Anda di halaman 1dari 10

KEMATANGAN PESERTA DIDIK

A.PENGERTIAN KEMATANGAN PESERTA DIDIK


Kematangan adalah terlaksananya dengan baik tugas-tugas
pertumbuhan dan perkembangan seseorang menuju struktur
tingkah laku yang lebih tinggi. Untuk membantu siswa
mencapai kematangan psikologisnya agar tumbuh minat
belajar yang tinggi, peran lembaga pendidikan formal seperti
sekolah begitu besar dan sangat strategis.
Menurut Monks (1999 : 2) kematangan didefinisikan
sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas
perkembangan tertentu dan kemampuan untuk
berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil
pertumbuhan. Kematangan itu sendiri berarti perubahan yang
terjadi pada setiap individu secara teratur berdasarkan genetik
yang sudah mencapai kemasakan / usia masak. ... Contohnya
jika anak pintar bisa dikatakan mempunyai unsur genetik yang
dibawanya dari orang tua walaupun tidak seluruhnya.
Contoh perubahan tingkah laku yang disebabkan karena
kematangan?
perubahan tingkah laku karena kematangan misalnya
seorang anak smp yang masih berfikiran seperti anak remaja
pada umumnya,senang berkata kotor,nakal dsb mungkin
nanti saat besar akan menyadari sendiri dan berperilaku
dewasa layaknya seorang orang tua karena naiknya tingkat
kematangan pemikirannya dalam hidupnya.
B.KEMATANGAN FISIK
Wasty Soemanto7 mengemukakan bahwasanya perkembangan
pribadi manusia meliputi beberapa aspek perkembangan,
antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis
dan perkembangan pedagogis. Berikut ini akan dipaparkan
perkembangan kematangan diri (self maturity) manusia
menurut tiga aspek tersebut.
a) Perkembangan Fisiologis
Menurut Gesell dan Amatruda Kematangan diri manusia
secara fisiologis berkisar dari usia 17 s.d 20 tahun. Dalam tahap
ini pertumbuhan fisik anak menuju kesarah kematangan
fisiologisnya. Semua fungsi jasmaniahnya berkembang
menjadi seimbang. Keseimbangan fungsi fisiologis
memungkinkan pribadi manusia berkembang secara positif
sehingga manusia semakin mampu bertingkah laku sesuai
dengan tuntutan sosial, moral, serta
Intelektualnya.
b) Perkembangan Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) masa
pematangan diri terlihat ketika individu berumur lebih dari 20
tahun. Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai
dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam
tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi,
pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan
masyarakat. Semua ini direalisasikan oleh individu dengan
belajar mengandalkan kehendaknya.
Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih
keinginankeinginan yang akan direalisasikan dalam bentuk
tidakan-tindakannya.Realisasi setiap keinginan ini
menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang dalam masa
perkembangan ini mulai mampu melakukan “self direction”
dan “self controle”. Dengana kemampuan keduanya ini, maka
manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk
hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
c) Perkembangan secara Pedagogis
John Amos Comenius (1952) mengemukakan bahwa
perkembangan manusia terdiri dari 5 tahap yang salah satunya
tahap kematangan pribadi. Tahap dimana intelek memimpin
perkembangan semua aspek

3.KEMATANGAN EMOSIONAL
Emosi” berasal dari kata “emotus” atau “emovere” yang
berarti mencerca/menggerakkan (to stir up), kematangan emosi
yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu dalam diri
manusia, emosi merupakan penyesuaian organis yang timbul
secara otomatis pada manusia dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu.

Menurut Maramis emosi adalah suatu keadaan yang


kompleks yang berlangsung biasanya tidak lama yang
mempunyai komponen pada badan dan jiwa individu itu; pada
jiwa timbul keadaan terangsang (excitement) dengan perasaan
yang hebat serta biasanya terdapat impuls untuk berbuat
tertentu; pada badan timbul gejala-gejala dari pihak susunan
saraf vegetative umpamanya pada pernafasan, sirkulasi dan
sekresi. 35 Bimo Walgito memberikan pengertian yang lebih
sederhana bahwa emosi merupakan keadaan perasaan yang
telah begitu melampaui batas sehingga untuk mengadakan
hubungan dengan sekitarnya mungkin dapat terganggu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


emosi merupakan keadaan perasaan atau reaksi perasaan yang
datangnya secara tiba-tiba terhadap perubahan situasi yang
begitu melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan
dengan sekitarnya seseorang mungkin dapat terganggu, karena
biasanya tidak dikendalikan oleh rasio atau akal. Emosi
merupakan reaksi utama psikis terhadap stimuli dari
lingkungan dan reaksi terhadap stimuli yang berasal dari dalam
dirinya sendiri. Manusia dapat merasakan emosi sebagai suatu
respon terhadap pikiran, ingatan, dan perasaan tubuh yang
muncul dalam dirinya.

Selanjutnya emosi merupakan perasaan yang ditujukan


kepada seseorang, atau reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Rasa sedih, senang, bahagia, marah, dan depresi
merupakan rasa yang berbeda dan diungkapkan dengan cara
yang berbeda pula. Emosi berfungsi sebagai energizer dan
messenger. Sebagai energizer, emosi berfungsi sebagai
pembangkit energi. Emosi dapat memberikan semangat dalam
bekerja bahkan juga semangat untuk hidup, seperti perasaan
silabus.web.id cinta dan sayang.

Namun, emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang


membuat merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada
semangat untuk hidup, seperti perasaan sedih dan benci.
Sebagai messenger, emosi berfungsi sebagai pembawa pesan.
Emosi member tahu bagaimana keadaan orang-orang yang
berada di sekitarnya, terutama orang-orang yang dicintai dan
disayangi, sehingga mereka dapat memahami dan melakukan
sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut.
4.KEMATANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu


perubahan progresif organisme dalam konteks ini adalah
remaja awal yang telah mengalami masa pubertas, mulai
berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya (konteks sosial) dan
mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku atau
tidak.Ananda & Kristiana (2017) mengutip dari Rifai (2007)
menjelaskan bahwa seorang remaja dapat dikatakan matang
secara sosial jika memenuhi ciri-ciri kematangan sosial yaitu
dapat menerima orang lain apa adanya, tidak mudah menolak
orang lain, mengembangkan dan membebaskan dirinya dari
masa kanak-kanak yang terikat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama
emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak,
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola
pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara
tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya
akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial
dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat.
Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta
didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,
dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain
merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini
akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan
intelektual tinggi.

5.Kematangan Intelektual

Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu


menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar –
Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis,
sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-
luasnya.
1. Pengertian Intelektual / Intelegensi
Intelektual secara harfiah berasal dari Bahasa Inggris
“intellectual” termasuk adjective (kata sifat), menurut As.
Hornby et. al berarti menunjukkan kekuatan penalaran yang
baik. Dalam Bahasa Indonesia di lihat lebih luas, kata
intelektual dapat di artikan
arif(cerdik,pandai,bijaksana,berilmu). Dalam Bahasa Arab,
intelektual adalah orang yang berakal, orang yang
mengetahui, berbudaya,akal pikiran.
2. Ciri-ciri kematangan intelektual antara lain :
a. Mampu berpikir mandiri.
b. Menghargai gagasan orang lain.
c. Dapat menerima kritik.
d. Mau belajar terus.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelligensi yaitu:
a. Pembawaan
b. Kematangan
c. Pembentukan
d. Minat
e. Kebebasan
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan
suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu
yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam
mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai
pengertian yang beragam.
Pertumbuhan intelektual seseorang berkembang dari
pengertian yang konkret kepada pengertian yang abstrak, hal
ini disebabkan karena pada mulanya seorang anak hanya
mampu bernalar secara efektif terhadap obyek-obyek yang
konkret saja. Pada tingkat perkembangan selanjutnya
kemampuan anak berpikir asbtrak menjadi semakin baik
sehingga mampu mendapatkan konsep abstrak. Sebagai
implikasi dari pernyataan itu ialah adanya interval antara
kemampuan berpikir abstrak dengan berpikir konkrit. Kedua
pola berpikir tersebut, yaitu berpikir konkret dan berpikir
abstrak adalah bersifat saling mengisi. Berpikir konkret
cenderung ke abstrak sebagai ekpresi alamiahnya, dan berpikir
abstrak dibangun atas pengertian-pengertian konkret. Seorang
anak terlebih dahulu mempelajari kata “bunga” untuk benda
berwarna yang tumbuh pada pohon hijau diluar ruangan, dan
baru kemudian membaginya kedalam bentuk Mawar, Tulip,
dan Anggrek. Abstraksi merupakan pemikiran biasa sebagai
sebuah kelanjutan dari hal yang paling konkret ke hal yang
paling abstrak.
Pada umumnya “kursi ” lebih dianggap konkret
dibandingkan dengan ” furniture”, ” anjing ” lebih konkret
daripada “binatang, “apel merah” lebih konkret dibandingkan
dengan kemerahan, dan sebagainya.
Kapasitas seseorang dalam mengingat sesuatu dan kemudian
menglompokkannya dengan tujuan mempermudah
pengingatan dapat juga disebut sebagai bentuk abstraksi.
Sebagai contoh, seorang anak dapat menggolongkan seekor
anjing sebagai binatang yang berkaki empat dan berekor satu.
Namun pada saat merka melihat kuda, mereka harus
melakukan definisi ulang mengenai aning tersebut, dan hal ini
disebut sebagai akomodasi.

Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari


pengetahuan tentang konsep, karena berpikir memerlukan
kemampuan untuk membayangkan atau menggambarkan
benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak baik akan dapat
mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai