Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN

Disusun oleh: Kelompok 7

Enjoy Omega Saputra NIM 321810115

Hendrikus Balang NIM 321810116

Irma Syuhada NIM 321810082

Rabina Sarioni NIM 321810208

Risfi Tirta Pratiwi NIM 321810112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN PGRI

PONTIANAK

2019

i
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. KEPRIBADIAN.............................................................................................3
B. PENDIDIKAN..............................................................................................11
C. KAITAN KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN......................................15
D. PROSES KEPRIBADIAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN.....17
E. PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEPRIBADIAN...................20

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek
kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan
meliputi prestasi belajar; intelegensia; dan bakat, sedangkan aspek kepribadian
meliputi watak; sifat; penyesuaian diri; minat; emosi; sikap; dan motivasi.
Gagasan tersebut memberikan gambaran tentang kesan tentang apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat; yang terungkap melalui perilaku.
Istilah kepribadian secara etimologis, berasal dari kata “pribadi” yang
berarti manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan
watak yang dimilikinya. Bila kata pribadi diawali dengan awalan “ke” akhiran
“an”, yakni “ke-pribadi-an”, maka pengertiannya adalah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang secara individu.
Pendidikan dalam wujudnya, selalu bertujuan membina kepribadian
manusia, baik demi ultimate-goal maupun bagi tujuan-tujuan dekat. Tujuan
akhir pendidikan adalah kesempurnaan pribadi. Prinsip ini terutama berpangkal
pada asas self-realisasi, yakni merealisasi potensi-potensi yang sudah ada di
dalam martabat kemanusiaannya. Potensi-potensi itu, baik berupa potensi-
potensi intelektual, mental, rasa, karsa, maupun kesadaran moral, bahkan juga
aspek-aspek keterampilan fisik dan perkembangan jasmani. Peranan
pendidikan dalam pembinaan kepribadian terutama tersimpul dalam usahanya
merealisasikan tujuan pendidikan.
Bila teori kepribadian dikaitkan dengan teori kependidikan, maka
ditemukan keterpaduan. Dalam GBHN (Ketetapan MPR No IV/MPR/1978),
berkenaan dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut:
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kepribadian?
2. Apa pengertian pendidikan?
3. Apa kaitan kepribadian dan pendidikan?
4. Bagaimana proses pendidikan dalam membentuk kepribadian?
5. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap kepribadian?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kepribadian
2. Mengetahui pengertian pendidikan
3. Mengetahui kaitan kepribadian dan pendidikan
4. Mengetahui proses pendidikan dalam membentuk kepribadian
5. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kepribadian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPRIBADIAN
Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan
personare, yang artinya menembus. Istilah topeng berkenaan dengan salah satu
atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno.
Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang
diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus
keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. Dari sejarah pengertian
kata personality tersebut, kata persona yang semua berarti topeng, kemudian
diartikan sebagai pemaiannya sendiri, yang memainkan peranan seperti
digambarkan dalam topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality oleh
para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk
menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia.
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan
dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing
manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi
membentuk kesatuan. Kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan
identitas diri, jati diri seseorang, kesan umum seseorang tentang diri anda atau
orang lain, fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah.
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian
sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang
dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara
teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan
paradigma yang merekla yakini dan focus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi definisi

3
sebanyak ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli
yang definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.

 GORDON W. W ALLPORT

Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man


really is.” Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai
lalu dia merevisi definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005) Definisi yang
kemudian dirumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that
determine his unique adjustments to his environment” (Singgih
Dirgagunarso, 1998).

Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi : Kepribadian adalah


organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.

 KRECH dan CRUTCHFIELD

David Krech DAN Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang


berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai
berikut : “Personality is the integration of all of an individual’s
characteristics into a unique organization that determines, and is modified
by, his attemps at adaption to his continually changing environment.”

Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam


suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh
usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah terus-menerus.

4
 ADOLF HEUKEN, S.J.

Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan


Membina Kepribadian (1989), menyatakan sebagai berikut. “Kepribadian
adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan
seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang
sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas di bawah
beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya,
dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”.

Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken


dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut.

 Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari


aspek psikis, seperti : inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta
aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.
 Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya
yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola
tingkah laku yang khas atau unik.
 Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi
dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
 Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh individu.

Kepribadian terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:

 Merupakan organisasi yang dinamis, maksudnya adalah bahwa


kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi
sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
 Psikofisis, ini menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata
neural (fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara aspek dan fisik
dalam kesatuan kepribadian

5
 Kepribadian berfungsi untuk menentukan, berarti bahwa kepribadian
mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan determinasi yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
 Unik (khas), ini menunjukkan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai
kepribadian yang sama.
 Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukkan bahwa
kepribadian mengantar individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan
psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah
sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori


kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari
Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis
dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori
Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-
Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan
sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang
aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :

 Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten


tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
 Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
 Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa
 Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko
secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.

6
 Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang


menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal
ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang
sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

Ciri-ciri kepribadian yang sehat:

 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.

 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau


kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu
yang sempurna.

 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai


keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.

 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap


kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.

 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,


mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

7
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak).

 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas


dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak
atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,


memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya
dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan


memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup


yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung


oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).

Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat:

 Mudah marah (tersinggung)

 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
muda atau terhadap binatang

8
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum

 Kebiasaan berbohong

 Hiperaktif

 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

 Senang mengkritik/mencemooh orang lain

 Sulit tidur

 Kurang memiliki rasa tanggung jawab

 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang


bersifat organis)

 Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama

 Pesimis dalam menghadapi kehidupan

 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Dilihat dari aspeknya, kepribadian dapat terbentuk karena beberapa faktor


berikut;

 Genetik

Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik,


bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu.

Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah


kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus

9
pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar
kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam
berbagai situasi.

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap


pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti
perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik
genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat
kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

 Lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap


pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan
pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh
pada kultur yang lain.

 Perasaan

Pengertian perasaan adalah tingkah individu yang didasari pada faktor


kejiwaan dalam hatinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan yang sesuai dengan kata hati. Oleh karenannya banyak
pihak mengetakan bahwa perasaan sama arti dengan emosi.

10
 Pengetahuan
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan
lainnya, tentusaja tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang
mendalam, dengan kadaan ini pengatahuan menjadi aspek terpenting dalam
membentuk kepribadian seseorang.

 Naluri
Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri
membentuk manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri
memiliki karakteristik yang berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri
di bawa sejak ia lahir.

B. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).

Pendidikan harus mendorong terwujudnya manusia yang dewasa secara


personal/emosional, moral, sosial, dan intelektual, sehingga terwujud manusia,
menurut UUD 1945 maupun UU Sisdiknas 2003, yang meningkat keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia sebagai dasar untuk menjadikan mereka
cerdas, serta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.

Pendidikan merupakan hal yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut
sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikan adalah ketentraman. Dengan kata

11
lain, tujuan pendidikan menurut bangsa Yunani adalah untuk menciptakan
kedamaian dalam kehidupan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil
pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggatan kegiatan
pendidikan.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, Tujuan pendidikan adalah untuk mendidik


anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan
penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan
masyarakatnya.

Sementara itu, Negara Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang diatur


dalam UUD 1945 dan Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Menurut UUD
1945, tujuan pendidikan nasional diatur dalam pasal 31 ayat 3 dan pasal 31
ayat 5.

UUD 1945 Pasal 31 ayat 3 menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan


menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.

Sementara UUD 1945 Pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah


memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional


adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tujuan pendidikan nasional juga untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

12
Secara umum, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan
kemampuan, membentuk watak, kepribadian, agar peserta didik menjadi
pribadi yang bermartabat.

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan dan kaitannya dengan


fungsi pendidikan adalah sebagai berikut:

 Mempersiapkan setiap anggota masyarakat agar dapat mencari nafkah


sendiri.
 Membangun mengembangkan minat dan bakat seseorang demi kepuasan
pribadi dan kepentingan masyarakat umum.
 Membantu melestarikan kebudayaan yang ada di masyarakat.
 Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam
demokrasi.

Sedangkan menurut David Popenoe, fungsi pendidikan adalah:

 Untuk mentransfer atau pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke


generasi berikutnya.
 Memilih dan mendidik manusia tentang peranan sosial.
 Memastikan terjadinya integrasi sosial di masyarakat.
 Lembaga pendidikan mengajarkan corak kepribadian.
 Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.

Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan. Berikut unsur -unsur


pendidikan secara lengkap.

Dalam proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu :

13
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung


menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah
subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku
pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri
(mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah
hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya

2) Orang yang membimbing (pendidik).

Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
pelatihan, dan masyarakat/organisasi.

3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar


peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alat-alat
pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

4) Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya


abstrak.

Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas


sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan
harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi
tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu.

14
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam


kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini
meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal
misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi
lingkungan.

6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).

Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat
dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.

7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga,


sekolah dan masyarakat

C. KAITAN KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN


Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan
hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara
timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga
pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral,
intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya
dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya
dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan
pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan

15
dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan
membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia
tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa
dalam pribadi individu tumbuh atas dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam
(kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan
istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor
dari luar saling memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu
menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah
oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil
perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan.
Faktor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik,
misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar
dirinya.
Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal
perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang
berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani,
berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa
pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi
juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan
dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga

16
diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Pembinaan tersebut pada dasarnya
dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta kehidupan di
akhirat kelak.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni
keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai
lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam
pendidikan.
Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum
yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum
menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal.
Pembinaan kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program
berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi
berprestasi, kemampuan pemecahan masalah perumusan tujuan, perencanaan,
efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan
lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.
Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai intrinsik
dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk
memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai
tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Kepemimpinan dan
pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan para pelaku pendidikan
guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.

D. PROSES PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN


Pendidikan keluarga dan sekolah merupakan peletak dasar kepribadian
anak.

17
1) Pendidikan Keluarga

Dari hasil penelitian John Lock mengemukakan sebuah


teori bahwa “ Anak itu dilahirkan dalam keadaan suci bagaikan kertas
putih tanpa noda”. Keluarga adalah orang pertama yang hendak
mewarnai dan menentukan kearah mana anak itu akan dibawa. Teori
tersebut tidak lepas dari kenyataan bahwa anak itu sejak dilahirkan,
dibesarkan, tumbuh dan berkembang berada ditengah –tengah
keluarga. Jadi keluargalah yang pertama kali memperoleh kesempatan
mengisi pribadi anak.
Oleh karena itu keluarga merupakan latar belakang sosial yang
utama bagi anak dan secara kodrati memang bertugas untuk
mendidik mereka, maka harus mampu mengisi jiwa anak dengan
menciptakan suasana keluarga yang harmonis, memberikan contoh-
contoh sikap , perilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang baik. Hal ini
menginagt daya tangkap anak akan meniru apa yang dilakukan oleh
keduaorang tuanya. Selain itu sikap orang tua terhadap anaknya harus
bijaksana, seiring sejalan , seia sekata, senada dan seirama tanpa
membedakan antara yang satu dengan yang lain dan tidak terjadi
pandangan yang berbeda antar kedua orang tuanya.
Namun demikian, tiap-tiap keluarga mempunyai suasana yang
khas. Kekhususan suasana itu terjadi karena beberapa faktor yaitu
faktor sosial ekonomi, faktor pendidikan orang tua, Faktor agama.
Situasidan kondisi yang demikian akan mengakibatkan juga perbedaan
dalam mendidik dan mengasuh anak.

2) Pendidikan Sekolah

Perkembangan anak baik yang bersifat jasmani maupun rohani


pada masa keserasian bersekolah adalah sanagat pesat. Mereka
mempunyai dorongan-dorongan kodrat yang tidak dapat ditunda lagi
yaitu :

18
1. Dorongan untuk keluar dan masuk kedalam kelompok anak-anak
sebaya.
2. Dorongan untukmemasuki dunia permainan, atau dorongan yang
bersifat kejasmanian untuk memasuki dunia kerja saraf, otot-
otot yang menuntut kecakapan atau ketrampilan-ketrampilan
3. Dorongan yang bersifat kejiwaan untuk mengembangkanpotensi-
potensi intelektual.

Pada masa usia sekolah ini, keluarga sudah tidak mampu lagi
memberikan pelayanan terhadap fungsi-fungsi perkembangan anak
secara menyeluruh, terutama fungsi perkembangan intelektualnya.Oleh
karena itu mereka membutuhkan suatu lingkungan sosial baru yang
lebih luas berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua
potensinya.
Di lingkungan sekolah, Anak mulai belajar hidup dibawah
peraturan-peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin belajar, disiplin
kerja, kebiasaan bergaul dengan teman-teman dan bermacam-macam
tuntutan yang lain yang ketat dan edukatif, semua itu akan
memberikan nilai-nilai keindahan dan kesenangan belajar pada anak.
Lebih dari itu, disekolah juga akan dipertunjukkan bermacam-
macam hasil budaya bangsa dengan harapan anak dapat mempelajari
produk-produk budaya bangsa hingga akhirnya anak mampu
bertingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa itu sendiri.
Sistim pendidikan sekolah akan memberikan pengaruh yang besar
kepada anak baik sebagai makhluk sosial. Secara formal, semua
pengalaman yang telah diperoleh anak dari sekolah itu akan
memberikan pengaruh yang besar bahkan dapat dikatakan sebagai
peletak dasar bagi perkembangan kepribadian anak.

19
E. PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEPRIBADIAN
Sekolah dan perguruan tinggi, serta guru memiliki pengaruh yang besar
terhadap perkembangan kepribadian, tentu saja setelah keluarga dan orang tua,.
Alasan utama dari pengaruh sekolah dan guru terhadap perkembangan
kepribadian adalah karena anak-anak memasuki dunia pendidikan (sekolah)
pada usia awal saat pola kepribadian mulai dibentuk. Selain di rumah, anak-
anak menghabiskan lebih banyak waktunya di sekolah dibandingkan di tempat-
tempat lainnya; karena itu institusi pendidikan memberikan kesempatan kepada
generasi muda untuk meraih tujuan mereka; dan juga memberikan kesempatan
pertama kepda anak-anak untuk menilai kekuatan serta kelemahan yang
mereka miliki secara realistis. Besarnya pengaruh institusi pendidikan terhadap
perkembangan kepribadian sangatlah ditentukan oleh
a. sikap siswa terhadap sekolah dan perguruan tinggi,
b. terhadap guru-guru mereka,
c. serta terhadap nilai pendidikan.
Pada mulanya, sikap yang ditujukan merupakan perilaku yang positif,
namun secara lambat laun hal tersebut akan berubah sebagai hasil dari
pengalaman yang menurunkan ego (ego deflating) yang didapatnya di sekolah
serta dari tekanan rekan sejawatnya. Oleh karena itu terdapat variasi dalam
sikap seseorang terhadap pendidikan:
a. yang dipengaruhi oleh gender,
b. metode mendidik anak yang diperolehnya di rumah,
c. kelas sosial (keluarganya),
d. latar belakang etnis serta agama keluarganya,
e. serta penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sekolah.
Ketika sikap yang ditunjukkan positif,
a. maka siswa akan bekerja sesesuai dengan kemampuannya,
b. menikmati pengalaman bersekolahnya,
c. serta memilik hubungan yang harmonis dengan guru dan teman
sekelasnya.
Namun jika sikap yang ditunjukkan negatif,

20
a. maka siswa akan bekerja di bawah kemampuan sebenarnya;
b. ia akan cenderung mengeluhkan serta mengkritik sekolah;
c. serta akan timbul rasa takut dalam dirinya sehingga ia akan enggan
untuk pergi ke sekolah.
Ketidaksukaan akan sekolah atau perguruan tinggi akan mengakibatkan
siswa membolos, dikeluarkan (drop out), atau tetap bersekolah namun
berperilaku yang tidak sesuai sebagai usaha balas dendam. Penelitian
membuktikan bahwa kondisi tertentu dapat mengakibatkan berkembangnya
sikap yang negatif dan kondisi yang lainnya dapat mengakibatkan munculnya
sikap yang positif. Jika seorang anak memiliki kesiapan fisik dan mental
untuk memasuki jenjang pendidikan dasar, atau jika seorang siswa siap
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau tamat sekolah, maka ia
akan menunjukkan sikap yang lebih positif dibandingkan jika ia belum
memiliki kesiapan fisik dan mental. Karena kesiapan baik fisik maupun
mental dapat mempengaruhi pemilihan jenis penyesuaian yang dilakukan
siswa terhadap tugas akademiknya, kegiatan ekstrakurikuler, serta terhadap
guru dan teman sekelasnya, maka kualitas penyesuaian yang dipilihnya akan
mempengaruhi penilaian orang lain terhadap dirinya, serta penilaian terhadap
dirinya sendiri. Kesiapan mental dan fisik seseorang ditentukan oleh jenis
pengalaman masa lalu yang dialami seseorang di dalam lingkungan
pendidikan yang baru, baik di taman kanak-kanak, sekolah lanjutan, maupun
graduate school. Semakin positif pengalaman awal seorang, maka akan
semakin positif pula sikap yang ditunjukkannya, dan pada akhirnya akan
membuat penyesuaian diri seseorang menjadi semakin baik.
Sikap seseorang terhadap institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh
suasana emosional institusi tersebut. Faktor yang paling bertanggung jawab
terhadap suasana emosional sekolah adalah sikap guru terhadap perannya
sebagai guru serta terhadap siswa, kebijakan administratif yang akan
menentukan kedisiplinan dan kurikulum, serta tingkat dari kompetisi dan
harmoni antar siswa. Suasana emosional suatu institusi mempengaruhi
motivasi siswa untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, perilaku

21
kelasnya, serta reaksi emosional umum mereka. Dikarenakan pola perilaku
inilah, maka suasana emosional suatu institusi (sekolah atau perguruan tinggi)
akan mempengaruhi kepribadian, yakni melalui pengaruhnya terhadap
evaluasi diri siswa, serta terhadap evaluasi yang dibuat oleh orang lain
terhadap siswa tersebut. Pada usia dini, yakni pada masa pembentukan awal
konsep diri seseorang, suasana emosional akan sangat berpengaruh.
Hubungan antara siswa dan guru, yang ditentukan oleh:
a. perlakuan guru terhadap siswa,
b. oleh sikap siswa terhadap guru tertentu,
c. oleh stereotip budaya dari guru sebagai kelompok,
d. dan oleh teknik mengajar serta kedisiplinan yang dipergunakan,
akan mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu, seperti
halnya terhadap pendidikan secara umum. Sikap ini pada akhirnya akan
mempengaruhi kualitas pekerjaan akademis siswa – yang merupakan dasar
dari evaluasi diri dan sosial. Karena keberhasilan akademis sangatlah
dihargai, khususnya oleh orang dewasa, maka tingkat kesuksesan yang
dicapai seorang siswa akan mempengaruhi kepribadiannya melalui evaluasi
diri dan sosial. Setiap siswa akan menyadari kesuksesan atau kegagalannya
dalam bidang ini melalui simbol kesuksesan akademis: promosi, peringkat,
kehormatan, serta gelar. Kesignifikanan reaksi seseorang dalam
kehidupannya sebagai seorang siswa terhadap simbol kesuksesan ini akan
mempengaruhi caranya dalam bereaksi.
Bagi banyak siswa kesuksesan yang diraih dalam aktivitas ekstrakurikuler
jauh lebih penting dibanding kesuksesan dalam bidang pendidikan. Hal ini
merupakan refleksi dari sikap orang tua dan rekan sejawat – orang-orang
yang paling berpengaruh di dalam kehidupan seseorang. Kesuksesan yang
diraih dalam bidang ekstrakurikuler dapat mendorong munculnya perilaku
yang positif terhadap sekolah dan mendorong penilaian diri yang positif. Hal
tersebut menjadi pembenaran bagi sebagian sikap negatif seseorang terhadap
sekolah. Namun di sisi lain, kegagalan dalam bidang ekstrakurikuler
dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai sesuatu yang lebih menurunkan

22
ego dibandingkan dengan kegagalan dalam bidang akademik, dan oleh
karenanya akan memiliki dampak yang lebih membahayakan konsep diri.
Efek dari kesuksesan dalam bidang ekstrakurikuler sangatlah dipengaruhi
oleh besarnya penerimaan dari rekan sejawat terhadap seseorang. Siswa yang
tidak diterima dikarenakan ia termasuk ke dalam kelompok:
a. keagamaan atau etnis minoritas,
b. karena kecacatan fisiknya,
c. atau karena secara mental ia berbeda dari rekan-rekannya,
d. status sosial ekonomi,
e. atau pergaulannya di lingkungan kelas (classroom behavior),
akan mengalami penolakan dari rekan sejawatnya serta menunjukkan sikap
yang negatif terhadap sekolah. Kebencian mereka akan sekolah dapat
menimbulkan penyesuaian diri yang buruk terhadap sekolah dan dapat
membahayakan kepribadiannya. Mata pelajaran di sekolah dapat juga
memberikan pengaruh langsung terhadap kepribadian, yakni dengan
mempengaruhi pola karakteristik siswa dalam beraksi terhadap orang dan
situasi tertentu, serta secara tidak langsung dengan mempengaruhi sikapnya
terhadap sekolah, yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi penyesuaian
dirinya terhadap sekolah. Bagaimana cara seorang siswa bereaksi terhadap
mata pelajaran tergantung kepada:
a. relevansi mata pelajaran tersebut,
b. cara mereka dididik,
c. besarnya penguasaan mereka terhadap mata pelajaran tersebut,
d. banyaknya waktu dan usaha yang ia curahkan untuk mata pelajaran
tersebut,
e. kesesuaian antara mata pelajaran dengan gender,
f. reaksi dari rekan sejawat terhadap mata pelajaran tersebut,
g. serta peluang yang dimiliki seseorang untuk menguasai mata pelajaran
itu.

23
Jika setiap anak menyadari bahwa setiap sekolah dan perguruan tinggi
mendapatkan penilaian yang berbeda dari kelompok sosial (masyarakat), maka
jenis sekolah atau perguruan tinggi yang dipilih oleh seseorang akan
mempengaruhi kepribadiannya. Secara tidak langsung pengaruh akan muncul
melalui penilaian orang lain terhadap dirinya berdasarkan identifikasinya
dengan sekolah atau perguruan tinggi, dan secara langsung melalui minat,
sikap serta nilai yang diperolehnya berdasarkan identifikasinya dengan guru
dan teman sekelasnya, serta berdasarkan mata pelajaran yang dikontraknya.
Pengaruh dari sekolah atau perguruan tinggi terhadap kepribadian seseorang,
muncul lebih banyak dari penilaian seseorang terhadap institusi pendidikan
tempatnya menimba ilmu, dibandingkan dari pendidikan yang diterimanya.

24
BAB III
KESIMPULAN

Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan


dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Sedangkan Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Kaitan pendidikan dan kepribadian itu ialah
pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan
maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan
manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar
tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-masing. Dalam prosesnya, pendidikan keluarga
merupakan peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Keluarga yang
menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat bertugas mendidik anak.
Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga akan sangat membekas dalam diri
individu setelah individu makin tumbuh berkembang. Selanjutnya pengaruh
dari sekolah dan masyarakat yang akan tertanam dalam diri anak. Pengaruh
yang diberikan pendidikan dalam pembentukan kepribadian yangmana alasan
utama dari pengaruh sekolah dan guru terhadap perkembangan kepribadian
adalah karena anak-anak memasuki dunia pendidikan (sekolah) pada usia awal
saat pola kepribadian mulai dibentuk. Selain di rumah, anak-anak
menghabiskan lebih banyak waktunya di sekolah dibandingkan di tempat-
tempat lainnya; karena itu institusi pendidikan memberikan kesempatan kepada
generasi muda untuk meraih tujuan mereka; dan juga memberikan kesempatan
pertama kepda anak-anak untuk menilai kekuatan serta kelemahan yang
mereka miliki secara realistis. Besarnya pengaruh institusi pendidikan terhadap
perkembangan kepribadian sangatlah ditentukan oleh (a) sikap siswa terhadap
sekolah dan perguruan tinggi, (b) terhadap guru-guru mereka, (c) serta terhadap

25
nilai pendidikan. Jika setiap anak menyadari bahwa setiap sekolah dan
perguruan tinggi mendapatkan penilaian yang berbeda dari kelompok sosial
(masyarakat), maka jenis sekolah atau perguruan tinggi yang dipilih oleh
seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Kepribadian. (Online)


(https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian diakses tanggal 25
Maret 2019)
Anonim. 2017. Apa yang Dimaksud Dengan Kepribadian. (Online)
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-
kepribadian/8848/4 diakses tanggal 25 Maret 2019)
Anonim. 2018. Pengertian Kepribadian dan Contohnya. (Online)
(http://dosensosiologi.com/pengertian-kepribadian-dan-contohnya/
diakses tanggal 25 Maret 2019)
Anonim. 2012. Pengertian Kepribadian Dalam Pendidikan. (Online)
(https://www.referensimakalah.com/2012/04/pengertian-
kepribadian-dalam-pendidikan_870.html diakses tanggal 25 Maret
2019)
Sasmoko. 2016. Kepribadian Dalam Pendidikan. (Online)
(https://pgsd.binus.ac.id/2016/12/26/kepribadian-dalam-
pendidikan/ diakses tanggal 25 Maret 2019)
Aufa. 2012. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian Anak.
(Online)
(https://aufa74.wordpress.com/2012/04/08/pendidikan-sebagai-
proses-pembentukan-kepribadian-anak/ diakses tanggal 25 Maret
2019)
Uhar Suharsaputra. Pendidikan dan Pendidikan Karakter. (Online)
(https://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pend-
karakter/pendidikan-dan-pendidikan-karakter/ diakses tanggal 25
Maret 2019)
Anonim. Pengertian Pendidikan. (Online)
(https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
pendidikan.html diakses tanggal 25 Maret 2019)

27
Anonim. 2016. Tujuan Pendidikan yang Penting Untuk Diketahui.
(Online)
(http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/25/tujuan-pendidikan-yang-
penting-untuk-diketahui diakses tanggal 25 Maret 2019)
Bulelengkab. 2016. Unsur-unsur Pendidikan. (Online)
(https://disdikpora.bulelengkab.go.id/artikel/unsur-unsur-
pendidikan-46 diakses tanggal 25 Maret 2019)
Nita. 2010. Pendidikan Sebagai Modal Awal Terbentuknya Kepribadian
yang Utama. (Online)
(https://nitamaniez.wordpress.com/2010/01/07/pendidikan-sebagai-
modal-awal-terbentuknya-kepribadian-yang-utama/ diakses tanggal
25 Maret 2019)
Ni Nengah Selasih. Kaitan Pendidikan dan Kepribadian Manusia Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.
(https://www.academia.edu/30510060/KAITAN_PENDIDIKAN_D
AN_KEPRIBADIAN_MANUSIA_DALAM_MENCAPAI_TUJUA
N_PENDIDIKAN_NASIONAL diakses tanggal 25 Maret 2019)
Dudung Rahmat Hidayat. 2007. Memahami Pengaruh Faktor Pendidikan
Terhadap Kepribadian. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/
195204141980021-
DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/Chapter_%28_REVISI_%29_Pe
rsonality_Development.pdf diakses tanggal 25 Maret 2019)
Anonim. 2018. Pengertian Pendidikan. (Online)
(https://silabus.org/pengertian-pendidikan/ diakses tanggal 25 Maret
2019)

28

Anda mungkin juga menyukai