PONTIANAK
2019
i
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. KEPRIBADIAN.............................................................................................3
B. PENDIDIKAN..............................................................................................11
C. KAITAN KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN......................................15
D. PROSES KEPRIBADIAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN.....17
E. PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEPRIBADIAN...................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek
kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan
meliputi prestasi belajar; intelegensia; dan bakat, sedangkan aspek kepribadian
meliputi watak; sifat; penyesuaian diri; minat; emosi; sikap; dan motivasi.
Gagasan tersebut memberikan gambaran tentang kesan tentang apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat; yang terungkap melalui perilaku.
Istilah kepribadian secara etimologis, berasal dari kata “pribadi” yang
berarti manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan
watak yang dimilikinya. Bila kata pribadi diawali dengan awalan “ke” akhiran
“an”, yakni “ke-pribadi-an”, maka pengertiannya adalah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang secara individu.
Pendidikan dalam wujudnya, selalu bertujuan membina kepribadian
manusia, baik demi ultimate-goal maupun bagi tujuan-tujuan dekat. Tujuan
akhir pendidikan adalah kesempurnaan pribadi. Prinsip ini terutama berpangkal
pada asas self-realisasi, yakni merealisasi potensi-potensi yang sudah ada di
dalam martabat kemanusiaannya. Potensi-potensi itu, baik berupa potensi-
potensi intelektual, mental, rasa, karsa, maupun kesadaran moral, bahkan juga
aspek-aspek keterampilan fisik dan perkembangan jasmani. Peranan
pendidikan dalam pembinaan kepribadian terutama tersimpul dalam usahanya
merealisasikan tujuan pendidikan.
Bila teori kepribadian dikaitkan dengan teori kependidikan, maka
ditemukan keterpaduan. Dalam GBHN (Ketetapan MPR No IV/MPR/1978),
berkenaan dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut:
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kepribadian?
2. Apa pengertian pendidikan?
3. Apa kaitan kepribadian dan pendidikan?
4. Bagaimana proses pendidikan dalam membentuk kepribadian?
5. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap kepribadian?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kepribadian
2. Mengetahui pengertian pendidikan
3. Mengetahui kaitan kepribadian dan pendidikan
4. Mengetahui proses pendidikan dalam membentuk kepribadian
5. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kepribadian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN
Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan
personare, yang artinya menembus. Istilah topeng berkenaan dengan salah satu
atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno.
Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang
diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus
keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. Dari sejarah pengertian
kata personality tersebut, kata persona yang semua berarti topeng, kemudian
diartikan sebagai pemaiannya sendiri, yang memainkan peranan seperti
digambarkan dalam topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality oleh
para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk
menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia.
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan
dan tingkah laku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing
manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi
membentuk kesatuan. Kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan
identitas diri, jati diri seseorang, kesan umum seseorang tentang diri anda atau
orang lain, fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah.
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian
sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang
dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara
teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan
paradigma yang merekla yakini dan focus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi definisi
3
sebanyak ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli
yang definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.
GORDON W. W ALLPORT
4
ADOLF HEUKEN, S.J.
5
Kepribadian berfungsi untuk menentukan, berarti bahwa kepribadian
mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan determinasi yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Unik (khas), ini menunjukkan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai
kepribadian yang sama.
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukkan bahwa
kepribadian mengantar individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan
psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah
sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.
6
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
7
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak).
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
muda atau terhadap binatang
8
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Sulit tidur
Genetik
9
pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar
kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam
berbagai situasi.
Lingkungan
Perasaan
10
Pengetahuan
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan
lainnya, tentusaja tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang
mendalam, dengan kadaan ini pengatahuan menjadi aspek terpenting dalam
membentuk kepribadian seseorang.
Naluri
Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri
membentuk manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri
memiliki karakteristik yang berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri
di bawa sejak ia lahir.
B. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).
Pendidikan merupakan hal yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut
sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikan adalah ketentraman. Dengan kata
11
lain, tujuan pendidikan menurut bangsa Yunani adalah untuk menciptakan
kedamaian dalam kehidupan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil
pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggatan kegiatan
pendidikan.
12
Secara umum, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan
kemampuan, membentuk watak, kepribadian, agar peserta didik menjadi
pribadi yang bermartabat.
13
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
14
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat
dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
15
dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan
membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia
tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa
dalam pribadi individu tumbuh atas dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam
(kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan
istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor
dari luar saling memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu
menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah
oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil
perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan.
Faktor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik,
misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar
dirinya.
Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal
perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang
berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani,
berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa
pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi
juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan
dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga
16
diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Pembinaan tersebut pada dasarnya
dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta kehidupan di
akhirat kelak.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni
keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai
lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam
pendidikan.
Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum
yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum
menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal.
Pembinaan kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program
berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi
berprestasi, kemampuan pemecahan masalah perumusan tujuan, perencanaan,
efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan
lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.
Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai intrinsik
dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk
memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai
tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Kepemimpinan dan
pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan para pelaku pendidikan
guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.
17
1) Pendidikan Keluarga
2) Pendidikan Sekolah
18
1. Dorongan untuk keluar dan masuk kedalam kelompok anak-anak
sebaya.
2. Dorongan untukmemasuki dunia permainan, atau dorongan yang
bersifat kejasmanian untuk memasuki dunia kerja saraf, otot-
otot yang menuntut kecakapan atau ketrampilan-ketrampilan
3. Dorongan yang bersifat kejiwaan untuk mengembangkanpotensi-
potensi intelektual.
Pada masa usia sekolah ini, keluarga sudah tidak mampu lagi
memberikan pelayanan terhadap fungsi-fungsi perkembangan anak
secara menyeluruh, terutama fungsi perkembangan intelektualnya.Oleh
karena itu mereka membutuhkan suatu lingkungan sosial baru yang
lebih luas berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua
potensinya.
Di lingkungan sekolah, Anak mulai belajar hidup dibawah
peraturan-peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin belajar, disiplin
kerja, kebiasaan bergaul dengan teman-teman dan bermacam-macam
tuntutan yang lain yang ketat dan edukatif, semua itu akan
memberikan nilai-nilai keindahan dan kesenangan belajar pada anak.
Lebih dari itu, disekolah juga akan dipertunjukkan bermacam-
macam hasil budaya bangsa dengan harapan anak dapat mempelajari
produk-produk budaya bangsa hingga akhirnya anak mampu
bertingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa itu sendiri.
Sistim pendidikan sekolah akan memberikan pengaruh yang besar
kepada anak baik sebagai makhluk sosial. Secara formal, semua
pengalaman yang telah diperoleh anak dari sekolah itu akan
memberikan pengaruh yang besar bahkan dapat dikatakan sebagai
peletak dasar bagi perkembangan kepribadian anak.
19
E. PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEPRIBADIAN
Sekolah dan perguruan tinggi, serta guru memiliki pengaruh yang besar
terhadap perkembangan kepribadian, tentu saja setelah keluarga dan orang tua,.
Alasan utama dari pengaruh sekolah dan guru terhadap perkembangan
kepribadian adalah karena anak-anak memasuki dunia pendidikan (sekolah)
pada usia awal saat pola kepribadian mulai dibentuk. Selain di rumah, anak-
anak menghabiskan lebih banyak waktunya di sekolah dibandingkan di tempat-
tempat lainnya; karena itu institusi pendidikan memberikan kesempatan kepada
generasi muda untuk meraih tujuan mereka; dan juga memberikan kesempatan
pertama kepda anak-anak untuk menilai kekuatan serta kelemahan yang
mereka miliki secara realistis. Besarnya pengaruh institusi pendidikan terhadap
perkembangan kepribadian sangatlah ditentukan oleh
a. sikap siswa terhadap sekolah dan perguruan tinggi,
b. terhadap guru-guru mereka,
c. serta terhadap nilai pendidikan.
Pada mulanya, sikap yang ditujukan merupakan perilaku yang positif,
namun secara lambat laun hal tersebut akan berubah sebagai hasil dari
pengalaman yang menurunkan ego (ego deflating) yang didapatnya di sekolah
serta dari tekanan rekan sejawatnya. Oleh karena itu terdapat variasi dalam
sikap seseorang terhadap pendidikan:
a. yang dipengaruhi oleh gender,
b. metode mendidik anak yang diperolehnya di rumah,
c. kelas sosial (keluarganya),
d. latar belakang etnis serta agama keluarganya,
e. serta penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sekolah.
Ketika sikap yang ditunjukkan positif,
a. maka siswa akan bekerja sesesuai dengan kemampuannya,
b. menikmati pengalaman bersekolahnya,
c. serta memilik hubungan yang harmonis dengan guru dan teman
sekelasnya.
Namun jika sikap yang ditunjukkan negatif,
20
a. maka siswa akan bekerja di bawah kemampuan sebenarnya;
b. ia akan cenderung mengeluhkan serta mengkritik sekolah;
c. serta akan timbul rasa takut dalam dirinya sehingga ia akan enggan
untuk pergi ke sekolah.
Ketidaksukaan akan sekolah atau perguruan tinggi akan mengakibatkan
siswa membolos, dikeluarkan (drop out), atau tetap bersekolah namun
berperilaku yang tidak sesuai sebagai usaha balas dendam. Penelitian
membuktikan bahwa kondisi tertentu dapat mengakibatkan berkembangnya
sikap yang negatif dan kondisi yang lainnya dapat mengakibatkan munculnya
sikap yang positif. Jika seorang anak memiliki kesiapan fisik dan mental
untuk memasuki jenjang pendidikan dasar, atau jika seorang siswa siap
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau tamat sekolah, maka ia
akan menunjukkan sikap yang lebih positif dibandingkan jika ia belum
memiliki kesiapan fisik dan mental. Karena kesiapan baik fisik maupun
mental dapat mempengaruhi pemilihan jenis penyesuaian yang dilakukan
siswa terhadap tugas akademiknya, kegiatan ekstrakurikuler, serta terhadap
guru dan teman sekelasnya, maka kualitas penyesuaian yang dipilihnya akan
mempengaruhi penilaian orang lain terhadap dirinya, serta penilaian terhadap
dirinya sendiri. Kesiapan mental dan fisik seseorang ditentukan oleh jenis
pengalaman masa lalu yang dialami seseorang di dalam lingkungan
pendidikan yang baru, baik di taman kanak-kanak, sekolah lanjutan, maupun
graduate school. Semakin positif pengalaman awal seorang, maka akan
semakin positif pula sikap yang ditunjukkannya, dan pada akhirnya akan
membuat penyesuaian diri seseorang menjadi semakin baik.
Sikap seseorang terhadap institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh
suasana emosional institusi tersebut. Faktor yang paling bertanggung jawab
terhadap suasana emosional sekolah adalah sikap guru terhadap perannya
sebagai guru serta terhadap siswa, kebijakan administratif yang akan
menentukan kedisiplinan dan kurikulum, serta tingkat dari kompetisi dan
harmoni antar siswa. Suasana emosional suatu institusi mempengaruhi
motivasi siswa untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, perilaku
21
kelasnya, serta reaksi emosional umum mereka. Dikarenakan pola perilaku
inilah, maka suasana emosional suatu institusi (sekolah atau perguruan tinggi)
akan mempengaruhi kepribadian, yakni melalui pengaruhnya terhadap
evaluasi diri siswa, serta terhadap evaluasi yang dibuat oleh orang lain
terhadap siswa tersebut. Pada usia dini, yakni pada masa pembentukan awal
konsep diri seseorang, suasana emosional akan sangat berpengaruh.
Hubungan antara siswa dan guru, yang ditentukan oleh:
a. perlakuan guru terhadap siswa,
b. oleh sikap siswa terhadap guru tertentu,
c. oleh stereotip budaya dari guru sebagai kelompok,
d. dan oleh teknik mengajar serta kedisiplinan yang dipergunakan,
akan mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu, seperti
halnya terhadap pendidikan secara umum. Sikap ini pada akhirnya akan
mempengaruhi kualitas pekerjaan akademis siswa – yang merupakan dasar
dari evaluasi diri dan sosial. Karena keberhasilan akademis sangatlah
dihargai, khususnya oleh orang dewasa, maka tingkat kesuksesan yang
dicapai seorang siswa akan mempengaruhi kepribadiannya melalui evaluasi
diri dan sosial. Setiap siswa akan menyadari kesuksesan atau kegagalannya
dalam bidang ini melalui simbol kesuksesan akademis: promosi, peringkat,
kehormatan, serta gelar. Kesignifikanan reaksi seseorang dalam
kehidupannya sebagai seorang siswa terhadap simbol kesuksesan ini akan
mempengaruhi caranya dalam bereaksi.
Bagi banyak siswa kesuksesan yang diraih dalam aktivitas ekstrakurikuler
jauh lebih penting dibanding kesuksesan dalam bidang pendidikan. Hal ini
merupakan refleksi dari sikap orang tua dan rekan sejawat – orang-orang
yang paling berpengaruh di dalam kehidupan seseorang. Kesuksesan yang
diraih dalam bidang ekstrakurikuler dapat mendorong munculnya perilaku
yang positif terhadap sekolah dan mendorong penilaian diri yang positif. Hal
tersebut menjadi pembenaran bagi sebagian sikap negatif seseorang terhadap
sekolah. Namun di sisi lain, kegagalan dalam bidang ekstrakurikuler
dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai sesuatu yang lebih menurunkan
22
ego dibandingkan dengan kegagalan dalam bidang akademik, dan oleh
karenanya akan memiliki dampak yang lebih membahayakan konsep diri.
Efek dari kesuksesan dalam bidang ekstrakurikuler sangatlah dipengaruhi
oleh besarnya penerimaan dari rekan sejawat terhadap seseorang. Siswa yang
tidak diterima dikarenakan ia termasuk ke dalam kelompok:
a. keagamaan atau etnis minoritas,
b. karena kecacatan fisiknya,
c. atau karena secara mental ia berbeda dari rekan-rekannya,
d. status sosial ekonomi,
e. atau pergaulannya di lingkungan kelas (classroom behavior),
akan mengalami penolakan dari rekan sejawatnya serta menunjukkan sikap
yang negatif terhadap sekolah. Kebencian mereka akan sekolah dapat
menimbulkan penyesuaian diri yang buruk terhadap sekolah dan dapat
membahayakan kepribadiannya. Mata pelajaran di sekolah dapat juga
memberikan pengaruh langsung terhadap kepribadian, yakni dengan
mempengaruhi pola karakteristik siswa dalam beraksi terhadap orang dan
situasi tertentu, serta secara tidak langsung dengan mempengaruhi sikapnya
terhadap sekolah, yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi penyesuaian
dirinya terhadap sekolah. Bagaimana cara seorang siswa bereaksi terhadap
mata pelajaran tergantung kepada:
a. relevansi mata pelajaran tersebut,
b. cara mereka dididik,
c. besarnya penguasaan mereka terhadap mata pelajaran tersebut,
d. banyaknya waktu dan usaha yang ia curahkan untuk mata pelajaran
tersebut,
e. kesesuaian antara mata pelajaran dengan gender,
f. reaksi dari rekan sejawat terhadap mata pelajaran tersebut,
g. serta peluang yang dimiliki seseorang untuk menguasai mata pelajaran
itu.
23
Jika setiap anak menyadari bahwa setiap sekolah dan perguruan tinggi
mendapatkan penilaian yang berbeda dari kelompok sosial (masyarakat), maka
jenis sekolah atau perguruan tinggi yang dipilih oleh seseorang akan
mempengaruhi kepribadiannya. Secara tidak langsung pengaruh akan muncul
melalui penilaian orang lain terhadap dirinya berdasarkan identifikasinya
dengan sekolah atau perguruan tinggi, dan secara langsung melalui minat,
sikap serta nilai yang diperolehnya berdasarkan identifikasinya dengan guru
dan teman sekelasnya, serta berdasarkan mata pelajaran yang dikontraknya.
Pengaruh dari sekolah atau perguruan tinggi terhadap kepribadian seseorang,
muncul lebih banyak dari penilaian seseorang terhadap institusi pendidikan
tempatnya menimba ilmu, dibandingkan dari pendidikan yang diterimanya.
24
BAB III
KESIMPULAN
25
nilai pendidikan. Jika setiap anak menyadari bahwa setiap sekolah dan
perguruan tinggi mendapatkan penilaian yang berbeda dari kelompok sosial
(masyarakat), maka jenis sekolah atau perguruan tinggi yang dipilih oleh
seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Anonim. 2016. Tujuan Pendidikan yang Penting Untuk Diketahui.
(Online)
(http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/25/tujuan-pendidikan-yang-
penting-untuk-diketahui diakses tanggal 25 Maret 2019)
Bulelengkab. 2016. Unsur-unsur Pendidikan. (Online)
(https://disdikpora.bulelengkab.go.id/artikel/unsur-unsur-
pendidikan-46 diakses tanggal 25 Maret 2019)
Nita. 2010. Pendidikan Sebagai Modal Awal Terbentuknya Kepribadian
yang Utama. (Online)
(https://nitamaniez.wordpress.com/2010/01/07/pendidikan-sebagai-
modal-awal-terbentuknya-kepribadian-yang-utama/ diakses tanggal
25 Maret 2019)
Ni Nengah Selasih. Kaitan Pendidikan dan Kepribadian Manusia Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.
(https://www.academia.edu/30510060/KAITAN_PENDIDIKAN_D
AN_KEPRIBADIAN_MANUSIA_DALAM_MENCAPAI_TUJUA
N_PENDIDIKAN_NASIONAL diakses tanggal 25 Maret 2019)
Dudung Rahmat Hidayat. 2007. Memahami Pengaruh Faktor Pendidikan
Terhadap Kepribadian. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/
195204141980021-
DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/Chapter_%28_REVISI_%29_Pe
rsonality_Development.pdf diakses tanggal 25 Maret 2019)
Anonim. 2018. Pengertian Pendidikan. (Online)
(https://silabus.org/pengertian-pendidikan/ diakses tanggal 25 Maret
2019)
28