A. PERAN ILMU PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN Pendidikan saat ini seperti bukan lagi keharusan namun lebih kepada sebuah kebutuhan. Dengan pendidikan seseorang akan mampu mengubah pola pikirnya menjadi lebih terbuka dan berkembang. Tujuan utama pendidikan sebenarnya bukanlah untuk mencari atau mendapatkan suatu pekerjaan, memang hal tersebut tidak dapat dihindari. Tetapi sebenarnya pendidikan lebih ditujukan untuk mengubah mindset seseorang dalam berpandangan atau menyelesaikan masalah(problem solving). Dalam mengubah pola piker tersebut dibutuhkan pendidik yang dapat memahami sampai tahap mana perkembangan psikologi muridnya, hal tesebut sangatlah penting karena perkembangan setiap orang berbeda-beda dan terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhinya. Psikologi perkembangan merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari mengenai perkembangan atau kemunduran gejala jiwa seseorang mulai dari sebelum dilahirkan hingga dewasa(Ajhuri & KF,2019). Terdapat tiga fase perkembangan yang digunakan Osward Kroch dalam ciri- ciri psikologi yang berupa tortz atau sifat keras kepala yang dimiliki seorang anak(Purnomo,2010), tiga fase tersebut yaitu: 1. Fase anak awal yang memiliki kerentanan umur 0-3 tahun. 2. Fase keserasian sekolah antara umur 3-13 tahun 3. Fase kematangan yakni umur 13-21 tahun. Penjelelasan kali ini akan langsung membahas fase kedua dan ketiga. Pada fase ini merupakan fase dimana seseorang sedang berada pada masa pendidikan. Dalam fase kedua seorang anak akan mengalami fase tortz kedua, dimana anak mulai suka membantah, berperang, dan trauma terhadap orang tua. Kemudian anak akan masuk fase ketiga, di fase ini anak mulai menyadari kekurangan dan kelebihannya. Memang hal itu sudah wajar pada tahap perkembangan tersebut, namun perlu pendekatan-pendekatan yang tepat agar kebiasaan seperti itu tidak menjadi karakter pada seseorang yang bisa dibawa sampai dia dewasa. Hal tersebutlah yang membuat pentingnya memahami psikologi perkembangan bagi seorang pendidik. Sisi lain dapat mengetahui bagaimana perkembangan muridnya, tetaoi juga tahu bagaimana pendekatan yang tepat saat menghadapi anak didik sesuai dengan perkembangannya. Setelah pendekatan yang berhasil, akan memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan murid mengenai permasalahan-permasalahan seperti apanyang sedang dialaminya. Dan kita sebagai pendididik, masuk sebagai orang yang bisa menjadi pemberi solusi bagi permasalahnnya. Sehingga murid dapat memiliki berbagai macam perspektif dan cara dalam menghadapi masalah yang sedang dialami. Agar hal di atas dapat tercapai dengan baik bukan hanya peran guru saja yang dibutuhkan, namun orang tua juga memiliki peran yang besar dalam perkembangan anaknya. Karena orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam keluarga. Dapat ditarik kesimpulan, jadi memahami psikologi perkembangan merupakan hal yang penting saat kita menjadi seorang pendidik maupun orang tua, agar kita tahu sampai mana perkembangan anak dan tentunya juga dapat memberikan solusi yang tepa tatas permasalahan yang dialaminya.
B. RAGAM TEORI PERKEMBANGAN
Teori adalah pernyataan yang digunakan untuk memahami dunia di sekitar kita, sehingga memahami teori yang berkembang dalam hal perkembangan adalah hal yang penting untuk guru. Teori-teorinya adalah; TEORI PSIKOSOSIAL: ERIKSON Teori perkembangan anak yang dikemukakan oleh Erik Erikson yang merupakan salah satu teori psikososial yang paling popular hingga saat ini. Beliau melalui teori ini mengemukakan delapan tahapan perkembangan psikososial individu yang berfokus terhadap interaksi sosial serta konflik. Teori ini fokus pada aspek seksual seseorang. Teori ini juga berfokus kepada interaksi sosial serta pengalaman seseorang yang menjadi penentunya. Tahapan perkembangan anak yang ada pada teori ini juga digunakan untuk menjelaskan proses individu sejak bayi hingga meninggal dunia. Berbagai konflik yang dihadapi di setiap tahapan nantinya akan berpengaruh saat dewasa kepada pembentukan karakternya. TEORI KONSTRUKTIVISME: PIAGET Teori perkembangan anak yang dikemukakan oleh Jean Piaget yang berupa teori kognotif. Fokus dari teori ini adalah pola piker individu. Beliau mengemukakan bahwa seorang anak memiliki cara piker yang berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pada teori ini proses berpikir individu menjadi pertimbangan penting sebagai aspek yang menentukan cara pandang untuk memahami dunia ini oleh seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dibedakan oleh teori ini, yaitu sebagai berikut: 1. Sensorimotor stage, yang terjadi ketika anak berumur 0 bulan hingga 2 tahun. Pada tahapan ini, pengetahuan yang dimiliki anak terbatas oleh persepsi sensori serta aktivitas motoriknya saja. 2. Pre-Operational stage, yang terjadi ketika anak berumur 2 hingga 6 tahun. Pada tahapan ini seorang anak mulaibelajar untuk menggunakan bahasa tanpa memahami konsep logika. 3. Concrete Operational stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 7 hingga 11 tahun. Pada tahapan ini, seorang anak mulai memahami konsep atau cara piker logis, namun masih belum memahami konsep abstrak. 4. Formal Operational stage, yang terjadi ketika seorang anak berumur 12 tahun hingga dewasa. Pada tahapan ini, seorang individu sudah memiliki cara berpikir abstrak serta kemampuan berpikir logis, analisis serta dedukatif, dan juga perencanaan sistematis.
TEORI SOSIOKULTURAL: VYGOTSKY
Teori ini dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Pada teorinya, beliau mengemukakan bahwa seorang anak belajar secara aktif melalui pengalaman yang dialaminya secaa langsung. Teori ini berpendapat bahwa orangtua, pengasuh, maupun teman menjadi faktor penting pada pembentukan seorang anak. Melalui teori ini juga ditekankan bahwa belajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Melalui interaksi antar individu maupun kelompok yang ada menjadi proses belajar bagi seseorang.
TEORI BELAJAR SOSIAL: BANDURA
Teori ini dikemukakan oleh psikolog Bernama Albert Bandura. Pada teorinya, beliau meyakini bahwa seorang anak mendapatkan informasi serta kemampuan dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Walaupun begitu, pengamatan yang dilakukan tersebut tidak selalu secara langsung. Pengamatan ini dapat melalui tokoh fiksi yang ada di buku, film, maupun proses pembelajaran aspek sosial yang dilakukannya berupa observasi.
TEORI SISTEM EKOLOGI: BRONFENBRENNER
Seorang ahli psikologi dari Amerika bernama Urie Bronfenbrenner merumuskan teori ekologi dalam psikologi perkembangan untuk menjelaskan bagaimana kualitas yang diwarisi oleh seorang anak dan lingkungan tempatnya berinteraksi dapat mempengaruhi bagaimana tumbuh kembang anak. Melalui teori ekologinya tersebut, Bronfenbrenner menekankan pentingnya untuk mempelajari seorang anak dalam konteks lingkungan yang beragam yang juga dikenal dengan istilah sistem ekologi dalam usaha untuk memahami proses perkembangannya. Seorang anak biasanya akan berada dalam ekosistem yang berbeda secara simultan, dari lingkungan yang paling akrab di rumah menuju lingkungan luar ke sekolah dan ke lingkungan yang paling luas yaitu budaya dan masyarakat. Setiap sistem ini tidak dapat dihindari untuk berinteraksi dan saling mempengaruhi setiap aspek kehidupan seorang anak. Teori ini akan membantu kita untuk memahami mengapa kita dapat berperilaku berbeda di lingkungan yang berbeda, misalnya perilaku kita ketika di rumah akan berbeda dengan perilaku yang kita tunjukkan ketika berada di lingkungan luar. DAFTAR PUSTAKA Eggen, P., & Kauchak, D. (2016). Educational psychology: Windows on classrooms. Essex, UK: Pearson Education Limited. Gillibrand, R., Lam, V., & O’Donnell, V.L. (2016). Developmental psychology. Harlow, UK: Pearson. Lightfoot, C., Cole, M., & Cole, S.R. (2013). The development of children. New York, NY: Worth Publishers. Santrock, J.W. (2013). Life-span development. New York, NY: McGraw-Hill. Santrock, J.W. (2018). Educational psychology. New York, NY: McGraw-Hill.