Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PERBEDAAN PENJAS DENGAN OLAHRAGA

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

OLEH :

Nama : Masni Baida


NIM : A1G119011
Kelas : A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
PERBEDAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Ada yang berpendapat bahwa dua istilah yaitu pendidikan jasmani dan olahraga
mempunyai satu pengertian yang sama, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda.
Sebelum mengetahui perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga. Sebaiknya kita
mengetahui definisi istilah masing-masing. Menurut Para Ahli Definisi Pendidikan Jasmani :
 James A.Baley dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001). Pendidikan fisikal
adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut
kedua ahli ini menyebutkan bahwa: ‘Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya
adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural,
emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas
jasmani.’
 Bucher, (1979). Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses
pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang
dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler,
interperatif, sosial, dan emosional
 Freeman (2001:5). Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan
aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri
pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.
 Barrow (2001; dalam Freeman, 2001). Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai
pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui
media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan
jasmani (exercise). Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik.
Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya
ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.
 UNESCO lewat ICSPE. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka memperoleh peningkatan
kemampuan dan keterampilan jasmani pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak

Menurut Para Ahli Definisi Olahraga :


 Edward (1973). Olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang
lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas,
c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada
games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan
fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang
dilembagakan.
 Webster’s New Collegiate Dictonary (1980). Olahraga adalah ikut serta dalam aktivitas
fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam
olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
 Cholik Mutohir olahraga. Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan
atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi
jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam
bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Jadi, perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga :


Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga (Sport) untuk kegiatan di luar
pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan perlombaan

Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani Olahraga

Pemahaman gerak Prestasi


Berpacu pada satuan kurikulum Bebas
Subyeknya pelajar (Child Centered) Subyeknya atlet (Subject centered)
Pribadi anak seluruhnya Kinerja motorik
Entry Behavior Talent Scouting
Pengaturan disesuaikan Aturan Baku
Gerak kehidupan sehari-hari Gerak fungsional cabang
Perhatian ekstra pada anak lamban Ditinggalkan
Tidak mesti bertanding Selalu bertanding
Wajib Bebas

DAFTAR PUSTAKA

Ateng Abdulkadir (1993), Azas dan Landasan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Drs. Aip Syarifudin, M.Pd. dkk (2000), Azas dan Falsafah Penjaskes, Jakarta, Universitas
Terbuka

Dr. Hj. Tisnowati Tamat, Drs. Moekarto Mirman, M, Ed (1998). Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Di akses : Senin, 13 Mei 2013: Pukul. 22:56 WIB:


http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/11/pengertian-definisi-
pendidikan-jasmani.html.

Di akses : Senin, 13 Mei 2013. Pukul. 23:02 WIB:

http://berkasmakalah.blogspot.com/2012/11/makalah-definisi-olahraga-menurut-
para.html

Apiscerana Ryo (2012) PERBEDAAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN.


http://ryoblogapiscerana.blogspot.com/p/perbedaan-pendidikan-jasmani-dan.html

Di akses : Sabtu, 28 Desember 2019. Pukul 18.39


Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Apa itu Pendidikan Jasmani (Penjas)? Apa itu Olahraga? Bukankah tidak ada perbedaan di
antara keduanya? Itulah pendapat orang awam menanggapi kedua kata diatas, bahwa tidak ada
perbedaan antara penjas dan olahraga. Namun jika telah mengetahui makna yang sebenarnya,
terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara penjas dan olahraga. Lalu apa yang
membedakannya? Mari kita bahas pengertian penjas dan olahraga terlebih dahulu.

 Pendidikan Jasmani
Penjas terdiri dari dua kata, yaitu “pendidikan” dan “jasmani”. Menurut Undang-Undang
RI No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 dijelaskan
bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya di masa datang. Hal ini berarti pendidikan
dapat memberikan modal berupa kemampuan baik secara fisik maupun pikiran bagi manusia
untuk menyelesaikan dan mengarungi tantangan kehidupan pada masa mendatang. Sedangkan
jasmani menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu badan atau tubuh. Jadi secara garis besar,
bahwa Pendidikan Jasmani yaitu pendidikan melalui aktivitas badan atau tubuh. Dengan kata
lain, aktivitas tubuh dijadikan sebagai alat atau media dalam aktivitas mendidik guna tercapainya
tujuan pendidikan secara umum. Begitu pula dengan mata pelajaran yang lainnya seperti
pendidikan matematika yang menggunakan angka sebagai media dalam proses pembelajarannya.

 Olahraga
Olahraga sebenarnya memiliki dua arti yaitu olahraga yang berasal dari Bahasa Indonesia
dan olahraga yang berasal dari kata sport. Olahraga yang berasal dari bahasa Indinesia memiliki
arti gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Sedangkan pengertian olahraga
yang berasal dari kata sport dalam budaya Amerika diartikan sebagai aktivitas bermain yang
diorganisir dan bersifat kompetetif. Coakley (2001), menyatakan bahwa olahraga memiliki tiga
indikator, yaitu: 1) sebagai bentuk keterampilan tingkat tinggi; 2) dimotivasi oleh faktor intrinsik
dan ekstrinsik motivasi; dan 3) ada lembaga yang mengatur dan mengelolanya.

Dari definisi di atas jelas terdapat perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(baik dalam arti Bahasa Indonesia maupun dalam konteks sport). Olahraga dalam konteks sport
lebih menekankan terhadap aktivitas yang menggunakan keterampilan tingkat tinggi yang diikat
oleh sebuah peraturan dalam pelaksanaannya yang telah disepakati. Oleh karena itu olahraga
memiliki ciri khusus yaitu bersifat kompetitif. Disaat olahraga kehilangan ciri kompetitifnya,
maka aktivitas jasmani itu berubah bentuk menjadi kegiatan permainan atau rekreasi.

Lalu, mengapa dalam pendidikan jasmani sering menggunakan aktivitas kecabangan olahraga?

Pendidikan jasmani sangat erat kaitannya dengan aktivitas olahraga, karena keduanya
memiliki kesamaan yaitu menggunakan gerak tubuh dalam pelaksanaannya. Tujuanlah yang
membedakan antara penjas dan olahraga. Tujuan utama penjas itu sendiri mengarah kepada
tujuan pendidikan, jadi pemanfaatan olahraga (sebagai sport) disini hanyalah sebagai aktivitas
dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu dalam penjas, peraturan-peraturan dalam
aktivitas olahraga yang digunakan sebagai alat atau media dalam pembelajaran penjas dapat
dimodifikasi sedemikain rupa (ukuran lapang, alat yang digunakan, atau aturan bermain) sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai saat pembelajaran. Sedangkan tujuan utama olahraga adalah
untuk mendapatkan prestasi setinggi-tingginya. Karena olahraga ini bersifat kompetitif,
pelakunya mau tidak mau harus menampilkan keterampilan gerak yang tinggi, dan untuk dapat
menguasai keterampilan yang tinggi ini hanya didapat melalui latihan yang rutin. Tidak seperti
pendidikan jasmani yang hanya dilakukan disekolah satu kali dalam seminggu.
Selain itu makna olahraga di kalangan masyarakat sangatlah beragam, seolah-olah
olahraga disini memiliki banyak sekali makna yang diterjemahkan menurut persepsi dan
pengetahuan yang mereka miliki. Bagi masyarakat yang tidak tahu, olahraga (sebagai sport) ini
diartikan hanyalah sebuah aktivitas jasmani. Bahkan ibu-ibu yang sedang mengerjakan pekerjaan
rumah seperti menyapu, mengepel, atau mencuci sering dikatakan sebagai olahraga. jika
disimpulkan makna olahraga mengandung beberapa makna yaitu olahraga sebagai aktivitas
jasmani atau gerak badan, olahraga sebagai kegiatan bermain, hingga olahraga sebagai bentuk
pencapaian prestasi.

Lalu apa perbedaan antara Penjas dan Olahraga ini?

Pendidikan Jasmani Olahraga

Peserta bersifat heterogen Peserta bersifat homogeny


Tujuan: guna mencapai tujuan Tujuan: mendapatkan prestasi setinggi-
pendidikan tingginya

Berorientasi pada kebutuhan dan


perkembangan peserta didik Berorientasi pada program latihan

Materi: semua aktivitas gerak termasuk


olahraga Materi: Kecabangan olahraga

Guru sebagai subjek Pelatih sebagai subjek

Waktu pelaksanaan sesuai dengan


jumlah jam tiap pertemuan Waktu pelaksanaan cenderung tidak dibatasi

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar B., Pengertian


Penjas. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.pdf (diakses pada tanggal 17 Maret 2014)

Maidris, H., 2012., Perbandingan dan Perbedaan Antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan
Olahraga. http://harismaidris.blogspot.com/2012/12/perbandingan-dan-perbedaan-
antara.html (diakses pada tanggal 17 Maret 2014)

Iskandar, D., 2011., Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. http://dendi-


iskandar.blogspot.com/2011/12/dasar-dasar-pendidikan-jasmani.html(diakses pada tanggal 16
Maret 2014)

Rezaharoo (2016) Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga.


https://bienharoon.wordpress.com/2016/02/01/perbedaan-pendidikan-jasmani-dan-olahraga/
(diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019)
PERBEDAAN PENJAS DAN OLAHRAGA

A. Hakekat Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi
untuk mengembangkan potensi siswa melalu aktivitas jasmani.
Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-
nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah tercapai.
Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi
serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran
pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi
perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran
pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan
jasmani.
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana
pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada
pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical
fitness), kegiatan fisik (pysical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development).
Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani
yang sebenarnya. walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun
karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-
unsur pedagogi.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara
terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education).
Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik
antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila dicermati lebih jauh, makna
pendidikan jasmani maka beraneka ragam tetapi keragaman tersebut pada umumnya sama seperti
pandangan terhadap pendidikan pada umumnya.

1. Pandangan Tradisional
Menganggap bahwa Pendidikan jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau
sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain
pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap. Di Amerika Serikat, pandangan dikotomi ini
muncul pada akhir abad 19 (1885-1900), yang dipengaruhi oleh sistem Eropa, seperti sistem
Jerman dan system Swedia; yang menekankan pada perkembangan aspek fisik, kehalusan gerak,
dan karakter peserta didik, dengan gymnastik sebagai Penjas lebih berperan sebagai “medicine”
(obat) dari pada pendidikan. Oleh karena itu para pengajar Pendidikan jasmani
berlatarbelakang akademis kedokteran dasar, sehingga dalam merumuskan tujuan, program
pelaks, dan penilaian menjadi salah kaprah. Yaitu cenderung kepada upaya memperkuat badan,
memperhebat ketr fisik yg mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri.

2. Pandangan Modern
Pandangan modern atau sering disebut juga pandangan holistik, menganggap bahwa
manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yg terpilah-pilah. Manusia adl kesatuan
dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu pendidikan jasmani tidak hanya berorientasi
pada jasmani (satu komponen saja). Di Amerika Serikat dipelopori oleh Wood dilanjutkan
Hetherington tahun 1910. Pendidikan jasmani dipengaruhi “progressive education”bahwa semua
pendidikan harus memberi kontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan
penjas mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan tersebut.

3. Pandangan di Indonesia
Pandangan holistik oleh Jawatan Pendidikan Jasmani tahun 1960: “Pendidikan jasmani
adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap,
tindak, dan karya yg diberi bentuk isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita
kemanusiaan”
Definisi yang relatif sama, oleh Pangrazi dan Dauer (1992) Pendidikan jasmani
merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi kontribusi, terutama melalui
pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.
Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan
dengan cara-cara yg tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan
program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada
domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Bucher, (1979) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu
proses pendidikan secara keseluruhan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
Hal senada juga dikemukakan oleh Abdul Kadir Ateng (1993) bahwa; pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan
jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan
emosional.
Wall dan Murray (1994) mengemukakan lebih spesifik, “masa kanak-kanak adalah masa
yang sangat kompleks, dimana pikiran, perasaan, dan tindakannya selalu berubah-ubah. Oleh
karena sifat anak-anak yang selalu dinamis pada saat mereka tumbuh dan berkembang, maka
perubahan satu element sering kali mempengaruhi perubahan pada element lainnya. Oleh karena
itulah, adalah anak secara keseluruhan yang harus dididik, tidak hanya mendidik jasmani atau
tubuhnya saja”.
Pendidikan jasmani dalam KTSP adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

B. Perbedaan Pendidikan Jasmani dengan Olahraga


Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan
antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih
sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para
guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih
konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun
elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk
bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga
semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat
kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan
bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar
tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya,
baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau
prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan
semua pihak yang.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat
mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga
berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi
olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek
kompetitif teramat penting dalam.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari
olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di
antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas
jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam
aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain
dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah bila diperbandingkan dapat dilihat
berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah

Pendidilkan Jasmani Olahraga

Objek: Seluruh siswa Objek: Siswa yang berminat/berbakat dalam


cabang olahraga tertentu, calon atlet/atlet

Subjek: Guru Subjek: Pelatih

Tujuan: Untuk mencapai tujuan Tujuan: Untuk mencapai prestasi yang setinggi-
pendidikan tingginya

Materi: Semua aktivitas fisik/gerak Materi: Cabang-cabang olahraga


(termasuk olahraga)

Sasaran: Aktivitas fisik/gerak sebagai alat Sasaran: Terkuasainya cabang olahraga


tertentu/yang diminati

Sifat: Wajib Sifat: Sukarela

Waktu pelaksanaan: Intrakurikuler Waktu pelaksanaan: Ekstrakurikuler

C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani


1. Tujuan Pendidikan Jasmani
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
 Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih.
 Meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik.
 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
 Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahrgaga dan kesehatan.
 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis.
 Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
 Memahami konsep aktivitas jasmani dan olehraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD/MI, adalah meliputi tujuh
aspek antara lain:
 Permainan dan olahraga
 Aktivitas ritmik
 Aktivitas uji diri (senam)
 Aktivitas pengembangan
 Aktivitas air (akuatik)
 Aktivitas di luar kelas (outdoor activity)
 Pendidikan kesehatan.

3. Fungsi Pendidikan Jasmani


Fungsi pendidikan jasmani Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63) mengklasifikasikan ke
dalam enam aspek, yaitu (1) organik; (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4) kognitif; (5) sosial;
dan (6) emosi.
(A). Aspek Organik:
 Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi
tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk
pengembangan keterampilan.
 Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot
atau kelompok otot
 Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan
kerja dalam waktu yang lama.
 Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan secara
terus menerus dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama; hal ini tergantung
pada efisiensi yang terdiri dari aliran darah, jantung dan paru-paru.
 Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk
menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

(B). Aspek Neuromuskuler:


 Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan
gerakan yang diinginkan.
 Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat,
meluncur, melangkah, mendorong, berlari, menderap/mencongklang, bergulir, menarik
 Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk,
bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.
 Mengembangkan keterampilan dasar jenis permainan, seperti memukul, menendang,
menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah arah, memantul, bergulir, memvoli.
 Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu
reaksi, kelincahan
 Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa, seperti sepakbola, softball, bola voli,
gulat, atletik, baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis, bowling, golf, dansa.
 Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti hiking, tenis meja, berenang, berlayar.

(C). Aspek perseptual:


 Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada
dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.
 Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu
kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di
sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.
 Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan
pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau
kaki
 Mengembangkan hubungan sikap tubuh-tanah, yaitu kemampuan memilih stimulus dari
massa sensori yang diterima atau memilih jumlah stimulus terbatas yang menjadi fokus
perhatian
 Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu emampuan
mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis
 Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan
atau kaki kanan atau kiri dalam melempar atau menendang.
 Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu kemampuan membedakan perbedaan di
antara sisi kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya
sendiri
 Mengembangkan image tubuh (body image), yeitu kesadaran bagan-bagian tubuh atau
seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang

(D). Aspek Kognitif:


 Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.
 Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.
 Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam
aktivitas yang terorganisasi.
 Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan
aktivitas jasmani
 Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak,
waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan
aktivitas, bola, dan dirinya.
 Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang
dipengaruhi oleh gerakan
 Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan problem-problem perkembangan
melalui gerakan.

(E). Aspek sosial:


 Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam
masyarakat dan lingkungannya.
 Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi
kelompok
 Belajar berkomunikasi dengan orang lain
 Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok
 Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota
masyarakat
 Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat.
 Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif
 Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif
 Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.

(F). Aspek emosional:


 Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan
kebutuhan dasar.
 Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui
keberhasilan atau kegagalan.
 Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat
 Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas
 Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdulkadir Ateng (1993). Pendidikan Jasmani Di Indonesia.(Jakarta: Yayasan Ilmu


Keolahragaan Guna Krida Prakasa Jati.

_______________ (1997), Epistemologi Ilmu Keolahragaan, Bandung: Dep. Pendidikan dan


Kebudayaan, IKIP

Annarino, Anthony A., Cowell, Charles C., dan Hazelton, Helen W. (1980). Curriculum Theory
and Design in Physical Education. (London: C.V. Mosby Company).

Bucher, Charles A. (1979). Foundations of Physical Education.(London: The C.V. Mosby


Company).

Dougherty, Neil J. and Bonnano, Diene (1979).Contemporary Approach To The Teaching of


Physical Education. (Minnesota: Burgess Publishing Company).

Gabbard, Carl., LeBlanc, Elizabeth, and Lowy, Susan (1987).Physical Education For Children.
(New Jersey: Prentice-Hall, Inc).

Hurlock, Elizabeth B (1990). Perkembangan Anak. Terjemahan Tjandrosa dan Muslichah


Zarkasih. (Jakarta: Penerbit Erlangga).

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Perkembangan Anak. Jilid 1. Terjemahan Meitasri Tjandrasa,


Muslichah Zarkasih, dan Agus Dharma (Jakarta: Penerbit Erlangga).
Nixon and Cozens (1963). An Introduction to Pysical Education.(Philadelphia: W.B. Saunders
Company).

Pangrazi, Robert P. and Dauer, Victor P. (1981). Movement In Early Childhood and Primary
Education. (Minnesota: Burgess Publishing Company).

Syamsudin (2008), Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI, (Jakarta:
PT. Fajar Interpratama)

PERBEDAAN PENJAS DAN OLAHRAGA


https://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/04/perbedaan-penjas-dan-olahraga.html#
Diakses: Sabtu, 28 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai