Sejak 1985, istilah-istilah seperti aktivitas fisik, olahraga, pelatihan kebugaran dan
kebugaran fisik sering dibingungkan satu sama lain dan terkadang digunakan secara
bergantian. Mutasi sosio-ekonomi dan demografis yang cepat, kebutuhan untuk
memanfaatkan dimensi alam telah menyebabkan diversifikasi penerapan latihan
fisik/olahraga yang saat ini menghadirkan dirinya dengan tujuan yang berbeda dan dengan
penelitian tentang berbagai bentuk kepuasan. Dengan demikian mengurangi permintaan
olahraga terorganisir, balap kompetitif dan peningkatan aktivitas fisik individual, yang
bertujuan untuk mencapai tujuan yang berbeda seperti keseimbangan batin atau kesejahteraan
psikofisik. Fenomena latihan fisik atau biasa disebut sebagai “fitness”, “exercise”,
“conditioning”, “resistance training” atau lebih baik “fitness training”, bagaimanapun,
adalah realitas yang sangat kompleks. Memang dengan istilah fitnes, kita bisa
mengidentifikasi rangkaian aktivitas yang dilakukan setiap hari di pusat kebugaran (Gym)
dan kita bisa mengelompokkannya kembali menjadi aktivitas latihan ketahanan Gym;
Kegiatan kebugaran kelompok; Kegiatan kebugaran fungsional. (Paoli, A., & Bianco, A.
2015).
Pada saat ini, hampir semua kegiatan manusia sehari-hari, baik dalam kegiatan fisik
maupun kegiatan non fisik, kondisi fisik seseorang sangat berpengaruh. Disamping peranan
langsung dari keadaan fisik terhadap produktivitas kerja yang jelas semakin diyakini
manfaatnya, masih banyak sisi lain dari penampilan fisik yang berpengaruh terhadap peran
kita sehari-hari. Keadaan kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi pula terhadap aspek-
aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri,
ketelitian, dan lain sebagainya. Masalah aktivitas fisik, latihan fisik untuk menjaga kesehatan
serta untuk menunjukkan keharmonisan dan keindahan tubuh manusia telah dipelajari sejak
zaman Yunani-Romawi. Pada saat yang sama, konsep kesehatan dan kesejahteraan
tampaknya dijelaskan oleh Hippocrates (sekitar 460-370 SM) sebagai kondisi alami yang
ditentukan sejak lahir: "Kesehatan yang baik" atau "fisiosis", keseimbangan antara berbagai
"elemen". Pada gilirannya, filsuf Aristotel (384-322 SM) menggambarkan keberkahan atau
"kebahagiaan sebagai tujuan tertinggi dan baik bagi manusia, sebuah proses yang sebenarnya
adalah kondisi manusia agar dapat berkembang atau hidup dengan baik. Ide-ide ini, diambil
alih oleh Galenus (131-216 M), diedarkan dengan arti yang sama hingga abad ke-15,
sementara para ahli dari berbagai disiplin ilmu (dokter, pedagog, sosiolog, dll.)
memperhatikan kesehatan manusia, kesejahteraan, merekomendasikan dan merancang latihan
di bidang senam higienis, senam (exercitatio), gerak (motus), gerak tubuh dan permainan.
Perhelatan olahraga diselenggarakan tidak hanya untuk mensosialisasikan olahraga
dan olahraga kepada masyarakat agar bangsa Indonesia selalu sehat dan segar jiwa raganya,
tetapi lebih dari itu adalah untuk meraih prestasi guna meningkatkan kontribusi olahraga
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. yang paling
dalam pekerjaan yang sesuai dengan profesi mereka, terutama yang dibutuhkan untuk prestasi
olahraga. Prestasi olahraga bahkan dapat mengharumkan nama bangsa dan negara jika dilihat
dari segi dampak positifnya bagi individu maupun kelompok. Dalam Undang-Undang RI No.
3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional BAB II, Pasal 4 menyatakan bahwa
“Keolahragaan nasional bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplin memperkokoh dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan
bangsa.”.
Untuk mencapai prestasi yang baik juga harus dalam kondisi fisik yang baik, hal
tersebut menjadikan kondisi fisik sangat penting dalam dunia olahraga prestasi. Keadaan fisik
terdiri dari elemen fundamental seperti kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan kecepatan.
Sementara itu, latihan yang sesuai dengan prinsip latihan diperlukan untuk meningkatkan
kondisi fisik. “Pelatihan adalah suatu proses latihan atau kerja yang sistematis, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan jumlah latihan atau beban kerja yang semakin hari
semakin bertambah,” jelas Harsono (1988: 101). Jika digabungkan dengan rejimen latihan
yang efektif, perkembangan kondisi fisik dapat ditingkatkan ke level tertinggi yang mampu
dicapai oleh atlet. Menurut Harsono (1988:100), “pembinaan kondisi fisik yang menyeluruh
sangat penting, karena tanpa kondisi fisik yang baik seorang atlet tidak akan dapat mengikuti
latihan dengan sempurna”. Hampir semua cabang olahraga menuntut pemainnya dalam
kondisi fisik yang baik. Agar tingkat kebugaran jasmani dan kemampuan fungsional organ
tubuh menjadi lebih baik, latihan kondisi jasmani perlu mendapat perhatian serius,
direncanakan dengan matang, dan dilaksanakan secara sistematis. Jika kondisi fisik sehat,
maka sistem peredaran darah dan kemampuan fungsi jantung akan meningkat, kekuatan,
fleksibilitas, daya tahan, kecepatan, dan aspek lain dari kondisi fisik semuanya membaik.
akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak ke arah yang lebih baik. Butuh waktu lebih
sedikit untuk pulih dan waktu respons lebih cepat.
Atlet dipersiapkan untuk bisa meraih tujuan yang telah ditentukan melalui
serangkaian latihan secara fokus. Maksud dari latihan yang intensif tersebut adalah untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas atlet sehingga mencapai performa maksimal. Proses
pelatihan tersebut ditempuh melalui waktu yang cukup panjang dan melibatkan proses latihan
fisik, psikologi yang didesain sedemikian rupa untuk bisa memenuhi standar kompetensi
yang diperlukan. Berdasarkan tradisi yang berasal dari permainan olimpiade yunani, atlet
dituntut untuk bisa menguasai kondisi fisik yang sempurna, perbaikan moral, dan semangat
juang yang tinggi. Selain itu juga para atlet harus bisa mengolah kualitas psikologi dan tentu
saja kesehatan yang prima. Atlet juga harus biisa mengatasi fase stres baik itu pada saat
latihan maupun kompetisi berlangsung. Semua itu bisa diperoleh para atlet dengan
mendapatkan proses pelatihan yang baik dan terorganisir dari seorang pelatih berkompeten
yang memiliki pengalaman praktis dan pengaplikasian metode pelatihan yang baik.
Bagian terpenting dalam usaha berlatih keras baik itu bagi atlet pemula maupun
profesional yaitu bagaimana menargetkan tujuan akhir atau goal yang realistis dan masuk
akal untuk dicapai yang disesuaikan dengan kemampuan individu atlet, perlakuan psikologi,
dan keadaan lingkungan sosial sekitar. Beberapa atlet ingin mendapatkan kemenangan dalam
sebuah kompetisi ataupun untuk terus meningkatkan kemampuan yang telah dicapai
sebelumnya. Tetapi ada juga atlet yang lebih memilih meningkatkan teknik kemampuan nya
secara bertahap dengan menyesuaikan kemampuan biomotornya masing – masing. Tapi
apapun tujuan yang ingin diraihnya, tujuan tersebut harus bisa terukur sesuai kemampuan
baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dan baik pelatih ataupun atlet tersebut
harus bisa konsisten dengan tujuannya mulai dari awal proses latihan sampai batas waktu
akhir yang telah ditentukan.
Latihan adalah proses persiapan atlet untuk peningkatan performa yang lebih tinggi.
Selain itu juga pelatihan dapat diartikan sebagai kemampuan seorang pelatih dalam
melakukan pengoptimalisasian performa yang dihasilkan dari proses latihan secara sistematis
berdasarkan pengetahuan dan diperluas oleh beberapa disiplin ilmu. Melalui latihan seorang
atlet dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang jelas, secara fisiologis, faktor yang
dikembangkan adalah sistem dan fungsi organisme untuk mencapai prestasi olahraga secara
optimal. Proses latihan menargetkan adanya perkembangan beberapa aspek yang memiliki
korelasi dengan tugas atau latihan yang dijalani. Aspek – aspek tersebut meliputi:
pembangunan fisik secara multilateral, pengembangan fisik olahraga, kemampuan teknik,
kemampuan taktikal dan strategi, faktor psikologi, pemeliharaan kesehatan, daya tahan
cedera, serta pengetahuan secara teoritis.
Amansyah, A., & Daulay, B. (2019) Mengatakan bahwa latihan ialah sebuah proses
yang terorganisir dimana tubuh dan pikiran yang secara konstan akan terpengaruh dengan
tingkat stres baik itu secara kuantitas maupun intensitas. Kemampuan seorang atlet untuk
beradaptasi menahan beban berat pada saat pelatihan dan kompetisi sama pentingnya seperti
kemampuan suatu mahluk hidup dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar, jika mahluk
tersebut tidak bisa beradaptasi maka mereka tidak akan bisa bertahan hidup. Bagi para atlet
dibutuhkan kemampuan untuk dapat beradaptasi terhadap beban latihan yang bervariasi dan
juga kompetisi yang diikuti sehingga bisa terhindar dari kelelahan, yang akan menyebabkan
atlet tersebut tidak bisa mencapai tujuan akhir dari sebuah pelatihan yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat
penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical
fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam
melaksanakan tugas sehari-hari. Kian tinggi tingkat kondisi fisik seseorang kian tinggi pula
kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran
jasmaninya kian meningkat.
Menurut Syafruddin (2011:64) menyatakan bahwa kondisi fisik (Physical Condition)
secara umurn dapat diartikan dengan keadaan atau kemampuan fisik. Keadaan tersebut bisa
meliputi sebelum (kondisi awal), pada saat dan setelah mengalarni suatu proses latihan.
Tugas pelatih adalah bagaimana meningkatkan kondisi fisik atau kemampuan fisik awal atlet
melalui suatu proses latihan yang terprogram sehingga prestasi yang diinginkan dapat
dicapai. Sebelum pelatih memberikan latihan kepada atletnya tentu harus tahu dan mengerti
terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kondisi fisik, apa saja bentuk atau
macam/ jenisnya, bagaimana melatihnya dan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhinya.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kondisi fisik adalah salah satu faktor yang sangat
penting apabila ingin mendapatkan prestasi yang maksimal dalam setiap cabang olahraga,
terlebih lagi jika atlet yang ditangani adalah atlet yang masuk dalam kelas atlet elit. Kita
mengetahui bahwa kunci keberhasilan prestasi adalah karena hadirnya faktor-faktor penentu
prestasi, baik secara internal maupun eksternal. Wibisana (2016:83) mengatakan bahwa
kebutuhan kondisi fisik tersebut tidak dapat disamakan untuk masing- masing cabang
olahraga, karena setiap cabang olahraga memiliki karakteristik gerak tersendiri.
Banyak cara yang dijadikan acuan sebagai metode dalam mengklasifikasi kemampuan
aktivitas fisik. Disamping metoda pengklasifikasian olahraga secara tradisional yang dibagi
menjadi dua macam, (1) olahraga individual seperti contohnya olahraga lintasan dan
lapangan, atletik, tinju. (2) olahraga secara team misalnya sepak bola, voli, basket. Ada juga
pengklasifikasian secara luas yang menjadikan kemampuan biomotor sebagai acuannya, yaitu
Kemampuan biomotor yang mencakup kekuatan, kecepatan, ketahanan, dan koordinasi.
Berdasarkan metoda pengkasifikasian ini olahraga dibagi menjadi tiga jenis yaitu cyclic,
acyclic, dan acyclic combined skill. (Amansyah, A., & Daulay, B. 2019).
1. Cyclic skill adalah jenis olahraga yang berhubungan dengan putaran dan terjadi
pengulangan gerakan atau kegiatan. Contoh misalnya lari, sepeda, renang, dan lain
lain. Yang menjadi inti dari jenis olahraga ini adalah kemampuan motorik
dipadupadankan dengan gerakan yang berulang - ulang. Jadi ketika seorang atlet
menguasai suatu pola kegiatan motorik maka dia bisa melakukannya berualang
kali dengan konstan dalam jangka waktu yang lama.
2. Acyclic skill, ini adalah jenis kemampuan olahraga yang mengutamakan sebuah
kemampuan teknik secara utuh dalam satu kesatuan gerakan. Misalnya lempar
lembing, lempar cakram, tinju dan anggar. Kita ambil contoh lempar cakram,
diawali mulai persiapan mengayun, lalu melakukan putaran, melempar, hingga
posisi langkah akhir, maka itu dikategorikan sebagai satu kesatuan gerakan.
3. Acyclic combined skill, disebut kombinasi karena ada gerakan yang
berkesinambungan antara cyclic lalu dilanjutkan dengan acyclic misalnya lari
gawang. Dalam olahraga tersebut terdapat dua pokok gerakan yaitu lari dan
lompat, walaupun kedua gerakan tersebut berkaitan tapi kita bisa membedakan
antara lari dan lompatnya dimana gerakan lari merupakan cyclic skill dan gerakan
melompat adalah acyclic skill.
Menurut C.S. Liuşnea (2019), pengertian lain tentang kondisi fisik dan kebugaran
adalah kemampuan tubuh untuk menangani tuntutan fisik kehidupan sehari-hari, atau lebih
khusus lagi, kemampuan tubuh untuk berfungsi pada puncaknya di semua sistem fisiologis,
dengan fokus pada sistem yang mendukung gerakan, seperti sistem saraf, kardiovaskular,
pernapasan, dan muskuloskeletal. Olahraga atau aktivitas fisik dipandang oleh para spesialis
sebagai representasi perilaku atau kebiasaan, sedangkan bentuk fisik dipandang sebagai
parameter fisiologis. Perlu dilakukan tes dan pengukuran sebagai parameter kemampuan fisik
(parameter fisiologis) untuk mengetahui kemajuan suatu latihan fisik, seperti diungkapkan
Johnson dan Nelson (1969).
Kondisi fisik merupakan unsur penting dan menjadi dasar/fondasi dalam
pengembangan teknik, taktik, strategi dan pengembangan mental. Status kondisi fisik dapat
mencapai titik optimal jika dimulai latihan sejak usia dini, dilakukan secara terus-menerus
sepanjang tahun, berjenjang dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan secara benar. Di
samping itu, pengembangan fisik harus direncanakan secara periodik berdasarkan tahapan
latihan, status kondisi fisik atlet, cabang olahraga, gizi, fasilitas, alat, lingkungan dan status
kesehatan atlet. Mengembangkan kondisi fisik membutuhkan Kualifikasi Pelatih Profesional
sehingga mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan
efek negatif di kemudian hari.
Kondisi fisik yang lebih baik banyak memperoleh keuntungan di antaranya atlet
mampu dan mudah mempelajari keterampilan baru yang relatif sulit, tidak mudah lelah dalam
mengikuti latihan dan pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa banyak
kendala, waktu pemulihan lebih cepat dan dapat menyelesaikan latihan-latihan yang relatif
berat. Perkembangan kondisi fisik tergantung pada alasan mengapa seseorang melakukan
aktivitas fisik atau olahraga, seperti meningkatkan kesegaran jasmani atau kebugaran,
meningkatkan kemampuan biomotor dominan yang diperlukan untuk meningkatkan performa
dalam olahraga yang digelutinya. (Bafirman, B., & Wahyuri, A.S., 2019: 9-10).
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa latihan kondisi fisik amat penting untuk
meningkatkan kesegaran jasmani agar seseorang dapat mencapai hasil kerja yang lebih
produktif. Kegunaan lainnya ialah untuk mencegah timbulnya cedera selama melakukan
kegiatan fisik yang berat, serta dapat meningkatkan kemampuan funsional dari seluruh
system tubuh bahkan dapat meningkatkan prestasi atlet. Untuk mendapatkan kondisi fisik
yang baik diperlukan latihan-latihan yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kondisi
fisik serta kemampuan fungsional dari sistem tubuh. Latihan kondisi fisik tersebut terdiri dari
beberapa komponen yang setiap komponennya perlu mendapatkan latihan tersendiri.
Mengenai komponen-komponen kondisi yang perlu dikembangkan, Latihan kondisi fisik
berarti atlet diberi latihan komponen-komponen kesegaran jasmaninya dan komponen-
komponen kesegaran geraknya. Mengenai kesegaran jasmani dan kesegaran gerak djelaskan
dan digambarkan oleh Gallahue, sebagai berikut :