OLEH :
HENI PUSPITASARI
3101 1302 2378
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan HidayahNya, serta shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
para sahabat dan pengikut beliau, penulis merasa bersyukur atas tersusunnya
laporan penelitian yang berjudul APLIKASI PENUNJANG KEPUTUSAN
PEMILIHAN KARTU PERDANA UNTUK MODEM PADA RISMA
PONSEL
BALITAN
BANJARBARU
MENGGUNAKAN
METODE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi tentunya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama
peradaban manusia masih ada, teknologi akan terus menjadi hal yang penting
dalam kehidupan. Di Indonesia pun teknologi informasi telah melesat sangat cepat
sejak beberapa tahun terakhir, hal ini terbukti telah banyaknya sarana dan
prasarana yang tersedia dan juga semakin murahnya harga perangkat elektronik
guna menunjang kegiatan sehari-hari seperti laptop, PC, komputer tablet,
smartphone dan lain-lain.
Hampir semua perangkat komputerisasi saat ini tidak hanya digunakan
untuk bekerja semata dengan berbagai aplikasi yang telah terinstal pada perangkat
tersebut, melainkan mengkombinasikannya dengan mengkoneksikan ke jaringan
internet dan juga sharing pada social network untuk membantu tugas sehari-hari
serta memperoleh informasi yang cepat dalam waktu singkat.
Untuk dapat terkoneksi ke internet maka laptop/PC harus menggunakan
modem. Ketika menggunakan modem maka harus memiliki kartu perdana yang
dipasang pada modem agar dapat terkoneksi ke internet. Banyak pilihan kartu
perdana yang bisa gunakan dengan tawaran tarif, kuota, dan kecepatan koneksi
yang bermacam-macam. Karena banyaknya pilihan inilah maka tidak sedikit
konsumen yang merasa kecewa dan kurang puas pada kartu perdana yang
dipakainya karena layanan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, Salah satu
cara
dan memberikan
dari
penelitian
ini
adalah
membuat
aplikasi
untuk
BAB I
: PENDAHULUAN
BAB II
Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, yang
berupa pengertian dan definisi. Bab ini juga menjelaskan konsep dasar sistem,
konsep dasar informasi, konsep dasar sistem informasi, dan definisi lainnya
yang berkaitan dengan sistem yang dibahas.
BAB III
: METODE PENELITIAN
BAB V
: PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan
optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Metode SAW dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta
pelatihan pengolahan pepaya di desa Padaasih kecamatan Cibogo kabupaten Subang. Penelitian
dengan SAW hanya membutuhkan cukup orang-orang kunci yang mempunyai peranan dan
mengetahui dengan baik tentang bidang yang jadi objek penelitian. Penelitian ini diharapkan bisa
agar kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat desa menjadi lebih bernilai dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. (Pardian, 2011)
SAW juga sangat cocok dan fleksibel digunakan untuk menentukan keputusan yang
menolong seorang decision maker untuk mengambil keputusan yang kualitatif dan kuantitatif
memilih supplier secara objektif berdasarkan multi kriteria yang ditetapkan. Aplikasi ini telah
mampu untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat dalam bidang pemilihan supplier pada
divisi pembelian. (Setiawan, 2013)
Sistem pendukung keputusan metode SAW juga digunakan untuk pemilihan siswa dalam
mengikuti olimpiade sains. Sistem yang telah di kembangkan dengan metode SAW ini
menggunakan 4 faktor kriteria dalam melakukan pemilihan siswa yaitu kriteria pengalaman
olimpiade, kemampuan akademik, intellegensi, dan kemampuan olimpiade sesuai dengan yang
disediakan oleh sistem. Sistem ini dapat digunakan untuk membantu kepala sekolah atau guru
untuk melakukan pemilihan siswa dalam mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten di
Sekolah Menengah Atas. (Sutikno, 2011)
SAW dapat menentukan lokasi yang terbaik pada sebuah proyek perumahan.Dengan
berbagai pemunculan kriteria yang terasa penting / dipentingkan bagi konsumen sehingga dapat
dimunculkan beberapa lokasi alternative.Selanjutnya diperoleh ranking dan bobot prioritas, serta
mendapatkan hasil pengambilan keputusan yang tepat. (RUSMAN, 2012)
faktor-faktor pemilihan moda dapat ditentukan berdasarkan metode SAW.
Dilakukan dengan wawancara berkuisioner kepada mahasiswa Universitas Kristen Petra yang
mempunyai kemungkinan untuk melakukan pilihan terhadap alternatif-alternatif moda yang ada.
Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk
berangkat kuliah adalah faktor keamanan (49,3%) dan faktor waktu (27,3%). (Teknomo, 2011)
Drs. H. Malayu S.P Hasibuan : Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan
keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas
pada masa yang akan datang.
Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan
merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu
pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah
dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih
cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan
keputusan dalam proses pembuatan keputusan.
Sistem pendukung keputusan (SPK) atau dikenal dengan Decision Support Sistem (DSS),
pada tahun 1970-an sebagai pengganti istilah Management Information Sistem (MIS). Tetapi
pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari MIS yang dirancang sedemikian
rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Maksud dan tujuan dari adanya SPK, yaitu
untuk mendukung pengambil keputusan memilih alternatif keputusan yang merupakan hasil
pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/ tersedia dengan menggunakan model-model
pengambil keputusan serta untuk menyelesaikan masalah-masalah bersifat terstruktur, semi
terstruktur dan tidak terstruktur. (Mulyono, 2010).
Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah himpunan/ kumpulan prosedur berbasis
model untuk memproses data dan pertimbangan untuk membantu manajemen dalam pembuatan
keputusannya. Suatu sistem yang menyediakan sarana bagi para manajer untuk mengembangkan
informasi sesuai dengan keputusan yang akan dibuat. Tujuan: menunjang keputusan-keputusan
yang relatif tidak terstruktur (unstructured).
2.
3.
Hubungan antara ketiga komponen ini dapat dilihat pada gambar dibawah :
diambil tidak sesuai dengan kebutuhan oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai
model harus diperhatikan dan harus dijaga fleksibilitasnya. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan rincian
keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat.
lainnya
dari
SPK
adalah
adanya
fasilitas
yang
mampu
Kartu Perdana
Kartu perdana adalah dimana konsumen membayar biaya layanan terlebih dahulu,
dengan membeli pulsa baik secara elektronik ataupun fisik (dalam bentuk voucher) dengan
jumlah tertentu. Setelah itu konsumen dapat memanfaatkan jasa layanan yang diberikan penyedia
layanan telepon tersebut.
2.2.6
perdana. Kelebihan-kelebihan tersebut ada pada tarif, kuota data maupun kecepatan koneksinya.
Konsumen biasanya lebih menginginkan tarif yang seminimum mungkin tetapi dengan kuota
data yang cukup dan kecepatan koneksi yang cepat.Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan
layanan dari provider-provider kartu perdana yang sebenarnya diberlakukan.Layanan yang
10
diberikan para provider kebanyakan hanya mengungggulkan salah satu dari kriteria-kriteria yang
diinginkan konsumen tersebut.
2.2.7
FMADM
FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan
dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada
dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif,
pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing-masing
pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot
ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa factor
dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan
obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari
pengambil keputusan. (Kusumadewi, 2009)
Ada
beberapa
metode
yang
dapat
digunakan
untuk
menyelesaikan
setiap
alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks
keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif
yang ada.
Xij
Max Xij
rij=
11
Min Xij
Xij
Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj;
i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai :
n
Vi= Wjrij
j1
Keterangan :
Vi = rangking untuk setiap alternatif
wj = nilai bobot dari setiap kriteria
rij = nilai rating kinerja ternormalisasi
Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih.
(Sri Kusumadewi, 2007).
saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete
dan incomplete.Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat
memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki
keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni
Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)
Tingkata kedua : Kriteriakriteria
Tingkat ketiga : Alternatifalternative
Tujuan
Kriteri
a1
Kriteri
a2
Kriteri
an
Altern
atif 1
Altern
atif 2
Altern
atif n
13
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya.Comparative
Judgement merupakan inti dari penggunaan SAW karena akan berpengaruh terhadap urutan
prioritas dari elemen - elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk
matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat
preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi
yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal
importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme
importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan denganmenggunakan eigen vektor method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsurunsur pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari
berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang
menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
14
hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak
menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen
level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
1. Penyusunan Prioritas
Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan
yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki.
Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks. Contoh, terdapat n objek yang
dinotasikan dengan (A1, A2, , An) yang akan dinilai berdasarkan pada nilai tingkat
kepentingannya antara lain Ai dan Aj dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison.
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan
hubungan :
a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1
(kolom) atau
b) Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau
c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom).
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang
menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam
matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9
15
telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan
tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala
perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty (1980)
bisa dilihat di bawah, seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tingkat
Kepentingan
1
Definisi
Equel
Keterangan
importance
penting)
yang sama
dengan pasangannya
Satu elemen sangat disukai dan
Essential or strongimportance
(lebih penting)
pasangannya
Satu elemen terbukti sangat disukai
Demonstrated importance
dan
(sangat penting)
sangat,
dengan
elemen pasangannya
Extreme importance
9
2, 4, 6, 8
the two adjacent judgments
Resiprokal
Kebalikan
berdekatan
Jika elemen i memiliki salah satu
angka diatas
elemen
j,
ketika dibandingkan
maka
memiliki
16
kebalikannya
ketika
dibanding
elemen i
(Sumber : Fathur, 2012).
Skala nilai diatas digunakan untuk mengisi nilai matrik perbandingan berpasangan yang
akan menghasilkan prioritas (bobot/nilai kepentingan) masing-masing kriteria dan subkriteria.
Model SAW didasarkan pada pair-wise comparison matrix, dimana elemen-elemen pada
matriks tersebut merupakan judgement dari decision maker. Seorang decision maker akan
memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu
hal/peristiwa yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap level of hierarchy dari suatu
struktur model SAW yang membagi habis suatu persoalan.
Berikut ini contoh suatu Pair-Wise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy,
yaitu:
E F G H
E 1 5 6 7
F 1 /5 1 1/5 1/ 6
A=
G 1/ 6 5 1 4
H 1 /7 6 1/ 4 1
[ ]
E 1 1/7 9
A= F 7 1 3
G 1 /9 1 /3 1
17
Jika E dibandingkan dengan F, maka F very strong importance daripada E dengan nilai
judgement sebesar 7. Dengan demikan pada baris 1 kolom 2 diisi dengan kebalikan dari 7 yakni
1/7. Artinya,
E dibanding F F lebih kuat dari E
Jika E dibandingkan dengan G, maka E extreme importance daripada G dengan nilai
judgement sebesar 9.Jadi baris 1 kolom 3 diisi dengan nilai 9, dan seterusnya.
1/n
i 1, ............, n
Gambar 1.3 : Contoh Pairwise Matrix
18
Memilih
Barang
A
B
C
Jumlah
Vektor eigen
1
1/5
1/4
5
1
3
4
1/3
1
5.3
0.2174
0.405
0.908
1.45
4.028
3
VP baris 1 = 0,2174 / 3,487 = 0,674
VP baris 2 = 0,405 / 3,487 = 0,101
Tabel 2.3
Penilain
Setiap
Kreteria
Vektor
Prioritas
0.674
0.101
0.226
(1 X 5 X 4)]
VE
baris 1
VE
baris 2
VE
baris 3
1.000
1/5 X 1 X 1/3
1/4 X 3 X 1
I
Indeks Inkonsistensi (diupayakan kurang dari 10%)
IK = ( I maks - n)/(n-1)
Perhitungan Berdasarkan nilai sebelumnya:
=
=
=
=
0
0
1
3
,
,
,
,
9
9
2
0
7
0
0
8
7
6
3
6
Pendidikan (C2)
19
0,2174
1/3
1/3
1,45 X 0,674
9,00 X 0,101
5,33 X 0,226
S
u
m
Maks = 3,086
1/3
0,405
0,908
Usia (C3)
Alamat (C5)
A1
A2
A3
A4
A5
C1
C2
C3
C4
C5
0,5
0,8
1
0,2
1
1
0,7
0,3
1
0,7
0,7
1
0,4
0,5
0,4
0,7
0,5
0,7
0,9
0,7
0,8
1
1
0,7
1
20
Pembobotan (w)
Pembobotan ini ialah pembobotan tiap-tiap kriteria. Berdasarkan pemahaman saya pembobotan
ini ialah pembobotan atas suatu kriteria. Jadi jika kita memilih istri maka berdasarkan agama dan
wajah maka kita harus mengutamakan agama maka agama kita beri bobot lebih tinggi daripada
wajah.
Tabel 2.5 Nilai Bobot
Kriteria
Bobot
C1
C2
C3
C4
C5
Total
0,3
0,2
0,2
0,15
0,15
1
Tabel pertama (pembobotan alternatif terhadap kriteria) kita ubah kedalam bentuk matriks. Nah
dibawah ini penampakannya.
Tabel 2.6 Nilai Matriks
0,5
0,8
1
0,2
1
1
0,7
0,3
1
0,7
0,7
1
0,4
0,5
0,4
0,7
0,5
0,7
0,9
0,7
0,8
1
1
0,7
1
Sampai tahap ini saya sarankan anda mulai membaca doa agar tidak kebingungan nantinya
hehehehe
21
Pertama kita ingat-ingat kembali kriteria benefitnya yaitu (C1, C2 dan C3). Untuk normalisai
nilai, jika faktor kriteria benefit digunakanan rumusan
Rii = ( Xij / max{Xij})
Dari kolom C1 nilai maksimalnya adalah 1 , maka tiap baris dari kolom C1 dibagi oleh nilai
maksimal kolom C1
R11 = 0,5 / 1 = 0,5
R21 = 0,8 / 1 = 0,8
R31 = 1 / 1 = 1
R41 = 0,2 / 1 = 0,2
R51 = 1 / 1 = 1
Dari kolom C2 nilai maksimalnya adalah 1 , maka tiap baris dari kolom C2 dibagi oleh nilai
maksimal kolom C2
R12 = 1 / 1 = 1
R22 = 0,7/ 1 = 0,7
R32 = 0,3 / 1 = 0,3
R42 = 1 / 1 = 1
R52 = 0,7 / 1 = 0,7
Dari kolom C3 nilai maksimalnya adalah 1 , maka tiap baris dari kolom C3 dibagi oleh nilai
maksimal kolom C3
R13 = 0,7 / 1 = 0,7
22
R23 = 1/ 1 = 1
R33 = 0,4 / 1 = 0,4
R43 = 0,5 / 1 = 0,5
R53 = 0,4 / 1 = 0,4
Nah sekarang ingat-ingat kembali kriteria costnya yaitu (C4 dan C5). Untuk normalisai nilai, jika
faktor kriteria cost digunakanan rumusan
Rii = (min{Xij} /Xij)
Dari kolom C4 nilai minimalnya adalah 0,5 , maka tiap baris dari kolom C5 menjadi penyebut
dari nilai maksimal kolom C5
R14 = 0,5/ 0,7 = 0,714
R24 = 0,5 / 0,5 = 1
R34 = 0,5 / 0,7 = 0,714
R44 = 0,5 / 0,9 = 0,556
R54 = 0,5 / 0,7 = 0,714
Dari kolom C5 nilai minimalnya adalah 0,7 , maka tiap baris dari kolom C5 menyadi penyebut
dari nilai maksimal kolom C5
R15= 0,7/ 0,8 = 0,875
R25 = 0,7 / 1= 0,7
R35 = 0,7 / 1= 0,7
R45 = 0,7 / 0,7 = 1
23
0,7
0,714
0,875
0,8
1
0,2
0,7
0,3
1
0,7
1
0,4
0,5
0,4
1
0,714
0,556
0,7
0,7
1
0,714
0,7
Setelah mendapat tabel seperti itu barulah kita mengalikan setiap kolom di tabel tersebut dengan
bobot kriteria yang telah kita deklarasikan sebelumnya. Rumusnya seperti ini :
24
A2 = 0,835
A3 = (1 * 0,3) + ( 0,3* 0,2) + ( 0,4 * 0,2 ) + (0,714 * 0,15) + (0,7 * 0,15)
A3 = 0,6521
A4 = (0,2 * 0,3) + ( 1 * 0,2) + ( 0,5* 0,2 ) + (0,556 * 0,15) + ( 1* 0,15)
A4 = 0,5934
A5 = ( 1 * 0,3) + ( 0,7 * 0,2) + (0,4 * 0,2 ) + (0,714 * 0,15) + ( 0,7 * 0,15)
A5 = 0,7321
Nah dari perbandingan nilai akhir maka didapatkan nilai sebagai berikut.
A1 = 0,72835
A2 = 0,835
A3 = 0,6521
A4 = 0,5934
A5 = 0,7321
Maka alternatif yang memiliki nilai tertinggi dan bisa dipilih adalah alternatif A2 dengan nilai
0,835 dan alternatif A5 dengan nilai 0,7321.
2.2.11 Bahasa Pemrograman Borland Delphi 7.0
Bahasa Pemrograman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Borland Delphi 7.0.
Delphi adalah sebuah bahasa pemrograman dan lingkungan pengembangan perangkat lunak.
Produk ini dikembangkan oleh Borland. Dengan menggunakan Free Pascal yang merupakan
proyek opensource, bahasa ini dapat pula digunakan untuk membuat program yang berjalan di
sistem operasi Mac OS X dan Windows CE. Keunggulan bahasa pemrograman ini terletak pada
produktivitas, kualitas, pengembangan perangkat lunak, kecepatan kompilasi, pola desain yang
25
menarik yang menarik serta diperkuat dengan pemrogramannya yang terstruktur (Madcoms,
2002).
Salah satu keistimewaan Delphi adalah dukungannya untuk aplikasi database
yangmemungkinkan user berinteraksi dengan informasi yang tersimpan dlaam sebuah database.
Delphi juga memberikan banyak pilihan teknologi kepada developer dalam membangun aplikasi
database sehingga developer dapat mengembangkan aplikasi dengan mekanisme akses yang
palng tepat menurut kebutuhan.
Windows Utama / Integrated Development Environment (IDE) Delphi merupakan
tampilan terintegrasi dimana terlihat menu dan tools yang terpiah akan tetapi sangat berhubungan
yang merupakan satu kesatuan yang utuh dalam satu koordinasi. Berfungsi sebagai pusat control
mulai dari menu utama, komponen pallet, form, code editor, object inspector dan object treeview
yang digunakan utuk mndesain, menulis kode program, serta mengatur tampilan aplikasi dalam
berbagai model .( Madcoms, 2003).
Ada beberapa type aplikasi yang digunakan di Delphi, yaitu :
a. Sistem Tunggal / stand-alone
Database dan aplikasi database diletakkan pada mesin (komputer) yang sama. Database
yang digunakan adalah database lokal dan aplikasi yang dirancang adalah untuk singleuser.
b. Sistem file-share
Sama seperti aplikasi database stand-alone tetapi data dapat diakses dari beberapa client
yang terhubung dalam jaringan. Arsiteksur ini cocok untuk aplikasi dengasn jumlah
user yang sedikit. Database yang digunakan adalah database lokal.
c.
Sistem client-server
Aplikasi database berada pada mesin client dan pada server terdapat remote database
server dan database yang akan diakses.
d. Sistem multi-tier
Arsitektur ini terdiri dari remote database server, aplikasi server yang mengakses
remote database server dan aplikasi client yang mengakses aplikasi server. (Syahrianto,
2008).
Untuk mengakses database, Delphi menyediakan berbagai mekanisme data akses, antara
lain :
26
27