkungan
yang dikemas dalam jalur pendidikan informal (pasal 27) sebagai bagian tidak
terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional. Pentingnya pendidikan anak usia
dini diperhatikan sehingga keluar- galah yang merupakan lingkungan pertama
yang paling bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan ini. Sebab, dari
lingkungan keluarga- lah yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudara-saudaranya
seorang anak dapat mengisi usia emasnya, yakni hingga 5 tahun. Meskipun
banyak teori yang mengarah pada pentingnya factor

Secara umum anak usia dini dikelompokkan dalam usia (0-1 tahun),
(2-3 tahun), (4-6 tahun); dengan karakteristik masing-masing sebagai
berikut:14
1. Usia 0-1 tahun

Usia ini merupakan masa bayi, tetapi perkembangan fisik


mengalami kecepatan yang sangat luar biasa, paling cepat dibandingkan
usia selanjutnya. Berbagai karakteristik anak usia bayi dapat ijelaskan
sebagai berikut:
- Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak,
duduk, berdiri, dan berjalan.
- Mempelajari keterampilan menggunakan panca indra seperti
melihat, mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap
dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.

- Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap


melaksanakan kontak sosial dengan lingkungannya . komunikasi
responsive dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas
respon verbal dan non verbal bayi.
2. Usia 2-3 tahun

Pada usia ini terdapat beberapa kesamaan karakteristik dengan


masa sebelumnya, yang secara fisik masih mengalami pertumbuhan
yang pesat. Beberapa karakteristik khusus untuk anak usia 2-3 tahun
adalah sebagai berikut:
- Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia
memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar luar
biasa. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda apa saja yang
dia temui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi
belajar anak pada usia usia tersebut menempati grafik tertinggi
disbanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari
lingkungan.
- Mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan
berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum
jelasmaknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan
pikiran.
- Mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak
didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab
emosi bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada
lingkungan.
3. Usia 4-6 tahun

Usia 4-6 tahun memiliki karakteristik sebagai berikut:

- Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan


berbagai kegiatan. Hal itu ermanfaat untuk pengembangan otot-otot
kecil maupun besar, seperti manjat, melompat dan berlari.
- Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti meniru, mengulang
pembicaraan.
- Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan
dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan
sekitar. Hal ini terlihat dari seringnya anak menanyakan segala
sesuatu yang dilihat.
- Bentuk permainan anak sudah bersifat individu, bukan permainan
sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.
Karakteristik perkembangan anak usia dini ini dapat dilihat dari
beberapa ciri khas,

yaitu:
1. Perkembangan jasmani (Fisik Dan Motorik)

Perkembangan fisik motorik mengikuti pola perkembangan


yang sama, yaitu hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal.
Oleh karena itu, perkembangan fisik dan motorik anak dapat
diramalkan, apakah normal ataukah mengalami hambatan.
Meskipun mengikuti pola yang sama, akan tetapi ada
perbedaan laju perkembangan antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya. Oleh karena itu, tidak ada dua buah individu yang
sama persis, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
motoriknya.
Perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik, sesuai
dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang. Gerakan-gerakannya
sudah selaras dengan
kebutuhan dan minatnya, serta cendrung menunjukkan gerakan-gerakan motorik
yang cukup, gesit dan lincah, bahkan sering kelebihan gerak atau over activity.
Oleh karena itu, usia dini merupakan masa kritis bagi perkembangan motorik,
dan masa yang paling tepat untuk mengajarkan berbagai keterampilan motorik,
seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, dan bermain bola.
Terdapat karakteristik yang angat menonjol dan berbeda ketika anak
mencapai tahapan prasekolah dan kelompok bermain dengan usia bayi.
Perbedaan tersebut terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat, Panjang

badan serta keterampilan lainnya. Pada anak usia ini tampak otot-otot
tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai
jenis keterampilan. Semakin bertambah usia, perbandingan antara bagian tubuh
akan berubah pula. Selain itu, letak gravitasi makin berada di bagian bawah
tubuh sehingga keseimbangan akan berada pada tungkai bagian bawah

2. Perkembangan kognitif

Kemampuan kognitif yang memungkinkan pembentukan pengertian,


berkembang dalam empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-24 bulan), tahap
pra oprasional (24 bulan -7 tahun), tahap oprasional konkret (7 tahun-11 tahun),
dan tahap oprasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap-tahap ini merupakan
pola perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan dilalui oleh
semua orang. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang dapat
diramalkan.
Tahap pra oprasional merupakan tahap perkembangan kognitif anak usia
pra sekolah, yang berciri adanya penguasaan bahasa, kemampuan
menggunakan , meniru, sekalipun cara berfikirnya sangat egosentris, memusat,
dan tidak bias dibalik.
Percepatan perkembangan kognitif terjadi pada lima tahun pertama dalam
kehidupan anak, kemudian melambat, dan akhirnya konstan disaat akhir masa
remaja. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang besar terhadap faktor-faktor
yang diduga memengaruhi perkembangan kognitif.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat berkomunikasi. Dalam pengertian ini tercakup


semua cara untuk berkomunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata
atau kalimat, bunyi, lambing dan gambar. Melalui bahasa, manusia dapat
mengenal dirinya, penciptanya sesama manusia alam sekitar ilmu pengetahuan
dan nilai moral atau agama.

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa


mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anak-anak
secara bertahap berkembang dari melakukan suatu ekspresi menjadi melakukan
ekspresi dengan berkomunikasi. Mereka biasanya telah mampu
mengembangkan pemikiran melalui percakapan yang dapat memikat orang lain.
Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya,
berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia 2 tahun anak menunjukkan minat untuk
menyebut nama benda, serta terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia
mereka sehingga mampu berkomunikasi dengan lingkungan ang lebih luas, dan
dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya

4. Perkembangan bicara

Bicara merupakan keterampilan mental motoric, bicara tidak hanya


melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanis mesuara yang berbeda, tetapi
juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mangaitkan arti dengan bunyi
yang jelas, berbeda dan terkendali, ungkapan suara hanya merupakan bunyi
artikulasi. Lebih lanjut, sebelum mereka mampu mengaitkan arti dengan bunyi
yang terkendali itu, pembicaraan mereka hanya “mambeo” karena kekurangan
unsur mental dari makna yang dimaksud. 18 Fondasi-fondasi perkembangan
bahasa pada bayi dan Batita.19
Usia Kemampuan
Lahir  Menangis
1 bulan  Senyum social
 Bergumam
3 bulan  ‘Ah-goo (transisi antara bergumam dan babbling)
5 bulan  Razzing (menempatkan lidah diantara bibir untuk menghasilkan suara
sesapan)
7 bulan  Babbling (repetisi bunyi konsonan)
9 bulan  ‘Dada’, ‘mama’ digunakan dengan tidak tepat
10 bulan  ‘dada’, Mama’ digunakan dengan tepat.
11 bulan  Satu kata
12 bulan  Dua kata
13 bulan  Tiga kata
14bulan  Empat -enam kata
15 bulan  Jargon tidak matang (bersuara seperti menggumam, bukan kata-kata
yang benar)

18 bulan  7-20 kata


19 bulan  Jargon matang
20 bulan  Kombinasi dua kata
22 bulan  50 kata
24 bulan  Kalimat dua kata
 Kata ganti digunakan dengan tidak tepat

5. Perkembangan Emosi

Setiap orang mengikuti pola perkembangan emosi yang sama, sekalipun


dalam variasi yang berbeda. Variasi tersebut meliputi segi frekuensi, intensitas,
dan jangka waktu dari berbagai macam emosi, serta usia pemunculannya
yang disebabkan oleh

beberapa kondisi yang memengaruhperkembangan emosi. Oleh karena


itu, emosi anak kecil tampak berbeda dari emosi anak yang lebih tua atau orang
dewasa.
Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi sering kali tampak, emosinya
bersifat sementara laibil, dan emosi dapat diketahui melalui perilaku anak.

6. Perkembangan social

Perkembangan emosi mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan prilaku


sosial. Pola ini sama pada semua anak di dalam suatu kelompok budaya. Maka,
ada pola sikap anak tentang minat terhadap aktivitas sosial dan pilihan tertentu.
Oleh karena itu, memungkinkan untuk meramalkan prilaku sosial yang normal
pada usia tertentu. Juga memungkinkan perencanaan jadwal waktu peniddikan
sikap dan keterampilan sosial.
Pada semua tingkatan usia, kelompok sosial memberikan pengaruh yang
besar pada perkembangan sosial. Pengaruh tersebut paling kuat pada masa
kanak-kanak dan masa remaja awal. Oleh karena itu, memungkinkan peramalan
tentang anggota mna dalam suatu kelompok sosial yang mempunyai pengaruh
terkuat terhadap anak-anak pada usia tertentu.
7. Perkembangan Moral

Setiap orang akan melalui pola perkembangan moral yang sama, yang
terbagi dalam tiga tingkatan, dan masing-masing dibagi menjadi dua, hingga
keseluruhannya ada enam stadium. Oleh karena itu, perkembangan moral
seseorang dapat diramalkan.
Masa prasekolah anak berada pada tingkatan pertama yang disebut
dengan” moralitas prakonvensional”. Dalam hal ini, perilaku anak tunduk pada
kendali eksternal. Pada tahap ini, anak berorientasipada kepatuhan dan hukuman.
Moralitas suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. Anak hanya
mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak
dapat diganggu gugat.
Prakonvensional terdiri dari dua tahap yaitu moralitas heteronomy dan
tahap individualisme, tahap moralitas heteronomy adalah tindakan berbuat benar
karena taat kepada aturan dan hukum, serta takut sanksi apabila tidak mengikuti
aturan dan hukum.

8. Perkembangan spiritual

Perkembangan spiritual sangat bergantung pada lingkungan keluarga; yang


dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama keturunan (orang tua), pembiasaan dan
lingkungan, serta makanan yang dimakannya. Oleh karena itu, sebagai guru dan
orang tua kita harus melakukan pembiasaan dan menyediakan lingkungan yang
kondusif bagi anak-anak serta memberikan makanan-makanan yang halal.
PENUTUP

Karakteristik anak usia dini berdasarkan perkembangannya


dikelompokkan menjadi : 0 sampai 1 tahun, 2 sampai 3 tahun dan 4 sampai 6
tahun. Kegiatan pembelajaran pada anak usia ini berpusat pada perkembangan
baik dari fisik, bahasa, kognitif social, motorik dan keterampilan lainnya anak
yang bertujuan agar anak siap untuk menjalani pendidikan selanjutnya yaitu tahap
pendidikan dasar. Pada tahapan pendidikan dasar bersarkan perkembanganya anak
dikelompokkan menjadi masa kanak-kanak awal usia 6 sampai 9 tahun dan masa
kanak-kanak akhir 10 sampai 12 tahun. Pada tahap usia ini anak lebih suka
bermain bersama secara berkelompok. Anak pada usia sekolah dasar sudah dapat
bernalar dan berfikir secara konkret. Pemahamana mengenai karakteristik
perkembangan anak berdasarkan usia diperlukan guru dapat memahami anak
secara mendalam mengenai factor yang menghabat dan medukung anak dalam
pembelajan sehingga guru dapat mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalm
membimbing perkembangan sesuai dengan rencana yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi, & Novan Ardy Wiyani., Format PAUD, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2016.

Fadillah, Muhammad., Desain Pembelajaran PAUD, Yogyakarta: Ar-Ruzz


media, 2012).

Hartati, Sofia., Perkembangan Belajar Anak Usia Dini, Jakarta: Direktorat


Pembinaan AUD, 2005. Ibnu Badar Al-Thabany, Trianto., Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik, Jakarta: Kencana, 2015

Isma’il Raji Al-Faruqi, Tauhid, Bandung: Pustaka, 1995

Kartono, Kartini., Psikologi Anak Psikologi Perkembangan, Bandung:


Morang Tuar Maju, 1990

Trianto Ibnu Badar Al-Thabany, Desain Pengembangan Pembelajaran


Tematik, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 19 22 H. E. Mulyasa, Manajemen PAUD,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), hlm. 75

Anda mungkin juga menyukai