Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Lompat Tinggi
Atletik merupakaan cabang olahraga yang paling tua usianya.
Gerakan yang terdapat dalam olahraga ini merupakan gerak dasar yang
dilakukan manusia, misalnya jalan, lari, lompat, dan lempar. Seiring dengan
perkembangan olahraga atletik, semakin banyak pula peminat olahraga atletik
salah satunya adalah lompat tinggi.
a. Pengertian Lompat Tinggi
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian dari lompat tinggi.
Giri Wiarto (2013:36) menyatakan bahwa:
Lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara
mengangkat kaki depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat
dengan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat)
dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk
mencapat suatu ketinggian tertentu.
Pengertian dari lompat tinggi juga dijelaskan oleh Munasifah
(2008:25) yang berpendapat bahwa:
Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan
cara mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik
berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat)
dengan cara melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai
ketinggian tertentu.
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian lompat tinggi adalah gerakan melompat ke atas dengan
tolakan satu kaki dan mengangkat kaki yang lain ke depan atas untuk
membawa badan setinggi mungkin mencapai suatu ketinggian tertentu dan
secepat mungkin untuk mendarat.
b. Peralatan lompat tinggi
Peralatan sangat diperlukan untuk terlaksaknanya lompat tinggi,
seperti penjelasan Munasifah (2008:26) mengenai peralatan lompat tinggi
adalah sebagai berikut , Dalam olahraga atletik lompat tinggi ada

5
6

beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan dimulai.


Adapun peralatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Lapangan 2)
Meteran dengan mistar 3) Matras.
Giri Wiarto (2013:49) juga berpendapat mengenai alat-alat dan
perlengkapan dalam lompat tinggi yaitu :
(1) Mistar lompat
Mistar lompat dapat terbuat dari metal atau kayu, yang berbentuk
silinder atau segitiga dengan diameter minimum 25 mm dan
maksimal 35 mm, sedangkan panjang mistar minimal 3,64 m,
maksimal 4 meter serta mempunyai berat maksimal 2,2 kg.
(2) Lintasan awal dan tempat bertolak
Panjang lintasan awalan tidak terbatas dan pempunyai panjang
minimal 15 meter. Sedangkan untuk lompat tinggi galah, panjang
bilah sekitar 3,86 meter sampai dengan 4,52 m dan beratnya
maksimum 2,26 kg.
(3) Tiang lompat
Semua tiang dapat dipakai untuk lompat tinggi asalkan terbuat
dari bahan yang kuat, kokoh dan cukup tinggi.
(4) Tempat pendaratan atau busa lompat
Busa lompat berukuran 4x5 meter dan ditutup oleh alas matras
atau karet busa.
(5) Scoring board
Berguna menunjukkan nomor atlet dan hasil lompatannya.
(6) Pengukur kecepatan angin
(7) Bendera berwarna kuning, merah dan putih
(8) Roll meter yag terbuat dari baja
Roll meter digunakan untuk mengatur ketinggian mistar lompat.
(9) Penunjuk waktu
Penunjuk waktu digunakan ketika atlit mulai dipanggil dan
memberi kesempatan bagi si atlet untuk memulai perlombaan.
c. Teknik dasar lompat tinggi
Sebelum melakukan lompat tinggi, tentunya ada beberapa
gerakan dasar ataupun teknik dasar yang harus dipahami dan dipelajari
terlebih dahulu. Menurut Dikdik Zafar Sidik (2010:76), Lompat tinggi
terbagi dalam fase-fase: 1) Lari awalan (approach), 2) Bertumpu/bertolak
(take-of), 3) Melayang (flight), 4) Mendarat (landing).
Giri Wiarto (2013:38) juga menjelaskan dalam bukunya
bahwa,Lompat tinggi sama halnya dengan lompat jauh memerlukan
7

unsur-unsur pokok yang penting dimiliki oleh atlet pelompat tinggi, antara
lain : awalan, tumpuan, saat melewati mistar dan mendarat.
(1)Awalan
Jarak awalan dalam lompat tinggi sekitar 12 sampai 15 langkah
(10-15 meter), kecepatan awal dilakukan ecara berangsur-angsur
meningkat. Sudut awalan dipengaruhi cara melompat.
(2)Tolakan
Tolakan adalah perpindahan gerakan horizontal ke arah vertikal
yang dilakukan secara mendadak.
(3)Sikap badan di atas mistar
Sikap di atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu
akan melakukan lompatan. Dengan demikian gaya dalam lompat
tinggi bisa dibedakan dan ditentukan oleh pelompat ketika berada
di atas mistar
(4)Mendarat
Sikap mendarat yaitu sikap jatuh setelah melewati mistar dan
sebenarnya bukan unsur yang menentukan dalam lompat tinggi,
sebab tugas si pelompat dapat dikatakan selesai jika si pelompat
telah melewati mistar. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan
pada saat mendarat, si pelompat harus mendarat dengan sebaik
mungkin.
d. Gaya dalam lompat tinggi
Pada cabang lompat tinggi, keberhasilan lompatan dipengaruhi
banyak faktor salah satunya adalah gaya yang digunakan. Dalam lompat
tinggi ada beberapa gaya yang sering digunakan dalam pertandingan, Tri
Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli ( 2010:78) menyebutkan,Ada empat
jenis gaya yang ada dalam lompat tinggi, yaitu gaya gunting (scissors),
gaya guling perut (straddle), gaya guling samping (western roll), dan gaya
telentang (flop). Lanjut menurut Giri Wiarto (2013:40) menjelaskan
bahwa, Gaya dalam lompat tinggi itu ada 4 yaitu : Gaya guling perut (the
straddle style), Gaya gunting (the scissors style), Gaya guling sisi (western
roll), dan Gaya membelakangi atau gaya flop (the fosbury flop).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatan ada 4 gaya
yang sering digunakan dalam lompat tinggi yaitu : (1) gaya gunting atau
scissors style, (2) gaya guling perut atau straddle style, (3) gaya guling sisi
atau western roll style, (4) dan gaya membelakangi atau flop.
8

(1) Gaya gunting (scissors)

Gambar 2.1. Gaya Gunting ( sumber : http://pinoyathletics.info)


(2) Gaya guling perut (straddle)

Gaya straddle (Sumber :whttp://pinoyathletics.info )


(3) Gambar 2.2. Gaya Guling Samping (western roll)

Gambar 2.3.Gaya Guling Samping (Sumber :http://pinoyathletics.info)


(4) Gaya membelakangi (flop)

Gambar 2.4. Gaya Membelakangi (sumber:http://pinoyathletics.info)


9

e. Gaya Gunting (Scissors)


Lompat tinggi gaya gunting adalah salah satu materi yang
diberikan pada penelitian ini namun hanya berupa gerakan dasar yang
mengarah pada gaya ini. Adapun cara melakukan gaya gunting menurut
Munasifah (2008:32) adalah sebagai berikut :
(1) Pelompat tinggi mengambil awlan dari samping. Jika pelompat
melakukan tolakan dengan mengunakan kaki kiri, maka awalan
dilakukan dari samping kiri pula. Akan tetapi, jika tolakannya
menggunakan kaki kanan, maka awalan yang dilakukan adalah
dari samping kanan.
(2) Pada saat kaki diayun (kaki yang dekat mistar) mencapai
ketinggian maksimum, kaki yang menolak (kaki yang terjauh dari
mistar) diangkat lurus ke depan atas untuk melewati mistar.
(3) Saat kaki yang diayun sudah menuru melewati mistar dan badan
hampir tegak, serta mistar berada di bawah pinggul, kaki tolak
mendarat dengan badan menghadap ke samping.
f. Gaya Guling Perut (Straddle)
Selain gaya gunting, materi yang diajarkan adalah gerakan dasar
yang mengarah pada gaya guling perut. Gaya guling perut juga merupakan
salah satu dari gaya dalam lompat tinggi. Munasifah (2008:34)
menjelaskan pelaksanaan gaya guling perut sebagai berikut :
(1) Pelompat mengambil awalan dari samping, awalan antara 35
derajat sampai 45 derajat. Jarak awalan tergantung si pelompat itu
sendiri. Biasanya menggunakan langkah ganjil. Tiga langkah
terakhir harus lebih panjang dan lebih cepat.
(2) Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuat-
kuatnya ke atas, dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki
ayun) ke depan atas dan dibantu oleh ayunan kedua tangan ke
belakang atas.
(3) Setelah kaki ayun mencapai ketinggian maksimum, segera
lewatkan di atas mistar. Lengan kiri hendaknya jangan sampai
menyentuh mistar. Setelah kaki ayun melewati mistar, segera
badan diputar ke kiri dengan kepala mendahului melewati mistar.
Putarkan badan sehingga dada dan perut menghadap ke bawah
pada saat di atas mistar. Kaki kiri yang digunakan untuk menolak
segera lututnya dilipat ke samping kiri agak ke atas dan agak ke
belakang. Lengan kanan harus ke bawah dengan santai.
(4) Jika kaki kanan yang digunakan untuk kaki ayun, maka yang
mendarat pertama kali pada matras adalah kaki kanan dan tangan
kanan secara bersama-sama. Kemudian diteruskan berguling ke
10

samping ke depan dengan badan dibulatkan dan bertumpu pada


bahu sebelah kanan.
2. Karakteristik Perkembangan Gerak Siswa
Tingkat perkembangan gerak siswa tentu berbeda-beda, misalkan
kemampuan gerak siswa kelas I SD akan berbeda dengan kemampuan gerak
dari kelas IV SD. Selain dari kemampuan motorik yang berbeda, perbedaan
juga terdapat pada kemampuan kogintifnya. Seperti diklasifikasikan Piaget
dalam buku Amung Maruf dan Yudha M. Saputra (2000:22) yang terbagi ke
dalam 4 tahap, yaitu :
Sensorimotorik Lahir s/d 2 tahun
Preopersional 2 tahun s/d 8 tahun
Konkret operasional 8 tahun s/d 11 tahun
Formal operasional 11 tahun s/d 12 tahun
(a). Tahap sensorimotor dan perkembangan gerak
Pada tahap sensorimotor Piaget menggambarkan seperti berpikir
melalui gerak tubuh.
(b). Tahap preoperasional dan perkembangan gerak
Pada tahap ini anak masih belum memiliki kemampuan untuk berpikir
logis dan operasional.
(c). Tahap konkret operasional dan perkembangan gerak
Karakteristik dari tahap konkret operasional adalah bertambahnya
kemampuan dari variabel dalam situasi problem solving.
(d). Formal operasional dan perkembangan gerak
Tahap ini merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan ide-ide
yang tidak di dasarkan pada realita.
Tahapan-tahapan di atas akan di lewati oleh setiap anak tanpa ada
yang dilewatinya meskipun setiap anak memiliki kemampuan dan tingkat
perkembangan yang berde-beda. Misalkan kemampuan gerak antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan seperti yang dituliskan oleh Husdarta dan
Yudha M. Saputra (2000:22) sebagai berikut :

Hingga usia sekitar 11 tahun, keterampilan anak laki-laki dan anak


perempuan relatif belum besar perbedaannya, namun ada kecenderungan
bahwa anak laki-laki lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan
kekuatan, atau otot-otot besar, sedangkan anak perempuan lebih baik
dalam keterampilan yang memerlukan kecermatan atau melibatkan otot-
otot halus. Setelah usia 11 tahun perbedaan keterampilan semakin besar.
11

Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:22) juga mengidentifikasikan


peningkatan kemampuan gerak dasar sebagai berikut :
(1) Mekanisme tubuh dalam melakukan gerakkan makin baik
(2) Control dan kelancaran gerak semakin baik
(3) Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi
(4) Gerakan semakin bertenaga
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
dialami oleh siswa sebagai anak didik. Banyak pengertian belajar menurut
para ahli, Khanifatul (2013:14) berpendapat ,Belajar adalah proses
perubahan perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan
sesuatu hal baru serta diarahkan pada satu tujuan. Kemudian Slameto
(2003:2) berpendapat bahwa , Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Selain itu menurut Abdillah (2002) yang
dikutip Aunurrahman (2009:35) berpendapat bahwa, Belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perububahan tingkah laku
baik melalui latihan maupun pengalaman yang menyangkut aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:9) menyatakan bahwa
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,
dan mengkokohkan kepribadian. Menurut Hilgard (1962) yang di kutip
oleh Suyono dan Hariyanto, (2014:12) menyatakan bahwa Belajar adalah
suatu proses dimana perilaku muncul atau berubah karena adanya respon
terhadap suatu situasi. Menurut Skinner (1973) yang di kutip oleh
M.Sobry Sutikno (2013:3) menyatakan bahwa Belajar sebagai proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif.
12

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa


pengertian belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh
dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang
ke arah yang lebih baik yang melalui berbagai pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan.
Sesorang dapat dikatan belajar apabila terjadi perubahan perilaku
yang lebih baik dalam dirinya. Perubahan inilah yang merupaka hasil dari
tujuan kegiatan belajar. Hasil belajar bisa dikatan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman seseorang dalam memahami atau
menguasai materi yang diajarkan. Menurut Nana Sudjana (2009 : 3),
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada
siswa setelah melalui proses mengajar, perubahan tingkah laku tersebut
mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil menunjukan
suatu perolehan, sementara belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan. Menurut Gagne yang dikutip oleh Aunurrahman (2009 : 47)
menjelaskan bahwa lima tujuan atau hasil belajar yaitu :
(1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang
mencangkup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan
pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi
yang disajikan oleh guru di sekolah.
(2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-
masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir.
(3) Informasi verbal, yaotu kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-
informasi yang relevan.
(4) Kertampilan motorik, yairu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan
otot.
(5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi
tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaan-
kepercayaan serta faktor intelektual.
Hal senada juga dikemukakan oleh Bloom, Krathwol & Simpson
yang dikutip oleh Aunurrahman (2009 : 49) bahwa belajra terdiri dari tiga
ranah yaitu :
(1) Kognitif terdiri dari enam jenis perilaku : pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
13

(2) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu : penerimaan,


partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan.
(3) Rana psikomotor terdiri dari tujuh perilaku yaitu : persepsi,
kesiapan, gerak terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Menurut Sukmadinata (2004:165-166) yang dikutip oleh Suyono
dan Hariyanto (2011:128) menyampaikan prinsip umum belajar sebagi
berikut:
(1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan
berkembang merupakandua hal yang berbeda tetapi erat
hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan
melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat.
(2) Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran sepanjang hayat (life long learning).
(3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan,
lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
(4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu
belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki
Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta
(kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya
(psikomotor).
(5) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu.
Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah,
di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam
bengkel kerja, di dunia industri, dan sebagainya.
(6) Belajar berlangsung dengan baik dengan guru maupun tanpa
guru. Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan
nonformal.
(7) Belajar yang direncana dan disengaja menuntut motivasi yang
tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang
kompleks, diarahkan pada penguasaan pemecahan masalah atau
pencapaian seuatu yang bernilai tinggi ini harus terencana,
memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh.
(8) Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai
dengan yang amat kompleks.
(9) Dalam belajar dapatterjadi hambatan-hambatan. Hambatan
dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan
dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya
motovasi, kelelahan atau kejenuhan belajar.
(10) Dalam hal tertentu belajar belajar memerlukan adanya bantuan
dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang
tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya. Ingat prisip
scaffolding dan ZPD.
14

b. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 (20),
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Khanifatul (2013:14)
berpendapat bahwa, Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan
guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar
(mengubah tingkah laku untuk mendapat kemampuan baru) yang berisi
suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian
Agus Kristiyanto (2010:121) menambahkan, Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkugan belajar.
Menurut Winkel (1991) yang di kutip M.Sobry Sutikno (2013:31)
meyatakan bahwa Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta
didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pengertian
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber berlajar untuk mencapai suatu tujuan pada suatu lingkungan
belajar.
Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari kegiatan belajar
mengajar yang terdiri dari komponen-komponen di dalamnya. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:41), komponen-komponen
tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan dari suatu kegiatan.
(2) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar.
15

(3) Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan.
(4) Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
(5) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran.
(6) Sumber Pelajaran
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar
adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang.
(7) Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat
mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Mengutip dari Oemar Hamalik (1999) yang dikutip oleh M. Sobry
Sutikno (2013:133) memaparkan tiga cirri khas yang terkandung dalam
sistem pembelajaran, yaitu :
(1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur,
yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu
rencana khusus.
(2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran
yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya
kepada sistem pembelajaran.
(3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan anatara sistem
yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami. Sistem yang
dibuat oleh manusia, seperti : sistem transportasi, sistem
komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.
Sistem alami seperti : ekologi, sistem kehidupan hewan,
memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama
lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses
merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar
siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah
mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa
belajar secara efisien dan efektif.
16

4. Alat Bantu Pembelajaran


Media pembelajaran memiliki peran yang penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Khanifatul (2013:30)menjelaskan,Secara
umum, media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip Khanifatul, (2013:31) menjelaskan
media dalam proses belajar mengajar memiliki dua peranan penting, sebagai
berikut:
(a). Media sebagai alat bantu mengajar atau disebut sebagai dependent
media karena posisi media di sini sebagai alat bantu (efektivitas)
(b). Media sebagai sumber belajar yang digunakan sendiri oleh peserta
didik atau disebut dengan independent media. Indipendent media
dirancang secara sistematis agar dapat menyalurkan informasi secara
terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Agus Kristiyanto (2010:129) menjelaskan pengertian alat bantu
sebagai berikut,Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut
alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktikkan sesuatu
dalam proses pendidikan pengajaran.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1991) yang dikutip Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:132), kriteria-kriteria dalam memilih
media adalah sebagai berikut :
(a) Ketepatannya dengan tujuan mengajar : artinya, pengajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur-
unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, lebih mungkin
digunakannya media pengajaran.
(b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran : artinya, bahan pelajaran
yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat
memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
(c) Kemudahan memperoleh media : artinya media yang diperlukan
mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada
watku mengajar. Media grafis umumnya mudah dibuat oleh guru
tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis
penggunaannya.
17

(d) Keterampilan guru dalam menggunakannya : apapun jenis media


yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat
mengggunakannya pada proses pengajaran. Nilai dan manfaat
yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari
penggunaannya oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar
siswa denga lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film,
komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tetapi dapat
menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas
pengajaran.
(e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
(f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa : siswa memilih media untuk
pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir
siswa, sehingga makna terkandung di dalamnya dapat dipahami
oleh siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau
proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas rendah tidak
ada manfaatnya. Mungkinlebih tepat dalam bentuk gambar atau
poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan
suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang
telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.
5. Alat Bantu Pembelajaran Gerakan Dasar Lompat Tinggi
Adapun alat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran gerakan
dasar lompat tinggi adalah sebagai berikut :
a. Cones

Gambar 2.5. Cones (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Cones digunakan sebagai alat yang membantu arah atau rute dari
setiap materi yang diberikan, selain itu digunakan untuk menopang bilah
bambu yang dilompati pada materi melompat dan terbuat dari bahan
plastik yang lentur dan aman untuk siswa SD.
18

b. Hoolahoop / simpai

Gambar 2.6. Hoolahoop Atau Simpai (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Hoolahoop yang digunakan terbuat dari bahan rotan karena harga


lebih murah dan mudah dalam memperolehnya. Digunakan pada materi
awalan untuk membantu siswa dalam menjaga kestabilan langkah pada
materi awalan dengan ditata berbaris lurus dengan jarak yang sama antar
hoolahoop. Tujuanya agar siswa tetap berlari dengan panjang langkah
yang sama, sehingga siswa siswa dapat berlari dengan langkah yang
sama dan tidak berubah panjang atau pendeknya.
c. Bilah bambu

Gambar 2.7. Bilah Bambu (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Bilah digunakan sebagai salah satu rintangan yang bertujuan


melatih lompatan siswa dan sebagai pengganti mistar. Bambu yang
19

digunakan adalah bambu sudah diberi warna-warna sehingga lebih


menarik perhatian siswa dalam pembelajaran.
d. Kardus

Gambar 2.8. Kardus Bekas (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Kardus digunakan sebagai salah satu rintangan dalam materi


melompat dan membantu menyangga bilah bambu. Kardus yang
digunakan adalah kardus-kardus yang memiliki ukuran sama agar
memudahkan dalam penataan.

e. Tali dari karet yang dirangkai

Gambar 2.9. Tali dari Rangkaian Karet Gelang (Sumber : Dokumentasi


pribadi)

Karet gelang digunakan dalam permainan lompat tali dan juga


sebagai pengganti mistar. Tujuan penggunaan karet gelang adalah karena
karet merupakan salah satu alat yang dapat membantu pembelajaran
20

dengan aman. Sehingga siswa tidak takut terluka ketika harus melompat
dengan tinggi.
f. Matras

Gambar 2.10. Matras (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Sebagai tempat mendarat siswa agar lebih aman dan merupakan


salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam lompat tinggi. Sehinnga
matras yang dibutuhkan cukup banyak mengingat lokasi halaman sekolah
yang berpaving.

g. Gawang aman (POA)

Gambar 2.11. Gawang Aman (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gawang aman digunakan sebagai salah satu rintangan yang


membantu siswa dalam melompat dan sebagai salah satu pengganti
mistar. Gawang aman digunakan karena merupakan salah satu peralatan
olahraga modifikasi untuk anak SD yang banyak dijumpai. Penggunaan
21

gawang aman ini tentunya dikarenakan bahan yang digunakan aman


untuk anak usia SD.

Beberapa alat bantu di atas merupakan alat bantu pembelajaran yang


akan digunakan dalam pemeblajaran gerakan dasar lompat tinggi karena
dapat membantu siswa lebih percaya diri dan aman dalam pelaksanaan
pembelajaran.

6. Pembelajaran Gerakan Dasar Lompat Tinggi Menggunakan Alat


Bantu Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi, materi yang
akan diberikan adalah gerakan dasar lompat tinggi yang mengarah pada gaya
gunting (scissors) dan gerakan dasar yang mengarah pada gaya guling perut
(straddle). Pemebelajaran dilaksanakan dikelompokkan dalam 4 materi, yaitu
awalan, lompat, melewati mistar, dan mendarat. Adapun materi pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Awalan
1) Percepatan (acceleration)
Terdapat lintasan lurus sekitar 11 meter, siswa bersiap di titik
start. Kemudian siswa berlari perlahan sejauh 5 meter sampai cones
kuning, kemudian berlari dengan secepat mungkin. Tujuannya adalah
untuk membantu siswa dalam mengatur kecepatan dalam awalan.
Untuk pelaksanaannya, siswa berbaris di garis start, kemudian siswa
paling depan berlari dan kemudian menambah kecepatannya pada
jarak 5 meter yang ditandai pada cones ke-5 warna kuning. Kemudian
kembali ke barisan dengan berlari kecil. Langsung dilanjutkan oleh
siswa selanjutnya dengan pelaksanaan seperti yang pertama.
Dilaksanakan masing-masing siswa dua kali.
22

Gambar 2.12. Lintasan Acceleration.

2) Berlari dalam hoolahoop


Hoolahoop yang disediakan diletakkan berbaris dengan jarak
antar titik tengah adalah 1 meter. Kemudian siswa bersiap di titik start,
kemudian berlari secepatmya dengan memasukkan kaki di dalam
hoolahoop. Tujuannya adalah untuk membiasakan siswa tidak
mengurangi atau menambah langkah dalam melakukan awalan. Siswa
berbaris mengikuti lintasan yang tersedia, siswa bersiap pada titik
start. Siswa paling depan melaksanakan terlebih dahulu setelah diberi
aba-aba oleh guru. Siswa berlari melewati hoolahoop, kemudian
melompat menyentuh karet yang dibentangkan. Kemudian siswa
selanjutnya bersiap menunggu aba-aba dari guru, dan seterusnya
dilakukan sebanyak 2 kali.

Gambar 2.13. Berlari dalam Hoolahoop

3) Diamond run
Lintasan yang berupa cones disiapkan berbentuk wajik atau
diamond. Kemudian siswa berdiri pada titik start yang telah
23

ditentukan. Kemudian siswa berlari dengan cepat mengikuti cones


searah jarum jam, kemudian setelah semua melakukannya, berlari
dilakukan berlawanan dengan arah jarum jam. Tujuannya adalah
memberikan materi siswa yang mengarah pada gerakan awalan pada
lompat tinggi gaya straddle dan gaya gunting. Untuk pelaksanaan
pertama, siswa bersiap pada titik start yang telah ditentukan. Setelah
mendapat aba-aba dari guru, siswa paling depan berlari cepat searah
jarum jam melewati sisi luar lintasan yang disediakan. Ketika sampai
pada titik start, siswa pertama melakukan tos dengan siswa
selanjutnya. Sedangkan pada pelaksanaan kedua, pelaksanaan sama
namun arah lari arah berlawanan dengan putaran jarum jam.

Gambar 2.14. Diamond Run

4) Berlari menyudut
Berlari menyudut merupakan gerakan yang mengarah pada
gerakan awalan dalam lompat tinggi gaya straddle dan gaya gunting.
Siswa berlari mengikuti cones yang ditata menyudut dengan berlari
menggunkan percepatan. Pelaksanaan materi ini, siswa dibagi menjadi
2 kelompok dan berbaris pada posisi cones yang telah ditentukan guru.
Setelah ada aba-aba dari guru, siswa berlari mengikuti arah yang
ditandai, kemudian melompat menyentuh karet yang dibentangkan.
Siswa melaksanakan dengan bergantian sesuai arahan dari guru.
Kemudian masing-masing kelompok bertukar posisi.
24

Gambar 2.15. Berlari Menyudut

b. Lompat
1) Melompati bilah
Siswa melompati bilah yang disangga dengan cones. Siswa
melompat ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali. Tujuannya adalah
melatih siswa dalam melatih lompatan dan koordinasi tubuh yang
mengarah pada teknik melompat. Pelaksanaanya, siswa bersiap di
sebelah kanan bilah. Setelah diberikan aba-aba, siswa melakukan
lompatan ke samping kanan dan kiri melewati bilah bambu sebanyak 5
kali. Bergantian dengan siswa selanjutnya.

Gambar 2.16. Melompati Bilah dengan Penyangga Cones Kerucut.


(Sumber : Dokumentasi pribadi)
2) Melompat dalam lintasan lurus
Siswa berlari melewati bilah bambu, kemudian melewati bilah
bambu dengan cones kerucut, dilanjutkan dengan melompati kardus,
dan terakhir melompati gawang aman. Tujuannya adalah untuk
menyesuaikan siswa pada waktu timing melompat. Tingkat kesulitan
25

dari permainan ini disesuaikan dengan kemampuan siswa putra dan


putrid, sehingga untuk ketinggian rintangan sedikit lebih rendah untuk
siswa putri. Untuk pelaksanaannya, siswa berbaris pada posisi start.
Siswa pertama setelah diberi aba-aba, berlari di antara bilah bambu,
kemudian melompati bilah bambu yang ditopang cones yang lebih
tinggi, kemudian melompati kardus, terakhir melompati gawang aman.
Siswa kembali ke barisan, kemudian berganti siswa selanjutnya.
Dalam pelaksanaan ini siswa tidak perlu cepat, siswa hanya perlu
konsentrasi untuk melompati rintangan yang ada.

Gambar 2.17. Lintasan Melompat.

3) Melompati gawang
Siswa melompati gawang awan yang telah ditata. Dimulai dari
titik start, kemudian siswa melompati 4 gawang yang telah disediakan
sesuai rute yang telah ditentukan. Untuk tinggi gawang putri lebih
rendah daripada laki-laki, sehingga gawan bias diganti dengan kardus
atau gawang yang dimodifikasi Tujuannya adalah untuk menyesuaikan
siswa pada waktu timing melompat. Siswa tidak dituntut untuk
melewati lintasan gawang dengan cepat, siswa hanya perlu melompati
lintasan tanpa menjatuhkan gawang. Pelaksanaanya dimulai oleh siswa
pertama setelah mendapatkan aba-aba dari guru. Siswa melompati
gawang sesuai rute, kemudian ke barisan dan dilanjutkan siswa
berikutnya.
26

Gambar 2.18. Lintasan Gawang Aman.

4) Bermain lompat tali


Seorang siswa melakukan lompat tali dengan bantuan teman
atau gurunya dan dilakukan sebanyak 5 kali.tujuannya adalah untuk
membantu siswa dalam melakukan lompatan vertical. Pelaksanaannya
adalah dengan seorang siswa bersiap melakukan lompatan, setelah
diberi aba-aba, siswa melompat sebanyak 5 kali kemudian
menggantikan temannya untuk memutar tali, kemudian siswa
selanjutnya melakukan.

Gambar 2.19. Bermain Lompat Tali. (Sumber : Dokumentasi pribadi)


27

c. Melewati mistar dan Mendarat


Pada materi melewati mistar dan mendarat, pelaksanaan dijadikan
satu agar lebih menghemat waktu pelaksanaan. Untuk ketinggian rintangan
yang putri disesuaikan lebih rendah daripada yang putra. Adapun
materinya sebagai berikut :
1) Melompati bilah
Siswa bersiap pada posisi yang diarahkan guru, kemudian
berlari mengikuti cones ke arah matras dan kemudian melompati bilah
bambu yang ditopang 2 buah kardus. Siswa melakukan percobaan
gerakan melompat yang mengarah pada gerakan gaya straddle
kemudian mengarah pada gerakan gaya gunting. Kemudian posisi
mendarat, siswa melakukan posisi mendarat yang mengarah pada gaya
straddle dan gaya gunting. Setelah mencoba, siswa diminta
melaksanakan gerakan yang yang menurutnya paling mudah untuk
dilaksanakan. Pelaksanaanya, siswa bersiap pada posisi yang
dipilihnya untuk melakukan lompatan, kemudian melakukan lompatan
sesuai gaya yang mampu dilaksanakan, dan dilanjutkan siswa
berikutnya.

Gambar 2.20. Melompati Bilah Bambu. (Sumber : Dokumentasi


pribadi)

2) Melompati gawang
Pelaksanaan sama, namun ketinggian ditambah dengan
meletakkan gawang aman sebagai pengganti bilah dan kardus.
Pelaksanaanya, siswa bersiap pada posisi yang dipilihnya untuk
28

melakukan lompatan, kemudian melakukan lompatan sesuai gaya


yang mampu dilaksanakan, dan dilanjutkan siswa berikutnya.

Gambar 2.21. Melompati Gawang Aman. (Sumber : Dokumentasi


pribadi)

3) Melompati karet
Pelaksanaan sama seperti materi sebelumnya, namun kali ini
siswa tidak dibantu dengan cones. Karet yang terbentang menjadi
rintangan yang harus dilompati siswa. Siswa melakukan lompatan
dengan materi yang telah di dapat sebelumnya. Tujuannya adalah
untuk membuat siswa memahami gerakan dasar lompat tinggi secara
mandiri. Pelaksanaannya, siswa tetap memilih gaya yang
dimampunya. Siswa berbaris pada posisi sesuai gaya yang dipilih
antara gaya straddle atau gaya gunting. Siswa melakukan lompatan
secara bergantian mengikui arahan dari guru.

Gambar 2.22. Melompati Karet.


29

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari kajian pustaka di atas, maka penggunaan alat bantu
pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi
diperoleh skema sebagai berikut :

Kondisi awal Tanpa Pembelajaran


menggunakan alat teknik
bantu
pembelajaran

Siklus I : Rangkaian
gerakan dasar lompat
Tindakan
tinggi (awalan, tolakan,
Menggunakan alat melayang, mendarat)
bantu dengan menggunakan
pembelajaran alat bantu pembelajaran .
dalam melakukan
gerakan dasar
Kondisi Akhir lompat tinggi.

Siklus II : merupakan
penyempurna dari siklus
sebelumnya. Siswa dapat
melakukan gerakan dasar
lompat tinggi sesuai
capaian KKM.
Gambar 2.23. Kerangka Berpikir

Materi pembelajaran adalah gerakan dasar lompat tinggi di mana


sebelumnya guru PJOK tidak menggunakan alat bantu pembelajaran dalam
memberi materi sehingga hasil yang diperoleh adalah gerakan tinggi secara teknik
bukan gerakan dasar. Kemudian pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi
menggunakan alat bantu pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I
pembelajaran sudah menggunakan alat bantu pembelajaran di mana semua siswa
dapat mencoba melakukan gerakan dasar lompat tinggi yang didesain mengarah
pada pelaksanaan lompat tinggi. Pada siklus II, pembelajaran dilakukan atas dasar
evaluasi dari siklus I sebagai penyempurna pelaksanaan siklus I apabila terdapat
kekurangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai