Anda di halaman 1dari 55

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi sekarang ini membawa dampak positif dan negatif

terhadap kehidupan manusia. Dampak positif dari kemajuan teknologi ini

adalah mempermudah manusia dalam memenuhi segala aspek kehidupan

sedangkan dampak negatifnya adalah menurunnya tingkat kebugaran jasmani

manusia. Hal ini terjadi karena kegiatan fisik manusia sehari-hari dapat

dikatakan sangat kurang. Karena pada saat ini manusia semakin banyak

tergantung pada alat atau mesin-mesin yang akhirnya menyebabkan

menurunnya tingkat kebugaran jasmani

Pada umumnya faktor ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan orang tua

siswa untuk memiliki kendaraan baik roda dua maupun roda empat, bahkan

dengan faktor ekonomi pula para orang tua mampu membayar abudemen

setiap bulan serta mampu menggunakan kendaraan dengan cara online.

Keadaan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap kebiasaan siswa ke sekolah

yang biasanya ditempuh dengan jalan kaki, tetapi begitu mempunyai

kendaraan siswa jadi malas jalan kaki walau jarak yang ditempuh relatif tidak

begitu jauh. Fakta menunjukkan bahwa siswa lebih dominan memilih

kendaraan bermotor dari pada berjalan kaki. Padahal, jalan kaki merupakan

aktivitas fisik yang sangat hakiki dalam kehidupan manusia, selain mudah,
2

murah dan berpengaruh terhadap kesehatan, terutama kesehatan paru-paru dan

jantung.

Menurut Bowers, et Al. (1992) beraktivitas fisik (olahraga) secara rutin,

terutama kegiatan (gerak) yang menggunakan tungkai akan berpengaruh

terhadap kemampuan jantung, sebab kerja menggunakan tungkai akan

berpengaruh terhadap jantung sekitar 75% sedangkan kerja dengan lengan

terhadap jantung sekitar 25%. Jadi, betapa pentingnya kegiatan atau bergerak

terutama menggunakan tungkai, seperti, jogging, bersepeda, skipping dan

jalan kaki.

Selain itu, menurut Rizki Taufik, (2015: 5) jalan kaki merupakan salah satu

bentuk aktivitas fisik yang juga dilakukan secara sistematis dan fungsional

juga, dalam bentuk latihan aerobic low impact. Jalan kaki dikelompokan jenis

aktivitas aerobic yaitu jenis aktivitas yang dilakukan dan memerlukan oksigen

sebagai sumber energinya. Selanjutnya menurut Bumgardner (dalam Rizki

Taufik, 2015: 13). Nilai aerobik jalan kaki termasuk baik karena hasil

penelitiannya menunjukan, peningkatan dalam konsumsi oksigen. penelitian

menunjukan pula bahwa pria dan wanita yang telah mencapai puncak

kebugaran dapat memperoleh manfaat aerobik dari jalan kaki.

Namun tidak bisa dipungkiri berkendaraan baik kendaraan roda dua (sepeda

motor) maupun roda empat (mobil) sudah tidak asing lagi dipandang mata.

Baik di kalangan pedagang, karyawan, guru bahkan di kalangan pelajar,

khususnya sekolah menengah pertama (SMP). karena semakin banyak

tergantung pada alat-alat atau mesin-mesin untuk mempermudah dalam


3

beraktivitas yang akhirnya berdampak menurunnya tingkat kebugaran jasmani

bagi manusia. Untuk itu, agar kualitas sumber daya manusia Indonesia

seutuhnya dapat meningkat, tentu saja harus mendapat dukungan dari berbagai

faktor yang dapat mempengaruhi, di antaranya adalah tingkat kebugaran

jasmani. Oleh karena itu agar kondisi fisik tetap terjaga dengan baik, maka

perlu adanya aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

Bagi seorang siswa kebugaran jasmani sangat penting dan berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan kecerdasannya. Dengan memiliki tingkat

kebugaran yang baik, seorang siswa akan mampu melakukan kegiatan

belajarnya dengan baik pula. Namun sebaliknya jika seorang siswa tidak

memiliki tubuh yang bugar maka siswa itu tidak dapat melakukan kegiatan

belajar dengan baik, sebab kebugaran mempengaruhi daya pikir. Jadi, dengan

kebugaran yang baik maka daya pikir pun akan baik pula sehingga semua

pelajaran dengan mudah diserap oleh siswa yang bersangkutan.

Untuk meningkatkan kebugaran jasmani menurut Nurhasan (dalam Hari

Wisnu, 2017: 2) dapat dipengaruhi melalui aktivitas siswa sehari-hari, baik itu

di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah kebugaran jasmani

siswa dapat dipertahankan melalui pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan. Sedangkan di luar sekolah siswa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan

olahraga lain. Selain itu aktifitas siswa setiap hari pada saat berangkat dan

pulang sekolah yang menggunakan aktifitas seperti berkendara dan jalan kaki

juga dapat mempengaruhi kebugaran jasmani.

Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik apabila melakukan

aktivitas sehari-hari tidak mudah lelah dan masih memiliki tenaga untuk
4

melakukan kegiatan yang lain atau menikmati waktu senggangnya, kalaupun

terjadi kelelahan hanya membutuhkan waktu istirahat yang relatif sedikit

untuk mengembalikan kondisi tubuhnya seperti semula. Menurut Burhannudin

Sadly (2014: 2) Manusia secara alamiah ingin bergerak, khususnya siswa

SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan individu yang sedang

mengalami usia transisi. Masa ini tergolong pada masa menuju remaja,

sehingga pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tugas

perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk

diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani yang bertujuan untuk

membentuk jasmani yang bugar, karena tingkat pertumbuhan dan

perkembangannya pada masa ini relatif tinggi.

Namun, pada anak kebugaran jasmani ini seringkali terlupakan, hal itu dapat

terlihat dari aktivitas sehari-hari siswa berkendaraan dan pada waktu luang

siswa lebih sering memainkan game online diantaranya PUBG dan Mobile

Legend. Menurut Rusli Lutan (2002: 2) tidak kurang dari 15-20 jam dalam

seminggu, anak-anak duduk dan diam menikmati aktivitas tersebut. Akibatnya

munculah penyakit yang disebut penyakit kurang gerak (hipokinetik). Hal ini

senada dengan pendapat Rahmat Hermawan (2018: 2) dalam makalahnya

yang berjudul “Memelihara Performa Fisik Melalui Budaya Gerak” yaitu

semua dampak dari kemudahan tersebut terjadinya penyakit yang

dinamakan :”kurang gerak” (hipokinetik). dan orang awam menyebutnya

sebagai malas. Akibat timbulnya penyakit kurang gerak atau malas maka

selanjutnya akan muncul pula penyakit yang sangat kompleks yang disebut

sebagai penyakit penurunan fungsi (degeneratif), seperti kemampuan otak


5

akan menurun, mudah lupa dan beberapa kali baca tidak bisa diingat.

Kemudian fungsi otot pun akan menurun, yaitu tidak bisa bertahan lama,

sehingga daya tahan tidak bisa dilatih secara maksimal. Bila dibiarkan akan

mempengaruhi kemampuan sendi dan jaringan ikat (ligament), dan akhirnya

akan mudah cedera.

Berdasarkan Observasi yang dilakukan bahwa siswa di SMPN 5 Pringsewu,

pada umumnya aktivitas sehari-hari menggunakan kendaraan baik kendaraan

roda empat (mobil) maupun kendaraan roda dua (motor) dan lain-lain,

Sebaliknya ada yang mempertahankan tradisi dengan berjalan kaki baik jauh

maupun dekat. Kemudian menurut informasi dari guru olahraga di SMPN 5

Pringsewu bahwa para peserta didik masih belum sadar akan kebutuhan

kebugaran jasmaninya hal ini ditandai dengan kurang semangatnya para siswa

dalam mengikuti mata pelajaran penjasorkes diantaranya siswa mudah lelah

saat pembelajaran, mudah mengantuk dikelas, kurang konsentrasi.

Kebugaran Jasmani sendiri sangat penting bagi siswa karena apabila

Kebugaran Jasmani siswa tinggi maka siswa dapat menerima pelajaran dengan

baik, dan tidak mudah lelah sebaliknya apabila kebugaran jasmani siswa

rendah maka siswa tersebut kurang konsentrasi, aktivitas pun relatif rendah,

mudah lelah dan sebagainya karena Kebugaran Jasmani adalah kemampuan

untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bertenaga dan penuh

kesiagaan, tanpa kelelahan yang tidak semestinya dan dengan cukup energi

sehingga tetap dapat menikmati waktu luang dan menanggulangi keadaan-

keadaan mendadak yang tidak diperkirakan. (Rahmat Hermawan, 2017).


6

Dari permasalahan tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Pringsewu, dengan judul

”Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Siswa Yang Berjalan Kaki

dan Berkendaraan Ke Sekolah Di SMP N 5 Pingsewu”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Banyak siswa yang mudah letih dan mengantuk saat berada di kelas?

2. Keragaman pendapatan orang tua siswa mempengaruhi tingkat ekonomi

maka gizi pun akan berbeda sehingga tingkat kebugaran tentu saja

berbeda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki ke

sekolah di SMPN 5 Pringsewu? ?

2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berkendaraan ke

sekolah di SMPN 5 Pringsewu?

3. Apakah tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki d lebih

baik dari siswa yang berkendaraan ke sekolah di SMPN 5 Prigsewu

D. Tujuan Penelitian
7

Sesuai dengan masalah yang sudah dirumuskan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan

kaki ke sekolah di SMPN 5 Pringsewu.

2. Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasamani pada siswa yang

berkendaraan ke sekolah di SMPN 5 Prigsewu.

4. Untuk mengetahui apakah tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang

berjalan kaki d lebih baik dari siswa yang berkendaraan ke sekolah di

SMPN 5 Prigsewu

3.

E. Manfaat Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat antara lain :

1. Bagi guru pendidikan jasmani, hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi tentang pentingnya kebugaran jasmani terhadap tubuh

seseorang.

2. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini memperoleh informasi/data tentang

kemampuan fisik siswa.

3. Bagi program studi, bisa menjadi bahan acuan/rujukan bagi mahasiswa

yang akan melaksanakan PPL/Penelitian.

4. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada siswa tentang manfaat berjalan kaki dan kebugaran jasmani.


8

II. TINJUAN PUSTAKA

A. Berjalan Kaki

Jalan kaki merupakan salah satu aktivitas aerobik. Berjalan kaki juga

merupakan salah satu olahraga yang tidak menimbulkan atau memperparah

masalah otot dan tulang. Pada dasarnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara

kontinyu dan dalam jangka waktu yang panjang dapat melatih kesegaran

jasmani seseorang, termasuk jalan kaki. Selain melatih kesegaran jasmani,

oksigen yang dihirup dan diedarkan akan melancarkan sirkulasi darah.

Efeknya, kondisi tubuh tak cepat lelah dan lebih cepat mengembalikan tubuh

pada kondisi normal, serta mengurangi stress atau depresi. Penelitian yang

dilakukan oleh Tom R. Thomas dan Ben R. Londeree (Neil F. Gordon, 2002:

48), mengatakan bahwa pengeluaran energi untuk berjalan kaki pada

kecepatan tinggi hampir sama atau mendekati pengeluaran energi pada saat

jogging. Jalan kaki merupakan olahraga paling aman dan juga memberikan

keuntungan aerobik yang baik.

Menurut Kathleen Liwijaya Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf (1992: 185), saat

berjalan, seseorang dapat membakar kalori sebesar 270 per jam pada

kecepatan 4,8 km per jam dan 390 kalori pada kecepatan 6,4 km per jam.

Selain itu, olahraga jalan kaki tidak memberikan beban yang berlebih

terhadap jantung dengan gerakan-gerakan atau rangsangan untuk bekerja


9

keras, seperti olahraga yang menuntut tubuh untuk berlari cepat sebentar, lalu

berhenti, berjalan, lalu berlari lagi. Berjalan cepat membebani jantung secara

konstan dan wajar.

Menurut Rizki Taufik, (2015: 5) jalan kaki merupakan salah satu bentuk

aktivitas fisik yang juga dilakukan secara sistematis dan fungsional juga,

dalam bentuk latihan aerobic low impact. Jalan kaki dikelompokan jenis

aktivitas aerobic yaitu jenis aktivitas yang dilakukan dan memerlukan

oksigen sebagai sumber energinya.

Dari beberapa pengertian para ahli tentang jalan kaki di atas, dapat

disimpulkan bahwa jalan kaki merupakan salah satu aktivitas fisik yang

dilakukan secara kontinyu dan dalam waktu yang panjang dalam melatih

kesegaran seseorang.

Menurut Dr. Stutman (Kathleen Liwijaya Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf,

1992: 205-207) jalan kaki dapat memberikan banyak keuntungan, antara lain

sebagai berikut:

1. Jalan kaki menurunkan tekanan darah

a. Membuka arteri, memberikan jalan untuk pengaliran darah.

b. Memperbaiki kembalinya darah ke jantung, sehingga jantung bekerja

optimal.

c. Menambah ebih banyak oksigen yang dibagikan keseluruh jaringan

dan sel.

2. Jalan kaki melindungi jantung


10

a. Mengurangi risiko terbentuknya penyumbatan pembuluh darah

b. Memperbaiki kembalinya darah ke jantung dari vena kaki

3. Jalan kaki memperbaiki daya guna paru-paru dan kapasitas bernafas

a. Memperbaiki otot pernafasan (dinding dada dan diaphragma)

b. Membuka lebih banyak ruangan paru-paru yang dapat digunakan

(alveoli)

4. Jalan kaki memperbaiki peredaran darah secara umum

a. Menambah jumlah volume darah dan jumlah sel darah merah

b. Membuka arteri untuk memperbaiki pengaliran darah

c. Mendorong peredaran darah di pembuluh darah balik kaki dan daerah

perut dengan jalan memompa otot yang digunakan dalam berjalan.

5. Jalan kaki menghindarkan pembentukan tumpukan lemak pada arteri

a. Mengurangi serum trigliserida (lemak gula) darah

6. Jalan kaki memberikan pengurangan dan pengontrolan berat badan

a. Membakar kalori secara langsung

b. Menggunakan lemak dalam darah sebagai sumber tenaga

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas jalan

kaki memberikan manfaat terhadap kebugaran jasmani seseorang. Jalan

kaki dapat menyehatkan jantung dan paru-paru, menurunkan berat badan,

memperbaiki peredaran darah, menurunkan tekanan darah dan

menguatkan otot (terutama otot bagian bawah tubuh). Jadi, siswa yang

berjalan kaki secara rutin saat berangkat maupun pulang sekolah akan

memiliki kebugaran tubuh yang baik. Karena tanpa mereka sadari, dengan

berjalan kaki telah melatih otot-otot mereka menjadi lebih kuat.


11

Menurut Agus Rasidi (2005:87), berjalan kaki dapat memberikan manfaat

kesehatan sebagai berikut :

1. Memperbaiki efektifitas jantung dan paru-paru

2. Membakar lemak dalam tubuh

3. Meningkatkan metabolisme sehingga tubuh membakar kalori lebih cepat,

bahkan sekalipun tengah istirahat

4. Membantu mengontrol selera makan

5. Meningkatkan energy

6. Membantu penyembuhan stress

7. Memperlambat penuaan

8. Menurunkan tingkat kolesterol

9. Menurunkan tingkat darah tinggi

10. Membantu mengontrol dan mencegah diabetes

11. Menurukan beberapa resiko kanker prostat dan payudara

12. Membantu rehabilitasi dari serangan jantung dan stroke

13. Memperkuat otot kaki, paha dan tulang

B. Berkendaraan

Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah

memberikan berbagai kemudahan pada setiap aspek kehidupan manusia,

sehingga tidak disadari membawa perubahan perilaku, terutama semangat

untuk bergerak yang semula aktif menjadi pasif, yang tadinya rajin berubah

menjadi malas karena dimanjakan oleh berbagai kemudahan itu. Hal ini,

dapat diamati dalam aktivitas sehari-hari secara nyata, Seseorang dapat


12

mencapai suatu tempat atau tujuan akan lebih cepat sampai bila

berkendaraan, baik kendaraan roda dua (sepeda motor) maupun roda empat

(mobil) gaya hidup siswa pada saat berangkat dan pulang sekolah, saat ini

banyak siswa yang berangkat maupun pulang sekolah dengan mengendarai

kendaraan bermotor, entah itu sepeda motor atau naik angkutan umum

(angkot). Hal tersebut membuat kesempatan siswa melakukan aktivitas fisik

pada saat berangkat sekolah menjadi berkurang dan akibatnya membuat

siswa mengalami kemunduran pada tingkat kebugaran jasmaninya karena

kurang gerak (hipokinetik).

Menurut KBBI (2019) berkendaraan berasal dari kata dasar kendara.

Berkendaraan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga

berkendaraan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman atau

pengertian dinamis lainnya, jadi berkendaraan berarti memakai kendaraan

(seperti sepeda, motor, mobil). Banyak alasan kenapa siswa memilih

kendaraan bermotor sebagai alat transportasi saat berangkat ke sekolah.

Mayoritas siswa memilih berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor

adalah karena gengsi, ikut- ikutan teman, jarak rumah yang jauh, ada juga

rumah siswa yang jaraknya hanya beberapa meter dari sekolah sehingga dari

segi waktu lebih efisien, tidak lelah dan tidak berkeringat saat sampai di

sekolah, dan tidak kepanasan saat pulang dari sekolah.

C. Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi (Cardiovascular Endurance)

Daya tahan kardiorespirasi atau sering disebut juga dengan daya tahan paru

jantung, daya tahan kardiovaskuler ataupun kebugaran aerobik. Menurut


13

Sajoto (dalam Nurul Istya, 2016: 19) daya tahan umum atau

cardiorespiratory endurance adalah kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung, pernapasan dan peredaran darahnya, secara

efektif dalam menjalankan kerja terus menerus.Yang melibatkan kontraksi

sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dan waktu yang cukup

lama. Daya tahan Cardiovaskuler-respiratory atau daya tahan jantung paru

menurut Harsini (dalam Nurul Istya, 2016: 19) adalah keadaan atau kondisi

tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami

kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan perkerjaan tersebut. Oleh

karena batasan endurance adalah seperti yang diuraikan di atas, yakni

kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama. Daya tahan

kardiorespirasi atau sering di sebut juga dengan daya tahan paru jantung, daya

tahan kardiovaskuler ataupun kebugaran aerobic. Daya tahan atau ketahanan

merupakan konsep yang menggambarkan kemampuan untuk melakukan

kegiatan dalam intensitas tertentu. Sedangkan daya tahan kardiorespirasi

didefinisikan sebagai kemampuan untuk melanjutkan atau bertahan dalam

melakukan aktivitas fisik tertentu berkaitan dengan kelompok otot yang besar

dalam periode waktu tertentu yang menggambarkan kemampuan dari sistem

sirkulasi dan respirasi utuk menyesuaikan atau memulihkan diri dari efek

kerja atau latihan seluruh tubuh (Nieman, DC., 1990: 30).

Sedangkan sistem kardiovaskuler menurut Giri Wiarto (2013: 23) yaitu

sistem kardiovaskuler disebut juga sebagai sistem sirkulasi. Sirkulasi paru

terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah

antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik terdiri dari pembuluh-pembuluh


14

yang mengangkut darah antara jantung dan sistem organ. Aktivitas Olahraga

dapat merangsang perubahan dalam sistem kardiovaskuler, paruparu dan sel-

sel otot. Sistem kardiovaskuler yaitu sistem yang terdiri dari organ jantung,

darah, dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen. Peranan utama sistem

sirkulasi (kardiovaskuler) dalam latihan fisik adalah meningkatkan cardiac

output. Peningkatan ini bertujuan untuk meningkatkan suplai O2 dan zat

nutrisi ke sel otot serta membawa CO2 dan sisa metabolisme lain dari

jaringan otot. Selain itu sistem sirkulasi juga mengangkut hormonhormon

untuk mengatur keseimbangan osmotik cairan tubuh, keseimbangan asam

basa dan pengaturan panas (Patti & Warren Finke dalam Harry Wahyudhy

Utama, 2005: 20). Dari beberapa pengertian para ahli tentang daya tahan

kardiorespirasi di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tahan paru jantung atau

daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan sistem kardiorespirasi (paru,

jantung dan pembuluh darah) untuk mensuplai oksigen secara optimal pada

saat seseorang melakukan aktivitas sehari- hari yang melibatkan otot-otot

besar dalam waktu yang cukup lama dan tidak mengalami kelelahan yang

berarti.

D. Pengertian Kebugaran Jasmani

Menururt Sumosardjuno dalam Wiarto (2013 : 169) dijelaskan kebugaran

jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari

dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih

mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangya

dan untuk keperluan-keperluan mendadak. Sedangkan menurut

Kemendikbud (2014 :130) menjelaskan bahwa: “Kesegaran jasmani


15

merupakan salah satu aspek fisik dari kesegaran menyeluruh (total fitness).

Kesegaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk

melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kelelahan berlebihan

dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangya

dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang mendadak”.

Menurut The President`s Council on Physical Fitness and Sports yang

dikutib oleh Charles T. Kuntzleman and The Editors of Consumer Guide,

1978 (dalam Junusul Hairy (2010 : 15) menyatakan bahwa kebugaran jasmani

adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan

dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan

masih dapat menikmati waktu senggangnya serta menghadapi hal yang tak

terduga sebelumnya. Sesuai dengan definisi tersebut maka kebugaran jasmani

yang diperlukan oleh masing-masing individu sangat berbeda dan bervariasi,

tergantung pada sifat tantangan fisik yang dihadapinya.

Dari beberapa pengertian para ahli tentang kebugaran jasmani di atas, dapat

disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk

melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan giat atau gampang tanpa adanya

kelelahan yang berlebihan dan masih dapat menikmati waktu sengganya

dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang mendadak.


16

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Menurut Wiarto (2013 : 169) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu:

1. Umur

Kebugaran jasmani anak meningkat sampai mencapai maksimal pada

usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional

dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi jika rajin

berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hamper

sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak laki-laki

biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

3. Genetik

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru-paru, postur tubuh,

obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot.

4. Makanan

Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi kabohidrat (60- 70%).

diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga

yang memerlukan kekuatan otot yang besar.

5. Rokok

Kadar CO yang terhisap akan mengurangi VO2 Max, yang berpengaruh

terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton,

nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energy dan

mengurangi nafsu makan.


17

F. Komponen Kebugaran Jasmani

Menurut Wiarto (2013 : 169-171) komponen-komponen yang terdapat dalam

kebugaran jasmani adalah : (a) kecepatan, (b) kelincahan,(c) koordinasi, (d)

daya tahan, (e) keseimbangan, (f) kelentukan, (g) kekuatan, (h) daya ledak,

(i) waktu reaksi,( j) komposisi tubuh. Sedangkan Hairy (2010 : 1.16-1.21)

menjelaskan komponen kebugaran jasmani tergantung kepada dua komponen

dasar, yaitu kebugaran organic (organik fitness) dan kebugaran dinamik

(dinamik Fitness). Kebugaran organik, maksudnya sifat-sifat khusus yang

dimiliki berdasarkan garis keturunan, yang diwariskan oleh kedua orang tua

atau bahkan generasi sebelumnya.Sedangkan kebugaran dinamik dapat

dikembangkan dengan melakukan aktivitas fisik.Selanjutnya kebugaran

dinamik masih diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu a) kebugaran

yang berhubungan dengan kesehatan, dan b) kebugaran yang berhubungan

dengan keterampilan motorik. Masing-masing komponen memiliki peran

tertentu dalam kebugaran, berikut penjelasan mengenai komponen tersebut:

1. Daya Tahan Kardiovaskular

Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan untuk melakukan

kegiatan yang berat secara kontinu yang melibatkan kelompok otototo

besar dalam t waktu yang lama.

2. Kekuatan Dan Daya Tahan Otot

Kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot yang secara

maksimal dalam sekali menarik atau mendorong beban yang berat.

3. Fleksibilitas
18

Fleksibilitas adalah kapasitas fungsi persendian untuk bergerak dalam

ruang gerak yang luas.

4. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran jasmani yang

berhubungan dengan lemak tubuh dan massa tubuh yaitu otot, tulang,

dan cairan dalam tubuh.

5. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak/menempuh jarak tertentu

dalam waktu yang singkat (Wiarto, 2013 : 171).

6. Keseimbangan (Balance)

Berhubungan dengan mempertahankan keadaan keseimbangan

(equilibrium), ketika sedang diam atau bergerak (Hairy, 2010: 120)

7. Koordinasi

Kemampuan untuk menggunakan indra seperti penglihatan atau

pendengaran, bersama bagian-bagian tubuh tertentu di dalam melakukan

kegiatan motorik dengan mulus dan ketepatan tinggi.

8. Daya ledak (Power)

Power adalah kemampuan otot untuk berkontraksi yang berguna

membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan (Wiarto, 2013 :

172).Power berhubungan dengan laju ketika seseorang melakukan

kegiatan atau power adalah hasil dari daya X kecepatan (power = forceX

velocity) , (Hairy, 2010 : 1.21).

9. Waktu Reaksi
19

Waktu reaksi adalah kecepatan waktu yang dipergunakan antara mulai

adanya stimulus atau rangsangan dengan mulainya reaksi (Junusul Hairy,

2010 :1.21).

10. Kelincahan(Agility)

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat merubah arah

dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan

keseimbangan (Wiarto, 2013 : 171).

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Ari Rina Trisusanti (2009) dengan judul “Perbedaan

Tingkat Kesegaran Kardiorepirasi Siswa Yang Berangkat Sekolah Naik

Sepeda, Jalan Kaki, dan Naik Kendaraan Bermotor Pada Siswa Kelas

VII SMP Negeri 1 Girimulyo, Kulon Progo”. Hasil penelitian

menunjukkan ada perbedaan signifikan tingkat kesegaran kardiorespirasi

siswa yang berangkat naik sepeda, jalan kaki dan naik kendaraan

bermotor. Siswa yang berangkat ke sekolah naik sepeda mempunyai

tingkat kesegaran kardiorespirasi yang termasuk kategori sangat kurang

yaitu sebanyak 78,9%, sisanya 21,9% siswa masuk kategori kurang.

Siswa yang berangkat dengan jalan kaki mempunyai tingkat kesegaran

kardiorespirasi sangat kurang sebanyak 62,5% sebanyak 28,1% masuk

kategori kurang dan sisanya 9,4% siswa masuk kategori cukup baik.

siswa yang berangkat dengan kendaraan bermotor mempunyai tingkat

kesegaran kardiorespirasi pada kategori sangat kurang sebanyak 81,8%,

sedangkan sisanya 18,2% siswa masuk kategori kurang. Kesimpulan

penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kesegaran kardiorespirasi


20

siswa yang berangkat ke sekolah dengan naik sepeda, jalan kaki, dan naik

kendaraan bermotor yang ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar

5,173 dengan probabilitas 0,009.

2. Penelitian Putra Sastaman B (2015) dengan judul “Analisis Tingkat

Kebugaran Jasmani Antara Siswa Yang Berjalan Kaki Dan Bersepeda

Pada Siswa Putra Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pontianak.

Penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan

datanya menggunakan tes kebugaran jasmani indonesia (TKJI).

Instrumennya tes TKJI. Hasil penelitian antara tingkat kebugaran jasmani

siswa yang berjalan kaki berada pada kategori sedang dan tingkat

kebugaran jasmani siswa yang bersepeda berada pada kategori kurang.

Terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa yang berjalan

kaki dan bersepeda pada siswa putra kelas VIII Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Pontianak dengan perbedaan rata-rata 0,46. Ini berarti tingkat

kebugaran jasmani siswa yang berjalan kaki lebih baik dibandingkan

siswa yang bersepeda.

H. Kerangka Pikir

Kebugaran jasmani adalah kebugaran yang dapat meningkatkan aktivitas

fisik berdasarakan Daya tahan kardiorespirasi. Sedangakan Daya tahan

kardiorespirasi merupakan kemampuan sistem kardiorespirasi (jantung, paru-

paru dan pembuluh darah) seseorang dalam mensuplai oksigen ke dalam

tubuh pada saat melakukan aktivitas jasmani yang melibatkan otototot besar

dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
21

Daya tahan kardiorespirasi dan kebugaran jasmani seseorang dipengaruhi

oleh banyak faktor, salah satunya adalah aktivitas fisik. Siswa kelas VII

SMPN 5 Pringsewu mempunyai aktivitas fisik yang dilakukan hampir setiap

hari selama satu minggu, yaitu pada saat berangkat ke sekolah. Mereka

berangkat dari rumah ke sekolah dengan ada yang jalan kaki, dan naik

kendaraan bermotor maupun angkutan umum (angkot). Aktivitas fisik

tersebut sedikit banyak memiliki pengaruh terhadap kebugaran jasmani

siswa kelas VII SMPN 5 Pringsewu. Siswa yang berangkat ke sekolah

dengan yang tidak berkendaraan dalam hal ini yaitu jalan kaki secara

harfiahnya memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang berangkat sekolah menggunakan kendaraan (motor).

Karena tanpa mereka sadari, aktivitas tersebut telat melatih otot-otot tubuh

mereka pada saat jalan kaki.

F. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto, (2010: 72) hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki sekolah

di SMPN 5 Pringsewu.

H0 : Tidak ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki

sekolah di SMPN 5 Pringsewu.

H2 : Ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berkendaraan

sekolah di SMPN 5 Pringsewu.


22

H0 : Tidak ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berkendaraan

sekolah di SMPN 5 Pringsewu


23

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini yaitu ex post facto. Menurut Sugiyono (2017:7)

ex post facto merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti

peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Dilakukan dengan cara membagikan angket untuk mengelompokkan siswa

yang berjalan kaki dan berkendaraan. Kemudian Instrumen dengan

menggunakan tes TKJI. Oleh karena itu judul penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh berjalan kaki dan berkendaraan ke sekolah terhadap kebugaran

jasmnai pada siswa kelas VII SMP N 5 Pringsewu

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dihalaman sekolah SMP N 5 Pringsewu

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 30 Januari 2019 di SMP N 5 Pringsewu.


24

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2017: 117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VII SMPN 5 Pringsewu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017: 118). Sedangkan menurut Arikunto

(2010: 112) penentuan pengambilan sampel adalah sebagai berikut,

apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sebaliknya

jika subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25%.

Dalam hal ini peneliti mengambil 24% dari jumlah populasi Maka sampel

yang di dapat sebanyak 60 orang. Berdasarkan angket yang telah

dibagikan terdiri dari 30 siswa berjalan kaki dan 30 siswa berkendaraan.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian Arikunto (2013: 99). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas adalah objek atau gejala-gejala dalam

penelitian yang bebas dan tidak tergantung dengan hal-hal dilambangkan

dengan ( X ) dan variabel terikat adalah objek atau gejala- gejala yang

keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal yang mempengaruhi

dilambangkan ( Y ).
25

Berdasarkan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas (X1) yaitu siswa yang berjalan ke sekolah.

2. Variabel bebas (X2) yaitu siswa yang menggunakan kendaraan (naik

motor/mobil) ke sekolah.

3. Variabel terikat (Y) yaitu kebugaran jasmani.

E. Desain `Penelitian

Berdasarkan pada gambaran metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian di SMPN 5 Pringsewu, dan berdasarkan pula variabel penelitian

yang telah dirumusakan maka desain dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

X1
Y
X2

Gambar: 1. Desain penelitian perbandingan tingkat kebugaran jasmani pada


siswa yang berjalan kaki dan berkendaraan ke sekolah di SMP N
5 Pringsewu.

Keterangan :
X1: siswa yang berjalan kaki ke sekolah.
X2: siswa yang menggunakan kendaraan ke sekolah.
Y : Kebugaran Jasmani.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2017: 148). instrumen penelitian merupakan suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu angket dan tes.

1. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017: 152). Angket dalam


26

penelitian ini digunakan untuk mengelompokkan siswa yang berjalan kaki

dan berkendaraan pada siswa kelas VII SMPN 4 Pringsewu.

2. Instrumen Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Menggunakan

Tes TKJI

a. Tes TKJI (untuk umur 13-15 tahun)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kebugaran

Jasmani Indonesia (TKJI) umur 13-15 tahun (Hairy, 2010 : 12.3-

12.24). Kesahihan rangkaian tes :

Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai

reliabelitas:

1) Untuk putra 0,960

2) Untuk putri 0,804

Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai

validitas:

1) Untuk putra0,950

2) Untuk putri 0,923

Adapun Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk laki-laki terdiri dari:

1. Lari 50 meter,

2. pull up tubuh 60 detik,

3. Sit up 60 detik,

4. Vertikal jump

5. Lari jauh 1.000 meter.


27

b. Untuk puteri terdiri dari:

1. Lari 50 meter,

2. Pull up tubuh 30 detik,

3. Sit up 60 detik,

4. Vertikal jump,

5. Lari jauh 800 meter.

c. Alat dan fasilitas yang digunakan:

(1) Lintasan lari atau lapangan, (2) Stopwatch, (3) Bendera start,

(4) Palang tunggal, (5) Nomor dada, (6) Papan berskala

vertikal jump, (7) Serbuk kapur, (8) Penghapus, (9) Formulir

isian dan alat tulis, (10) Pluit, (11) Pengetes (tester),

pengambil waktu (timmer), pengawas, . pembantu, pencatat.

d. Urutan Pelaksanaan Tes :

1. lari 50 m untuk laki-laki dan perempuan,

2. pull up 60 detik untuk laki-laki dan 30 detik perempuan,

3. sit up

4. vertikal jump,

5. lari 1000 m untuk laki-laki dan 800 m untuk perempuan,

e. Prosedur pelaksanaan tes

1. Lari 50 meter

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan


28

b. Alat dan fasilitas yang diperlukan

(1) Lintasan lari sejauh 50 meter atau tanah yang datar, (2).

bendera start, (3) peluit, (4). tiang pancang, (5)

stopwatch, (6) serbuk kapur, (7) formulir penilaian

c. Petugas tes (tester)

1. Juru keberangkatan

2. pengukur waktu merangkap pencatat hasil

d. Pelaksanaan

1. Sikap permulaan testi berdiri dibelakang garis

keberangkatan.

2. gerakan pada aba-aba “siap” testi mengambil start berdiri

3. siap untuk lari. Pada aba-aba “ya” testi lari secepat

mungkin menuju garis akhir.

a) Lari bisa diulang apabila:

1. Testi mencuri start

2. Testi tidak melewati garis akhir

3. Testi terganggu oleh testi yang lain

e. Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat,

sampai testi melewati garis akhir.

f. Pencatat hasil

1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testi dalam

satuan detik.

2) Waktu dicatat
29

b. Satu angka dibelakang koma (stopwatch manual)

c. Dua angka dibelakang koma (stopwatch digital)

Pelaksanaa tes dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 . Lari 50 Meter

2. Tes Gantung Angkat Tubuh (Pull Up)

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan

otot lengan dan otot bahu.

b. Alat dan fasilitas yang diperlukan

(1) Palang tunggal yang dapat dinaikan dan diturunkan, (2)

Sopwatch, (3) Formulir penilaian dan alat tulis, (4) Nomor

dada, (5) Serbuk kapur

1. Petugas (tester)

1) Pengukur waktu

2) Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

2. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri dibawah palang tunggal, dengan bantuan

tolakan kedua kaki testi melakukan tolakan keatas dan


30

memeganng palang tunggal. Cara pegangan telapak tangan

menghadap kearah kepala testi.

2) Gerakan

Dari sikap menggantung testi mengangkat badannya keatas,

sambil menekuk kedua sikunya, sampai dagu testi berada

diatas palang tunggal.Kemudian kembali keposisi semula,

dan diusahakan sebanyak mungkin selama 60 detik untuk

laki-laki dan 30 detik untuk perempuan.

3) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

a. Pada waktu mengangkat badan, testi melakukan

gerakan mengayun,

b. Pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh

palang tunggal,

c. Pada waktu kembali kesikap permulaan kedua tangan

tidak lurus

3. Pencatatan Hasil

1. Yang dihitung adalah gerakan yang sempurna.

2. Yang dicatat adalah jumlah angkatan yang dapat

dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama

60detik.

Testi yang tidak mampu malakukan tes angkat tubuh ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol). Pelaksanaa tes

dapat di gambarkan sebagai berikut:


31

Gambar 4. Pull up

3. Sit up 60 detik

a. Tujuan

Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur kekuatan dan daya

tahan otot perut.

b. Alat dan fasilitas yangdiperlukan

(1) Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih, (2)

stopwatch, (3) nomor dada, (4) formulir penilaian dan alat

tulis

(2) Pengetes/tester

1. Pengamat waktu

2. Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

(3) Pelaksanaan

1. Sikap permulaan

Berbaring terlentang dilantai, kedua lutut ditekuk dengan

sudut 90o
32

,kedua tangan dan jari-jari berselang- seling, diletakkan

dibelakang kepala, pasangannya memegang pergelangan

kaki, agar tidak bergerak.

2. Gerakan

Pada aba-aba “ya”, testi bergerak mengambil sikap duduk

sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha dan

kembali kesikap permulaan, dilakukan berulang- ulang

selama 60 detik.

1. Pencatatan hasil

Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan

baring duduk yang dilakukan dengan gerakan sempurna

selam 60 detik. Pelaksanaa tes dapat di gambarkan

sebagai berikut:

Gambar 5.Sit up

4. Vertikal jump

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot.

b. Alat dan fasilitas yangdiperlukan


33

1. Papan bersekala sentimeter warna gelap, berukuran 30 x

150 cm, dipasang pada dinding atau tiang, jarak anata

lantai dengan angka 0 pada skala, yaitu : 150 cm, (2)

Serbuk kapur, (3) alat penghapus, (4) nomor dada, (5)

formulir isian dan alat tulis;

c. Petugas tes (tester) pengamat dan pencatat hasil.

d. Pelaksanan

Pelaksanaan Ujung jari testi terlebih dahulu diolesi dengan

kapur, kemudian testi berdiri tegak dekat papan skala dengan

kedua kaki rapat, kemudian tangan yang dekat papan skala

diangkat lurus keatas, ujung jari menempel sehingga

meninggalkan bekas dan menunjuk suatu angka.

e. Gerakan

Testi mengambil ancang-ancang dengan menekuk kedua kaki

dan lengan diayun kebelakang, kemudian testi meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan skala sehingga

meninggalkan bekas dan menunjuk suatu angka.

f. Pencatatan hasi

1. Angka raihan loncatan dikurangi angka berdiri tegak;

Ketiga selisih raihan dicatat. Pelaksanaa tes dapat di

gambarkan sebagai berikut:


34

Gambar 6. Vertikal jump

5. Lari 1000 meter untuk laki-laki dan 800 meter untuk

perempuan

a. Tujuan

Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur daya tahan

jantung, paru dan peredaran darah.

b. Alat dan fasilitas yang diperlukan

1. Lintasan lari sejauh 1000 meter, Stopwatch, Bendera start,

Peluit, Tiang pancang, Nomor dada, Formulir isian dan

alat tulis.

c. Petugas tes (tester)

1. Juru keberangkatan

2. pengukur waktu

3. pencatat hasil

4. pembantu umum

d. Pelaksanaan

1. Sikap Permulaan
35

Testi berdiri dibelakang garis pemberangkatan.

2. Gerakan

Pada aba-aba “siap” testi mengambil sikap start berdiri

dibelakang garis pemberangkatan, siap untuk lari. Pada

abaaba “ya” testi lari secepat mungkin menuju garis akhir

setelah menempun jarak yang ditetapkan.

3. Pencatatan hasil

Pengambilan waktu dilakukan saat bendera start diangkat

sampai pelari tepat melintasi garis akhir. Pelaksanaa tes

dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 7. Lari 1000 Meter

Sedangkan untuk menentukan kategori baik tidaknya, tertera

pada tabel kebugaran jasmani berikut :

a. Tabel Nilai

Gambaran tentang tabel nilai tes kebugaran jasmani

Indonesia untuk putra dan putri pada usia 13-15 tahun

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk

Putra Usia 13-15 Tahun.


36

Lari 50 Vertikal Lari 1000


Nilai Pull Up Sit Up
Meter Jump meter
5 S.d – 16 – 38 – 66cm – s.d – 3’04”
6,7” Keatas Keatas Keatas
4 6,8” – 11-15 28 – 37 53 – 65 3’05”–3’53”
7,6” cm
3 7,7” – 06 – 10 19 – 27 42 – 52 3’54” – 4’46”
8,7” cm
2 8,8” – 02 – 05 08 – 18 31 – 41 4’47” – 6’04”
10,3” cm
1 10,4” dst 00 – 01 00 – 07 0 - 30 cm 6’05” dst
(Hairy, 2010 : 12.12)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk nilai tes

kebugaran jasmani Indonesia untuk putra usia 13-15 yaitu:

lari 50 meter, pull up 16 , sit up 38, vertical jump 66 cm dan

lari 1000 meter.

Sedangkan untuk nilai tes kebugaran jasamani Indonesia

untuk putri usai 13-15 dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 2. Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk

Putri Usia 13-15 Tahun.

Lari 50 Vertikal
Nilai Pull Up Sit Up Lari 800 meter
Meter Jump
5 S.d – 41”- 28– 50 cm – s.d – 3’08”
7,7” Keatas Keatas Keatas
4 7,8” – 22” – 19 – 27 39 – 49 cm 3’09”–3’55”
8,7” 40”
3 8,8” – 10” – 09 – 18 30 – 38 cm 3’56” – 4’58”
9,9” 21”
2 10,9” – 03” – 03 – 08 21 – 29 cm 4’59” – 6’40”
11,9” 09”
1 12,0” dst 00” – 00 – 02 00 - 20 cm 6’41” dst
02”
(Hairy, 2010 : 12.12)
37

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk nilai tes

kebugaran jasmani Indonesia untuk putri usia 13-15 tahun

yaitu, lari 50 meter, pull up 41, sit up 28, vertical jump 50

cm, dan lari 800 meter.

b. Tabel Norma

Gambaran tabel norma tes kebugaran jasmani Indonesia

untuk remaja umur 13-15 putra dan putri dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk

Remaja Umur 13-15 tahun Putra dan Putri

No. Jumlah Nilai Klasifikasi


1 22-25 Baik Sekali (BS)
2 18-21 Baik(B)
3 14-17 Sedang(S)
4 10-13 Kurang(K)
5 5-9 Kurang Sekali(KS)
(Hairy, 2010 : 12.12)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kategori baik

sekali jumlah nilainya adalah (22-25), baik (18-17), sedang

(14-17), kurang (10-13), dan sedangkan untuk kategori

kurang sekali jumlah nilainya (5-9).

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 265) dijelaskan bahwa metode

pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitiannya. Lebih lanjut dikatakan Suharsimi Arikunto (2010: 265) bahwa


38

untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti

sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang yang

sukar karena data-data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan

yang ditarik akan salah pula.

1. Mengelompokkan siswa berajalan kaki dan berkendaraan ke sekolah

menggunakan Angket.

2. Pengukuran kebugaran jasmani dengan menggunakan Tes TKJI.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berasal dari distribusi normal. Uji normalitas dapat menggunakan

bantuan program komputer SPSS 23.0 dengan uji statistik non-

parametrik yaitu Kolmogorov-Smirmov. Dengan menentukan terlebih

dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H1 = data terdistribusi secara normal

Ho = data tidak terdistribusi secara normal

Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1) Nilai Asym.Sig. atau Signifikansi atau nilai probabilitasnya < 0,05

maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Asym.Sig atau signifikansi atau nilai probabilitasnya ≥ 0,05

nilai distribusinya adalah normal.


39

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan

rumuskolmogorov smirnov melalui perhitungan komputer program SPSS

diperoleh hasil pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji Normalitas

Nilai Asymp. Sig. Kesimpul


No Variabel Signifikansi
(2-tailed) an
1 Berjalan kaki 0,288 0,05 Normal
2 Berkendara 0,313 0,05 Normal
Kebugaran berjalan
3 0,240 0,05 Normal
kaki
4 Kebugaran berkendara 0,390 0,05 Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dari

kedua kelas sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam

analisis Independent Sample T-Test. Uji homogenitas digunakan sebagai

bahan acuan untuk menentukan keputusan uji statistik adapun dasar

keputusan dalam uji homogenitas sebagai berikut:

1. jika nilai signifikansi < 0,05 maka varian dari dua atau lebih

kelompok data adalah tidak homogen

2. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka varian dari dua atau lebih

kelompok data adalah homogen. Pada tabel berikut:

Tabel 5. Uji Homogenitas

No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan


Angket berjalan kaki
1 0,764 0,05 Homogen
dan berkendara
TKJI berjalan kaki dan
2 0,333 0,05 Homogen
berkendara
40

c. Uji Linieritas

Langkah untuk melakukan uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan

SPSS 23.0. Uji linieritas merupakan uji untuk mengetahui linier tidaknya

bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji

linieritas digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan keputusan uji

statistik adapun dasar keputusan dalam uji linieritas pada tabel berikut:

Tabel 6. Uji Linieritas

No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan


Berjalan kaki * TKJI
1 0,639 0,05 Linier
berjalan kaki
Berkendara * TKJI
2 0,489 0,05 Linier
Berkendara

d. Uji Hipotesis (uji T)

Uji t merupakan salah satu uji hipotesis penelitian dalam analisis regresi

linear sederhana. Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas

(X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Dasar pengambilan

keputusan uji t parsial dalam analisis regresi : untuk melakukan uji

hipotesis penelitian diatas, maka lebih dahulu kita harus mengetahui dasar

pengambilan keputusan dalam uji t parsial. Dalam hal ini ada dua acuan

yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pertama

dengan melihat nilai signifikansi (sig) dan kedua membandingkan antara

nilai t hitung dengan t tabel.

Berdasarkan Nilai Signifikansi (sig.)

1. Jika nilai signifikansi (sig). < probabilitas 0,05 maka ada perbandingan

X terhadap Y atau hipotesis diterima.


41

2. Jika nilai signifikansi (sig). > probabilitas 0,05 maka tidak ada

perbandingan X terhadap Y atau hipotesis di tolak

Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel

1. Jika nilai t hitung > t tabel maka ada pengaruh variabel X terhadap atau

hipotesis diterima.

2. Jika nilai t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh variabel X terhadap

Y atau hipotesis di tolak.


42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 5

Pringsewu. adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat kebugaran

jasmani pada siswa yang berjalan kaki dan berkendaraan ke sekolah DI

SMPN 5 Pringsewu. Tes yang dilakukan sebagai data ialah angket

pengguna berjalan kaki dan berkendaraan serta tes kebugaran jasmani.

Deskripsi data merupakan gambaran jenis data yang diperlukan untuk

menganalisa data. Responden yang diteliti adalah siswa SMPN 5

Pringsewu yang berjumlah 60 siswa diantaranya 30 siswa yang

berjalan kaki dan 30 siswa yang berkendaraan. Jenis data yang terdiri

dari jumlah, rata-rata, standar deviasi dan varians pada masing masing

data yang diperoleh dari tiap-tiap variabel tersebut kemudian

dikelompokkan dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada

lampiran. Adapun rangkuman deskripsi data hasil tes kebugaran

jasmani secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:
43

Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Kebugaran Jasmani

Hasil
No Variabel Koefisien
Korelasi t hitung t tabel Nilai Sig. Kesimpulan
Determinasi
Berjalan Kaki
1 Terhadap 0,699 0,489 6,345 1,701 0,000 Signifikan
Kebugaran Jasmani
Berkendaraan
Tidak
2 Terhadap 0,298 0,089 1,655 1,701 0,264
Signifikan
Kebugaran Jasmani

Deskripsi data digunakan untuk mengetahui gambaran variabel-

variabel yang diteliti secara sekilas yaitu meliputi skor minimal, skor

maksimal, rata-rata/rerata, dan standar deviasinya dari 60 siswa kelas

VII SMP Negeri 5 Pringsewu yang terdiri dari 30 siswa berjalan kaki

dan 30 siswa berkendara. Berikut penjabaran tentang hasil penelitian

dari masing-masing variabel :

a. Kebugaran Jasmani

1) Kebugaran Jasmani Siswa yang Berjalan Kaki Ke Sekolah

Tabel deskripsi data menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang

berjalan kaki memiliki rata-rata nilai kebugaran jasmani 14,33 ,

SD 1,67, nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 18. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini :


44

40
30
30
18
20 14.33
11
10 1.67
0
Sampel Rata-rata SD Nilai Nilai
terendah tertinggi

Kebugaran jasmani siswa berjalan kaki

Gambar 8. Diagram Batang Hasil Pengukuran Kebugaran


Jasmani yang Berjalan Kaki
2) Kebugaran Jasmani Siswa Yang Berkendaraan Ke Sekolah

Tabel deskripsi data menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang

berkendara memiliki rata-rata kebugaran jasmani 11,23, SD

1,49, nilai terendah 8 dan nilai tertinggi 14. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini :

35
30
30
25
20
15 14
11.23
10 8
5 1.49
0
Sampel Rata-rata SD Nilai Nilai
terendah tertinggi

Kebugaran jasmani siswa berkendaraan

Gambar 9. Diagram Batang Hasil Pengukuran Kebugaran


Jasmani yang Berkendaraan ke Sekolah

b. Jenis Kelamin

Sampel penelitian pada penelitian ini dibagi atas siswa putra dan

putri yang dapat dilihat pada tabel distribusi jenis kelamin dibawah

ini:
45

Tabel 8. Sebaran Jenis Kelamin Sampel Penelitian

Jenis Kelamin
No Kelompok Total
Laki-laki Perempuan
1 Berjalan Kaki 15 15 30
2 Berkendara 15 15 30

Berdasarkan jenis kelamin pada kedua kelompok penelitian dapat

dilihat bahwa jumlah siswa laki laki pada kelompok berjalan kaki

adalah 15 siswa, sedangkan siswa putri berjumlah 15 siswa. Dan

siswa laki laki pada kelompok berkendaraan adalah 15 siswa,

sedangkan siswa putri berjumlah 15 siswa, jadi

c. Norma Tes Kebugaran Jasmani

Gambaran tentang kebugaran jasmani siswa yang berjalan kaki

yang berjumlah 30 siswa berdasarkan hasil penelitian setelah

dikelompokan dan diklasifikasikan berdasarkan norma tes

kebugaran jasmani pada tabel sebagai berikut :

Tabel 9. Tabel Distribusi Frekuensi TKJI Siswa Berjalan Kaki ke

Sekolah

No Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase


1 Baik Sekali 22-25 0 0%
2 Baik 18-21 1 3,33%
3 Sedang 14-17 17 56,67%
4 Kurang 10-13 12 40%
5 Kurang Sekali 5-9 0%
Jumlah 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan: sebanyak 1 siswa (3,33%)

memiliki kebugaran jasmani yang berada pada ketegori baik, 17

siswa (56,67%) berada pada ketegori sedang, 12 siswa (40%)


46

berada pada ketegori kurang dan tidak ada siswa yang

kebugarannya berada pada kategori baik sekali dan kurang sekali.

Sedangkan gambaran tentang kebugaran jasmani siswa yang

berkendara yang berjumlah 30 siswa berdasarkan hasil penelitian

setelah dikelompokan dan diklasifikasikan berdasarkan norma tes

kebugaran jasmani adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Tabel Distribusi Frekuensi TKJI Siswa Berkendaraan ke

Sekolah

N
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase
o

1 Baik Sekali 22-25 0 0%


2 Baik 18-21 0 0%
3 Sedang 14-17 2 6,67%
4 Kurang 10-13 24 80%
Kurang
5 5-9 4 13,33%
Sekali
Jumlah 100%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan: sebanyak 2 siswa (6,67%)

memiliki kebugaran jasmani yang berada pada ketegori sedang, 24

siswa (80%) berada pada ketegori kurang, 4 siswa (13,33%) berada

pada ketegori kurang sekali dan tidak ada siswa yang kebugarannya

berada pada kategori baik dan baik sekali.

2. Analisis Data

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Adapun hasil perhitungan analisis data tersaji sebagai berikut:


47

Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Data Perbandingan Tingkat

Kebugaran Jasmani Pada Siswa Yang Berjalan Kaki dan

Berkendaraan Di SMPN 5 Pringsewu.

Hasil
No Variabel Koefisien
Korelasi t hitung t tabel Nilai Sig. Kesimpulan
Determinasi
Berjalan Kaki Ke
1 Sekolah Terhadap 0,699 0,489 6,345 1,701 0,000 Signifikan
Kebugaran Jasmani
Berkendaraan Ke
Tidak
2 Sekolah Terhadap 0,298 0,089 1,655 1,701 0,109
Signifikan
Kebugaran Jasmani

a. Berjalan Kaki Ke Sekolah Terhadap Kebugaran Jasmani

Pada output (Model Summary) : Menjelaskan besarnya nilai

korelasi/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,699 dan dijelaskan

besarnya prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat yang disebut koefisien determinasi yang merupakan

hasil dari penguadratan R. Dari output tersebut diperoleh

koefisien determinasi (R2) sebesar 0,489, yang mengandung

pengertian bahwa pengaruh/ kontribusi variabel bebas (berjalan

kaki) terhadap variabel terikat (kebugaran jasmani) adalah

sebesar 48,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel

yang lain.

b. Berkendaraan Ke Sekolah Terhadap Kebugaran Jasmani

Pada output (Model Summary) : Menjelaskan besarnya nilai

korelasi/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,298 dan dijelaskan


48

besarnya prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat yang disebut koefisien determinasi yang merupakan

hasil dari penguadratan R. Dari output tersebut diperoleh

koefisien determinasi (R2) sebesar 0,089, yang mengandung

pengertian bahwa pengaruh/ kontribusi variabel bebas

(berkendara) terhadap variabel terikat (kebugaran jasmani)

adalah sebesar 8,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variabel yang lain.

3. Uji Hipotesis

a. Berjalan Kaki Ke Sekolah Terhadap Kebugaran Jasmani

Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Pringsewu.

Kriteria pengambilan keputusan :

H1 diterima apabila t hitung > t tabel

H0 diterima apabila t hitung < t tabel

Pada output (Coefficients) berjalan kaki terhadap kebugaran

jasmani memiliki nilai t hitung 6,345 dan nilai signifikansi (Sig.)

0,000. Tingkat kepercayaan = 95% atau (α) = 0,05. Derajat

kebebasan (df) = n-2 = 30-2 = 28, serta pengujian satu sisi

diperoleh nilai t tabel1,701. Artinya t hitung6,345 >1,701 t tabel.

Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. “ Ada tingkat kebugaran

jasmani pada siswa yang berjalan kaki ke sekolah di SMP N 5

Pringsewu”
49

b. Berkendaraan Ke Sekolah Terhadap Kebugaran Jasmani

Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Pringsewu.

Kriteria pengambilan keputusan :

H2 diterima apabila t hitung > t tabel

H0 diterima apabila t hitung < t tabel

Pada output (Coefficients) berkendaraan terhadap kebugaran

jasmani memiliki nilai t hitung 1,655 dan nilai signifikansi (Sig.)

0,109. Tingkat kepercayaan = 95% atau (α) = 0,05. Derajat

kebebasan (df) = n-2 = 30-2 = 28, serta pengujian satu sisi

diperoleh nilai t tabel1,701. Artinya t hitung1,655<1,701 t tabel.

Sehingga H0 diterima dan H2 ditolak. “Tidak ada tingkat

kebugaran jasmani pada siswa yang berkendaraan ke sekolah di

SMPN 5 Pringsewu”

B. Pembahasan

Hasil-hasil analisis kontribusi dua variabel bebas dengan variabel terikat

dalam pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan

interprestasi keterkaitan antara hasil analisis yang di capai dengan teori-teori

yang mendasari penelitian ini. Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui

kesesuaian teori-teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian yang

diperoleh.

Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berfikir dan

teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung

teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan pada kelompok berjalan kaki dapat
50

ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh berjalan kaki terhadap kebugaran

jasmani siswa VII di SMPN 5 Pringsewu. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi bahwa siswa walaupun berjalan kaki dia tetap melakukan

aktivitas fisik setelah pulang sekolah dilihat berdasarkan angket siswa ada

yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Namun untuk siswa yang

berkendaraan memiliki kebugaran jasmani yang paling rendah dan tidak ada

pengaruh yg signifikan. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran mereka

untuk berolahraga sehingga mudah lelah saat mengikuti pelajaran olahraga.

Sedangkan berdasarkan analisis data pada kelompok jalan kaki dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada pengaruh berjalan kaki terhadap kebugaran jasmani

pada siswa kelas VII di SMPN 5 Pringsewu. Berdasarkan angket siswa rutin

jalan kaki kesekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan membantu orang

tua serta waktu luang digunakan untuk olahraga.

Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan sistem kardiorespirasi

(jantung, paru-paru dan pembuluh darah) seseorang dalam mensuplai oksigen

ke dalam tubuh pada saat melakukan aktivitas jasmani yang melibatkan

otototot besar dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang

berarti. kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis

kelamin, usia, keturunan, makanan dan olahraga atau aktivitas fisik (Kathleen

dan Jonathan, 1992). Aktivitas atau kegiatan fisik sangat mempengaruhi

semua komponen kebugaran jasmani. Dalam hal ini, aktivitas fisik yang rutin

dilakukan oleh siswa kelas VII SMPN 5 Pringsewu adalah berjalan kaki dan

berkendaraan pada saat berangkat ke sekolah. Siswa yang berangkat ke


51

sekolah dengan jalan kaki memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada siswa

yang berkendaraan.

Menurut Dede Kusmana (2002: 12), olahraga dinamis dapat meningkatkan

aliran darah sehingga sangat baik untuk meningkatkan sistem jantung dan

paru. Jalan kaki termasuk olahraga dinamis. Beban kerja otot yang diberikan

oleh siswa yang jalan kaki lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang

berkendaraan karena terkadang harus melewati jalan yang menanjak sehingga

otot mereka jauh lebih terlatih dan kuat. Semakin tinggi jumlah otot yang

dipakai, maka semakin tinggi pula intensitas kerja otot. Semakin banyak otot

yang dipakai untuk bekerja, maka semakin banyak pula jumlah oksigen yang

harus dikonsumsi. Semakin banyak oksigen yang diserap oleh tubuh

menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja, sehingga zat-zat sisa

yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit.

Menurut Bowers, et al. dalam Hermawan, (2018: 4) beraktivitas fisik

(olahraga) secara rutin, terutama kegiatan (gerak) yang menggunakan tungkai

akan berpengaruh terhadap kemampuan jantung, sebab kerja menggunakan

tungkai akan berpengaruh terhadap jantung sekitar tujuh puluh lima persen

sedangkan kerja dengan lengan terhadap jantung sekitar dua puluh lima persen

Karena di tungkai terdapat banyak pembuluh darah terutama pembuluh darah

yang besar (Aorta) ketika tungkai bekerja terjadi pemijitan pembuluh darah,

pembuluh darah berpengaruh terhadap jantung kemudian jantung mengalirkan

darah keseluruh tubuh. Jadi, betapa pentingnya kegiatan atau bergerak


52

terutama menggunakan tungkai, seperti, jogging, bersepeda, skipping dan

jalan kaki.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas jalan kaki

memberikan manfaat terhadap kebugaran jasmani seseorang. Jalan kaki dapat

menyehatkan jantung dan paru-paru, menurunkan berat badan, memperbaiki

peredaran darah, menurunkan tekanan darah dan menguatkan otot (terutama

otot bagian bawah tubuh). Terlihat dari hasil diagram penelitian bahwa

berjalan kaki memiliki rata-rata tingkat kebugaran jasmani lebih besar dan

untuk tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berkendaran adalah lebih

rendah. Jadi, siswa yang berjalan kaki secara rutin saat berangkat maupun

pulang sekolah akan memiliki kebugaran jasamni yang baik. Karena tanpa

mereka sadari, dengan berjalan kaki telah melatih otot-otot mereka menjadi

lebih kuat.
53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneleiti dapat

menyimpulakan bahwa:

1. Ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki dan

berkendararan ke sekoalah di SMPN 5 Pringsewu..

2. Tidak ada tingkat kebugaran jasmani pada siswa yang berjalan kaki dan

berkendararan ke sekoalah di SMPN 5 Pringsewu.

B. Saran

Berdsarkan hasil penelitan maka peneliti dapat memberi saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini perlu kaji ulang agar hasil penelitian ini lebih tentu saja

belum komperehesif dan mendalam .

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan keolahragaan khususnya dalam upaya meningkatkan

kebugaran jasmani masyarakat.

C.
54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Rineka Cipta, Jakarta.

Harry Wahyudhy Utama. (2005). Hubungan Kemampuan Aerobik dan Kondisi


Psikologis Pada Pelajar Laki-laki SMAN 1 Prabumulih. FK Universitas
Sriwijaya. Palembang.

Hermawan, Rahmat. (2003). Perlukah VO2Max Bagi Seorang Atlet. Gelora


Sportif. 23 September, hlm. 8, kol.1.

_____(2017). Fisiologi Olahraga. CV. Anugrah Utama Raharja. Bandar


Lampung.

_____(2018). Memelihara Performa Fisik Melalui Budaya Gerak.


Dipresentasikan Pada Seminar Nasional, Januari, Lampung

Istya, Nurul. (2016). Pengaruh Latihan Skipping Terhadap Kardiovaskular


Endurance Pada Kelompok Cabang Olahraga Beladiri. Universitas
Hasanuddin. Makassar

Kemendikbud. (2014). Mengukur kemampuan kebugaran jasmani. Jakarta : balai


bahasa.

Liwijaya, Kuntaraf Kethleen. (1992). Olahraga Sumber Kesehatan. Advent


Indonesia. Bandung.

Lutan, Rusli, dkk. (2002). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan


Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR,
Jakarta

Nieman, DC. (1990) Fitness and Sport Medicine An Introduction. Bull Publishing
Company, Palo Alto. California.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan., Bandung: Alfabeta,.

_____ (2017). Metode Penelitian. Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,


Bandung
55

Sadly, Burhannudin. (2014). Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa


SMP yang Berada di Perkotaan dan di Pedesaan. Jurnal Universitas
Lampung, Bandar Lampung

Taufik, Rizki. (2015). Hubungan Antara Jalan Kaki dengan VO 2 Maksimal Pada
Siswi SMA Negeri 1 Ngamplak Boyolali. Universitas Muhammadiyah,
Surakarta.

Wiarto, Giri. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Wisnu, Hari. (2017). Perbandingan Tingkat Kebugaran Kardiovaskuler Antara


Siswa Jalan Kaki dengan Siswa yang Naik Sepeda Pada Siswa Kelas VII
SMPN 2 Krejengan. Jurnal Ilmu Keolahragaan FKIP UNTAN. 53 : 883-
891

Yusunul, Hairy. (2010) Fisiologi Olahraga Jilid I. Department Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
.
.

Anda mungkin juga menyukai