“ MASA REMAJA"
Kelompok 4:
Dosen Pengampu:
1
KATA PENGANTAR
Akhir kata kami sampaikan bahwa memang makalah ini belum lah
begitu sempurna tetapi kami berharap makalah ini akan sangat
membantu bagi mahasiswa olahraga yang mempelajari mengenai
Perkembangan Dan Belajar Gerak.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1
D. Manfaat.............................................................................................................................1
Bab II Pembahasan...............................................................................................................2
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan...........................................2
B. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja....................3
C. Tugas-tugas Perkembangan Remaja..............................................................9
Bab III Penutup....................................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
Daftar Pustaka.......................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih
dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati diri
mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak
remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada,
tahap perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk
konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini membantu
untuk melihat keseluruhan mengenai remaja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana remaja dalam perkembangan manusia?
Apa saja tugas-tugas perkembangan masa remaja?
C. Tujuan
Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia
Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja
Untuk mengetahui sosialisasi remaja
D. Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan
remaja dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam
dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
3
e. Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia
Menurut Sarlito (1991), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan
berlaku secara Nasional.Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat
digunakan kebatasan usia 11-24 tahun dan belum menikah Bigot, Khonsta, dan Palland
mengemukakan bahwa masa pubertas berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa
adolescence dalam usia 18-21 tahun. Menurut Hurlock (1964) rentangan usia remaja itu
antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam usia remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun
dan remaja akhir 17 samapai 21 tahun.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya
sudah kelihatan “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia
gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat adanya
1) Kegelisahan.
2) Pertentangan.
3) Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang ia belum ketahui.
4) Keinginan menjelajah alam sekitar yang lebih luas.
5) Mengkhayal dan berfantasi.
6) Aktivitas berkeompok.
1. Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai
praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall
seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah
masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman
sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam
melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam
membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama,
tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).
Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan
hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.
4
5). Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6). Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan
dengan jenis kelamin yang berbeda.
a. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik
itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-
alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan
bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-
tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh
payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh
hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10
tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara
spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan
aksila mulai tumbuh. Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna
gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi
keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya,
tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir
perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu
dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis,
prostat dan vesikula seminalis. Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat
fokus utama perubahan fisik adalah :Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan
visera Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul Perubahan
distribusi otot dan lemak Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks
sekunder. Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin
utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).
5
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal
berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih
abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan
bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang
dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan
suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan
pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk
menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih
mendalam. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran
opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih
abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan
aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan
karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis
yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif
remaja
c. Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas
dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode
yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah
orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif,
kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell
(dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk
memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai
adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial
adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi
secara sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas
seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas
kesehatan dan identitas moral.
6
penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan
beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk
kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia
menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga
termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan,
penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang
lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat
remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di
rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja
mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan
psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi
ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003:
206) yaitu :
a). Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.
b). Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c). Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d). Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e). Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk
berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan
memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut
Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a). Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b). Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c). Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang
dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d). Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi.
e). Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman
sebaya mereka.
f).Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g). Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini
akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h).Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan
meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu: a).
Merasa senang dan aman.
b). Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c). Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima
secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam
situasi sosial.
7
d). Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh
minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e). Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
d. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres
adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk berespons atau melakukan tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif.
Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek
sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat
memicu berbagai penyakit. Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini
seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila
keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya,
remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga
remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
8
meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan
teman sebayanya.
9
yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang
jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak
bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas tugas berikutnya.”
Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa
perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus
memahami dan berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan
tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat
kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43).
Menyatakan bahwa “tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh
setiap individu. Tugas-tugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya
perkembangan pada kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma
kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan
baik dalam kehidupan nyata.”
Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta, perkembangan seseorang sebagian besar
terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur
kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya.
Berdasar hal tersebut maka proses menumbuhkembangkan kreativitas perlu dilakukan
sejak usia dini, karena pada masa ini proses kreativitas sedang mengalami puncak
perkembangannya. Anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri
yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya
rasa ingin tahu besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut
salah, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal baru, dan sebagainya.
b. Tugas-tugas Perkembangan
Secara umum Havigurst (Hurlock, 1980: 10) mendeskripsikan Tugas-
tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak adalah.
Ø belajar memakan makanan padat
Ø belajar berjalan
Ø belajar berbicara
Ø belajar mengendalikan gerakan badan
Ø memperoleh stabilitas fisiolis
Ø belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Ø mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
Ø mempersiapkan diri untuk membaca
Ø belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani
10
Ø mencapai keberhasilan pribadi
11
Disamping tahap-tahap perkembangan di atas, Thornburg juga mengemukakan adanya
masa pra remaja yaitu bagi mereka yang berumur 9 – 13 tahun, dan masa pemuda yang
terjadi pada umur 19 – 22 tahun. Berdasarkan pada beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan tersebut terbagi dalam beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan ini didasarkan pada kesamaan karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan pada masing-masing usia. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut
adalah masa bayi dan awal masa kanak-kanak, masa kanak-kanak, masa remaja, masa
dewasa awal dan pertengahan, serta masa tua.
Namun, pemahaman tentang adanya tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan
usia individu juga dapat disalahartikan. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (1980
: 9) yang menyatakan ada 3 macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan
tugas-tugas perkembangan. Pertama, harapan yang kurang tepat baik individu sendiri
maupun lingkungan sosial. Kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam
perkembangan sebagai akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Dan yang
ketiga muncul dari tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada
suatu tahap dengan baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang
tepat untuk tahap berikutnya akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi yang dapat
mengarah pada suatu krisis.
Bagi pendidik, pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu pendidik
untuk memahami anak didiknya dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi
yang mereka miliki secara optimal. Dalam hal ini Nana Syaodih (2001 : 18) menyatakan
bahwa “Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi pendidik.
Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat
dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu
mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan
sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah
mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan
tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang
bersangkutan telah tiba.”
12
a. Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal.
b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan,
sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita
kehidupannya antara lain:
1.bimbingan karier.
2.memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi
terhadap kondisi (tuntutan) lingkungan.
3. penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan
kurikulum muatan lokal.
c. Keberhasilan dalam memilih pasangan, hidup untuk membentuk keluarga benyak
ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa
sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu
dilakukan bimbingan dan etika pergaulan, dan bimbingan siswa untuk memahami
norma kehidupan masyarakat.
d. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial
masyarakat perlu dilakukan.
13
mengalami gangguan emosional berat (serious emotional disturbances-SEDs) dan
dirawat pada sebuah pusat perawatan setempat. Hasilnya ditemukan bahwa subjek
penelitian tersebut memang memiliki masalah perilaku yang serius dan kekurangan
dalam kompetensi sosialnya. Jadi terdapat hubungan negatif signifikan antara masalah
perilaku remaja dengan kompetensi sosialnya. Sebuah studi lain dilakukan oleh Smart &
Sanson (2003) terhadap 940 anak muda di Australia (41% laki-laki dan 59% perempuan)
yang berusia 19-20 tahun untuk mengungkap hubungan antara kompetensi sosial dengan
beberapa aspek dari 3 penyesuaian dan kebaikan diri (seperti memiliki hubungan yang
erat dengan orang tua, kemampuan komunikasi yang baik, kualitas pertemanan yang
baik, dan sikap sosial yang baik). Dari peneliti tersebut diketahui bahwa anak-anak muda
yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi diketahui lebih memiliki hubungan yang
erat serta jarang mengalami konflik dengan orang tua.
Di samping itu, mereka juga lebih dapat memiliki hubungan pertemanan yang
berkualitas dan sedikit mengalami keterasingan oleh teman-teman. Dengan demikian
disimpulkan bahwa sejumlah aspek dari kompetensi sosial dari para subjek dapat menjadi
faktor penting dalam penyesuaian dan kebaikan diri mereka. (Rahman, 2010) Studi
mengenai kompetensi sosial remaja yang dilakukan di Indonesia juga mengungkapkan
fakta yang sejalan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amri (2005) diketahui
bahwa remaja yang memiliki body image yang positif memiliki kompetensi sosial yang
tinggi, demikian sebaliknya yang memiliki body image negatif memiliki kompetensi
sosial yang rendah. Selain itu, menurut hasil penelitian Santoso (2009), di dapat remaja
perempuan memiliki kepercayaan diri dan kompetensi sosial yang lebih tinggi
dibandingkan remaja laki-laki. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa
kompetensi sosial memiliki kaitan yang positif dengan kepercayaan diri dan pencitraan
diri remaja. Denham dkk (2003) mengemukakan bahwa kompetensi sosial anak dan
remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sikap orang tua, guru-guru, dan teman
sebaya di sekolah, sosial ekonomi keluarga, kepercayaan diri, serta kematangan emosi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja
sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman
sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan
remaja antara lain, teori psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah
laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja,
remaja awal, dan remaja akhir. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas
yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja berfikir
secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu
dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan dengan teman
sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan seks yang
tinggi, dan mudah stres.
B. Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai
konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi
perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk
remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi
permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau
yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah yang dihadapinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta:
EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
16