Dosen Pengampu :
Dr. Emral Abus, M.Pd
Dr. Alex Aldha Yudi, S.Pd, M.Pd
Dr. Ridho Bahtra, S.Si, M.Pd
Disusun oleh :
Rahmat Hidayat 21340007
Tri Prasetyo 21340011
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat seorang atlet menghadapi pertandingan, atlet harus siap
menghadapi rangsangan emosional, siap memikul tugas yang berat, atau secara
khusus siap menghadapi berbagai beban mental. Menurut Sonstroem (1984)
kesiapan mental berkompetisi pada akhirnya juga tergantung pada individu atlet
yang bersangkutan, yaitu dalam mempersiapkan dirinya secara emosional untuk
siap berkompetisi. Sangat penting bagi atlet untuk dapat mengontrol dan mengatur
diri pada saat pertandingan yang mungkin memerlukan konsentrasi selama
beberapa jam misalnya dalam sepak bola ketika menghadapi lawan yang sama
kuatnya dan harus dilanjutkan dengan perpanjangan waktu, dan sebagainya.
Seperti pada Piala AFF tahun 2021, saat Timnas Singapura menghadapi
Timnas Indonesia, Singapura menampilkan permainan yang sangat bagus, meski
bermain sembilan orang dimana dua pemainnya diberi kartu merah karena
bermain agresif, namun dari segi mentalitas, mereka mampu meredam serangan
bertubi-tubi dari Timnas Indonesia yang unggul dari segi pemain karena
memainkan sebelas orang yang pada akhirnya Singapura tetap kalah. Di sinilah
terlihat bahwa dibutuhkan mentalitas yang kuat dalam diri pemain agar siap
menghadapi situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Kondisi mental yang
kurang baik akan mengakibatkan atlet tidak mampu menanggung beban mental,
baik yang datang dari lawan yang bertanding maupun dari penonton, sehingga
permainan menjadi kacau dan tidak terkontrol dengan baik. Menurut Weinberg
(1984) pola pikir atlet akan dapat mempengaruhi penampilan atlet, oleh karena itu
perlu adanya “mental trining” yang dikaitkan dengan aspek kognitif seperti
konsentrasi atau “attentional focus” dan pembentukan citra atau “imagery”.
Mempersiapkan atlet agar siap menghadapi persaingan perlu dilakukan
sedini mungkin, melalui prosedur dan proses latihan mental yang sistematis dan
memakan waktu yang cukup lama. Tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi.
Untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal diperlukan kemampuan fisik,
3
teknis, taktis, dan mental. Keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Terkadang atlet sudah memiliki kondisi fisik, teknik dan
taktik yang baik, namun saat bertanding mengalami penurunan mental. Melihat
fenomena tersebut, penting untuk menerapkan latihan mental dalam menghadapi
pertandingan. Latihan mental memiliki peran penting bagi atlet yang berguna
untuk mempersiapkan kesiapan mental yang kuat terutama dalam menghadapi
persaingan. Latihan mental merupakan latihan yang melibatkan seluruh aspek
psikis dalam menghadapi berbagai macam tekanan selama pertandingan. Ada tiga
teknik latihan mental yang perlu mendapat perhatian khusus sesuai dengan
kebutuhan praktis dalam pembinaan atlet menghadapi persaingan yaitu
konsentrasi, relaksasi dan citra. Sehingga diperlukan latihan mental yang tepat
untuk dapat meningkatkan kualitas mental yang baik bagi atlet. Diharapkan
dengan pemberian latihan mental ini para atlet dapat mencapai prestasi yang
terbaik.
Pembinaan mental atlet tidak hanya dilakukan untuk mempersiapkan mental
atlet sebelum bertanding, tetapi juga bertujuan untuk membina ketahanan mental
atlet. Ketahanan mental adalah kondisi mental yang mengandung kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan menghadapi gangguan, ancaman dalam
keadaan apapun, baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Ketahanan mental ini dapat berubah atau bersifat dinamis, oleh karena itu perlu
dibina agar lebih mantap dan stabil.
Ketahanan mental perlu dimiliki oleh atlet agar mampu menghadapi situasi
kritis dalam pertandingan. Bermain dengan penuh percaya diri, mampu
mengontrol diri, mampu mengontrol permainannya, tetap tenang, dan sebagainya
terutama saat menghadapi suatu permainan yang seimbang atau menghadapi
kemungkinan kekalahan, sehingga mereka dapat bangkit menghadapi tantangan,
berkinerja baik. Beberapa gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada daya
tahan mental atlet yang disebutkan oleh Weinberg (1984) antara lain keraguan
diri, kurang percaya diri dan kebingungan dalam konsentrasi, menunjukkan
ketegangan yang mengakibatkan penampilan menjadi kacau.
4
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara
lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan mental ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pembinaan mental ?
3. Apa saja strategi dalam pembinaan mental ?
4. Bagaimana cara melatih mental ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari pembinaan mental
2. Mengetahui tujuan dan manfaat dari pembinaan mental
3. Mengetahui strategi dalam pembinaan mental
4. Mengetahui cara melatih mental
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
diketahui sebelumnya. Dengan latihan mental, setiap orang akan lebih percaya diri
dalam segala hal yang dialami. Berikut ini adalah manfaat dari pelatihan mental :
3. Menurut Simamora dalam Candra & Prasetyo (2022) manfaat dari latihan
mental antara lain :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas dalam setiap
bidang kehidupan.
b. Mengurangi waktu pembelajaran yang diperlukan seseorang untuk
mencapai standar kehidupan yang dapat diterima.
c. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan antar individu.
d. Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia yang
berkualitas.
8
e. Mengurangi frekuensi stress dan depresi.
f. Membantu seseorang dalam peningkatan dan pengembangan
pribadi untuk mencapai masa depan yang terbaik.
9
Manfaat latihan mental menurut psikologi juga dapat
meningkatkan jumlah energi, serta hormon endorfin dan serotonin di otak,
yang menghasilkan kejernihan mental. Hasilnya, hari-hari yang lebih
produktif dalam kehidupan sehari-hari dan hasil kerja yang lebih baik.
Lakukan manfaat latihan mental menurut psikologi dengan latihan fisik di
pagi hari untuk mendapatkan kebugaran yang bertahan sepanjang hari.
Udara pagi dan sinar matahari sangat baik untuk kesehatan. Anda juga
akan lebih berenergi untuk melakukan segala aktivitas fisik, seperti
menaiki tangga atau menjalankan tugas yang sebelumnya mungkin terasa
membosankan.
10
keringat dingin, sakit perut, atau bahkan mual adalah beberapa ciri
individu yang sedang mengalami stres. Jika kondisi seperti ini terjadi, bisa
dipastikan kemampuan teknik dan fisik mereka yang prima akan hilang
begitu saja.
Di sisi lain, jika kondisi kesehatan mental sedang dalam kondisi
puncak, maka kekurangan kekurangan tersebut seolah-olah ditutupi oleh
munculnya energi tambahan dari alam bawah sadar orang tersebut. Energi
kesehatan mental merangsang hormon tubuh untuk bergerak lebih cepat.
Kondisi di atas seperti ketika seseorang melihat hantu. Secepat kilat orang
dapat berlari dengan tenaga yang luar biasa sehingga manfaat latihan
mental menurut psikologi akan berdampak positif bagi kekuatan fisik.
Mental yang kuat, teknik dan fisik akan didapat melalui latihan yang
terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina mental atlet, pertama yang
perlu disadari bahwa setiap atlet berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk
membantu mengenal profil setiap atlet dapat dilakukan pemeriksaan psikologis.
Profil psikologis atlet ini berupa gambaran kepribadian secara umum, potensi
intelektual dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil
atlet pada umumnya tidak banyak berubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi hal
ini tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga,
karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek
psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis yang terencana
dan sistematis, dimana pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet
terhadap program tersebut.
11
keterampilan psikologis atlet yang akan mengarah pada peningkatan kinerja
dalam olahraga (MacPherson, et.,al 2008). Dalam membicarakan pembinaan
mental, yaitu latihan latihan untuk menyiapkan mental atlet agar siap bertanding
dan memiliki kematangan mental Weinberg, Gould dan Jackson (1980)
mengemukakan strategi pembinaan mental yang meliputi lima kategori, yaitu:
12
Dikemukakan oleh Weinberg (1984) sebagai strategi dalam
mempersiapkan mental atlet. Jika atlet berharap untuk menang, tentu
mereka akan menunjukkan performa terbaiknya. Harapan untuk
menang akan sangat dipengaruhi oleh pemikiran atlet terhadap diri
sendiri dalam upaya membangun kepercayaan diri untuk menjadi
sukses. Yang perlu diperhatikan oleh pelatih adalah jangan
menetapkan harapan yang tidak realistis, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat dicapai oleh atlet harus sesuai dengan kemampuan
atlet dengan menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis agar atlet
dapat mencapainya dan diharapkan dapat tercapai akan terjadi
peningkatan rasa percaya diri atlet.
3. Relaksasi
Adalah strategi persiapan mental yang menarik banyak perhatian
belakangan ini, karena pelatih menyadari bahwa kompetisi
menciptakan stres. Jacobson sejak 1938 telah menciptakan teknik yang
disebut "Relaksasi progresif" di mana individu harus dapat
membedakan antara ketegangan dan relaksasi. Dengan mengajarkan
teknik progresif untuk tegang dan rileks, otot-otot tubuh menjadi
sensitif dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan situasi. Teknik
relaksasi lain yang baru-baru ini menjadi populer adalah
“biofeedback.” Dengan teknik ini digunakan umpan balik fisiologis,
misalnya berupa suhu kulit, ketegangan otot, tekanan darah, melalui
tanda-tanda yang dapat dilihat atau didengar untuk menentukan
ketegangan seseorang.
Benson (1975) juga telah mengembangkan teknik relaksasi dengan
cara efektif, yaitu dengan "transcendental meditation" Dengan latihan
dua kali sehari 20 menit ternyata dapat menurunkan tekanan darah,
denyut jantung, irama pernapasan, konsumsi oksigen, dan ketegangan
otot. Dengan cara ini diharapkan dapat memengaruhi penampilan atlet
secara positif.
13
4. Imagery
Adalah teknik dimana atlet sebelum melakukan pertandingan
mencoba untuk memvisualisasikan gerakan-gerakan yang akan
dilakukan sendiri. Banyak atlet merasa bahwa cara berpikir pemain
juga merupakan cara yang dilakukan oleh pemain. Ada beberapa
peneliti (Mahorey, 1974, Meinchenbaum, 1977) yang juga
mengembangkan teknik “citraan” dalam bidang terapi, dengan premis
dasar bahwa pikiran dan citra memiliki pengaruh yang dalam terhadap
perilaku. Penelitian juga menunjukkan bahwa gerakan yang
dibayangkan atau dapat menghasilkan aktivitas pada otot. Jacobson
(1930), Namun diakui masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh citra terhadap otot dan
aktivitas individu yang bersangkutan.
14
Beberapa ahli telah memberikan perhatian khusus mengenai faktor-faktor
psikologik yang dapat memengaruhi peningkatan atau merosotnya prestasi atlet.
Adapun faktor-faktor psikologik tersebut antara lain self-confidence dan lack of
con-fidence, stress, pressure, frustrasi, kecemasan (anxiety), disiplin, ketakutan
akan gagal (fear of failure), dan sebagainya. Landers (1988) menegaskan pula
bahwa dalam membuat prediksi penampilan atlet harus digunakan pendekatan
multidisipliner. Cukup banyak atlet yang secara fisik "fit" tetapi prestasinya
rendah karena faktor-faktor hambatan yang datang dari lingkungan (faktor
psikologik). Cakrawala baru dalam perkembangan psikologi olahraga
menekankan arti pentingnya "psychological training" untuk dapat meningkatkan
dan mempertahankan prestasi dalam situasi pertandingan yang penuh ketegangan.
15
Latihan fisik yang teratur dapat memperlancar penyaluran nutrisi
dan oksigen ke berbagai jaringan tubuh dan membantu sistem
kardiovaskular bekerja lebih efektif. Ketika sistem jantung, pembuluh
darah dan paru-paru bekerja dengan baik, maka tubuh akan
mendapatkan lebih banyak energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Dan ini tentunya berdampak sama mental atlet, karena merasakan
aura positif dalam tubuhnya.
16
Motivasi dan nasehat juga sangat diperlukan bagi atlet. Karena
pada waktu tertentu atlet akan mengalami emosi, maupun dalam
keadaan optimisme yang tinggi. Untuk itu seorang pelatih harus bijak
memilih kata maupun cara yang sesuai dengan kondisi dan situasi
perasaan atlet. Agar mampu memberikan semangat dan memotivasi
agar segera bangkit dari perasaan down, Hal ini tentunya diperlukan
hubungan yang intens, oleh sebab itu pelatih harus menjalin hubungan
yang baik dengan atlet-atletnya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan mental adalah
upaya yang dilakukan oleh seorang pembimbing untuk membimbing peserta didik
mengenai kondisi batin dan mental seseorang agar menjadi orang yang sehat
mental dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Tujuan
pembinaan mental adalah tercapainya kesehatan mental, yaitu terwujudnya
keselarasan sejati antara fungsi-fungsi mental dan mampu menghadapi masalah-
masalah umum yang timbul serta merasa positif terhadap kemampuan dan
kebahagiaan diri sendiri.
Untuk mengembangkan dan belajar mengendalikan perilaku, penampilan,
emosi, suasana hati, dan fungsi tubuh, seseorang harus terlibat dalam pelatihan
mental jangka panjang dan sistematis. Manfaat latihan mental, menurut psikologi,
sangat signifikan karena bermanfaat untuk menambah pengetahuan atau
keterampilan, terutama bagi mereka yang bersiap memasuki kehidupan baru.
B. Saran
Kita menyadari bahwa pikiran mengarahkan tindakan, dan pikiran
mendahului tindakan. Untuk menangani performa atlet di lapangan, persiapan
mental adalah sebagai salah satu kuncinya. Untuk itu perlu rasanya latihan dan
pembinaan mental atlet juga menjadi program prioritas dalam pusat-pusat
pelatihan dan pendidikan atlet.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adi, S. (2016, December). Latihan mental atlet dalam mencapai prestasi olahraga
secara maksimal. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Jasmani
Pascasarjana UM (pp. 143-153).
Benson, H., & Klipper, M. Z. (1975). The relaxation response (p. 240). New
York: Morrow.
Cox, T., & Mackay, C. (1985). The measurement of self‐reported stress and
arousal. British journal of psychology, 76(2), 183-186.
Gould, D., Weinberg, R., & Jackson, A. (1980). Mental preparation strategies,
cognitions, and strength performance. Journal of Sport and Exercise
Psychology, 2(4), 329-339.
MacPherson, A., Collins, D., & Morriss, C. (2008). Is what you think what you
get? Optimizing mental focus for technical performance. The Sport
Psychologist, 22(3), 288-303.
Zakiah Daradjat. (1982). Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Gunung
Agung.
20