Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari

aktivitas fisik. Aktivitas fisik tersebut seperti duduk, berjalan, bekerja,

mencuci, berolahraga dan lain sebagainya. Aktivitas olahraga kini telah

menjadi gaya hidup masyarakat modern. Dengan berolahraga berarti kita

mencintai tubuh kita. Santoso Giriwijoyo, Y.S. & Dikdik Zafar Sidik (2012:

18), menyatakan bahwa olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang

teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan

hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan

kualitas hidup).

Masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga dalam perkembangan

zaman modern saat ini dapat dilihat dari terprogram atau tidaknya aktivitas

serta terukur atau tidaknya aktivitas itu sendiri. Seperti yang kita ketahui,

bahwa setiap orang melakukan olahraga mempunyai tujuan maupun maksud

tersendiri walaupun aktivitas yang dilakukan terlihat sama. Misalnya

seseorang bermain sepakbola dengan tujuan untuk refreshing atau rekreasi

belaka dan ada pula seseorang yang bermain sepakbola merupakan suatu

kewajiban demi prestasi yang ingin dicapai atau dengan kata lain orang

tersebut sebagai atlet sepakbola.

Masyarakat yang sering melakukan olahraga dapat disebut sebagai

olahragawan, namun belum tentu bisa disebut sebagai atlet. Atlet sendiri

berasal dari bahasa Yunani, dari kata Athlos yang berarti kontes. Atlet adalah

1
orang yang ikut serta dalam. Jadi seseorang bisa dikatakan seorang atlet jika

orang tersebut telah ikut suatu kompetisi olah raga yang kompetitif dalam

suatu turnamen.

Atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-

rata masyarakat umum, tak terkecuali kemampuan dalam kebugaran

jasmaninya. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menunjang performa

ataupun kinerja atlet itu sendiri. Performa atlet merupakan salah satu penentu

kemenangan pada sebuah pertandingan. Atlet dapat menunjang kebugaran

jasmaninya dengan latihan. Djoko Pekik Irianto, dkk (2009: 1), menyatakan

bahwa latihan merupakan langkah penyempurnaan berolahraga melalui

pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan

terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan.

Latihan juga merupakan suatu program pengembangan atlet untuk bertanding,

berupa peningkatan keterampilan dan kapasitas energi. Untuk mendapatkan

hasil latihan yang maksimal maka diperlukan proses yang sistematis untuk

meningkatkan kebugaran atlet sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih.

Dari berbagai penjelasan di atas, maka penulis dalam makalah ini akan

membahas tentang olahraga untuk performa atlet.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penulisan

makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan olahraga?

2. Apakah yang dimaksud dengan performa atlet?

2
3. Bagaimanakah olahraga yang ditujukan untuk performa atlet?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui

bagaimanakah olahraga yang dapat ditujukan untuk performa atlet.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Dapat mengetahui pengetahuan tentang olahraga untuk performa atlet.

2. Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah

Diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan penulis, mahasiswa

dalam memperoleh pengetahuan tentang olahraga untuk performa atlet.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Olahraga

Olahraga mempunyai hubungan yang erat dengan bermain (play) dan

aktivitas jasmani. Namun demikian, kedua istilah tersebut mempunyai

perbedaan yang cukup signifikan. Dini Rosdiani (2012: 114), mengungkapkan

bahwa bermain merupakan aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan

kesenangan, keriangan dan kebahagiaan. Aktivitas jasmani merupakan bentuk

kegiatan jasmani yang melibatkan jasmani bergerak. Aktivitas jasmani mudah

dikenali sebagai kata “gerak badan”. Aktivitas jasmani merupakan bentuk

menggerakkan badan, termasuk gerak berjalan kaki, berlari, melempar,

menangkap, merayap, merangkak, berlompat, berloncat, dan bentuk gerak

dasar lainnya. Olahraga sangat terkait dengan “gerak”. Olahraga sendiri juga

dapat bermakna ganda, yaitu olahraga berarti membina raga, mengembangkan

tubuh agar sehat, kuat, atau produktif. Husdarta, J.S. (2011: 145),

mengungkapkan bahwa olahraga merupakan usaha untuk mengolah, melatih

raga atau tubuh manusia untuk menjadi sehat dan kuat.

Olahraga juga merupakan bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang intensif

dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal. Santoso

Giriwijoyo, Y.S. dan Dikdik Zafar Sidik (2012: 18), menyatakan bahwa

olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk

memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan

kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Pengertian

olahraga dari pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa olahraga

4
merupakan serangkaian manipulasi gerak raga yang teratur dan terencana

dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup sehingga

membuat raga menjadi matang. Olahraga digunakan untuk segala jenis

kegiatan fisik yang dapat dilakukan di darat, air maupun udara.

Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orientasi fisikal seperti

aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan dan keterampilan yang

merupakan unsur intern dari kegiatan olahraga. Menurut Husdarta, J.S. (2011:

137), olahraga selalu menampakkan diri dalam wujud nyata kehadiran fisik,

peragaan diri secara sadar, dan bertujuan, disertai dengan penggunaan alat-alat

kongkrit, seperti bola, raket, dan lain-lain. Selain itu setiap bentuk permainan

sejati dalam olahraga terdiri atas kegiatan yang lebih menekankan aspek gerak,

sehingga unsur jasmaniah menjadi sangat dominan.

Olahraga mempunyai 3 sasaran terhadap kesehatan, menurut Santosa

Giriwijoyo, Y.S. & Dikdik Zafar Sidik (2012: 235), sasaran tersebut adalah:

1. Memelihara dan meningkatakan kemampuan gerak yang masih ada

(mobilisasi sendi-sendi). Misalnya orang yang terikat pada kursi roda

sekalipun harus tetap memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak

yang masih ada pada semua persendiannya, serta memelihara fleksibilitas

dan kemampuan koordinasi. Kemampuan koordinasi ini dapat dilatih

dengan misalnya, mengambil, memindahkan dan menata letak benda-benda

kecil dengan ujung jari kaki, dan semua gerakan-gerakan halus yang

diperlukan untuk mendapatkan akurasi (ketepatan). Salah satu contohnya

adalah memasukkan benang ke dalam jarum dan sebagainya.

5
2. Meningkatkan kemampuan otot untuk dapat meningkatkan kemampuan

geraknya lebih lanjut. Latihan dilakukan dengan beban ringan yang mudah

didapat misalnya batu atau sebotol air minum kemasan, latihan push up

dengan cara mendorong-dorong tembok, atau latihan tanpa beban dengan

menggunakan prinsip pliometrik. Meningkatkan kekuatan otot dapat

mencegah atau menghambat osteoporosis pada tulang yang bersangkutan.

3. Memelihara kemampuan aerobik yang telah memadai atau

meningkatkannya untuk mencapai kategori sedang.

Perwujudan gerak dalam olahraga itu juga terkait dengan aspek

dorongan pada manusia yang juga terkait dengan factor social dan budaya,

seperti juga pengaruh suasana kejiwaan. Pelaksanaan gerak dalam olahraga

selalu termasuk dalam lingkup keterampilan yang dipelajari yang maksudnya

keterampilan itu akan dikuasai melalui proses belajar mengajar yang berarti

aktifitas yang dipelajari itu hanya dikuasai sampai taraf memadai bila terjalin

suasana hubungan social, ada unsur pendidik atau Pembina yang lebih

berpengalaman. Dibalik proses penguasaan dan penghayatan keterampilan

baru, dalam olahraga juga terkadang nilai-nilai, mitos, acara ritual dan ideology

yang membentuk budaya olahraga, seperti halnya peraturan, norma, dan

peranan yang diciptakan oleh sub kelompok sebuah masyarakat (Husdarta, J.S.,

2011: 137).

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan

terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan

dan aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan atau jenis olahraga yang

6
bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak

jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang

dominan sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam

waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh

merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas anaerobik

yang dominan. Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan

terdapat jenis olahraga atau juga aktivitas latihan dengan satu komponen

aktivitas yang lebih dominan atau juga akan terdapat cabang olahraga yang

menggunakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik & anaerobik.

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap

ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi

sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh

seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut

oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan

sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan

intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu

yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging. Aktivitas

anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan

energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan

secara kontinyu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya juga

akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga

kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan atau jenis

olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint),

7
push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis

olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan atau

aktivitas sepeti meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul

bola atau juga mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab

itu, maka beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bola basket atau juga

tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi

antara aktivitas aerobik dan anaerobik (M. Anwari Irawan, 2007: 1).

Olahraga pada dasanya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan

eksternal seperti halnya semua bentuk permainan. Kegiatan itu diwarnai oleh

drama dari setiap gerak. Karena itu upaya untuk mempertahankan unsur

ketegangan sebagai titik tengah antara kondisi yang membosankan dan

tuntutan yang berlebihan merupakan komponen absolute dari ciri dunia

olahraga (Husdarta, J.S., 2011: 138).

Menurut Husdarta, J.S. (2011:148), olahraga dapat digolongkan sebagai

berikut:

1. Olahraga Pendidikan

Ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan olahraga

dengan tujuan untuk pendidikan maka semua aktivitas gerak diarahkan

untuk memnuhi tuntuntan tujuan-tujuan pendidikan. Olahraga yang

bertujuan untuk pendidikan ini identik dengan aktivitas pendidikan jasmani

yaitu cabang-cabang olahraga sebagai media pendidikan. Jadi olahraga

pendidikan adalah aktivitas olahraga yang bertujuan untuk membantu

meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan.

8
2. Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan

pada waktu senggang sehingga pelaku memperoleh kepuasan secara

emosional seperti kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, serta

memperoleh kepuasan secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya

kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga tercapainya kesehatan secara

menyeluruh. Rekreasi merupakan kegiatan positif yang dilakukan pada

waktu senggang dengan sungguh-sungguh dan bertujuan untuk mencapai

kepuasan. Aktivitas rekreasi dibagi atas dua golongan besar, yaitu rekreasi

aktif secara fisik dan pasif secara fisik.

3. Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan

dikelola secara professional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi

optimal pada cabang-cabang olahraga merupakan olahraga prestasi. Para

olahragawan atau atlet yang menekuni cabang-cabang olahraga dengan

tujuan untuk mencapai prestasi baik pada tingkat daerah, nasional, maupun

internasional, sisyaratkan memiliki kebugaran dan harus memiliki

keterampilan pada cabang olahraga yang lebih baik dibandingkan dengan

rata-rata non atlet.

4. Olahraga Rehabilitasi atau Kesehatan

Olahraga rehabilitasi atau kesehatan merupakan suatu kegiatan

olahraga yang bertujuan untuk pengobatan atau penyembuhan yang

biasanya dikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok tertentu seperti

9
penderita penyakit jantung koroner, penderita asma, penyembuhan setelah

cedera, dan penyakit lainnya. Olahraga rehabilitasi ini biasanya berkembang

di pusat rehabilitasi dan di rumah sakit.

B. Atlet

Atlet berasal dari bahasa Yunani , dari kata Athlos yang berarti kontes.

Atlet adalah orang yang ikut serta dalam suatu kegiatan kompetisi olahraga

kompetitif (Tendi Agus Nugroho, 2012: 1). Pengertian lain dari atlet (sering

pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes") atlet

adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Para

atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata.

Seringkali kata ini digunakan untuk merujuk secara spesifik kepada peserta

atletik (Wikipedia, 2013: 1). Jadi seseorang bisa di katakan seorang atlet jika

orang tersebut telah ikut suatu kompetisi olah raga yang kompetitif dalam

suatu turname. Seseorang yang belum pernah mengikuti kompetisi olah raga

tertentu belum bisa di sebut seorang atlet meskipun orang tersebut telah

mendalami suatu cabang olah raga tertentu dalam waktu yang lama.

C. Performa

Pemahaman tentang performa (performance), sering dikaitkan dengan

istilah kinerja, memperlihatkan sampai sejauh mana seorang individu ataupun

sebuah organisasi menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu pencapaian yang

relevan dengan tujuan tertentu. Sehingga, terdapat dua asumsi umum tentang

titik pemahaman pengertian performa atau kinerja. Asumsi pertama, pengertian

performa atau kinerja yang dititikberatkan pada kinerja individu, dalam

10
pengertian sebagai bentuk prestasi yang dicapai individu berdasarkan target

kerja yang diembangnya atau tingkat pencapaian dari beban kerja yang telah

ditargetkan oleh organisasi kepadanya. Asumsi kedua, yaitu; pengertian kinerja

yang dinilai dari pencapaian secara totalitas tujuan sebuah organisasi dari

penetapan tujuan secara umum dan terperinci organisasi tersebut. Misalnya;

pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi dari penjabaran visi dan misi

organisasi tersebut. Tetapi ada asumsi lain yang tidak terlalu umum digunakan

sebagai titik berangkat dalam pemahaman kinerja, yaitu penilaian kinerja

proses.

Terkait dengan ketiga asumsi tersebut di atas, Rummler dan Brache

dalam Sudarmanto (2009: 7) mengemukakan ada 3 (tiga) level kinerja, yaitu :

1. Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level atau

unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan

tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan manajemen organisasi.

2. Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan

produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh

tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen proses.

3. Kinerja individu; merupakan pencapaian atau efektivitas pada tingkat

individu atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan

pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta

karakteristik individu.

11
D. Olahraga untuk Performa Atlet

Performa atlet merupakan salah satu penentu kemenangan pada sebuah

pertandingan. Performa atlet pada sebuah pertandingan berhubungan dengan

berbagai hal, yaitu kemampuan yang dimiliki, psikologi atlet saat bertanding,

kebugaran jasmani atlet, latihan yang dilaksanakan sebelum pertandingan dan

didukung oleh asupan karbohidrat selama pertandingan serta status hidrasi

(Armina Immawati, 2011: 1).

Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh atlet agar dapat menjaga

performanya selama menjadi atlet. Kebugaran jasmani dapat menunjang

penguasaan teknik, taktik, dan kematangan mental bertanding. Setiap cabang

olahraga menuntut kebugaran jasmani yang berbeda-beda sesuai dengan

karakteristiknya. Selain itu kebugaran jasmani juga mempunyai dasar fisiologis

yang berbeda satu sama lain, tidak semua cabang olahraga menuntut

komponen-komponen kebugaran yang sama (Pranatahadi, 2008: 51).

Kebugaran jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan tubuh

untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebasan fisik yang

diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tidak menimbulkan

kelelahan yang berarti maksudnya adalah setelah seseorang melakukan suatu

kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk

menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang

bersifat mendadak.

Kebugaran jasmani dapat diperoleh dengan cara latihan. Djoko Pekik

Irianto, dkk (2009: 1), menyatakan bahwa latihan merupakan langkah

12
penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-

prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi

kemampuan dan kesiapan olahragawan. Latihan juga merupakan suatu

program pengembangan atlet untuk bertanding, berupa peningkatan

keterampilan dan kapasitas energi. Untuk mendapatkan hasil latihan yang

maksimal maka diperlukan proses yang sistematis untuk meningkatkan

kebugaran atlet sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih.

Latihan pada dasarnya adalah pemberian beban pada tubuh sehingga

menimbulkan tanggapan tubuh berupa respon dan adaptasi. Respon merupakan

tanggapan langsung tubuh saat proses latihan yang bersifat sementara, meliputi

dada berdebar, detak jantung meningkat, frekuensi nafas meningkat, suhu

tubuh meningkat, keringat bertambah banyak, terasa mual dan sesak nafas.

Sedangkan adaptasi merupakan tanggapan tubuh terhadap pembebanan latihan

yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan bersifat relative permanen,

meliputi: adaptasi morfologis, fisiologis-biokemis, dan psikologis (Djoko

Pekik Irianto, dkk, 2009: 6). Pernyataan ahli tersebut dapa ditarik kesimpulan

bahwa dalam proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan

pendukung agar latihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pengetahuan pendukung tersebut seperti pengetahuan tentang anatomi,

fisiologi, biomekanik, pengukuran, psikologi, ilmu gizi, dan sebagainya.

Keberhasilan dalam proses latihan sangat tergantung dari kualitas latihan yang

dilaksanakan, karena proses latihan merupakan perpaduan kegiatan dari

berbagai factor pendukung. Kualitas latihan terutama ditentukan oleh keadaan

13
dan kemampuan pelatih serta olahragawan. Keduanya harus memiliki

kemampuan, kemauan, dan komitmen yang tinggi untuk memperoleh hasil

yang terbaik. Pada atlet harus mempunyai kesiapan seperti factor fisik, teknik,

taktik, psikis, dan sosiologi. Sedangkan pada pelatih harus mempunyai

kesiapan seperti perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi dari

proses berlatih dan melatih (Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, 2011: 3).

1. Sasaran Latihan

Latihan mempunyai sasaran yang diperlukan sebagai pedoman dan

arah yang diacu oleh pelatih maupun atlet dalam menjalankan program

latihan. Diantaranya menurut Djoko Pekik Irianto, dkk ( 2009: 2), yaitu:

a. Perkembangan Fisik Multilateral

Atlet memerlukan pengembangan fisik secara menyeluruh (multilateral)

berupa kebugaran sebagai dasar pengembangan aspek lainnya yang

diperlukan untuk mendukung prestasinya.

b. Perkembangan Fisik Khusus Cabang Olahraga

Setiap atlet memerlukan persiapan fisik khusus sesuai cabang

olahraganya, misalnya pemain voli memerlukan power otot tungkai yang

baik, dan pesenam memerlukan kelentukan yang sempurna.

c. Faktor Teknik

d. Kemampuan biomotor seorang atlet dikembangkan berdasarkan

kebutuhan teknik cabang olahraga tertentu untuk meningkatkan efesiensi

gerakan.

e. Faktor Taktik

14
Siasat memenangkan pertandingan merupakan bagian dari tujuan latihan

dengan mempertimbangkan kemampuan kawan, kekuatan dan kelemahan

lawan serta kondisi lingkungan.

f. Aspek Psikologis

Kematangan psikologis diperlukan untuk mendukung prestasi atlet.

Latihan psikologis bertujuan meningkatkan disiplin, semangat, daya

juang, kepercayaan diri dan keberanian.

g. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan bekal yang perlu dimiliki seorang atlet, sehingga

perlu pemeriksaan secara teratur dan perlakuan (treatment) untuk

mempertahankannya.

h. Pencegahan Cedera

Cedera merupakan peristiwa yang paling ditakuti oleh atlet, untuk itu

perlu upaya pencegahan melalui peningkatan kelentukan sendi,

kelenturan, dan kekuatan otot.

Upaya menyiapkan atlet yang mempunyai performa prima

diperlukan system pembinaan dalam waktu lama yang dilakukan secara

bertahap dan berkelanjutan. Salah satu model pembinaan yang dapat

dilakukan antara lain meliputi: kegiatan rekreatif, keterampilan tingkat

dasar, keterampilan tingkat menengah dan keterampilan tingkat tinggi.

Djoko Pekik Irianto, dkk (2009: 5), menyatakan bahwa pembinaan atlet

menuju puncak prestasi dilakukan berdasarkan piramida pembinaan prestasi

olahraga terdiri atas 3 tahapan, yaitu pemasalan, pembibitan, dan prestasi.

15
2. Prinsip Latihan

Prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman

agar tujuan latihan tercapai. Menurut Sukadiyanto dan Dangsina Muluk

(2011: 14-22), prinsip latihan tersebut meliputi:

a. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan

usia olahragawan. Oleh karena usia olahragawan berkaitan erat dengan

kesiapan kondisi secara fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan.

Artinya para pelatih harus mempertimbangkan dan memperhatikan tahap

pertumbuhan dan perkembangan dari setiap olahragawan. Sebab

kesiapan setiap olahragawan akan berbeda-beda antara anak yang satu

dengan yang lainnya meskipun di antara olahragawan memiliki usia yang

sama.

b. Prinsip Individual

Dalam merespons beban latihan untuk setiap olahragawan tentu akan

berbeda-beda, sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat

disamakan antara orang yang satu dengan yang lainnya.

c. Keturunan

Faktor yang berkaitan dengan keturunan di antaranya adalah keadaan

fisik, jenis otot, ukuran jantung dan paru, yang faktor tersebut sangat

berpengaruh terhadap kemampuan olahragawan dalam merespons beban

latihan.

d. Kematangan

16
Tingkat kematangan olahragawan memiliki pengaruh besar terhadap

kemampuannya dalam merespons beban latihan. Semakin matang

kondisi seseorang semakin mampu menerima intensitas beban latihan

yang lebih tinggi. Olahragawan yang kurang atau belum matang

memerlukan energy yang lebih banyak untuk tumbuh dan berkembang,

selain itu juga belum mampu merespons beban latihan yang lebih berat.

e. Gizi

Latihan mengakibatkan perubahan dalam jaringan dan organ-organ

tubuh, yang perubahan tersebut memerlukan protein, karbohidrat, lemak,

vitamin, dan nutrisi-nutrisi yang lain. Makanan olahragawan yang tidak

mengandung gizi cukup akan mengakibatkan kegagalan dari tujuan

latihan. Untuk itu, para pelatih perlu mengetahui cara menyusun menu

dan jenis-jenis makanan beserta kandungan gizinya.

f. Waktu Istirahat dan Tidur

Para olahragawan yunior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang

lebih 8 jam sehari semalam. Selebihnya dari waktu tersebut digunakan

untuk kegiatan lain dan istirahat, terutama setelah melakukan latihan

dengan intensitas yang tinggi. Pada olahragawan yunior yang berusia

muda masih dalam masa pertumbuhan fisik, sehingga memerlukan waktu

istirahat yang cukup.

g. Tingkat Kebugaran

Latihan akan meningkatkan kebugaran secara drastis pada diri anak, bila

tingkat kebugaran awal anak masih rendah. Peningkatan kebugaran

17
memerlukan waktu yang cukup lama dan variasi bentuk latihan yang

banyak. Anda yang tidak bugar akan mudah lelah dalam menerima beban

latihan, sehingga bila dalam keadaan lelah masih tetap melakukan latihan

akan berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera dan rasa sakit.

h. Pengaruh Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan baik secara fisik maupun psikis akan

berpengaruh terhadap kemampuan akan dalam merespons beban latihan.

Contoh, anak yang sedang mengalami permasalahan psikologis (tekanan

emosi) baik di rumah atau di sekolah sebaiknya tidak diberi beban latihan

yang berat, sebab akan menambah tingkat ketegangan pada diri anak.

Kebijakan pelatih akan berpengaruh terhadap olahragawan dalam

merespons latihan dan partisipasi bermain pada masa-masa selanjutnya.

Keadaan cuaca yang panas, dingin, dan polusi udara merupakan faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap proses latihan. Pelatih harus

memperhatikan keadaan dan cuaca tempat latihan, sehingga pelatih akan

dapat memperkirakan kemampuan olahragawan dalam menerima beban

latihan.

i. Rasa Sakit dan Cedera

Olahragawan yang mengalami sakit dan cedera tentu akan kesulitan

untuk merespons beban latihan. Untuk itu, beban latihan yang diberikan

pelatih harus disesuaikan dengan melihat tingkat sakit dan cederanya

agar tidak menjadi lebih parah.

j. Motivasi

18
Olahragawan yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih atau

bertanding dengan usaha yang keras dan mampu tampil lebih baik.

k. Prinsip Adaptasi

Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu untuk beradaptasi

terhadap perubahan lingkungannya. Keadaan ini tentu menguntungkan

untuk keterlaksanaan proses berlatih-melatih, sehingga kemampuan

manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui proses latihan.

l. Prinsip Beban Berlebih (Overload)

Beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit di atas batas

ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan

tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan

harus memenuhi prinsip moderat ini.

m. Prinsip Progresif (Peningkatan)

Agar terjadi proses adaptasi pada tubuh, maka diperlukan prinsip beban

lebih yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat progresif,

artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang

sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan,

ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara

ajeg, maju dan berkelanjutan.

n. Prinsip Spesifikasi (Kekhususan)

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan

yang khusus. Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspons secara

19
khusus pula oleh olahragawan, sehingga materi latihan harus dipilih

sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya.

o. Prinsip Variasi

Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk

menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan

kelelahan secara psikologis. Untuk itu, program latihan perlu disusun

lebih variatif agar tetap meningkatkan ketertarikan olahragawan terhadap

latihan, sehingga tujuan latihan tercapai.

p. Prinsip Pemanasan dan Pendinginan (Warm-Up and Cool-Down)

Dalam satu unit latihan atau satu pertemuan latihan selalu terdiri dari: (1)

pengantar/pengarahan, (2) pemanasan, (3) latihan inti, (4) latihan

suplemen untuk kebugaran otot dan kebugaran energy, dan (5) cooling

down dan penutup.

q. Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)

Prestasi olahraga tidak akan dapat dicapai ibarat orang menggigit cabai,

yaitu digigit langsung terasa pedasnya. Untuk meraih prestasi terbaik

diperlukan proses latihan dalam jangka waktu yang lama. Pengaruh

beban latihan tidak dapat diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi

memerlukan waktu dan proses yang harus dilakukan secara bertahap

serta kontinyu.

r. Prinsip Berkebalikan (Reversibility)

Prinsip berkebalikan (reversibility) artinya bila olahragawan berhenti dari

latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas

20
organ tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis.

Sebab proses adaptasi yang terdai sebagai hasil dari latihan akan

menurun bahkan hilang, bila tidak dipraktekkan dan dipelihara melalui

latihan yang kontinyu.

s. Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat)

Keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan

yang tidak berlebihan. Artinya, pembebabnan harus disesuaikan dengan

tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan,

sehingga beban latihan yang diberikan benar-benar tepat (tidak terlalu

berat dan juga tidak terlalu ringan).

t. Prinsip Sistematik

Prestasi olahragawan sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini

berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran

latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis pembebanan yang

berbeda-beda. Skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran

dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan.

3. Komponen Latihan

Setiap aktivitas fisik dalam latihan olahraga selalu mengakibatkan

terjadinya perubahan, antara lain pada keadaan anatomi, fisiologi, biokimia,

dan psikologi pelakunya. Olahraga merupakan kegiatan yang terukur dan

tercatat, sehingga segala sesuatu yang dilakukan lebih banyak mengandung

unsur-unsur yang pasti. Latihan merupakan proses pengakumulasian dari

berbagai komponen kegiatan, yang antara lain seperti: durasi, jarak,

21
frekuensi, jumlah ulangan, pembebanan, irama melakukan, intensitas,

volume, pemberian waktu istirahat, dan densitas. Sukadiyanto dan Dangsina

Muluk (2011: 26-32), menyebutkan dan menjelaskan komponen latihan

sebagai berikut:

a. Intensitas

1) 1 RM (Repetition Maximum)

1 RM sebagai salah satu ukuran intensitas yang bentuknya adalah

mengukur kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengangkat

atau melawan beban secara maksimal dalam satu kali kerja.

2) Denyut Jantung Per Menit

Denyut jantung per menit sebagai ukuran intensitas dihitung

berdasarkan denyut jantung maksimal. Denyut jantung maksimal

orang kebanyakan biasanya dihitung menggunakan rumus 220-usia.

3) Kecepatan (Waktu Tempuh)

Kecepatan dapat sebagai ukuran intensitas, yaitu lamanya waktu

tempuh yang digunakan untuk mencapai jarak tertentu.

4) Jarak Tempuh

Jarak tempuh dapat sebagai ukuran intensitas, yaitu kemampuan

seseorang dalam menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu.

5) Jumlah Repetisi (Ulangan) Per Waktu Tertentu (Menit/Detik)

Jumlah repetisi dapat sebagai ukuran intensitas, yaitu dengan cara

melakukan satu bentuk aktivitas dalam waktu tertentu dan mampu

melakukannya dalam beberapa ulangan. Contohnya, seseorang yang

22
melakukan aktivitas seperti sit-up, back-up, atau push-up sebanyak-

banyaknya dalam waktu 30 detik mampu melakukan 25 kali.

b. Volume

Volume adalah ukuran yang menunjukkan kuantutas (jumlah) suatu

rangsang atau pembebanan. Adapun dalam proses latihan cara yang

digunakan untuk meningkatkan volume latihan dapat dilakukan dengan

cara latihan itu: (1) diperberat, (2) diperlambat, (3) dipercepat, atau (4)

diperbanyak. Untuk itu dalam menentukan besarnya volume dapat

dilakukan dengan cara menghitung: (a) jumlah bobot pemberat per sesi,

(b) jumlah ulangan per sesi, (c) jumlah set per sesi, (d) jumlah

pembebanan per seri, (e) jumlah seri atau sirkuit persesi, dan (f) lama-

singkatnya pemberian waktu recovery dan interval.

c. Recovery

Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar set atau

antar repetisi (ulangan).

d. Interval

Interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar seri,

sirkuit, atau antar sesi per unit latihan.

e. Repetisi (Ulangan)

Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan untuk setiap butir atau

item latihan. Dalam satu seri atau sirkuit biasanya terdapat beberapa butir

atau item latihan yang harus dilakukan dan setiap butirnya dilaksanakan

berkali-kali.

23
f. Set

Set dan repetisi memiliki pengertian yang sama, namun juga ada

perbedaannya. Set adalah jumlah ulangan untuk satu jenis butir latihan.

g. Seri atau Sirkuit

Seri atau sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan

beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda. Artinya, dalam satu

seri terdiri dari beberapa macam latihan yang semuanya harus

diselesaikan dalam satu rangkaian.

h. Durasi

Durasi adalah ukuran yang menunjukkan lamanya waktu pemberian

rangsang (lamanya waktu latihan). Sebagai contoh dalam satu kali tatap

muka (sesi) memerlukan waktu latihan selama 3 jam, berarti durasi

latihannya selama 3 jam tersebut.

i. Densitas

Densitas adalah ukuran yang menunjukkan padatnya waktu perangsangan

(lamanya pembebanan).

j. Irama

Irama latihan adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan pelaksanaan

suatu perangsangan atau pembebanan.

k. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah latihan yang dilakukan dalam periode waktu

tertentu (dalam satu minggu).

l. Sesi atau Unit

24
Sesi atau unit adalah jumlah materi program latihan yang disusun dan

yang harus dilakukan dalam satu kali pertemuan (tatap muka).

4. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran Jasmani atau kondisi fisik ada 10 komponen. Komponen

tersebut sebagian besar merupakan unsur-unsur kebugaran jasmani yang

sangat dibutuhkan oleh seorang atlet agar mampu menampilkan performa

maksimalnya secara efisien dan produktif. Unsur-unsur kebugaran jasmani

yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik menurut Justinus

Laksana (2011: 15-27), yaitu:

a. Daya Tahan (Endurance), dalam Unsur-unsur kebugaran jasmani dalam

hal Daya Tahan dikenal dua macam daya tahan, diantaranya:

1) Daya tahan umum (general endurance), kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya

secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus

menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan

intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.

2) Daya tahan otot (local endurance), kemampuan seseorang dalam

mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus

dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

b. Daya Ledak Otot (Muscular Explosive Power)

Daya ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot

melakukan kerja secara eksplosif. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa

daya ledak (power) = kekuatan (strenght) × kecepatan (velocity).

25
c. Kekuatan Otot (Strength)

Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban

sewaktu bekerja.

d. Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan

oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian

(tulang yang berbentuk sendi) , otot, tendo, ligament dan sekeliling

persendian.

e. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-

singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda,

panahan dan lain-lain.

f. Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi diarea

tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda

dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti

kelincahannya cukup baik.

g. Koordinasi (Coordination)

Unsur-unsur kebugaran jasmani dengan Koordinasi adalah kemampuan

seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda

kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

26
h. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-

organ syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai

keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu

(misalnya tergelincir).

i. Ketepatan (Accuracy)

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-

gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran dapat merupakan suatu jarak

atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu

bagian tubuh.

j. Reaksi (Reaction)

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak lewat

indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi

datangnya bola yang harus ditangkap dan lain-lain.

Husdarta, J.S. (2011: 139), mengungkapkan bahwa, ada tiga dimensi

karakteristik prestasi olahraga, yaitu:

1. Prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah. Prestasi olahraga

diarahkan untuk menguasai, memelihara dan mengoptimalkan

keterampilan gerak.

2. Kegiatan dilaksanakan secara sukarela.

3. Kegiatannya tidak dimaksudkan untuk menghancurkan orang lain, tetapi

justru untuk meningkatkan solidaritas.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Olahraga merupakan serangkaian manipulasi gerak raga yang teratur dan

terencana dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup

sehingga membuat raga menjadi matang.

2. Atlet berasal dari bahasa Yunani , dari kata Athlos yang berarti kontes.

Atlet adalah orang yang ikut serta dalam suatu kegiatan kompetisi olahraga

kompetitif.

3. Performa atau kinerja yang dititikberatkan pada kinerja individu, dalam

pengertian sebagai bentuk prestasi yang dicapai individu berdasarkan target

kerja yang diembangnya atau tingkat pencapaian dari beban kerja yang telah

ditargetkan oleh organisasi kepadanya.

4. Proses atau langkah atlet untuk dapat mencapai performa terbaiknya dapat

diperoleh dengan aktivitas olahraga yang bersifat latihan. Latihan

merupakan langkah penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah,

khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga

mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan. Latihan juga

merupakan suatu program pengembangan atlet untuk bertanding, berupa

peningkatan keterampilan dan kapasitas energi.

B. Saran

1. Bagi dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar ilmu keolahragaan dapat

membantu dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menerangkan dan

28
menjelaskan materi yang menyangkut tentang olahraga untuk performa

atlet.

2. Bagi mahasiswa ilmu keolahragaan angkatan 2013 diharapkan makalah ini

dapat memberikan pengetahuan terutama tentang olahraga untuk performa

atlet.

29
DAFTAR PUSTAKA

Armina Immawati. (2011). Pengaruh Pemberian Sport Drink terhadap Performa


dan Tes Keterampilan pada Atlet Sepak Bola Usia 15-18 Tahun.
Semarang: FK Undip

Dini Rosdiani. (2012). Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani


dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta

Djoko Pekik Irianto, dkk. (2009). Pelatihan Kondisi Fisik Dasar. Jakarta: Asdep
Pengembangan Tenaga dan Pembina Keolahragaan

Justinus Laksana. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be


Champion

Husdarta, J.S. (2011). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta

M. Anwari Irawan. (2007). Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. _: Polton


Sport Science & Performance Lab

Pranatahadi. (2008). Kapasitas Anaerobik Tidak Penting Untuk Pemain Bolavoli.


Yogyakarta: FIK UNY Majora. Vol 14, April

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori,


Dimensi Pengukuran dan Implementasi Dalam Organisasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sukadiyanto dan Dangsina Muluk. (2011). Pengantar Teori dan Metodologi


Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung

Santosa Giriwijoyo, Y.S. & Dikdik Zafar Sidik. (2012). Ilmu Kesehatan
Olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wikipedia. (2013). Atlet. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Atlet. Pada


tanggal 2 Oktober 2014, Jam 16.30 WIB

Tendi Agus Nugroho. (2012). Yang Saya Tahu Tentang Jadi Seorang Atlet.
Diakses dari http://tendszone.blogspot.com/2012/09/yang-saya-tahu-
tentang-atlet.html/. Pada tanggal 2 Oktober 2014, Jam 16.00 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai