Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan


orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan
saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan lingkungannya. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan
proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh
dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan,
disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain,
seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk
memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi,
minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih
akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan
atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial
remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga
beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya,
seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki
penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat
terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek
gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi
isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan
dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan
sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial
remaja.

Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun ingin membuat makalah
dengan judul “konsep perkembangan dalam psikologi dan pendidikan “

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan


masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan ?
2. Apa saja karakteristik perkembangan anak, remaja, dan dewasa?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Bagaimana pengaruh perkembangan terhadap tingkah laku?
5. Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi
terhadap penyelenggaraan pendidikan?
6. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
8. Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku
seseorang.
5. Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP PERKEMBANGAN DALAM KONTEKS PSIKOLOGI


DAN PENDIDIKAN

Kata perkembangan sering kali di gandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan.


Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan
pada dasarnya adalah perubahan, perubahan ke tahap yang lebih tinggi atau lebih baik. Ada
beberapa perbedaan antara pertumbhan dan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak
berkenann dengan aspek- aspek jasmaniah atau fisik, sedang perkembangan dengan aspek psikis
atau rohaniah
A. DEFINISI PSIKOLOGI SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Sebelum melangkah pada psikologi perkembangan, psikologi secara etimologi


adalah berasal dari dua kata Yunani “Psiko” yang berarti ; jiwa, roh, dan “Logos” yang
berarti ; ilmu.Berarti psikologi adalah ilmu yang mempelajari diri manusia yang sebagai
suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Dengan demikian, menurut R.S.
Woodworth memberikan tentang psikologi sebagai berikut Psychology can be defined as
the science of the activities of the individual. Apa yang hendak diselidiki oleh psikologi
adalah segala sesuatu yang dapat memberikan jawaban tentang apa sebenarnya manusia
itu, mengapa ia berbuat atau berlaku demikian, apa yang mendorongnya, dan berbuat
demikian, dengan singkat dapat kita katakana bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia. Tentu saja kata tingkah laku disini tidak hanya
diposisikan pada satu arti saja, akan tetapi dapat diartikan secara luas, baik menyangkut
dari dalam dirinya, maupun segala sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebagaimana
menurut Crow & Crow, psikologi adalah tingkah laku manusia yakni interaksi manusia
dengan dunia sekitarnya, baik yang berupa manusia lain (human relationship) maupun
yang bukan manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya. Kiranya perlu juga
diingat, bahwa psikologi tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku manusia saja.

Dengan kata lain, yang termasuk di dalamnya cara ia berbicara, berjalan, berfikir
atas mengambil keputusan dari diri dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut para
psikologi mengartikan bahwa psikologi bukan sekedar tentang ilmu tingkah laku begitu
juga tetapi dan kemampuan untuk berhubungan dengan makhluk halus, kemampuan
untuk meramalkan hari depan dan sebagainya.

Akan tetapi psikologi menurut Wilhelm Wundt psikologi merupakan kelanjutan


studi tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
sistematika dan metode ilmiah sehingga teorinya lebih objektif. Objek psikologi bukanlah
jiwa dan pula bukan masalah-masalah rohaniyah yang bersifat misterius serba rahasia dan
sukar diterka bahkan psikologipun belum mampu mengetahui kehidupan rohaniah
seseorang bagaimana melihat bayangan dirinya dalam cermin, walaupun mereka dapat
dikatakan mampu meramal dan mengadakan prognosa secara ilmiah mengenal
kemungkinan tingkah laku yang akan diperbuat seseorang.

3
Demikian karena banyaknya pengertian Psikologi yang kita kenal saat ini maka
ada baiknya, yang asalnya tidak mengetahui beberapa pandangan tentang “Psikologi”.
Dengan semua itu, sehingga kita mengetahui beberapa aspek Psikologis tentang selayang
pandang pengertian Psikologi yang pada hakekatnya. Dalam hal ini supaya memahami
dan dapat mengkomparatifkan yang sehingganya mampu mengambil kesimpulan secara
tetap dan lebih kompleks.

Pengertian perkembangan/pertumbuhan manusia memang dijadikan oleh Allah


SWT. Dengan melalui fase-fase tersebut, yang dalam prosesnya mengalami interaksi
(saling mempengaruhi) antara kemampuan dasar (pembawaan) dengan kemampuan yang
diperoleh (hasil belajar/lingkungan). Dalam hal pengertian pertumbuhan dan
perkembangan, para ahli jiwa dan pendidikan tidak sama memberikan definisinya.

Menurut pandangan para ahli biologi istilah pertumbuhan diartikan sebagai suatu
penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh dan bagian-
bagiannya. Sedangkan istilah “Perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukkan
perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam
suatu kesatuan fungsional, bila pertumbuhan berlangsung.Jadi, kalau pertumbuhan dapat
diukur, sedangkan hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan
dalam bentuk-bentuk tingkah laku, pada saat telah tercapai kematangan.

Dengan demikian, terminology “Kematangan” mencakup di dalamnya pengertian


pertumbuhan dan perkembangan, maka seseorang telah dianggap “matang” apabila fisik
dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan, sampai pada tingkat-
tingkat tertentu. Yang hanya pada orientasinya berbeda. Menurut Lanefeld dan Boring,
menggunakan pengertian “Kematangan” untuk pertumbuhan, sedang “Perkembangan”
diterapkan pada ; baik sebelum tingkah laku yang tidak dipelajari itu terjadi, maupun
sebelum terjadinya proses belajar dari tingkah laku yang khusus. Berarti pertumbuhan
dan perkembangan, dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan akibat-akibat dari
pengaruh-pengaruh tertentu dari kehidupan organisme seorang anak, yang muncul atau
menampakkan diri dalam perkembangan pada umumnya (psikis maupun fisiologis).

B. PENGERTIAN DINAMIKA PRILAKU MANUSIA

Dinamika perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh


manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika.
Menurut perspektif kognitif lebih menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Menurut perspektif behaviorisme
manusia adalah mesin (homo mechanicus) yang perilakunya dikendalikan atau
dikendalikan oleh lingkungan.

Pada dasarnya individu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan


dalam memenuhi kebutuhannya individu memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis.
Untuk mendapatkan perilaku yang dinamis, individu perlu menyesuaikan dan
menggunakan segala aspek yang ada dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri
4
individu dapat berjalan dinamis, individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya
tetapi juga dapat mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi.

Pengembangan pribadi yang dimaksud adalah individu dapat menguasai


kemampuan-kemampuan social secara umum seperti keterampilan komunikasi yang
efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleran, mementingkan musyawarah
untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab
social seiiring dengan kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.

Dalam Pendidikan pun dinamika perilaku perlu diterapkan agar kegiatan


bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis dan tujuan yang
diingkan tercapai. Misalnya dalam bimbingan dan konseling kelompok semua anggota
dan konselor bersikap pasif maka kegiatan tersebut tidak akan hidup dan tidak berjalan
dengan lancar. Begitu pula sebaliknya.

Menurut pandangan humanistic, manusia adalah makhluk yang aktif dalam


merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Perilaku manusia berpusat
pada konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat
fleksibel dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada
kebutuhannya dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta
mengaktualisasikan dirinya.

Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek


pendidikan adalah manusia (individu). Psikologi memberikan wawasan bagaimana
memahami perilaku individu, proses pendidikan serta bagaimana membantu individu
agar dapat berkembang optimal.

Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa
penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas
kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi,
psikoedukasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli
psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk hitungan
karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.

Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang


mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat
segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang
menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat tinggi
ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat,
serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai
baginya.

Sampai dengan penghujung abad ini terdapat empat aliran besar psikologi, yakni :
Psikoanalisis, psikologi Perilaku, Psikologi Humasnistik, Psikologi Transpersonal.
Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan dengan

5
metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan
manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.

1. Perspektif Biologis

yaitu sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa


yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran
seseorang. Perspektif Biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang
psikologi yang nenekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan
kesamaan di antara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek
sosial, dan area-area lain dari perilaku. Kita bisa terima Charles Darwin (1859) untuk
menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan peran dalam
mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam .

Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik


mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom
manusia dipetakan, mungkin, suatu hari nanti kita akan memahami lebih tepatnya
bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti kromosom,
hormon dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
manusia, untuk jenis kelamin misalnya, Pendekatan biologis berpendapat bahwa
perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif. Misalnya,
dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran anak, tingkat testosteron pada ayah
hampir lebih dari 30 persen.

Psikolog Biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi


dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog
biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba untuk
menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia dipengaruhi
oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).

Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan ia membantu


meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan disiplin
lain akan berpendapat bahwa ini hanya memperlakukan gejala dan bukan
penyebabnya. Di sinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa psikolog
biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang terlibat untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik.

Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog


berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan pengalaman
menangani pasien, freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai
manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk,
dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan agama.

Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak
sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai
sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap

6
sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan merupakan
alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat alam prasadar. Dengan
metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal
yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.

2. Perspektif Behaviorisme

yaitu pendekatan psikologi yang menelaah cara lingkungan dan pengalaman


mempengaruhi tindakan seseorang. Penganut behaviorisme (behaviorist) menaruh
perhatian pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (punishment) dalam
mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu.

Behaviorisme berbeda dengan kebanyakan pendekatan lain karena mereka


melihat orang (dan hewan) sebagai dikendalikan oleh lingkungan mereka dan secara
khusus bahwa kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dari lingkungan kita.
Behaviorisme berkaitan dengan bagaimana faktor lingkungan (disebut rangsangan)
mempengaruhi perilaku yang dapat diamati (disebut respon). Pendekatan behavioris
mengusulkan dua proses utama dimana orang belajar dari lingkungan mereka:.
Pengkondisian yaitu klasik dan operant conditioning Pengkondisian klasik melibatkan
pembelajaran oleh asosiasi, dan pengkondisian operan melibatkan belajar dari
konsekuensi perilaku.

Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919).


Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun
1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar
pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam
memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan
pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif
semacam itu, yang menurutnya bersifat "mistik", "mentalistik", dan "subyektif".
Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang "dapat diamati"
(observable), yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan
(doings)". Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey,
karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati
berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.

Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan


"tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli).
Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa
berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional.
Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan
tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang
datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan
dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri
seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut
dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam (black-

7
box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan.
Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang
mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not
directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.

Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus


behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan "operant behavior" dan
"reinforcement". Yang dimaksud dengan "operant condition" adalah setiap perilaku
yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan
akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum
kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman
yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang
lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang dimaksud dengan "reinforcement"
adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan
memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu
tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka
tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian
hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui,
reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas
merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat
kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam
saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu
orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).

Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini
mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan
oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini
merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang
perilaku binatang yang sebelumnyadikondisikan.

Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-


asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan,
psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori
perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :

 Classical Conditioning, suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu


apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang
secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu
dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan
menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini
terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
 Law of Effect, perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan
cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan
cenderung dihentikan.

8
 Operant Conditioning, suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan
perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat
positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif).
Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku
tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau
mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).
 Modelling, munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan
terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)

Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar


yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru
3. Perspektif Humanisme

Pandangan humanistic (Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa


manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki
kontrol terhadap nasibnya sendiri. Tokoh humanis (Rogers) berpendapat bahwa
manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri ke arah positif,
manusia itu rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Ini
berarti bahwa manusia mampu mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri.
Jika manusia dalam keadaan yang memungkinkan dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang maka akan mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang maju dan
positif, terbebas dari kecemasan dan menjadi anggota masyarakat yang bertingkah
laku secara memuaskan. Lebih lanjut Rogers mengemukakan bahwa pribadi manusia
sebagai aliran atau arus yang terus mengalir tanpa henti, tidak statis, dan satu
kesatuan potensi yang terus-menerus berubah.

Pandangan Adler (1954) bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh


dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan olehrasa tanggung
jawab sosial serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Lebih dari itu bahwa “
individu melibatkan dirinya dalam bentuk usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri
dalam membantu orang lain dan membuat dunia menjadi lebih baik untuk ditempati.”

Oleh karena itu, dalam kesimpulan, ada perspektif yang berbeda begitu banyak
untuk psikologi untuk menjelaskan berbagai jenis perilaku dan memberikan sudut yang
berbeda. Tidak ada perspektif seseorang memiliki kekuatan lebih jelas sisanya. Hanya
dengan semua berbagai jenis psikologi yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain
(alam-memelihara perdebatan), tumpang tindih satu sama lain (misalnya psikoanalisis
dan psikologi anak) atau membangun satu sama lain (psikolog biologi dan kesehatan) kita
dapat memahami dan menciptakan solusi efektif bila masalah muncul sehingga kita
memiliki tubuh yang sehat dan pikiran sehat.

Fakta bahwa ada perspektif yang berbeda mewakili kompleksitas dan kekayaan
perilaku manusia. Pendekatan ilmiah, seperti behaviorisme atau kognitif psikologi,
cenderung mengabaikan pengalaman subjektif yang dimiliki manusia. Perspektif
humanistik tidak mengakui pengalaman manusia, tetapi sebagian besar dengan
mengorbankan yang non-ilmiah dalam metode dan kemampuan untuk memberikan bukti.

9
Perspektif psikodinamik berkonsentrasi terlalu banyak pada pikiran bawah sadar dan
anak-anak. Dengan demikian ia cenderung melupakan peran sosialisasi (yang berbeda di
setiap negara) dan kemungkinan kehendak bebas. Perspektif biologis manusia untuk
mengurangi seperangkat mekanisme dan struktur fisik yang jelas penting dan penting
(gen misalnya). Namun, gagal untuk memperhitungkan kesadaran dan pengaruh
lingkungan pada perilaku.
C. PERKEMBANGAN SEBAGAI CABANG PSIKOLOGI
Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang
berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia adalah keturunan, lingkungan dan manusia itu sendiri.
Fase-fase perkembangan menurut beberapa ahli psikologi:
a. Menurut Aristoteles
1. 0-7 : masa anak kecil
2. 7-14 : masa anak
3. 14-21 : masa remaja
b. Menurut Mantessori
1. 0-7 : periode penemuan dan pengaturan dunia luar
2. 7-12 : periode rencana abstrak
3. 12-18 : periode penemuan diri dan kepekaan social
4. 18 : periode pendidikan tinggi
c. Menurut J.J Rousseau
1. 0-2 : masa asuhan
2. 2-12 : masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra
3. 12-15 : masa pendidikan akal
4. 15-20 : masa pembentukan watak dan pendidikan agama
d. Menurut Oswald Kroch
1. Masa anak-anak
2. Masa remaja
3. Masa kematangan

e. Menurut Elizabeth B. Hurlock


1. Periode prenatal
2. Masa oral
3. Masa bayi
4. Masa anak-anak
5. Masa pubertas

D. PENGERTIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pengertian pskologi perkembangan,
yaitu:
 Linda L Daidoff (1991)

10
Psikologi perkembangan adalah cabang psikogi yang mempelajari perubahan
dan perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental manusia yang
dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuaahn hingga menjelang
mati.
 M. Lenner (1976)
Psikologi perkembangan sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan
dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup (mempelajari
bagaimana proses berpikir pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan
dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembangnya dari anak-
anak, remaja sampai dewasa.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa Perkembangan psikologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia
secara ontogeny yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku maupun fungsi mental
manusia sepanjang rentang hidupnya dari masa konsepsi hingga menjelang mati. Ilmu ini
termasuk psikologi khusus yakni psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada
tingkah laku individu.
E. MANFAAT MEMPELAJARI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK BAGI
PENDIDIK
Mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa
keuntungan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan
diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai mampu
berpikir abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta didik tertentu
akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
2. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik.
3. Pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali
berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak
bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh
unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan
multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru
sangat minim. Guru memiliki perana yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi
kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas, 2005).
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas
untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah
merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang
dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci
tugas guru berpusat pada:

11
 Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
 Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
 Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia
sbertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia
harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat
merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi
kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002).

Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya
guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan
kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai
pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar
mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat
perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain
hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga
membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan
belajar. Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan
pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan
sekolah.
Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun
ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang
bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar
anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus
menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah
yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.
Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing
artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal
terhadap sekolah.

12
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Dengan
mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa keuntungan. Pertama,
kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan diketahui pada
umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai mampu berpikir abstrak atau akan diketahui
pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi
khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik. Ketiga, pemahaman
tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari
perkembangan yang normal.

13
REFERENSI

Syah, Muhubbin Psikologi Pembelajaran, Bandung: Rajawali Pers 2009


W. Sarwono, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang 2003

Ahyadi, Abdul Aziz. Psikologi Agama Kepribadian Muslim.Bandung : Sinar Baru


AlGensindo. 2001.

Bastaman, Djumhana. Integrasi Psikologi dengan Islam.Yogyakarta : Yayasan Insan


Kamil.1997.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.

Shalahuddin, Mahfudh. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya : Bina Ilmu. 1990.

14

Anda mungkin juga menyukai